Anda Ingin Berubah Menjadi Pribadi yang Lebih Sukses? Read This Story.

Apakah Anda ingin melakukan proses perubahan menuju kehidupan yang lebih baik? Melakukan perubahan perilaku (behavior change) agar Anda tumbuh menjadi pribadi yang sukses nan sejahtera? Atau mungkin Anda pengin melakukan proses perubahan agar kinerja perusahaan dan organisasi Anda menjadi lebih kinclong. Melakukan proses “organizational change” yang berhasil?

Tema tentang perubahan – baik dalam ranah personal ataupun organisasional – telah lama menjadi topik hangat dalam jagat manajemen. Cuma sialnya, banyak inisiatif perubahan (change management) yang gagal dan nyungsep di tengah jalan, dan kemudian kandas. Mengapa bisa seperti ini?

Dan apa yang mestinya didekap erat manakala kita hendak melakukan proses perubahan yang berhasil – baik pada level personal ataupun organizational?

Sejumlah pakar perilaku (behavioral expert) menyebut proses perubahan acap menjadi tidak efektif lantaran diawali dengan pendekatan weakness-based orientation. Sering juga disebut sebagai problem-based orientation. Maksudnya begini : inisiatif perubahan diawali dengan premis bahwa ada yang “salah” dalam diri kita atau organisasi kita. Bahwa diri kita atau organisasi kita memiliki banyak kekurangan (weakness) dan problem.

Untuk itulah kemudian kita melakukan serangkaian action untuk “mengobati” kelemahan itu, atau juga untuk mengobati problem yang begitu banyak muncul di organisasi/perusahaan kita.

Pendekatan problem-based atau weakness-based ini begitu merasuk dalam wacana manajemen selama ini. Begitulah kita lalu mengenai ilmu problem solving skills, atau competency gap analysis, atau juga beragam metode untuk menganalisa akar masalah (root cause problem analysis). Semua metode ini berangkat dari premis yang tadi itu : bahwa ada “kekurangan”, “penyakit” atau “problem” dalam diri kita atau organisasi kita, dan kita harus mengobatinya.

Dan aha, sejumlah studi menunjukkan bahwa pendekatan semacam itu acapkali tidak efektif dalam membawa keunggulan kinerja. Sebabnya sederhana : pendekatan tersebut dengan mudah mendorong kita untuk terjebak dalam negative mindset and culture. Kita menghabiskan energi yang begitu banyak dan melelahkan untuk hanya berkutat pada kekurangan, pada kelemahan, pada problem (masalah) yang seolah-olah tak pernah kunjung selesai.

Pendekatan yang beorientasi pada problem dan weakness-based itu dengan mudah juga akan membawa kultur pesimisme dan men-discourage semangat kita atau anggota tim. Kita atau anggota tim pesimis sebab seolah-olah kita memiliki begitu banyak kelemahan, dan organisasi kita penuh dengan problem/masalah. Dalam situasi ini, kita dengan mudah kehilangan inspirasi dan motivasi.

Itulah kenapa kini muncul pendekatan yang secara radikal berbeda dengan pendekatan diatas. Pendekatan baru ini acap disebut sebagai strenghts-based orientation. Prinsip dasar dari pendekatan ini adalah : kita akan berhasil menuju ke arah yang lebih baik, jika inisiatif perubahan itu bertumpu pada kekuatan yang telah kita miliki saat ini. Kuncinya adalah ini : focus on your positive strenghts.

Jadi alih-alih menghabiskan energi untuk berfokus pada kekurangan (ingat : competency gap analysis) atau pada problem organisasi, kita justru harus mencari elemen kekuatan yang telah ada pada diri kita, atau elemen positif yang telah hadir inside our organization. Alih-alih menggunakan bahasa “root cause of problem”, kita harus menggunakan frasa “root cause of success” untuk melacak kisah keberhasilan yang pasti sudah pernah ada dalam organisasi kita.

Konkritnya : alih-alih meratapi kelemahan diri Anda terus menerus, mengapa tidak mengingat apa kira-kira kekuatan (strenghts) yang ada dalam diri Anda, atau pengalaman positif yang pernah Anda miliki (pasti dong Anda punya kelebihan atau pengalaman positif). Nah, studi menunjukkan bahwa kinerja individual akan jauh melesat jika kemudian “poin-poin positive” yang sudah ada itu terus diakumulasi, diduplikasi dan terus dimekarkan menuju titik yang optimal.

Dalam konteks organisasi, hal itu juga berlaku. Alih-alih sibuk mendiagnosa problem yang ada dalam organissasi/perusahaan, dan kemudian lelah mengobatinya, maka energi kita justru harus diarahkan untuk menggali “momen-momen positif” atau “fitur kekuatan” yang telah ada dalam organisasi. Lalu ciptakan serangkaian tindakan untuk menduplikasi “momen positif” tersebut, dan terus tumbuhkan fitur kekuatan yang telah ada menuju ke level yang makin maksimal.

Secara ekstrem pendekatan ini mau mengatakan hal seperti ini : forget your weakness/problems, and just focus on your strenghts/positive expectations. Find your positive areas and discover your bright spots. Dan ajaibnya, beragam studi menunjukkan premis semacam itu ternyata telah berhasil mengubah banyak individu dan organisasi melesat menjadi lebih sukses.

Jadi mulai hari ini, jika Anda ingin menjadi pribadi yang lebih sukses, selalu ingatlah kalimat ini : always, and always focus on your bright spots.

Photo credit by Tomasito @flickr.com

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

49 thoughts on “Anda Ingin Berubah Menjadi Pribadi yang Lebih Sukses? Read This Story.”

  1. crunchy article pak.
    tapi tentu saja, weakness-side dari personal ataupun organisasi tetap harus ditangani. dan memang kita juga harus fokus untuk terus meningkatkan kekuatan. <– ngurus satu sisi saja sudah repot banget je.. 😀
    mungkin Pak Yodhia ada saran atau referensi?
    bagaimana caranya kita mengatur waktu, energi dan biaya dalam meningkatkan kekuatan, sekaligus tetap bisa mengontrol internal weakness kita?
    ps : dalam konteks organisasi.
    terima kasih pak.

  2. inspiring , lupaka kesalahan yang telah terjadi dan lakukan pendekatan masa yang menjadi tonggak keberhasilan di masa lalu, sebagai acuan untuk memajukan usaha baik personal ataupun organisasi

    tidak mencari akar kesalahan yang menyebabkan terpuruknya usaha pibadi atau organisasi tapi mencari moment yag paling baik untuk melihat perubahan yang pernah terjadi di masa lalu agar bisa di jadikan acuan untuk membangkitkan usaha yang mulai rentan dengan maslah .

    MAntab banget artikel ini pingin rasanya sharing dengan penulis untuk memajuka usaha saya tapi honor mahal gak ya , maklum usaha kecil .

    See You the Top !!!!!

  3. pandangan-pandangan yang radikal selalu menyajikan hal yang menarik..
    seringkali sy sibuk berfikir bagaimana menutup kerugian…kenapa tidak memfokuskan pikiran pada bagaimana meningkatkan penjualan..
    kalo penjualan sangat besar…kan otomatis kerugian tertutup dngan sendirinya..

  4. terima kasih Pak Yodhia untuk tulisan yang anda buat.
    ulasan yang anda buat sudah sangat jelas.
    saya ada pertanyaan untuk Anda atau teman2 yangs edang membaca artikel ini.
    bagaimana jika suatu oraganisasi atau individu tidak punya Strength poin sama sekali, karena memang sedang terpuruk? bila dipersonifikasi orang tersebut telah lumpuh.
    terima kasih atas perhatiannya.

    gug

  5. Terima kasih sekali lagi atas sajian ‘kopi pagi’-nya Mas Yodhia. Secangkir kopi buat pikiran….hehehe.

    Oh ya, sehubungan dengan topik diatas, ada referensi buku gak yang cukup bagus yang mengulas tentang hal diatas “strength based orientation” atau “focus on your positive strength.” Yang katakanlah juga mengulas strategi atau metode yang bisa digunakan untuk memaksimalkan hal tersebut.

    Thanks mas Yodhia.

  6. nice 🙂 cukup menyadarkan, pak Yuda 🙂 memang sudah dari SD, kalo kita terima raport yang jadi fokus ortu adalah yg nilai merah, bukan yg 8 keatas.

    jadi waktu jadi manager, ato direktur, ya yg nilai merah jadi perhatian. bukan menyalahkan ortu si, tapi itu adalah budaya yg mengakar sejak ortunya ortu kita, ortu lagi dan lagi 🙂

    Kalo menurut saya begini pak Yuda. Kelebihan yang kita pegang adalah dari sisi skill. Skill kompetensi yang menjadi kelebihan kita memang harus kita asah terus, dan bisa menjadi diferensiasi kita.

    Dari sisi fundamental, pondasi, budaya yang merugikan harus kita kikis. Seperti malas, individualis, kurang saling percaya, menunda pekerjaan. Hal-hal yang bersifat fundamental itu harus dikikis.
    just a little thought

  7. “forget your weakness/problems, and just focus on your strenghts/positive expectations. Find your positive areas and discover your bright spots.”

    Pak Yodhia,
    IMO, pendekatan ini lebih ke arah mengarahkan pikiran team/karyawan ke arah positif sehingga kemampuannya makin berkembang sesuai dengan nilai lebih yang dimiliki masing2 individu itu, apakah benar demikian pak?

    Dalam kasus dimana beberapa team-leader “bersaing”, tentu sisi positif yang muncul adalah kinerja masing-masing team yang meningkat dan kepuasan customer yang makin tinggi. Akan tetapi jika “persaingan” itu juga diimbuhi dengan cara yang kurang tepat (misal saling menjatuhkan/menjelekkan di belakang), apakah sisi negatif ini harus “dilupakan” dan tetap fokus pada “nilai positif” yaitu kinerja individual team yang meningkat?

    Adakah suatu tindakan yang menjadi penyeimbang antara mengatasi weakness dan mengembangkan strength agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai? Ataukah dengan berfokus pada strength ini maka sekaligus (dengan tidak langsung) akan mengurangi weakness/problem yang ada? Jika demikin, boleh mohon dijelaskan lebih lanjut Pak Yodhia?

    Thanks and regards,

  8. terimakasih pak, semoga bisa segera saya terapka di perusahaan saya, karena selama ini memang saya lebih fokus ke mengatasi kelemahan,semoga motivasi ini jadi perubahan yang besar bagi perusahaan saya kearah lebih baik

  9. Hi Bang, begitu masuk di hati ulangan ini. I Love this much. but. yang jadi kendala, bagaimana cara meniadakan mondset kita agar tidak cnderung ke negative spots?

  10. Budi (# 2) : saya selalu punya mimpi untuk mewakafkan waktu dan knowledge saya (for free) untuk memajukan UKM (small enterprises). Tempo hari saya sudah memulainya dengan sejumlah pengusaha kecil di jakarta. Namun memang padatnya kegiatan membuat hal ini belum maksimal.

    Suatu saat mestinya saya bisa datang ke tempat usaha Anda, dan semabri minum secangkir kopi, kita bisa melakukan brainstorming agar usaha Anda bisa terus melambung. Betapa indahnya.

  11. Gug (# 4) : pandangan Anda ini khas pandangan problem-based orientation….memandang bahwa seolah-olah organisasi kita benar-benar powerless. Punya segunung masalah/kelemahan.

    Masak sih begitu? Coba ingat dalam-dalam, pasti organisasi itu dulu — atau kapanpun — pernah punya “kekuatan” atau “something positive” betapapun kecilnya.

    Nah, fokus saja pada yang positif ini, meski mungkin masih kecil. Terus kembangkan, terus tumbuhkan….dan pelan-pelan aspek positif yang kecil ini pasti akan membesar, dan along the way, pelan-pelan akan membuat organisasi itu bisa BERUBAH menuju yang lebih BAIK.

  12. Faisal (# 6) : ya ada buku amat bagus yang membahas hal ini. Judulnya SWITCH : Changing Things when Change is Hard. karangan Dan Heath dan Cip Heath. Sudah ada versi BAHASA Indonesianya, dijual di Gramedia atau toko buku lainnya.

    Gila, buku itu benar-benar bagus, mengalir ceritanya, renyah; dan tulisan saya ini sangat diinspirasi oleh buku tersebut.

    TIAN (# 10) : salah satu cara mudah untuk membuat kita punya mindset positive adalah ini : banyak-banyaklah bergaul dengan orang yang juga punya positive mindset, yang tidak suka mengeluh; yang punya mental tangguh. Berteman dengan orang-orang seperti akan membuat Anda akan tertular.

    Cara lain, sering-seringlah baca tulisan di blog ini….:) Sebab isinya pasti mengajak kita untuk think positive.

  13. NS ( # 8 ) : ya, sebaiknya sisi negatif itu dilupakan saja….sebab semakin sering anda berpikir tentang kelemahan itu, secara psikologis, akan semakin membuat kelemahan itu SEOLAH-OLAH begitu perkasa, dan membuat Anda lelah dan pesimis.

    FOKUS saja pada kekuatan tim : SELALU BICARA ASPEK POSITIF yang ada dalam tim. Gali dan temukan aspek-aspek positif itu. Gali terus. Ulang, dan ulang terus elemen positif itu dalam setiap kesempatan/pertemuan.

    Lakukan itu terus menerus dengan konsisten. Lalu tunggulah keajaiban pasti akan terjadi dalam tim Anda. AMAZING things will happen……

  14. Saya sempat nih pak, melakukan perubahan karena menginginkan bawahan saya lebih menguasai banyak hal dengan melakukan rolling jabatan. Dan banyak manfaat dari aktivitas ini salah satunya adalah Saya jadi lebih sibuk dan harus belajar hal detil lagi karena harus mengajari mereka- hal ini memang sengaja saya lakukan agar saya keluar dari ‘zona nyaman’.

    Banyak problem yang lama muncul dan ‘baru’ saya ketahui dengan memposisikan ‘orang baru’ ini. lets make a change..

  15. hi Pak Yodhia,
    sy pembaca setia strategimanajemen.net tapi baru pertama kali komen di sini. hehe.
    IMHO, terutama dalam ranah personal, banyak yang terjebak weakness-based orientation karena tidak ingin terlihat “lemah” di mata orang lain.

    artikel yang bagus pak. (lagi-lagi) memberikan pandangan baru tentang People Management.

  16. @rizalarable (#16): Persis itu Pak Rizal yang sedang saya lakukan sekarang di tim saya. Pendekatan personal walau itu membuat saya lebih sibuk dan harus mengeluarkan waktu ekstra, tetapi ini setimpal dengan kinerja yang mereka hasilkan. Sayangnya tindakan saya ini memicu respons negatif dari tim leader yang lebih senior (satu level hanya masa kerja mereka lebih lama), sehingga seringkali “menyerang” dalam bentuk sindiran-sindiran. Sampai-sampai beberapa anggota tim bertanya apakah kami memiliki masalah pribadi. 😛

    Pak Yodhia, selama ini saya terkadang memang sedikit terpengaruh akan hal negatif ini sehingga kadang menjadi ragu akan tindakan saya, juga ada rasa takut akan konflik dengan si senior. Sesuai saran Bapak, saya akan lanjutkan dan coba untuk lupakan sindiran-sindiran pedas itu. Terima kasih Pak… 😀

  17. Nice artikel.saya selalu mengikuti artikel2 Mas Yodhia…
    Kalo tidak salah uraian tadi mirip dengan perbedaan antara konsep “Competency Based Human Resource Management” dan konsep “Talent Based Human Resource Management”..
    Sepertinya masing-masing konsep tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan nya sendiri-sendiri, asal dikelola secara proporsional. Dua-duanya memiliki point of view yang pastinya sama-sama bagus..Berhasil tidaknya implementasi kedua pendekatan tersebut selalu tergantung pada komitmen dan konsistensi kita dan/atau management..

  18. wahh salam kenal dulu dari blogger baru. ya saya setuju, ini adalah penerapan dari hukum LOA (Low of Attraction ) banyak orang ingin melakukan peraubahan ke arah postif tapi justru fokus di hal-hal yang kurang, akhirnya kekurangan lah yang terjadi

    tapi coba kalau dengan fokus di kekuatan dan nilai-nilai positif yang sudah ada, maka ini akan membentuk sebuah nilai beda yang positif dan perubahan postif akan benar-benar terjadi, karena kita juga fokus di nilai posotif tersebut.

    greatt, makasih mas yodhia

  19. menjadikan ‘kekuatan’ kita menjadi dasar ‘perubahan’ menjadi pribadi yg lebih proses,membuat kita lebih semangat untuk ‘berubah’ dibanding melalui ‘kelemahan’ kita…mantap!!

  20. artikel yang sangat bermanfaat bos, tapi dengan adanya weakness-side, berarti kita belajar dari kesalahan, yang artinya ada progress. go sukses

  21. saya sangat cinta pada perubahan dan saya suka sekali artikel ini yang begitu menginspirasikan saya untuk berubah ke hal2 yang lebih baik lagi.

    salam blogger

  22. Terkadang kelemahan yang kita sadari menjadikan kita kian terpuruk dalam ketidakmampuan bangkit dari kegagalan, karena itu memiliki motivasi yang kuat untuk selalu melihat sisi positif pada setiap kelemahan yang kita miliki akan membawa kita pada kesadaran bahwa pada setiap diri manusia terdapat kelebihan yang mungkin orang lain tidak miliki.

  23. betul,pak. setuju sekali. menggunakan pendekatan yang hanya parsial saja, seringkali hanya menyelesaikan masalah saja. tapi tidak mendatangkan perubahan dan efek perubahan yang sesungguhnya. tentu saja untuk menghadirkan perubahan kita harus melihat keadaan secara terintegratif.

  24. Sangat layak Yodhia Antariksa, MSc menyabet penghargaan Best Business Blog. Lanjutkan dengan trik baru yang lebih menjanjikan. Salam Sukses Selalu

  25. Makasih Pa.
    Saya seorang guru yg juga ditugasi jd kepala sekolah swasta di suatu daerah. Masalah SDM adalah sebuah tantangan tersendiri. Analisa SWOT pernah saya buat, namun memang kadang ga fokus pd pengembangan kekuatan. Ada kita khusus ga Pa untuk membangun team work yg mengacu pada prestasi kerja.
    O ya, saya pembaca setia dari artikel2 yg Bapak sajikan. Makasih Pa.

  26. artikelnya jadi inspirasi saya pa yodhia
    saya sedang dalam masa belajar menjadi entrepreneur, yg selalu saya bingung usaha saya melanjutkan usaha org tua dimana kelebihan n kekurangan dalam manajemen yg masih sangat tradisional,,,mungkin ada masukan dari pa yodhia dlam me manage perusahaan kecil trima kasih

  27. mungkin terlalu banyak fokus pada kekurangan sehingga melupakan kelebihan, orang menilai dari berapa kesalahannya tapi tidak berapa betulnya berapa potensi positifnya

  28. artikel ini dan artikel “Finding Your Strengths and Bright Spots” super sekali pak, menohok cukup dalam di sanubari sy

    dipikir2 memang benar juga

    satu hal ttng kelemahan/kekurangan itu terkadang erat kaitannya dgn passion… orang yg lemah di suatu bidang itu seringkali bukan berarti dia gak bisa menguasai bidang tsb, dia simply memang gak punya minat ttng bidang tsb

    bayangkan kalo di organisasi kita disuruh untuk terus menerus memperbaiki yg kita tidak minati, dalam jangka panjang ini tentu saja melelahkan secara mental

    jadi memang betul pak, mending meng-improve dan fokus saja ke kekuatan kita, apalagi kalo kekuatan tsb sesuai dgn minat… dalam jangka panjang akan lebih menguntungkan buat kita sendiri

  29. Terima kasih atas pandangan baru yang anda berikan. Seringkali memang kita terlalu fokus pada kesalahan di masa lalu dan berusaha merubahnya mati-matian, sehingga tenaga dan waktu terkuras dan tidak sempat melihat kekuatan yang telah dimiliki. Hal ini akan semakin parah ketika hasil dari kerja keras kita mendapat kritikan pedas, pikiran-pikiran negative mulai melemahkan semangat dan kinerja.

  30. Terima kasih banyak Bpk Yodhia, artikelnya sangat inspiratif, mengubah paradigma sebagian besar kita termasuk saya yang selama ini lebih banyak menganalisa kekurangan dan solusinya bagaimana, sekarang harus berubah dari strength point yg kita miliki, apa yang harus kita lakukan untuk dapat meraih kesuksesan

  31. wah baru melek nih… kenapa selama ini kita hanya berkutat pada kelemahan kita ya. Kenapa kita tidak mengelola Keunggulan yang ada pada kita. Kata orang belajar dari kegagalan… sementara kita harus memberikan perhatian lebih dari keunggulan kita. Mungkin dulu kita gagal karena kita tidak perhatian pada keunggulan kita ya…
    Nice article…. lanjuttt pak

  32. Membaca tulisan ini mengingatkan saya kepada kata-kata yang sering dikatakan motivator ulung republik ini. Terlalu lama kita bersandar pada kelemahan diri kita hanya justru akan membuang waktu saja.

    Tapi bukankah kelemahan dan kelebihan itu ibarat dua sisi mata uang, kalo kita bisa belajar dari kelemahan apa bedanya dengan kita belajar dari kelebihan. Cuma tinggal merubah alur pemikirannya saja kan? dibikin dari yang negatif menjadi positif, menurut saya itu gak terlalu susah ko….

  33. Setuju pak…. sejalan dengan ..

    Belajar Hidup Seperti Sopir

    Seringkali catatan buruk masa lalu proses hidup kita menghantui hingga saat ini, tidak jarang setiap bayang-bayang keburukan atau kesalahan tersebut muncul malah menghambat kita untuk maju dan berubah menjadi lebih baik seperti yang diharapkan.

    Mengenai hal tersebut, mungkin kita perlu menyikapinya dengan belajar seperti seorang sopir atau pengemudi. Belajar hidup seperti sopir bukan berarti kita mengikuti segala jalan kehidupannya dan juga bukan berarti kita harus jadi sopir betulan. Maksud dari judul diatas adalah sebuah gambaran perumpaan kalau ternyata aktivitas rutin profesi seorang sopir atau pengemudi tersebut ternyata mempunyai pesan moral yang cukup positif, antara lain :

    Tidak Banyak Melihat Kebelakang

    Seorang sopir harus fokus kedepan, pandangannnya menatap penuh konsentrasi. Tidak dibenarkan ia banyak melihat kebelakang karena itu akan membahayakan dirinya dan juga penumpang (jika ada). Boleh ia melihat ke belakang, itupun hanya sesekali atau dalam kondisi tertentu, dan itu juga kadang tidak langsung melainkan atas bantuan spion.

    Gambarannya adalah bahwa dalam menjalani hidup kitapun harus fokus dan konsentrasi selalu. Konsentrasi bisa berarti macam-macam, baik itu dalam bekerja, belajar, maupun muhasabah diri. Kita juga tidak perlu atau bahkan tidak boleh banyak memikirkan apa yang sudah terjadi dan terlewati, tetapi memang kita wajib dalam keadaan dan situasi tertentu untuk merenungkannya.

    Tujuan kita dalam sesekali melihat kebelakang atau masa lalu dalam hidup tidak lain adalah sebagai bahan renungan untuk evaluasi diri, atau mengambil hikmah dan pelajaran supaya hal tersebut tidak terulangi lagi. Itupun tidak boleh setiap waktu, karena akan menghambat produktifitas kinerja tenaga dan pikiran kita. Bisa dilakukkan saat menjelang tidur, sehabis sholat, ataupun dalam 1/3 malam. Evaluasi atau pelajaran atas sebuah kesalahan tidak hanya diambil dari perjalanan hidup kita, tapi juga kita bisa mengambil pelajaran dari kesalahan orang lain agar tidak dilakukan oleh kita.

    Biarlah apa yang sudah terjadi menjadi catatan amal perbuatan kita dihadapan Allah SWT. Yang pasti pada langkah selanjutnya minimal kita berbuat tiga hal ;

    1.Meminta ampunan kepada Allah yang maha kuasa atas kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Dan juga meminta supaya diri kita dijaga dari perbuatan yang menghinakan kita baik dihadapan manusia maupun dihadapan Allah SWT.
    2.Berusaha untuk tidak mengulanginya jika itu memang sebuah perbuatan yang buruk. Kita memang tidak bisa menjamin diri untuk tidak mengulanginya, tapi paling tidak dengan berusaha untuk tidak mengulanginya merupakan langkah awal sebagai sebuah jaminan.
    3.Memperbaiki diri agar menjadi jauh lebih baik dan berganti jalur atau arah supaya kita tidak didekatkan kepada kesalahan-kesalahan baik yang pernah dilakukan maupun yang belum dilakukan.
    Mematuhi Ramu-rambu

    Banyak rambu-rambu yang berderet di sepanjang jalan, baik jalan arteri maupun jalan tol. Rambu-rambu tersebut ada untuk menjadi panduan bagi para sopir atau pengemudi dengan tujuan memberikan keselamatan bagi para pengguna jalan. Berapapun usia seorang sopir, dari golongan dan kasta apa ia dilahirkan, apapun pangkatnya, semuanya harus tunduk pada rambu-rambu lalu lintas.

    Demikian halnya dengan kita, dalam hidup kita diberikan banyak rambu-rambu baik itu rambu-rambu agama, rambu-rambu adat, maupun rambu-rambu negara. Perkara dari berbenturan atau tidak hubungan antar rambu-rambu tersebut, saya yakin masing-masing rambu-rambu mempunyai peran untuk memberikan keselamatan pada kita sesuai jalur yang dipasangi rambu-rambu tersebut. Misalnya, ketika kita hidup bernegara maka rambu-rambu negara itulah ada untuk menjaga keselamatan warga negaranya. Kemudian ketika hidup beragama, maka rambu-rambu agama itulah ada untuk menjaga keselamatan umatnya. Memang akan lebih nyaman lagi kalau satu sumber rambu-rambunya bisa berfungsi dengan baik tanpa gesekan di semua jalur. Sehingga tidak terlalu banyak rambu-rambu yang harus kita hapal.

    Rambu-rambu hidup atau yang disebut aturan hukum ini wajib dipatuhi oleh siapapun tanpa pandang bulu, semua sama ketika dihadapkan di muka hukum. Ketika ada satu saja yang tidak sama kedudukannya dimuka hukum ini akan berakibat seperti seorang sopir yang nekat tetap melaju saat lampu merah menyala, bahaya dan mencelakakan. Celaka bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain.

    Kesimpulan

    Sobat, disini saya baru bisa menguraikan dua pelajaran dari profesi kerja seorang sopir. Yaitu, tidak banyak melihat kebelakang dan mematuhi rambu-rambu. Insya Allah, sebetulnya masih banyak pelajaran yang bisa kita gali. Namun, intinya kurang lebih kita bisa menyimpulkan bahwa itu semua (tidak banyak melihat kebelakang dan mematuhi rambu-rambu) dilakukan supaya kita bisa selamat dan berhasil mencapai tujuan yang dimaksud.

    Upaya menjaga keselamatan disini bukan hanya untuk diri sendiri, kalau ibaratnya seorang sopir membawa penumpang maka itu adalah gambaran kita membawa keluarga, saudara, masyarakat, atau umat yang harus kita jaga juga keselamatannya, sesuai dengan peran kita disitu yaitu sebagai pemimpin.

    Jadi, fokus dan konsentransilah terus ke arah tujuan yang akan kita tuju dengan mematuhi segala aturan yang berlaku, biarlah apa yang sudah dilewati menjadi cerminan evaluasi kita untuk menjadi lebih baik. Insya Allah apa yang kita maksud akan tercapai. Amin…

  34. Fokus dengan kekuatan dan tinggalkan kelemahan kita.

    Sangat mudah dikatakan, tetapi sulit untuk dilaksanakan mas Yodhia.

    Tetapi jika orang tersebut bisa melaksanakan tentunya akan sukses.

Comments are closed.