Finding Your Strengths and Bright Spots

Dalam tulisan sebelumnya kita telah membahas tentang strengths-based approach, atau pendekatan yang bertumpu pada keunggulan/kekuatan positif yang telah dimiliki untuk melesat lebih tinggi. Sebuah paradigma pemikiran yang mau mengatakan bahwa kita hanya akan bisa terus maju kalau kita lebih berfokus pada strengths kita, dan bukan kelemahan.

Cuman tantangannya, mengajak mindset kita berfokus pada kelebihan yang sudah ada, pada keberhasilan yang sudah diraih; dan bukan melulu pada kelemahan yang negatif bukan soal yang mudah.

Dan jujur tantangan itu memang tidak mudah ditaklukkan, namun bukan berarti mustahil dikendalikan. Dalam tulisan kali ini kita akan menjelajah bagaimana cara mengubah mindset kita menuju strengths-based approach, dan bagaimana cara mengenali strengths (kekuatan) yang ada pada diri kita.

Berpikir tentang kelemahan dan kekurangan memang lebih mudah dilakukan. Kita mungkin lebih gampang menyebut kesalahan atau kekurangan orang lain (ah, mungkin kita terlalu sering melakukannya). Sebaliknya, barangkali kita agak bingung jika diminta menyebut apa kelebihan rekan kita (coba renungkan apa saja kelebihan atasan Anda sekarang? Atau kekuatan yang pada rekan kerja Anda).

Studi memang menunjukkan kita cenderung lebih mudah menunjuk kelemahan orang lain, dibanding menyebut kekuatannya. Contoh : kebanyakan mata orang tua akan langsung tertuju pada angka merah di raport anaknya; meskipun angka merah itu hanya satu pelajaran; dan sembilan mata pelajaran lainnya mendapat angka delapan. Dan ah, waktu untuk mengapresiasi sembilan pelajaran itu mungkin hanya 3 menit, sementara waktu untuk “menceramahi” angka yang merah untuk satu pelajaran itu bisa sampe berjam-jam. Sebuah ironi yang agak pahit.

Sayangnya, mentalitas persis seperti diatas banyak juga terjadi di lingkungan kantor. Atasan bisa bermenit-menit dan berkali-kali menujuk kekurangan dan kesalahan bawahannya, namun tak sekejap pun pernah berbincang apa kekuatan dan kehebatan yang sudah dimiliki bawahannya.

Mentalitas yang merujuk pada kelemahan serta kesalahan, dan kultur yang berorientasi pada kekurangan (deficit-based approach) akan membuat setiap anggota perusahaan/organisasi kemudian merasa letih, lantaran berpikir organisasinya penuh dengan masalah dan kekurangan.

Dalam konteks organisasi, solusinya adalah seperti ini : ajaklah manajemen atau rekan/atasan Anda untuk mulai sekarang berfokus pada kekuatan yang telah ada pada tim kerja, atau pada prestasi bagus yang pernah dikerjakan. Identifikasi proses kerja atau program yang pernah dijalankan dengan sangat berhasil. Gali apa saja key success factors-nya : mengapa program dan proses kerja itu berhasil dan bagus hasilnya.

(Nah, sekarang berhenti dulu membaca : lalu renungkan apa program atau proses yang pernah dengan sukses dijalankan oleh tim Anda. Pasti ada dong…..).

Dalam meeting-meeting, rayakan dan sebarkan key sucess factors itu; dan lalu duplikasikan untuk proses dan program kerja lainnya. Ini akan JAUH lebih bagus dibanding melakukan meeting yang penuh dengan “problem-problem dan problem” atau “yang-salah-adalah-bagian/departemen-lain”.

Dalam konteks personal, solusinya adalah seperti ini : renungkan kekuatan/kelebihan apa yang kira-kira Anda miliki. Akan lebih baik jika kelebihan ini sudah bisa dibuktikan (proven) dalam prestasi kerja yang pernah Anda lakukan. Kalau Anda ragu, bisa juga minta teman atau rekan kerja Anda yang sering berinteraksi dengan Anda untuk menyebut dua atau tiga kalimat positif tentang Anda.

Misalnya : saya sendiri misalnya merasa my strengths ada pada writing skills, public speaking skills dan analytical thinking skills (tiga jenis kekuatan yang pas dengan pekerjaan saya sebagai konsultan manajemen).

Jika Anda sudah paham dan yakin dengan your strenghts, maka luangkan waktu dan energi Anda sebanyak-banyaknya untuk memekarkan kekuatan Anda itu. Karena tahu my strengths ada pada tiga jenis skills diatas, maka saya habis-habisan meluangkan waktu untuk terus mempertajam kekuatan ini (misal dengan terus menulis; dengan terus menonton dan membaca beragam teknik public speaking; dan selalu membaca buku sebanyak-banyaknya untuk terus mengasah analytical thinking skills saya).

Sekali lagi studi menunjukkan, bahwa tindakan yang berorientasi pada kekuatan (strengths-based) semacam itu akan jauh lebih membawa pada high performance; dibanding jika kita membuang energi terlalu banyak untuk memperbaiki kelemahan.

Selamat bekerja teman. Find your strengths and then exploit those talents to the highest level !!

Note : Jika Anda ingin mendapatkan slide powerpoint presentasi tentang management skills, business strategy dan HR management silakan klik DISINI.

If you think this article is inspiring, please share it via FB by clicking this small button :

Photo credit by Tomasito @flickr.com

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

23 thoughts on “Finding Your Strengths and Bright Spots”

  1. Wahhh…
    Stuju Mas Yodhia…
    Penjelasan posting ini sangat lengkap dan mengena
    Ini postingan yang sangat hebat
    Seandainya dipraktekan pasti produktivitas organisasi akan melesat
    It’s real management, not just a bulk of theory 🙂

  2. Setuju sekali mas..
    Itu sedang saya terapkan sekarang; larut untuk memperbaiki kesalahan malahan menghabiskan banyak waktu (karena susah untuk sepenuh hati memperbaikinya) sementara strengths-skills saya malah jadi terbengkalai.

  3. Pak Yodhia,
    Begitu saya baca posting ini dan sebelumnya, saya sangat setuju, be positive dan menggali kelebihan lebih enak dan lebih renyah, semangat kerja atau berkreasi selalu timbul. Sehingga saya ada keinginan untuk membuat blog seperti bapak namun untuk tema yang berbeda tentunya, namun dari beberapa postingan bapak akhirnya saya tergugah untuk membuat blog sendiri.
    terimakasih.

  4. Mantap. Kita harus selalu memperhitungkan setiap kegiatan yang akan dilakukan. Benar : kita jadi tidak punsing tujuh keliling dan bisa fokus. Tapi juga kita harus mengerti kelemahan-kelemahan. Sebab ada juga kelemahan jadi peluang. dengan mengetahui kelemahan kita kita jadi belajar untuk memperbaiki diri. Apalagi jika dihubungkan dengan kinerja.tank’s mas yodhia atas emailnya setiap minggu

  5. Goods article. Intinya yg penting key factor success. Tapi kita juga tidak menutup mata untuk kelemahannya.

    Kalau di bobot, bobot yang paling besar 85% ya harus fokus pada kekuatan/strenhgts. Kita akan hemat energi.

    Hemat sumber daya. Apalagi sumber dayanya sangat terbatas. Karena untuk lebih berhasil juga tergantung apa yg DIMILIKI. Entah itu sumber daya yh berupa pengetahuan dan ketrampilan.

    Tapi juga tidak cukup itu saja masih dibutuhkan sikap MENTAL dan PERILAKU masing2 org. Tidak hanya cukup itu saja lagi masih diperlukan yg namanya daya juang dan spiritual yg sangat tinggi. Goods lucks Pak Yodya. . .

  6. selamat ya mas yodia karena telan memenangkan kontes pesta blogger. salam kenal 🙂 .. saya harus banyak belajar supaya bisa seperti mas yodia

  7. Tks pak Yodhia, itulah realitas bagi kebanyakan kita. Sejak kecil selalu membicarakan & dibicarakan kelemahannya, shg ketika tumbuh dewasa byk yg tdk mengetahui kelebihan & panggilan hidupnya.
    Salam

  8. Yess….fokus pada yang positif positif, kita akan menuai yang positif, fokus yang negatif pasti dan akan menuai yang negatif….hukum alam…salam anthusias selalu dan salam segomegono!!!

  9. Goods Posted Pak Yodhia, semoga bisa diterapkan dan saya yakin explore the strenght akan jauh lebih baik dari sekedar terus menggali kesalahan..

Comments are closed.