Sepotong Kisah tentang Mommy Entrepreneur

Banyak kaum perempuan yang telah berkeluarga, dan sekaligus bekerja sebagai pegawai kantoran, acap dihadapkan pada sebuah dilema. Jam kerja kantor terasa begitu panjang, sementara kemacetan yang memilukan tiap hari datang menyergap. Maka banyaklah ibu-ibu muda yang berangkat ke kantor kala fajar menyingsing dan pulang kala petang telah menjelang.

Lalu dimanakah waktu untuk berdendang dengan sang buah hati yang mungkin tengah lucu-lucunya? Pelan-pelan kerinduan untuk meluangkan banyak waktu di rumah kian menjulang. Itulah kenapa kemudian banyak wanita karir yang memutuskan untuk resign, “pulang ke rumah” dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya.

Yang menjadi tantangan kemudian adalah ini : ketika waktu di rumah telah melimpah, ketika sang suami telah berangkat ke kantor, anak-anak sudah berangkat sekolah, dan beres-beres rumah sudah selesai, apa yang harus dilakukan agar tetap bisa menjadi ibu rumah tangga yang produktif? Sebab kan ndak asyik juga jika waktu yang melimpah itu hanya habis untuk arisan dan ngerumpi dengan tetangga.

Itulah kenapa kini muncul sebuah niatan untuk menjadi “mommy entrepreneur” : atau sebuah lelakon untuk menjadi ibu rumah yang produktif dengan cara menjadi “entrepreneur a la ibu rumah tangga”. Konsep ini sejatinya merupakan sebuah ikhtiar untuk menjalankan sebuah usaha (demi tambahan sesuap nafkah) yang bisa dijalankan dari rumah (home-based business) : dengan demikian fungsi sebagai ibu rumah tangga tetap bisa berjalan dengan optimal.

Ibu Ima (yang foto cantiknya ada di atas) mungkin bisa disebut sebagai contoh disini. Sebagai ibu rumah tangga dengan dua anak yang masih kecil-kecil, ia memutuskan menjadi mommy entrepreneur sejak menikah beberapa tahun silam.

Sejak lulus bangku perguruan tinggi, ia memang enggan menjalani hidup sebagai pekerja kantoran lantaran takut waktu berharganya dengan anak-anak hilang ditelan jam kantor yang amat panjang. Apalagi jika ditambah dengan macet dua jam di jalanan setiap pagi dan sore (“wah saya bisa semaput dijalanan, “ begitu ujarnya).

Itulah kenapa kemudian ia memilih menjadi mommy entrepreneur : menjalani usaha dari rumah dengan berjualan busana kasual. Usahanya kian melaju semenjak ia juga melakukan penjualan secara online. Omzetnya pelan-pelan meningkat, demikian juga dengan profitnya. Namun yang tak kalah penting : usaha produktif ini bisa terus dijalankan dari rumah, sehingga ia bisa menjadi ibu rumah tangga yang handal (dan ia bisa terus punya waktu luang untuk mengajari anak-anaknya mengaji setiap petang).

Pilihan menjadi mommy entrepreneur, saya kira memang salah satu pilihan yang bijak bagi kaum perempuan modern saat ini. Oke pilihan menjadi wanita karir juga sah : namun ditengah beban pekerjaan kantor yang terus menumpuk, dan juga perjalanan dari rumah ke kantor yang kian macet parah, saya kok membayangkan, semua ini rasanya berat bagi kaum perempuan.

(terus terang saya acap masygul kala melihat ibu muda, di sebuah malam, harus berdesakan di busway sambil berdiri, untuk pulang ke rumahnya. Mungkin anaknya yang lucu telah terlelap di kamar tidurnya, karena terlalu lama menanti sang bunda yang tidak kunjung datang…..).

Pada sisi lain, pilihan menjadi ibu rumah tangga tanpa usaha yang produktif mungkin juga bukan hal yang bijak. Sebab tambahan nafkah dari sang bunda mungkin juga amat penting untuk menopang beban keuangan keluarga yang kian berat (hey, bukankah harga-harga sembako naik terus!).

Itulah kenapa pilihan menjadi ibu rumah tangga yang menjalankan usaha produktif adalah salah satu hal yang layak diambil. Disini, waktu untuk mengelola kegiatan rumah tangga dan mengurus anak-anak tetap dapat dijalani secara maksimal (sebab usahanya bisa bersifat home-based). Di sisi lain, sang ibu bisa ikut membantu mendapatkan tambahan pendapatan (income) untuk membantu keuangan keluarga.

Menjadi mommy entrepreneur, seperti yang telah dicontohkan Ibu Ima diatas, mungkin dalam jangka panjang bisa ikut membantu mewujudkan keluarga sakinah yang mandiri dan poduktif : itulah sebuah momen ketika peran ibu tetap bisa dijalankan dengan maksimal sembari berupaya menjadi perempuan yang produktif secara ekonomi (economically productive).

Ibu Ima hanyalah salah satu contoh dari ribuan ibu lainnya yang mungkin tengah berjuang menuju cita-cita keluarga sakinah yang produktif itu.

Sebagai suaminya, saya sungguh merasa bangga dengan apa yang telah ia rintis dan perjuangkan selama ini.

Honey, I love you so much.
And thank God for blessing me with such a wonderful wife.

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

34 thoughts on “Sepotong Kisah tentang Mommy Entrepreneur”

  1. Selamat ya buat bu Ima, yang bisa menjadi pengusaha sekaligus ibu yang baik buat anak-anak.

    Istri Pak Yodhia ternyata sama dengan istri saya. Berawal dari coba-coba, akhirnya bisnis clodi online-nya membesar dengan cepat. Tugas saya sebagai suami cuma membantu membuatkan website awal.

    Selamat buat para ibu pengusaha dimanapun berada.

  2. Alhamdulialh tulisan mas mebuka mata para suami untuk mebekali istri dirumah yg positif .. Tanks God jobs and very good for my wife’s beloved

  3. beginilah jika isteri yang juga merasa bertanggung jawab untuk membantu suami. atau jika suami tidak ada lagi, atau ingin lebih mendapatkan yang lebih baik lagi. inspirasi yang bagus di pagi hari ini untuk bapak dan ibu, yang mau berfikir dan bertindak. selamat bagi ibu-ibu yang sukses

  4. Pantasan byk iklan-iklan bisnis di FaceBook, yang rata-rata dominan di pegang oleh cewe atau ibu-ibu. mungkin alasannya ini ya pak. he he..,

    Saya kan cowo, tapi kalo login ke facebook cewe ku pasti iklan-iklan cewe-cewe semua di fb.com. he he.., good job deh. buat ibu rumah tangga yg produktif

  5. Salut buat ibu Ima dan Pk Yodi yg sllu support.Saya sbnrnya jg pengen usaha online spt itu.Tp sy ga tau hrs mulai dr mana.Belinya dimana (dgn hrg murah tentunya) sy jg ga tau.Krn yg sy liat di facebook,brg2 yg djual mmg bgus2 dan murah2.Mohon sarannya donk Bu biar sy bs ikut jd ibu yg produktif spt anda…

    Thanks a lot

  6. Bung Yodhia,
    Inspirasinya sebetulnya sudah agak usang tapi masih sangat valid di-recycle.

    Mudah-mudah tambah membuat para istri more powerfull untuk terus exist sebagai Mommy Enterpreneur dengan raw model tulisan anda.

    Salam,
    Pop

  7. Sukses buat pak Yodhi dan Ima (maaf agak kaku menyebut ibu Ima, karena kami bersahabat sejak lama), dorongan lain untuk menjadi mommy entrepreneur, bagi saya , mungkin adalah jika takdir suami memdahului berpulang, istri tetap punya kemampuan ekonomi.

  8. Bagus sekali mas Yodhia…
    Saya juga berharap istri saya menjadi ibu rumah tangga dan membuat usaha sendiri di rumah.
    Senang sekali bisa membaca postingan yang bagus ini.
    Semoga lebih banyak lagi para ibu yang bisa membuka usaha di rumah biar anak-anak mendapat kasih sayang yang seharusnya mereka dapatkan.

    Salam sayang saya buat para ibu yang mengasihi anaknya… selalu…

  9. wah luar biasa, “mommy entrepreneurs”, saya sangat setuju. nah untuk menambah wawasan produk apa sajakah yang bagus dijadikan bisnis di masa mendatang, berikut ini ada
    artikel bagus buat inspirasi bagi teman-teman yang ingin memulai bisnis secara online…

  10. Rasanya kagum dan miris juga membaca artikel ini, karena ada tidak sedikit keluarga yang hanya mengandalkan penghasilan tunggal dari sosok ibu, dengan tetap mengemban tugas mengurus rumah tangga dan mengasuh anak, sehingga si ibu tidak punya pilihan.
    Tetapi selalu ada hal yang dapat dijadikan pembelajaran dalam setiap kondisi.
    Tetap semangat Moms!

  11. Salam kenal untuk mba ima ya mas,..klu didaerah nda serumit dikota besar ada macet dll…bisa mulai belajar bisnis nih..makasih

  12. mommy sebagai intrepreneur itu sangat berat, karena mommy juga punya tugas mengurus rumah tangga – ya anak, suami, & pekerjaan rumah tangga lainnya. agak beda dengan suami yang lebih fokus pada memenuhi kebutuhan rumah tangga (baca : mencari nafkah) dan menjadi tulang punggung keluarga.

    salut buat mommy-mommy yang bisa mengatur waktunya sekaligus sebagai ibu rumah tangga dan menjadi entrepenur.
    hanya saja jangan dilupakan anak-anak dan urusan rumah tangga, karena sering terjadi mommy-mommy pada berbisnis tapi urusan rumah tangga sepenuhnya diserahkan kepada pembantu, sehingga pendidikan dan masa depan anak diserahkan kepada pembantu, jadinya mental anak seperti mental pembantu.

    selamat buat mommy-mommy yg sukses mengemban kedua tugas tersebut.

  13. saya malah jadi kepikir sebaliknya, andai istri ga mau ngelepas pekerjaannya, biarlah saya yang jadi daddy entrepreneur.. tapi ya, perlu pemikiran mendalam sih nih.. dan matang pula.. 🙂

  14. Subhanallah, dibalik kesuksesan seorang pria selalu ada wanita yang hebat. Om and Tante, bikin ngiri dech……… 🙂

Comments are closed.