Tranformasi BUMN dan Impian tentang Indonesian Incorporated

Minggu lalu, saya diundang oleh Kantor Kementerian BUMN untuk memberikan public speaking di depan 200 jajaran direksi dari 40 BUMN besar di tanah air (bicara didepan 200 audiens yang seluruhnya adalah top management level, terus terang memicu adrenalin juga). Tema pertemuan saat itu adalah tentang transformasi BUMN demi terwujudnya impian tentang Indonesian Incorporated.

Indonesian Incorporated kita tahu merupakan sebuah gagasan tentang sinergi antara sektor government dengan sektor perusahaan (baik swasta nasional ataupun BUMN) dalam menggelindingkan kejayaan ekonomi bangsa. Sebuah gagasan penting ditengah gemuruh kebangkitan ekonomi Asia.

Dan kita tahu, peran BUMN dalam ekonomi nasional sungguh sangat masif. Sebagai info, pendapatan total dari 10 BUMN terbesar di Indonesia lebih besar dibanding total pendapatan dari semua perusahaan non BUMN Indonesia yang sudah go public.

Lalu, poin fundamental apa yang layak di-stabilo kalau kita mau proses transformasi BUMN berakhir dengan kegemilangan? Kita akan membahas tiga poin penting disini.

Poin # 1 : Competitors Drive Transformation. Ternyata proses transformasi cenderung lebih sukses dan cepat terjadi di beragam BUMN yang terlibat dalam industri yang sarat persaingan. Think banking. Hampir semua bank BUMN menjadi maju lantaran mereka berada dalam iklim kompetisi yang dinamis dengan multiple competitors.

Sebaliknya, BUMN yang menjadi single player – seperti Angkasa Pura (bandara), PTKA (kereta api), PLN, Pelindo (pelabuhan) cenderung menemui jalan yang lebih terjal dalam mendorong laju transformasi. Sebabnya mungkin sederhana : tanpa ancaman pesaing yang setiap saat bisa membuat mereka menjadi dinosaurus yang terkapar, BUMN itu cenderung menjadi lebih “slow” dalam melakukan transformasi.

Atau mungkin juga sebab lain : adanya kompetitor yang dinamis dan maju, justru barangkali akan bisa membuat BUMN “belajar” dari kesuksesan mereka dan akan membuat BUMN itu lebih cepat melakukan proses transformasi bisnis menuju kegemilangan.

Poin # 2 : Top Leaders Drive Transformation. Tak pelak lagi, kualitas top management (terutama CEO-nya) amat menentukan laju transformasi di beragam BUMN. Dan disini eksperimen untuk meng-hire CEO kaliber top dari dunia swasta,  sebagian besar telah berhasil mendorong proses transformasi BUMN.

Begitulah, kisah keberhasilan proses transformasi di Bank Mandiri (dipimpin oleh Robby Djohan dan berlanjut ke Agus Martowardoyo), Garuda (Emirsyah Satar), (dan mungkin juga di PLN saat dibawah pak Dahlan Iskan, serta di Pelindo II dibawah CEO hebat bernama RJ Lino) sebagian ditentukan oleh latar belakang CEO mereka yang berasal dari private sector. CEO dari dunia swasta bukan lebih hebat, cuman mereka unggul dalam dua elemen vital : lebih berani ambil risiko dan cepat mengambil keputusan.

Itulah kenapa saya setuju dengan Sofyan Djalil (mantan menteri BUMN) saat dia bilang untuk mengubah BUMN, akan lebih berhasil jika kita mampu memilih direksi yang tepat, dan kalau perlu mengambil top executive dari dunia swasta (ucapan ini dia praktekkan ketika ia menjadi menteri; dan sebagian terbukti berhasil).

Poin # 3 : Succes Stories Drive Transformation. Saya termasuk orang yang percaya dengan aliran “positive revolution” – sebuah aliran yang bilang, untuk mencapai kemajuan lebih baik kita berfokus pada strenghts dan success story, daripada membuang energi untuk menyalahkan, mengkritik dan berfokus pada kekurangan.

Dan kisah sukses itu ternyata melimpah juga dalam jagat BUMN di tanah air.

Kinerja bisnis Bank BRI dan Pegadaian termasuk fenomenal (rasio-rasio keuangan mereka termasuk TERBAIK DIDUNIA). Tukang insinyur dari Wijaya Karya dan Waskita Karya telah lama malang melintang di sejumlah negeri Timur Tengah dan reputasi mereka sangat dihargai disana. Para engineer dari PT. Rekin – Rekayasa Industri (BUMN dalam bidang mining construction) dua tahun ini memenangkan kontrak pembangun kilang minyak dari beragam perusahaan minyak kelas dunia (sebab mereka percaya dengan mutu pekerjaan Rekin).

Pesannya jelas : banyak BUMN yang telah berhasil dalam melakukan proses transformasi, dan kisah sukses ini pasti bisa di-duplikasi oleh BUMN lainnya.

Dalam pertemuan di Kantor Kementerian BUMN itu saya juga menyuarakan optimisme senada. Kepada bapak/ibu jajaran direksi itu saya hanya bilang : tugas Anda semua untuk mewujudkan optimisme itu.

Lalu, saya menutup public speaking itu dengan kalimat seperti ini : “Dan semoga sejarah kelak akan mengenang bapak ibu semua sebagai great leaders who can bring prosperity to this great nation.”

Photo credit by : Daniel KHC @flickr.com

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

37 thoughts on “Tranformasi BUMN dan Impian tentang Indonesian Incorporated”

  1. Terimakasih Pak atas sharingnya…memang BUMN saat ini memasuki era the new wave competition yang mau tidak mau harus segera berubah atau menjadi mangsa para predator lain…saya menunggu, perubahan besar lainnya, bahwa korporasi (BUMN) akan menjadi lebih baik mengungguli sektor swasta…

  2. Sebuah artikel yang menarik, akhir-akhir ini saya suka membaca artikel mengenai perkembangan BUMN sejak di bawah komando Pak Dahlan Iskan.
    Mari Tegakkan: Kerja,Kerja,Kerja dan (jangan lupa sama Allah).

    🙂

  3. Aslmkm. Met pagi mas yodia antariksa, membaca tulisan anda saya pagi ini merasa mendapatkan inspirasi dan semangat baru. Semangat karena Perusahaan Saya disebutkan sebagai salah satu BUMN dg rasio keuangan terbaik di dunia. Pegadaian Yes Yes, Benar Caranya Berkah Hasilnya. Semangat Pegadaianers!!!. Waslmkm

  4. Terima kasih mas yodhia atas artikel paginya. Membuka wawasan, memberikan pencerahan dan berusaha mengaktualisasikannya dalam kehidupan kerja.

    Semoga BUMN kita benar-benar dipimpin dan dibawa ke arah yang positif, sehingga kesuksesan bukan saja sebagai kisah semata, tetapi berkelanjutan. Tank’s sekali lagi Mas atas sarapan pemikirannya dipagi ini dalam mengawali aktivitas kerja.

  5. terima kasih atas inspirasi pagi yg sederhana secara analisa tapi mendalam secara membangun paradigma yang baru bagi sebuah bansa yang haus dan miskin akan keberpihakan bersama para pelaku pertanian di Indonesia.

  6. Sepakat Bang Yodh, posi+ive mental dan tindakan membawa kita pada kebermaknaan hidup apapun profesi dan “kolam” rejekinya. Mari ajarkan ke next generation terdekat (keluarga) untuk Generasi Emas Indonesia!

  7. Trimakasih atas info yang menyegarkan semoga memang proses transformasi ke depannya juga sesegar info ini dan itu juga merata di semua bidang….

  8. Jajaran top management mungkin sudah OK diantara perusahaan-perusahaan BUMN, namun di tingkat operasional masih banyak “tikus-tikus” yang berkeliaran mencari remah-remah yang berceceran…

    contoh: bila perusahaan anda berhubungan dengan Pertamina atau Pelindo, coba tanya bagaimana proses mendapatkan proyek tsb, belum lagi proses penagihan invoice..?? berapa meja “tikus” yang harus dihadapi terlebih dulu…

    memang semuanya masih “oknum”, namun alangkah indahnya bila oknum tsb diberantas sampai akar-akarnya..?? kami sendiri sudah mengalami hal ini.

  9. subhanallah, tulisan pak yud membuat saya semangat, husnudzon thd perkembangan ekonomi indonesia, mudah-mudahan diiringi dg perkembangan pengamalan agama.

  10. Dengan situasi ekonomi global saat ini menurut saya memaksa semua pihak termasuk BUMN untuk melakukan perbaikan. hal ini mutlak dilakukan karena kondisi mengharuskan melakukannya utk tetap eksis.

    Apalagi saat ini kementerian BUMN dipimpin Dahlan Iskan, CEO terkemuka negeri ini.

    Saya berharap semoga DPR “partai politik” tidak mengganggunya utk terus memperbaiki BUMN krn resikonya adalah mereka kehilangan “cashcow”nya. mudah-mudahan.

  11. Terima kasih mas Yod… sangat inspiratif, mudah-mudahan BUMN kita mampu berbicara lebih banyak dibawah pimpinan pak Dahlan….

  12. semua harus mengakui sudah banyak perubahan diBUMN, disamping hal yang disampaikan diatas kita sebagai warga bangsa juga ikut berperan terutama BUMN untuk pelayanan umum dan monopoli.

    Kita harus beramai -ramai mengkritisi perusahaan yang berkinerja jelek, PT KA, Penyeberangan, PLN dan juga yang lain, agar semangat perubahan berkobar bukan hanya pada jajaran top saja.

  13. Waah… tulisan yg mencerahkan…. Poin yg pertama dalam waktu dekat ini kemungkinan akan diadaptasi oleh perusahaan tempat kerja saya, demi kemajuan perusahaan. Mantap.

  14. Terima kasih Mas Yodhia atas semua perjuangannya,mohon bantuan dan dukungannya

    saya lagi memperjuangkan transformasi usaha yang disebut “industri strategis dan manufaktur”

    bagaimana nih Mas, agar dinamika essensi dan substansi portofolio usahanya lebih aktual sehingga lebih mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan krusial strategis yang sebenarnya, saat ini dan mendatang.

    Juga mengutamakan pasar domestik yang harga jualnya terjangkau baru diiringi dengan pengembangan pasar ekspornya menuju cita indonesia yang mandiri,adil,aman,maju,makmur dan sejahteraaaa…..

    amin

    Salam, ms.

  15. Rasanya Indonesia perlu menentukan titik balik yang kuat sebagai negara yang SADAR untuk berubah, dan untuk melakukan itu hanya dibutuhkan SATU ORANG saja yang benar-banar reliable dengan visi dan misi kenegaraannya. Disitulah landasan kokoh yang dijadikan starting point untuk membuat BUMN , kementrian atau bentuk lembaga negara apapun untuk meroket.

    Ketika negara sudah menentukan arah dan tujuan atau strategic plan yang firm, itulah nilai objective yang dijadikan focus dan prioritas bagi setiap lembaga dibawahnya, kemudian membangun relationship antar lembaga sehingga mampu menciptakan TRUST untuk melakukan sinergi dalam menciptakan iklim integritas.

    Rasanya memang tidak perlu memikirkan mekanisme atau concept yang aneh-aneh untuk Indonesia, se-complecated apapun kondisinya, yang diperlukan adalah SATU ORANG yang mempunyai keberanian, inisiatif dan perencanaan jangka panjang yang matang serta konsekwensi untuk menjalankannya.

    Hanya saja kemurnian nilai seorang pemimpin yang berkarakter “Leader at Hight Level” atau karakter Pemimpin yang melayani belum terlihat nyata.

    Perlu seseorang yang mempunyai mindset dimana ketika berbicara Kepemimpinan, sejatinya bukan berbicara atau berfikir masalah diri dan keluarganya tapi berbicara mengenai orang-orang dibawahnya, bagaimana melayani, meningkatkan kemampuan dan memberdayakannya.

    Seseorang seperti Gandi yang mampu merubah India dengan kesederhanaan dan kebijaksanaannya , seseorang seperti pemimpin China yang tegas dan konsekwen, seseorang yang berani dan cerdas seperti Cavez dari Venezuela.

    Tanpa paradigma itu, kita hanya strugle dan banyak terbentur dengan birokrasi yang dibuat-buat, terbentur dengan kepentingan pribadi dan politik.

    Anyway, mau bergerak dari level manapun syah-syah saja, dan Mas Yodia beserta jajaran BUMN sudah mulai mencoba untuk turn arround management, menentukan titik balik perubahan, namun sejatinya saya lebih cenderung untuk memprioritaskan point no.2 dari apa yang disampaikan mas Yodia sebagai landasan utama.

    Mudah-mudahan jajaran BUMN mampu mendobrak semua birokrasi diatasnya yang biasanya menjadi barrier dalam menjalankan bisnisnya.

  16. tulisan yg bagus pak 🙂
    mmg kita bkn negara liberal dmn negara tdk boleh berbisnis (memiliki BUMN). di Indonesia, BUMN akn mnjadi penggerak dan pendorong ekonomi jg seharusnya bisa mnjadi perintis industri yg swasta belum bisa memasukinya.

  17. memang sudah waktunya kalau korporasi BUMN untuk beradaptasi dengan iklim persaingan usaha dari perusahaan swasta lainnya, sehingga mau tidak mau harus menjalani pilihan: digilas atau menggilas perusahaan lain.
    bravo bung yodhie

  18. bravo mas yodhia!!!…kebetulan saya jg trainer…bagi resep mujarabnya mas yodhia utk menjaga adrenalin kita tetap terjaga di depan audiens ” sekaliber” audien tempat mas yodhia memberikan ” public speakingnya”

  19. Demitri (22) : kuasai materinya ya….kalau kita feel oke dengan materi yang akan kita bawakan…saya kira kita bisa deliver dengan konfidens meski audiens adalah C-level people.

  20. Luar biasa pengalaman masa lalu saya yang bekerja di BUMN.

    36 tahun tampa transformasi BUMN akan terlena dengan gayanya pemain tunggal lu siape gue siape, tetapi sekarang sudah kuno dengan bahasa terasebut,cepat atau lambat harus segera berubah kalau tidak siap siap digilas pendatang baru.

    berubahlah saat ini juga. adios bravo bung Jody

  21. wajah2 para ceo atau pejabat yang ceo nya dari “PNS” yang gak berasal dari swasta gimana tuh mas yodhia waktu dijelasin tentang konsep ini?

    btw, tulisan mas emang selalu super!! 🙂

  22. Mas, kalo pelayanan publik seperti kelurahan, kecamatan, KUA dan lain-lain dibuatin kompetitor bisa gak ya. supaya mereka mau maju dan kerja bener gitu…competitor drive transformation

  23. Saya biasanya ga pernah terlewat artikennya pak Yodia, kecuai kali ini 🙂

    Benernya ada 1 hal yg agak membuat saya bingung, tentang positif revolution, dimana di tulisan pak Ayodia tentang kebangkitan Nissan (salah satu tuisan yg sangat menginspirasi saya pak), bahwa langkah pertama yang diambil sang CEO baru adala membangkitkan sense of urgency. Menyadarkan seluruh elemen bahwa perusahaan sekarang dalam keadaan sekarat. Langkah ini bukannya kebalikan dari positive revolution?

    Saya pribadi juga lebih senang dengan,positive revolution, dimana tingkat stress lebih rendah kalo dibanding tiap saat kita harus ternging-ngiang “hei, perusahaan loe mo bangkrut. Wake up hoi!”

    Akhir dari pertanyaan saya, kapan waktu terbaik untuk menjadi positive atau urgency?

  24. Rizalarable (26) : ya bisa juga….namun dengan penerapan standar service level….dan kemudian standara pelayanan ini (misal bikin KTP same day service; atau ngurus surat nikah 30 menit selesai,dst) ditempel di koran-koran…..

    Service level itu merupakan janji/promise yang kemudian harus dipenuhi…bisa mendorong perubahan ke arah lebih baik.

    Rono (27) : pemicu awal memang sense of urgency untuk ber-ubah. Change or die. Namun setelah muncul kesadaran untuk berubah, maka peta perubahan sebaiknya berfokus pada “apa yang bagus yang sudah pernah kita lakukan”.

    Fokus pada positive achievement yang relevan untuk didayagunakan.

    Jadi urgency di awal : lalu di tengah-tengah bangun positive atau strenghts based change roadmap.

  25. Pak Yodh,
    sukses selalu majukan SDM Indonesia.
    tidak harus CEO BUMN dari private, juga joint venture BUMN dg private
    sector kelas dunia, salah satu opsi transisional culture.

  26. Pak Yodh, artikel yang menarik sekali. saya yakin Indonesia Incorporated itu ide yang sudah ada semenjak Kementerian BUMN hadir.

    sayangnya bentuk yang diinginkan oleh pemrakarsanya yaitu Pak Tanri Abeng yaitu BUMN Holding (seperti Temasek dan Khazanah) tidak dapat tercapai, jadinya ya seperti saat ini, BUMN itu dipimpin sebuah Kementerian, yang menurut saya itu kurang efektif.

    sampai saat ini keinginan untuk menjadi BUMN Holding tetap bergema, namun selalu terjegal oleh ‘Lapangan Banteng’ dan ‘Senayan’.

  27. sangat disayangkan krn masih ada Jajaran Direksi BUMN yg hanya membikin brand image buat “dunia Luar”… Laba tinggi, progress bagus, penghargaan manjerial ada, sehingga harga sahamnya naik… tetapi sering dilupakan kesejahteraan karyawannya.. jd sebenernya image Jajaran Direksinya diinternalnya sendiri tidak bagus… akan jd bumerang ketika karyawannya “menggeliat dan Vocal” saya yakin image yg dibuat untuk “Dunia Luar” akan hancur lebur… (curhat.com)

  28. Betul semua 3 point itu.
    ASAL dlm setiap pembicaraan pengembangan nuansA kemitraan, selalu mengemuka antara publik pemerintah dgn bumn dn swasta Nasional. Bukan sailing hindar Resiko. Kalau demikian kapan bisa Incorporated.

    Mengenai kompetisi. Sdh saat nya ada aturan neutralitas kompetisi bagi bumn, biar level playing field dgn swasta.
    Insentif da kwmudahan lain yg dimiliiki bumn, tidak fair bila dikompetisikan .
    Perlu aturan competitive neutrality.

    Hal lain Kalau nyusun masterplan hendaknya yg realistik dan affordable.
    Jgn mimpi apalagi tidak Ada best or better target, buat success story.

Comments are closed.