Show Me the Money ! Show Me the Money !

Kalimat itu menjadi legendaris sejak diucapkan oleh seorang agen pemain soccer dalam film indah bertajuk Jerry Maguire (tokohnya dimainkan dengan brilian oleh mas Tom Cruise). Yeah, show me the money. Show me the money.

Pada akhirnya, financial reward ternyata masih merupakan instrumen motivasi paling ampuh untuk menopang kinerja kaum profesional. Paket remunerasi yang mak nyus ternyata tetap masih merupakan elemen kunci kala kita mau bicara tentang peningkatan produktivitas pekerja.

Di Senin pagi yang cerah ini, sejenak kita mau menyisihkan waktu buat mendiskusikan variable kunci ini : tentang aspirasi untuk merengkuh financial reward yang melimpah. Tentang harapan untuk menggapai financial income yang rancak dan bisa bikin hati sumringah.

Sejatinya terdapat beragam aspek ketika kita mau bicara tentang teori motivasi dan korelasinya dengan financial reward. Kali ini kita mau menelisik dan mengulik dua aspek utama diantaranya.

Principle # 1 : Show me the money first, then I will deliver. Ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang seperti aspek tantangan pekerjaan, aspek hubungan dengan atasan, ataupun juga aspek jarak kantor ke rumah. Namun aspek-aspek ini acap disebut sebagai “additional motivating factor”, sementara baseline factor-nya adalah financial reward (salary and bonus).

Dengan kata lain, perusahaan tak perlu bicara dengan heroik tentang visi, misi, tentang motivasi kerja, tentang semangat teamwork, dan blah-blah, lainnya sebelum baseline factor itu dipenuhi. Bicara tentang “hal-hal heroik” semacam itu, namun gaji pegawai masih dibawah standar, adalah sebuah dagelan yang mirip pagelaran ketoprak.

Memang ada beberapa business owners yang berkilah : kerja dulu yang giat, nanti kalau kinerja bisnis bagus, you baru gue kasi kenaikan gaji. Ini prinsip yang terbalik.

Yang benar seperti ini : berikan yang terbaik kepada karyawan terlebih dahulu, dan kinerja bisnis pasti akan meningkat (ini bukan sekedar ngecap tapi sudah dibuktikan melalui beragam riset empirik, dan dipraktekkan oleh nyaris semua perusahaan top kelas dunia).

Ada kalimat begini : If you give peanuts you will get monkeys. Maksudnya : ada harga ada rupa. Kalau you hanya kasi peanut, ya you bakalan cuma dapet monkey.

Kalau mau kinerja bisnis terus meningkat ya harus terlebih dahulu memberikan yang terbaik bagi karyawan. Kalau ngasi gaji-nya pas-pasan namun karyawan terus disuruh kerja keras banting tulang……wah capeee deh.

Prinsip berikutnya yang juga kudu diperhatikan dalam teori motivasi adalah apa yang disebut sebagai : Hedonic Adaptation. Artinya : gaya hidup kita pasti akan ngikut (melakukan adaptasi) dengan besarnya gaji yang kita terima. Contohnya begini : dulu ketika gaji Anda hanya 2 jutaan, pasti ngebayangin betapa indahnya kalau gaji Anda bisa tembus 10 jutaan (bisa nabung banyak deh). Namun ternyata ketika gaji Anda benar-benar tembus 10 juta, kok uangnya tetap habis juga ya (tetap ndak bisa nabung juga).

Dan ini dia : kegembiraan saat menerima kenaikan gaji tersebut (berapapun besarnya), hanya bertahan tiga bulan. Setelah itu, perasaan sukacita itu lenyap (dan gaji besar yang tadinya Anda tunggu dengan sepenuh hati lalu menjadi biasa-biasa saja; serta di-anggap sebagai sesuatu yang “given”).

Apa maknanya bagi manajemen perusahaan? Jika perusahaan memang ingin memberikan financial reward yang besar kepada karyawannya; maka lebih baik dengan pola seperti ini : gaji bulanan cukup standar saja, namun bonusnya (variable income) sangat gede (bisa 10 atau 12 kali gaji bulanan).

Dan menurut para ahli human behavior, akan jauh lebih bagus dampaknya bagi motivasi karyawan jika bonus itu diberikan secara bertahap dalam jangka setiap bulan (daripada sekaligus setiap tahun).

Nah ada perusahaan yang melakukan persis seperti itu : di awal tahun CEO perusahaan ini bilang, bahwa ada target penjualan bulanan yang mesti dikejar. Jika target bulanan ini tercapai, maka di bulan itu semua karyawan (bukan hanya bagian sales tapi semua karyawan) akan dapat bonus 1 kali gaji.

Jadi jika setiap bulan, target penjualan itu tercapai, maka setiap bulan pula karyawan akan dapat bonus satu kali gaji. Apa dampaknya? Omzet perusahaan itu langsung lepas landas berlipat-lipat. Pemilik perusahaan happy. Semua karyawan juga happy.

Itulah dua prinsip penting yang kudu dicatat jika kita bicara tentang fincancial reward and job motivation. Jika dua prinsip diatas diterapkan, saya yakin Anda semua pasti juga akan happy.

Dan dengan itu, Anda tak perlu lagi terduduk lesu, dengan wajah sendu, sambil terus mendesis lirih : show me the money….show me the money.

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

40 thoughts on “Show Me the Money ! Show Me the Money !”

  1. Mantap benar Mas Yod. Memang betul bahwa realitanya uang di depan, baru kerjaan di belakang pasti beres. Sebuah sajian yang ringan tetapi bergizi tinggi sebagai suplemen di tengah malam…

  2. bonus tahunan yg bisa 10x lipat tentunya sangatlah menarik. menurut saya ini yg paling ideal.

    Asal jelas perhitungannya dan semua kary bisa ngitung dapetnya.Biasanya bisnis owner sayang/kurang rela memberikannya.

    wong sdh jelas di depan mata masuk profit kok dibagi sedemikian besarnya.

    ya begitulah..antara kary dan pengusaha sama aja yg dipikirkan, show me the money!jika bonus diberikan tiap bulan, lama2 bagi kary dianggap sbg penghasilan tetap, dan inipun habis juga buat hidup bulanan.

    Nah, kl habis gmn? Apa bln dpn msh dpt?blm tentu! efeknya? kerja angin2an lagi…jadi sebaiknya tahunan aja, tapi minimal 10x gaji, dijamin top markotop.

    salam,
    wahyudi
    http://www.AvailableArticle.com

  3. Setuju Pak Yodhia, motivasi utama bekerja adalah uang. Tapi hal ini tidak boleh membatasi kreatifitas kita untuk berkarya dan memberikan yang terbaik kepada orang lain.

  4. Menarik Bang Yodh, cuma ada tantangannya pemberian Variabel Income ini, yaitu pembatasan oleh UU TK No.13/2003, dimana Fix Income dan Variable Income diatur setidak-tidaknya 75% (Fix) : 25% (Variable). Dalam UU No13/2003 disebut sebagai Tunjangan Tetap dan Tunjangan Tidak Tetap.

    Oleh karena ada aturan tsb, maka pihak SP mempertanyakan kalau VI jauh lebih besar dari FI. Jangankan 1:10, 1:1 saja sdh menimbulkan banyak pertanyaan dari SP. Lagipula FI menjadi dasar perhitungan Jamsostek, Pesangon, THR dll nya, demikian argumen SP.

    Terima kasih.

  5. Setahu saya kalau bonus (diluar gaji dan tunjangan) adalah hal – hal yang disesuaikan dengan kemampuan organisasi.

    Jadi mestinya di luar hal – hal yang memberikan kenikmatan.

    Tunjangan tidak tetap juga sifatnya bergantung dari kemampuan perusahaan. Kalau ada budget lebih, perusahaan boleh memberikan lebih di luar tunjangan.

  6. Problemnya tidak semua perusahaan menganut hal yang sama. Laba Rugi yang tidak bagus, menyebabkan perusahaan sulit memberikan bonus.

    Saya rasa perusahaan harus memikirkan human behavior (yang 3 bulan sekali itu), dan segera melakukan efesiensi terhadap biaya2 yang tidak perlu sehingga laba rugi perusahaan makin membaik.

    Setiap 3 bulan, manajemen bisa memberikan target pencapaian, laba, dan biaya operasi kepada semua karyawan dengan strategi yang nyata.

    Jika semua rasio dan target tercapai, maka manajemen akan memberikan bonus yang dijanjikan, ini sangat bermanfaat untuk talent management, karena memang biaya hidup makin tinggi, inflasi makin meningkat dan biaya sekolah..makkin membengkak.

    Terimakasih Pak Yodhia, semoga banyak Tim Manajemen Perusahaan yang membaca artikel ini….

    Selamat PAGI…..^^

  7. Bila pemilik rusahaan dan karyawannya sudah menyatu dalam tubuh yang sama. Sebesar apapun bonus akan diterima secara ikhlash.

    Terimakasih Pak Yodh atas ilmunya.

  8. sangat ideal pak,tapi saya setuju meski untuk mewujutkannya terutama di perusahaan kecil kayaknya hampir2 tidak mungkin.

  9. Terima kasih banget atas artikelnya Mas Yodhia yang sangat fresh ini… tp apakah mungkin sebuah perusahaan memberikan bonus bulanan sampai sekian kali gaji karyawan? klo pun mungkin, kira2 cara pemberian bonus ini dengan sistem spt apa? apakah dengan penilaian kerja atau hanya pukul rata saja…?

    salam.
    Maher

  10. Jangan lupa selain Reward harus ada pula Punishment, Punishment dimaksud adalah peninjauan status / existensi kary di Perush bagi yg kinerjanya dibawah rata2.

    Karena tdk sedikit kary tdk tertarik dg berbagai macam bonus yang ditawarkan apalagi bonus tsb sdh menjadi sesuatu yg given, tentunya sdh melalui upaya dg berbagai konseling / coaching atau training untuk mengisi gap yg terjadi sehingga tdk mencapai target.

    Sedikit komentar dg bahasan UU no 13 oleh Abhi ; bahwa UU no 13 adalah ttg pengaturan basic salary dan tunjangan2 tentunya diluar bonus yg merupakan insentif, shg segala policy2 ttg bonus go ahead lah, tdk ngaruh dengan keberadaan UU no. 13.

  11. Mantap. Banyak memberi maka akan banyak menerima. Jika sebuah perusahaan banyak memberi maka karyawan pun akan meningkat produktivitasnya. Target is not everyhing but happiness will blow up your target.

  12. Good artikel bang Yod..

    namun sekedar masukan.. hal itu perlu sangat diperhitungkan ketika prinsip tersebut diterapkan pada usaha yang baru..

    sekedar share..

    dulu saya pernah melakukan prinsip tsb pada resto yang saya buka dipemalang.

    namun ketika semua konsep dan instrument marketing sudah mulai kami mainkan, semua berbalik dengan omset yang tidak sesuai dengan angan dan harapan serta beban yang melebihi kapasitas.

    kami menderita kerugian terus menerus sehingga akhirnya dengan berat hati kami lakukan pemangkasan dan imbasnya,disitulah mulai banyak perpecahan.. dan endingnya dengan berat hati kami menutup usaha kami.

    Mungkin konsep ini sangat bagus diterapkan ketika sebuah perusahaan sudah berjalan. Thanks.. dan sukses selalu pak.

  13. Sayangnya perusahaan kelas dunia itu tidak banyak di indonesia ya, sehingga contoh empiriknya seperti berasa dari luar angkasa.

    Kalau contoh itu ada di perusahaan dalam negeri sendiri, sebagai karyawan ataupun pemilik perusahaan akan berlomba menjadi yg terbaik, si bos gak menangguhkan rizki si karyawan, si karyawan gak ngeluh aja tiap hari.

    Seperti kesimpulannya tetap ada hukum sebab-akibat, kasih kacang datanglah monyet, kasih daging harimau yg datang. 😀

  14. Maher (13) : untuk pembagiannya mungkin dipilah. Untuk departemen sales bisa variatif tergantung pemenuhan target sales-nya.

    Namun untuk departemen supporting, saya kira akan lebih baik disamakan…lebih mendorong kebersamaan dan sinergi.

    KEBERSAMAAN dan SINERGI ini yang suka hilang kalau kita terlalu fokus pada penilaian kinerja individual (yang acap justru mendorong egoisme sektoral dan merusak kebersamaan antar departemen).

  15. betuul…. untuk memotivasi pegawai diperlukan uang penghargaan utk mendapatkan kontribusi yang diinginkan sesuai target.

    namun diperlukan hitungan %tase terntu. dan setiap tahun disamping adanya bonus juga dipertimbangkan kenaikan penghasilan bulanan yg tetap.

    serta jaminan kesehatan bagi pegawai dan keluarganya. jelas pegawai akan berlomba utk meningkatkan kinerja meraih kesejahteraan.

  16. Ada beberapa poin yang menarik dalam waktu dalam artikel ini, tetapi saya tidak tahu apakah aku melihat mereka semua pusat ke jantung. Ada benarnya, tapi saya akan mengambil pendapat terus sampai saya melihat lebih jauh. Baik artikel, terima kasih dan kami ingin lebih! Ditambahkan ke Feedburner juga

  17. 1. “Kalau ngasi gaji-nya pas-pasan namun karyawan terus disuruh kerja keras banting tulang……wah capeee deh.” kadang ada lho pak orang yang kerja keras tapi mau dibayar apa adanya. prinsipnya, kalau ikhlas gak terlalu mikir uang, Tuhan pasti mbalas dengan memberinya rezeki melalui jalan yang tidak disangka-sangka. menurut anda bagaimana?

    2. pendirinya facebook susah payah berpikir menciptakan web tapi kok juga tidak berharap uang? malah dia bahagia bisa menciptakan web meski tidak dapat uang (ini pernyataannya dia sendiri berdasarkan salah satu referensi yang pernah saya baca). bagaimana juga pendapat anda?

  18. Anda membuat beberapa poin yang baik di sana. Saya melakukan pencarian pada topik dan menemukan kebanyakan orang akan setuju.

  19. bener” mak Nyus… Sepertinya perusahaan tempat saya bekerja lbh mirip bahasan yang pertama, owner bilang kerja dulu yang rajin… baru naik gaji … akhirnya yang terjadi memang hampir gak jauh dari yang pak Yodhia sampaikan.. 😀 kecuali beberapa orang.. 🙂

  20. setuju banget Mas Yod, bicara misi, visi perusahaan boleh-boleh aja, tapi tanpa ada reward ke karyawan sama juga bohong … alias omdong (omong doang) …

    lebih keren lagi buka usaha sendiri u/ mencari kebebasan financial..

    syukur2 bisa ngebantu/manfaat bagi orang lain… Amiiin.

  21. Wah senang sekali saya bisa membaca artikel pak Yodh. Saya termasuk salah satu tim manajemen di sebuah perusahaan yang berkembang.

    Sebagai gambaran bagaimana motivasi kerja dihidupkan di berkembang perusahaan kami.

    Setiap semester kami selalu membentuk sebuah tim kecil dimana tim ini bertugas utk menangkap setiap hal-hal baik yang telah karyawan berikan kepada perush. kemudian tim ini akan me-recognise itu ke semua karyawan.

    Memang benar yang pak Yodh sampaikan, beri kacang datang monyet, beri daging datang harimau. Kalau perusahaan yang belum sanggup memberi daging berilah “pengakuan”.

    Regardz
    Salam kenal pak Yodh.

Comments are closed.