E-Learning : Tentang Impian Membangun Knowledge Workers

Knowledge Worker. Brain-based Business. Inilah sejumlah kosa kata yang mencoba mendedahkan sebuah fakta : masa depan kemajuan bisnis selalu akan ditopang oleh mereka yang mampu mengolah pengetahuan dan informasi secara cerdas.

Kompetisi bisnis makin meliuk-liuk. Tanpa ditopang oleh pekerja-pekerja yang berpengetahuan tinggi, sebuah organisasi bisnis bisa kolaps ditengah jalan, dan kemudian terlempar ke comberan. Lalu bagaimana cara menginjeksikan keping pengetahuan itu secara konstan ke dalam otak setiap pekerja?

Disitulah kita lalu bersua dengan gagasan tentang elearning : atau sebuah tema tentang bagaimana kepingan pengetahuan di-distribusikan secara virtual dan merata pada setiap anggota perusahaan. Just click away, and you can grab whatever knowledge you want.

E-learning sejatinya adalah sebuah konsep yang mencoba men-deliver pengetahuan secara online pada setiap dekstop karyawan. Harapannya, proses transfer pengetahuan tidak harus dilakukan dengan cara tradisional, yakni melalui class room training yang mahal, memakan banyak waktu, dan acapkali tidak efektif.

Melalui elearning, kepingan pengetahuan langsung di-deliver secara online ke masing-masing dekstop, dan setiap karyawan bisa melakukan proses self-learning secara interaktif.

Idealnya konten learning tidak hanya di-deliver melalui dekstop dan laptop, namun juga via mobile devices seperti smartphone dan ipad/tablet. Bulan ini salah satu klien saya berencana membelikan 2000 iPad kepada semua manajer-nya. Yang keren : dalam iPad itu sudah otomatis terinstal portal e-learning yang didesain dengan interaktif dan sungguh inspiring.

Itulah contoh penggunaan medium iPad secara cerdas : digunakan sebagai media e-learning yang ampuh. Namun tak banyak yang seperti itu. Di bandara, saya masih sering melihat orang menjinjing iPad sekedar untuk main Angry Bird dan membaca portal hiburan. Kalau begini, teknologi baru sebatas digunakan untuk fashion, bukan untuk pemekaran pengetahuan.

Proses e-learning yang efektif sendiri setidaknya mencakup tiga elemen kunci. Yang pertama, adalah adanya Learning Management System yang solid (sering disingkat sebagai LMS). Elemen ini adalah aplikasi e-learning dengan mana semua konten pengetahuan akan di-simpan dan di-distribusikan kepada setiap karyawan.

Banyak aplikasi LMS yang tersedia di pasaran (banyak juga yang open source dan free). LMS yang bagus harusnya memiliki beragam fitur yang memudahkan proses pembelajaran : seperti fitur video interaktif, fitur social media for learning, atau fitur untuk melakukan uji materi pelatihan secara online.

Elemen berikutnya yang penting adalah ini : konten e-learning atau pengetahuan yang akan di-deliver. Departemen Training mestinya mampu mendesain materi-materi pelatihan secara atraktif, interaktif dan efektif. Banyak yang bahkan men-deliver konten pengetahuan dalam bentuk games online ataupun business simulation. Supaya menarik begitu. Biar ndak bikin bete. Fun Learning.

Dalam konten ini pula, disimpan beragam kepingan pengetahuan yang relevan dari beragam sumber, yang mudah di-akses oleh setiap karyawan. Just click away. Inilah sejatinya jantung dari sebuah knowledge-based organization.

Elemen terakhir yang penting dalam e-learning adalah : guideline yang jelas dari Departemen Training. Meski proses e-learning bersifat self-directed learning, namun tetap harus ada semacam panduan dari pengelolanya (yakni Departemen Training). Misal : tentang kapan sebuah topik e-learning akan di-deliver, berapa lama durasinya, dan bagaimana mekanisme pembelajarannya.

Sejumlah pengelola, bahkan melakukan apa yang disebut sebagai “Blended Learning” : yakni proses kombinasi antara e-learning dengan pertemuan tatap muka secara periodik. Sesi tatap muka ini hanya berlangsung dalam durasi pendek /short session.

Begitulah sejumlah kepingan yang harus di-stabilo jika mau mendesain sistem E-learning yang solid.

Sayangnya, proses e-learning ini belum banyak digunakan oleh perusahaan di tanah air. Banyak perusahaan yang masih “mengandalkan Google sebagai media e-learning bagi para karyawannya”. Doh.

Bagi mereka, ngapain repot-repot membangun E-learning Management System. Kan semua pengetahuan sudah ada di Google. Isinya lengkap. Gratis lagi.

Wokelah kalau begitu.

Photo credit by : pawel-tomaszewicz @ flickr.com

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

17 thoughts on “E-Learning : Tentang Impian Membangun Knowledge Workers”

  1. Inspiratif, sudah sering dengar, e-learning, baru pagi ini punya idea, untuk di tuang ke materinya.
    Thx.

  2. LMS ya… baru tahu itu
    apakah penerapan di organisasi dengan penerapan di organisasi non profit itu bisa di buat sama ya? ataukah memang harus ada modifikasi dan adaptasi di sana sini?

  3. Febri (2) : esensi proses learning sama, baik untuk bisnis ataupun organisasi publik. Aplikasi LMS juga bisa sama. Yang berbeda tentu konten-nya.

    Mungkin akan sejumlah konten yang spesifik sesuai kebutuhan organisasi.

    Justru bagi organisasi non profit, elearning makin mendesak, sebab bisa lebih efisien dari sisi biaya.

  4. Sedikit repot demi menuju perusahan yang lebih baik lagi menurut saya knp tidak?. Dengan disediakan & dibuatnya E-Learning dalam perusahaan, materi bisa lebih terarah dan menyesuaikan dengan Visi & Misi Perusahaan bersangkutan.

    Lain kata dengan cara googling, materi sangat beragam, dan bervariatif sehingga memungkinkan agak sedikit membingungkan karena materi yang tersedia sangat-sangat banyak…(dan sangat besar kemungkinan tergedoa untuk membuka yang lainnya)

    Jika Perusahaan menyediakan E-Learning, materi bisa disesuaikan dengan perusahaan bersangkutan sehingga para karyawan bisa lebih efektif dan terarah dalam meningkatkan kemampuan mereka…

    salam hangat semua…

  5. Sangat inspiratif. E-learning paling tidak menambah pengetahuan pegawai bagi budget perusahaan yang terbatas. Terimakasih, Pak Yodh.

  6. Memang benar mas, proses e-learning belum membudaya dalam suatu perusahaan.

    Saran saya, tolong juga info ini mas berikan kepada teman-teman yang ada di berbagai perusahaan sehingga proses ini akan menambah wawasan teman-teman, yang akhirnya juga akan menambah profit bagi blog strategi manajemen ini.

    tank’s atas sarapan pagi untuk memulai aktivitas kerja

  7. tetapi masih banyak perusahaan yang terjebak dalam metode klasik, sebuah pelatihan belum afdhol kalau tidak dilaksanakan dalam kelas, ada instruktur yang cuap2 dan peserta duduk rapi sambil menahan kantuk …:)

  8. On-line Learning sangat memanjakan visual learner, kalo cukup advance technologynya pun auditory learner bisa direngkuh… challengenya adalah how do we deal with the somatic and kinesthetic learner?

    Mereka sangat butuh untuk menyentuh-merasa-melakukan materi pembelajaran so, they can absorp the training effectively…

    Other challenges untuk on line learning adalah evaluasi berkenaan dengan efektivitasnya… Kumaha Kang Yodhia?

    In general… many thanks for very inspiring and crispy insights… keep the faith 4 success…

  9. Inspiring…
    Apakah ukuran besar atau kecilnya suatu perusahaan termasuk ke dalam pertimbangan ketika akan menerapkan progam e-learning?

    Apakah sama e-learning dengan knowledge management?

    Trims

  10. Didit (9) : untuk evaluasi efektivitas, bisa dilacak via uji materi yang baru saja di-pelajari. Juga bisa dilacak melalui tingkat penerapan materi yang sudah dipelajari. Pengukuran ini bisa juga dilakukan secara online; jadi lebih praktis.

    Lukman (10) : ukuran perusahaan biasanya akan jadi pertimbangan jika aplikasi LMS bukan gratisan tapi dibeli. Jumlah karyawan akan jadi basis untuk charge biaya aplikasi.

    Untuk konten; ndak ada perbedaan antara besar kecilnya perusahaan.

    E-learning memang mirip dengan knowledge management; bahkan saling komplemen. Dua-duanya akan mudah terjadi jika prosesdigitalisasi pengetahuan berjalan dengan baik.

    Dua-duanya akan saling mengisi melalui integrasi aplikasi e-learning dengan portal KM.

  11. saat ini banyak sekali info gratis anda dapatkan di google. Bahkan setiap webmaster jg selalu bersaing untuk menjadi nomor satu di rangking google.

    Situs gratis biasanya yang bisa exist dg pelanggan yg terus naik. Hal ini menjadi tantangan dept.training untuk membuat e-learning.

    Satu hal yg tdk di dapat di google adalah materi atau info yang sama persis atau sejenis dengan bidang kerja anda. disinilah ceruk/niche content itu ada dan bs diambil oleh dept training.

    Salam,
    Wahyudi
    http://www.whsiswanto.com

  12. Kadang memang kita banyak yang mendapatkan beberapa topik dan ide menarik dari googling

    yah di indonesia yang gratis masih lbh dsukai,, padahal kadang yang gratis hasilnya pun kadang gratis juga gak terlalu dnilai berharga..

    dan tentang ipad, mash banyak orang memakai hanya untuk sekedar game n life style 🙂

  13. Sebagian orang berInternet untuk mencari Solusi
    Sebagian lagi berInternet untuk mencari Komisi

    But jangan lama-lama Bos, karena Internet bisa bikin Crazy!

  14. hehe, lucu juga pak bacanya, ada benernya juga. Ternyata masih banyak perusahaan pakai google sebagai media pembelajaran karyawan, saya pun lebih sering ke google karena source ilmu yang diberikan perusahaan terasa masih kurang.

  15. Mas Yodhia,

    Menarik pembahasan mengenai e-learning di perusahaan.

    Alhamdulillaah di perusahaan kami, e-learning sudah dikembangkan sedemikian luas sehingga dapat pula digunakan via mobile.

    Tentu saja, masih banyak pekerjaan untuk meningkatkan efektivitas penggunaan e-learning.

    Untuk mendorong penggunaannya, perusahaan juga menjadikan keikutsertaan dan prestasi karyawan dalam menggunakan e-learning sebagai bagian dari prasyarat penilaian kompetensi.

    Salam, MasNovanJogja

Comments are closed.