Mengapa Apple dan Samsung Suatu Saat juga akan Roboh?

Tulisan saya minggu lalu yang berjudul The Death of Samurai : Robohnya Sony, Panasonic, Sharp, Toshiba dan Sanyo mendapatkan reaksi luas. Puluhan milis mengangkat tema itu sebagai bahan diskusi, mulai dari milis manajemen, milis komunitas, hingga milis humor (ajaib, apa hubungannya humor dengan kejatuhan Pansonic yaks?).

Beberapa manajer yang bekerja di perusahaan elektronik Jepang (dan pabriknya ada di Indonesia) merasa sangat terusik dengan tulisan itu. Mereka bilang tulisan itu tendensius, provokatif dan hanya mengabarkan informasi palsu. Doh.

Pesan tulisan itu sejatinya amat sederhana : di dunia ini sungguh tidak pernah ada keabadian. Perubahan bisnis berlangsung dengan dramatis, sehingga satu-satunya yang abadi adalah perubahan itu sendiri (the only permanent is change itself).

Apple dan Samsung yang kini menjadi dewa dalam panggung elektronika global, suatu saat niscaya juga akan terpelanting. Lalu apa saja elemen yang membuat sebuah perusahaan – sedahsyat Apple sekalipun — bisa roboh, dan apa yang kudu dihindari; akan kita racik sebagai sajian renyah di Senin pagi ini.

Limbungnya perusahaan seperti Sony dan Sharp sebenarnya hanya merupakan siklus sejarah yang kembali berulang.

Dulu kita pernah kenal merk televisi & audio seperti Grundig, Blaupunkt, dan JVC. Mereka semua dilibas oleh Panasonic dan Sony pada era tahun 80-an. Nah sekarang giliran Sony dan Panasonic yang ditendang oleh duet Samsung dan LG. Suatu hari nanti, duet Korea ini mungkin juga akan terkoyak oleh some companies from somewhere (mungkin dari China dan Indonesia. Who knows?).

Lalu apa yang sebenarnya membuat sebuah perusahaan bisa jaya, lalu semaput dan kemudian mati? Dari beragam studi terhadap bangkit dan robohnya sebuah perusahaan skala dunia, kita mencatat ada tiga variabel yang layak distabilo.

Variabel # 1 : Visionary CEO. Kebangkitan sebuah perusahaan skala dunia hampir selalu dipicu oleh founder and CEO yang visioner. Apple pernah punya Steve Jobs. Microsoft pernah punya Bill Gates. Sony dulu punya sang legenda Akio Morita. Dan Panasonic memiliki pendiri hebat bernama Konosuke Matsushita.

Sebaliknya, nyungsep-nya sebuah perusahaan juga lazim dimulai dengan sosok CEO yang abal-abal, alias tidak perform.

Sony kini limbung lantaran gagal menemukan sosok pengganti yang sehebat Akio Morita (kini Sony malah dipimpin oleh ekspat dari USA). Microsoft sama. Sudah sepuluh tahun harga saham Micorosft stagnan lantaran CEO mereka sekarang, Steve Ballmer, tidaklah se-tajir Bill Gates. Sebaliknya, Samsung terus melejit karena mereka punya CEO bernama Lee Kun Hee – sosok visioner yang dianggap sebagai The Steve Jobs of Korea.

Itulah kenapa, memprediksi kejayaan sebuah perusahaan dunia sebenarnya simpel : lihatlah level kecakapan dan track record CEO mereka.

Variabel # 2 : Arrogance Syndrome. Ini penyakit psikologis yang ternyata banyak di-idap oleh perusahaan-perusahaan besar. Bertahun-tahun menjadi market leader, membuat mereka pelan-pelan terjangkiti sindrom arogansi, dan acap jadi myopia (rabun) dengan dinamika perubahan.

Pada sisi lain, posisi sebagai underdog biasanya justru akan memicu fighting spirit yang dahsyat. Samsung dan LG dulu dianggap sebagai underdog sehingga amat bersemangat menjatuhkan Sony dkk.

Dan tekad itu menjadi “lebih mudah” lantaran pada saat yang bersamaan perusahaan-perusahaan elektronika raksasa Jepang tergelincir dalam “sindrom arogansi” yang membuat mereka terlena dalam kebesaran.

Pelajaran pahit itu yang kini coba diserap oleh Toyota. Petinggi mereka bilang : “Perusahaan mobil yang paling kami takuti bukan BMW atau Merceds Benz. Tapi Hyundai. Kami tidak ingin tragedi Sony menimpa pada diri kami”.

Maka benarlah senandung dari Andy Groove, pendiri Intel yang pernah bilang : Only paranoid will survive. Lengah sedikit, mati.

Variabel # 3 : Creative Destruction. Ini sebuah konsep radikal yang berbunyi seperti ini : bunuhlah produk Anda sendiri, sebelum kompetitor menyeretnya ke lubang kuburan. Kodak terlambat membunuh produk kamera mereka, dan akhirnya mati. Produsen disket gagal membunuh produk mereka, dan kini lenyap. Nokia telat membunuh symbian, dan kini mereka terkaing-kaing di bibir kematian.

Pesannya lugas : Anda tidak boleh terlalu jatuh cinta dengan produk Anda sendiri. Suatu saat Anda harus tega menguburnya, dan lalu segera pindah membangun produk baru yang mungkin sama sekali berbeda. Tidak mudah. Apalagi jika produk lama itu masih laris.

Itu yang namanya “innovator dilemma” : perusahaan gamang melakukan inovasi sebab takut ini akan membunuh produknya sendiri. Tapi ini yang harus dilakukan, sebelum kompetitor melakukannya dengan brutal dan tanpa ampun. Anda harus berani melakukan “Creative Destruction”.

Itulah tiga variable kunci yang layak dicatat untuk membuat sebuah perusahaan berkelit dari kematian yang prematur. Setidaknya, dengan pemahaman ini, sebuah perusahaan bisa tetap hidup hingga 100 atau 200 tahun lagi.

Meski kita semua tetap sadar : dalam dunia yang fana ini, tidak pernah ada keabadian.

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

63 thoughts on “Mengapa Apple dan Samsung Suatu Saat juga akan Roboh?”

  1. Beneran, Kenyataan waktu yang akan menggilas produk kita apabila kita gak berani membunuh produk kita sendiri. Sebab kompetitor sangat kejam tanpa ampun..

  2. sebuah brand yang mampu mempengaruhi dunia pada suatu jenis industri itu biasanya memang mengalami pergantian selama kurang lebih satu dekade. kita lihat nokia selama satu dekade belakang, kemudian JVC, dll.

  3. Harus sepakat dulu. Bila suami & istri berencana menjual “kue”. Pastikan kue itu dibuat seolah-olah untuk anak kita sendiri. Dibuat bukan sekedar mencari keuntungan semata tetapi dilandasi oleh rasa cinta. Terimakasih, Pak Yodh.

  4. Only paranoid will survive, dan bunuhlah produk sendiri, dan mulai ber-inovasi. Setuju banget Pak, disinilah peran penting R&D yang punya planning yang jelas dan fokus.

  5. tulisan yang sangat inspiratif pak Yod…memang jika kita tilik lagi, sepertinya “Change Management” setiap detik harus digelorakan menjadi nafas dan ruh di seluruh elemen perusahaan bahkan yang sudah meraksasa…

  6. sampai-sampai tulisan pak yodhia berputar-putar di kantor saya, seolah-olah berlomba pengen mengirim lebih dulu, sehingga akhirnya banyak juga yang “tabrakan” alias saling mengirim :)).
    benar: sejatinya yang tetap adalah perubahan itu sendiri

  7. Sip analisisnya. Inovasi memerlukan paralelitas, tak hanya pada produk juga pada CEO beserta segenap SDM nya. Hanya Visi dan Tekad yang kuat secara kompak yang akan dapat melepaskan keikhlasan anggota perusahaan untuk naik turun gunung lembah ngarai mendaki kejayaan, perjuangan dan kejayaan berikutnya

  8. Sudah sepuluh tahun harga saham Micorosft stagnan lantaran CEO mereka sekarang, Steve Ballmer, tidaklah se-tajir Bill Gates >> Ada hub CEO kurang kaya, dgn performa perusahaan kah?

  9. Bung Yodhia.
    Tulisan anda yang sebelunya, yang berjudul The Death of Samurai : Robohnya Sony, Panasonic, Sharp, Toshiba dan Sanyo, tentu sangat memancing reaksi, karena tulisan anda yang bernada sarkastis, menyebut bahwa
    1. Jepang
    · Tampak seperti robot yang bodoh dan tolol
    · Seperti pecundang
    · termehek-mehek
    · hanya bisa melongo.
    · mudah layu, dan kemudian semaput. Masuk ICU lalu mati
    2. Analisa anda yang ngawur, anda tawarkan sebagai pelajaran.
    “What went wrong? Kenapa perusahaan-perusahaan top Jepang itu jadi
    seperti pecundang? Ada tiga faktor penyebab fundamental “yang bisa
    kita petik sebagai pelajaran”
    Saya menganggap, ini namanya pembodohan publik.

    Tentu saja tulisan seperti itu akan mengundang reaksi keras, dan saya sendiri terpancing untuk meluruskan, dan itu yang saya muat di web sata. Silahkan disimak https://www.yosibara.com/Rubrik-Indonesia/the-death-of-samurai-bag-1.html
    Dan yang jelas, apa yang saya kemukakan disana adalah apa yang saya saksikan dan alami sendiri, bukan berdasarkan berita ke berita, atau rekayasa khayal.

    Kalau sekarang anda mengatakan bahwa “Pesan tulisan itu sejatinya amat sederhana : di dunia ini sungguh tidak pernah ada keabadian. Perubahan bisnis berlangsung dengan dramatis, sehingga satu-satunya yang abadi adalah perubahan itu sendiri (the only permanent is change itself).
    Cobalah anda tunjukkan, pada alinea atau baris yang mana anda menekankan pesan tersebut?

    Kesimpulan yang ingin saya sampaikan disini adalah:
    1. Marei kita berhati hati dalam menyampaikan opini atau analisa ke publik. Di era internet sekarang ini memang sangat mudah untuk menyampaikan opini atau ulasn ke publik, akan tetapi mari kita mengajukan opini secara bertanggung jawab, memberi gambaran yang benar.
    2. Dala era keterbukaan sekarang ini, mari kita jauhkan disi dari sikap yang saling merendahkan orag lain.
    Demikian Bung Yoshia dan salam

  10. Pak Simon,

    Tulisan di web anda sangat menarik, bisa menjadi penyeimbang artikel pak Yodhia. Sangat berguna untuk anak2 muda dan siapa saja pemerhati manajemen perusahaan.

    Salam,

  11. tulisan the death of samurai memang punya pengaruh besar, minimal orang jadi enggan untuk membeli produk dari perusahaan yang diduga mau mati…

  12. Menarik sekali pembahasan antara Bung Yodh dengan Pak Simon.

    Saya selalu mendapat banyak pembelajaran ketika membaca tulisan-tulisan Bung Yodh setiap Senin. Saya berharap proses “unlearn” tidak segera terjadi melalui “relearn” dari Pak Simon.

    Mari kita tunggu, pembelajaran berikutnya. Time is yours Bung Yodh.

    Salam
    Robin

  13. Menarik sekali Bung Yod ulasannya, dalam poin ketiga mengenai ‘bunuhlah produk Anda sendiri’.

    Jika mengaitkan dengan perusahaan mobile phone, sebenarnya langkah Nokia ‘dulu’ bisa dikatakan inovatif dari sisi hardware, namun tidak terlalu berubah dalam software Symbian-nya.

    Jika melihat BlackBerry dari sisi software juga tidak terlalu ada perubahan signifikan, apalagi hardware-nya tidak terlalu banyak berubah. Memang ada beberapa seri limited seperti ‘BlackBerry Porsche’, namun Nokia menghadirkan merk baru ‘Vertu’.

    Lalu mengapa BlackBerry sampai sekarang ‘masih’ bertahan, meskipun sebagian besar salah satu penghasilan-nya dari Indonesia?.

    Terlepas dari kualitas jaringan, tentu fitur BBM-nya yang membuat BlackBerry ‘masih’ bertahan.
    Fitur BBM BlackBerry yang membuat ‘ketagihan’ dan itu nilai tambah dari BlackBerry sampai sekarang.
    Saya melihat esensi mengenai ‘Creative Destruction’ adalah pembenahan yang membuat efek ketagihan pelanggan. Tidak efektif melakukan penghancuran sepenuhnya jika berhasil menanamkan efek tersebut.

    Salam,

    Bung Metal

  14. Bener sekali Mas… Heraclitus (filsuf yunani) aja berabad abad yang lampau sudah menyatakan “Nothing endures but change”, jadi memang pada dasarnya perubahan itulah satu-satunya yang tetap.

    Jadi kalau sekarang ke 4 samurai jepang tsb tumbang, itu artinya mereka tidak mampu lagi bertahan didalam derasnya gelombang perubahan yang terjadi. Itu kan juga terjadi terhadap MOTOROLA, IBM, dan sederet top company lainnya dimasa lalu.

    Pertanyaan yang mungkin harus dijawab oleh para stakeholder perusahaan-perusaah sekarang adalah… “Apa yang harus dilakukan, agar tetap mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi”. That’s it..!

  15. Woww, dahsyat. Pak, Yodh mau tanya dong, kalau perusahaan manufaktur jepang seperti honda, yamaha, suzuki, kawasaki dsbnya, kira2x prediksinya seperti apa?

  16. Pak Simon (15) : thanks for your insightful feedback.

    Toh fakta adalah fakta : harga Sony jatuh ke harga terendah dalam 40 tahun. Panasonic PHK 17 ribu karyawan krna rugi 90 trilyun rupiah.

    Btw, saya silakan pembaca untk mengambil kesimpulan sendiri – mana yang layak dijadikan learning points : tulisan saya atau sanggahan di blog bapak.

  17. ikut urun rembug ni Mas Yodhia… klo bisa dilampirkan juga data2 yg menunjukan harga Sony jatuh ke harga terendah dalam 40 tahun dan data2 yg menunjukan Panasonic PHK 17ribu karyawannya krn rugi 90 trilyun rupiah. ini untuk menghindari Suudzon.

  18. Ok Bung Yodhia. Inti dari sanggahan saya adalah tudingan, seakan akan limbungnya industri elektronik (bahkan hampir semua consumer product) adalah karena kesalahan konsep management atau hr management, yaotu pengambilan keputusan berdasatkan kesepakatan, serta budaya seniority.
    Padahal sesungguhnya adalah, industri tersebut ibarat orang yang tiba tiba tangannya buntung, tidak berdaya, karena kekurangan tenaga kerja, serta terjadinya yendaka.

    Mengenai jatuhnya harga (saham) perusahaan elektronik di Jepang adalah karena pemegang saham (masyarakat Jepang) sudah hopeless terhadap kelanjutan industri consumer product di Jepang, akibat 2 faktor yang saya sebutkan diatas.
    Pada saat semua sudah hopeless, semua pasti ramai ramai ingin menjual portofolionya, dan terjadilah tragedi ambruknya harga saham tersebut.
    Memang itu adalah fakta, akan tetapi penyebabnya sama sekali bukan karena alasan seperti yang diajukan oleh Bung Yodhia.

    Pada industri automtotive. masalah persaingan dan product development juga pada dasarnya sama seperti industri elekronik.
    Contohnya, karena industri sepeda motor dan Korea “ketendang” dari pasar, maka kini yang bersaing sengit adalah sesama industri sepeda motor Jepang. Mari kita perhatikan gelagat Honda dengan Yamaha, kemudian Suzuki dan Kawasaki nguntit dari belakang.
    Masalah yang berbeda antara elektronik dengan sepeda motor adalah ruang lingkup pasar. Kalau dalam industri elektronik, pasarnya lebih luas, global, akan tetapi pasar sepeda motor, riuhnya hanya di Indonesia.
    Kemudian pada industri mobil, mari kita cermati pada perkembangan obil hybrid, dan kini mulai muncul gagasab mobil listrik.
    Siapa dan karena apa mampu mendominasi pasar dimasa datang, mari kita cermati

  19. Benar dan memang tidak bisa dipungkiri. Sayangnya, kejatuhan samsung dan LG akan cukup lama imbasnya beserta apple karena sampai detik ini pun underdog teknologi belum keliatan pemain barunya.

    (entah mungkin pak yod bisa memberikan contohnya karena kami mungkin tidak tahu).

    Atau malah kejatuhan sony, panasonic, dll bisa bangkit kembali untuk bersemangat mengambil alih market leader juga tidak ada yang tahu. Karena teknologi itu cepat sekali.

  20. @Pak Simon
    Yea… temen sy brcerita byk saat dy kerja d Jepang.
    Byk produk2 Jepang yg hanya dipasarkan dalam negeri.
    Sy jg dnger byk ttg Akihabara… itu kota yg sgt keren…

    Di satu sisi P Simon sgt benar ttg kehebatan industri n manajemen Jepang.
    Di sisi lain P Yodhia juga benar ttg innovasi.
    Jujur saja sy jg benci dg kata “innovasi”, sy lebih suka kata “eksperimen”.
    Di dunia teknis ga ada yg namanya “innovasi”, cm org2 manajemen yg mengarang kata “innovasi” biar terlihat keren sbg judul buku.

    Mmm… pndapat sy sbg org teknis mgkn kekurangan Jepang adl :

    1. Kebanyakan anak muda Jepang sekarang gila IT.
    Menurut Keitaro Sekine prof Univ Tokyo,
    jarang sekali anak muda Jepang yg mau masuk ke industri elektronik.
    Kbykan malah masuk kuliah jurusan TI.
    Terlalu mengandalkan TI adalah arogansi elektronika.

    2. Terlalu byk development.
    Di dunia teknis, development terus menerus (kaizen) diperlukan.
    Tp di suatu titik org akan percaya pd yg namanya “expertise”.
    Para expert takut untuk melakukan hal baru, krn mereka ga mau terlihat bodoh untuk mencoba trial n eror.
    Linear Technology mjd The Most Profitable Tech Company th 2010 menurut majalah Forbes.
    Teknisi Linear sering melakukan trial n eror.
    Apple bukanlah Apple tanpa Linear Technology.
    Dlm bisnis profit n omzet itu berbeda, smua tau itu.
    Perusahaan lain boleh beromzet tinggi, tp mslh profit tunggu dulu…

    3.Terlalu berkelompok.
    Di dunia teknis produk hebat ga datang dr kerja kelompok.
    Sesekali ngobrol hal teknis dg teman/rekan kerja itu OK,
    tp terlalu byk ngobrol hal teknis akan menyebabkan org malas berpikir n bereksperimen.
    Kbykn org lbh byk ngobrolnya drp bereksperimen.

    4.Anak2 Jepang ga suka “kotor”.
    Kotor dlm artian messy lab.
    Lab-lab di perusahaan Jepang dijadikan tempat spa.
    Kata mereka “Siapa yg butuh Lab, bukankah skrg ada simulator komputer.”
    That’s an arrogance.
    Simulator dg dunia nyata sgt berbeda.

    Turunnya nilai saham atau kerugian perusahaan adl dampak LANGSUNG dr hal teknis.

    Kata temen saya “Sekarang smua hal dh ada, n org2 suka yg serba instan.”
    Nyatanya pd setiap fase penemuan baru, org selalu brkata “Smua hal sdh ditemukan.”
    Lucunya, saat Edison blm mnemukan lampu, smua org brkata “Smua sdh ditemukan, kami dh punya lampu minyak.”
    Org yg terlalu fanatik dg product development senang berkata “Smua sdh ditemukan, hanya perlu lbh baik, lampu minyak yg lebih baik”.

    Untung Edison ga membuat lampu minyak yg lebih baik, tp bola lampu.

  21. Sangat setuju dgn variabel #1. Perusahaan yg berjalan dgn benar saja utk saat ini tdk cukup. Perlu pemimpin yg bagus utk membelokkan arah di saat yg tepat dan menekan pedal gas dalam2 meninggalkan kompetitornya. Banyak perusahaan tahu kapan saat belok,.. tapi jalannya lambat. Banyak juga yg kencang inovasinya sampe lupa belok,… akhirnya kesasar…

  22. sanggahan ke komennya Zakky

    saya jd student d jepang dan skrg bekerja d salah satu univ jepang.. siapa bilang anak2 jepang ga suka messy lab..hohoho..salah sekali..

    ada lab yg lbh concern ke simulasi dan ada yg ke eskperiment.. kl yg ke eksperiment ya pasti messy labnya..messy di sini bkn jorok ya.. namanya jg eksperiment.. tp tetap bersih sebenarnya..yg tdk suka kotor itu mksdnya kitsui, kitanai dan kikken, spt kerjaan di pabrik2 manufacturing yg level bawah.. cb deh berkunjung ke pabrik toyota.. itu bersih sekali..

    banyak anak2 muda jepang mau bekerja di situ..dan samasekali ga kitsui, krn hampir semua pk tenaga mesin/robot..

    jepang memang terengah2 dibidang elektronik dibandingkan china/korea..kl mnrt saya krn yendaka dan jepang yg menganut sistem zero defect..ga suka launch produk yg blm 100% dijamin anzen (aman) dan joubu (kuat)..

  23. Saya jadi senyum senyum atas sanggahan Pak/Mbak (lebih mungkin Mbak) Nasha terhadap Pak Zacky.
    Saya coba bantu Pak Zacky, mungkin yang dimaksud adalah lanjutan dari informasi bahwa generasi muda Jepang tidak suka lagi tempat kerja yang “kitanai” “kitsui” dan “kiken” (3K)
    BTW. Nasha di Univ masa? bolehkah saya kontak kontak dengan Nasha? Saya ada sesuatu yang butuh bantuan dari rekan rekan yang ada disana. Japri saya di simon@yosibara.com
    Yoroshiku onegaiitashimasu

  24. Samsung bentar lagi akan kubur bada ^_^, so far samsung pake jurus sapu jagat dan rndnya gak terpusat di satu tempat, jadi untuk survive walaupun kena terjangan badai konpetitor, samsung kayaknya bakal bisa lebih bertahan di banding perusahaan sejenisnya, selain dari dia sudah mengembangkan industrinya dari hulu ke hilir (kalo diibaratkan perusahaan minyak)

  25. @nasha
    Masalah mahasiswa ga mau “kotor” sbenernya trjadi bkn hanya di Jepang, tp hampir di semua negara, trmasuk di kampus saya dulu.

    Dr. Minoru Nagata, Central Research Laboratory of Hitachi Ltd.
    Prof Nobuo Fujii, Tokyo Institute Tech
    Prof Ken Yanagisawa, Shibaura Institute Tech
    Prof Keitaro Sekine, Tokyo Univ
    Mereka yg bilang bahwa byk kemunduran pd anak muda Jepang sekarang.

    Because of many people cannot understand that analog circuits technologies are not out of date but they really a key to develop digital technologies, the number of students who want to learn analog circuits technologies are has been decreasing year by year. Even student who willingly study analog circuits tends to prefer computer simulation rather than experiments, so they lose a sensitivity to the real world. Accordingly this lead the results that only a very few number of universities in Japan still publish technical papers in the field of analog circuits.–Keitaro Sekine at the IEICE National Convention

    In the past 2 years, analog LSI has been developing, number of transistors per chip increases twice while available time for design decreases two thirds. But design engineers have 20% decreased in their fail rate at the first cut. Dr. Nagata also said that layout productivity increased 10 times and design correction decreased one tenth during this period. He stressed that these result could not be got without circuit simulators. –Artikel Keitaro Sekine

    Di Amrik sono ada perusahaan macam Linear Tech, Analog Devices, perusahaannya Robert Noyce bekerja sama dg Apple.
    Jd produk Apple ga dibuat seluruhnya sndiri, tp gabungan dr bbrp perusahaan dg teknisi2 hebat.

    Jepang bagus, cm gabungan perusahaannya yg kurang bagus.
    Sperti kata para prof di atas “Terlalu byk yg masuk jurusan IT.”
    Bgmn mgkn bisa bikin produk digital OK tanpa perusahaan analog yg OK.

    Klo China, Korea, India sy ga mo komentar… mereka cm tukang contek.
    Engineer-nya bner2 kamseupay 😛

    Bbrp bln kedepan sy mo kerja di pabrik elektronika Jepang yg 3K : kitanai, kitsui, kiken 🙂

    Yoroshiku… 🙂

  26. Japan has some but it ends up being pretty specialized for the consumer market. They have some good people. And they’re making circuits for the consumer area and, as such, they’re really not well distributed. So it’s little hard to see what’s going on but there is analog circuit design there. -Bob Dobkins, Linear Tech

    Sperti kata temen sy bahwa banyak produk elektronik Jepang yg hanya dipasarkan di dalam negeri.
    Jd cara satu2nya mngetahui elektronik Jepang adl dateng ke Akihabara.

  27. Mantap sekali. Benar2 pak Yodhia seorang innovator.

    Dari hasil pemikirannya keluar gagasan2 yg mampu menggugah banyak orang hebat. Jadi bermunculan kata2: iya. . .ya, masak sih, segitunya ya, beneran nih, dst. Jadi merangsang ahli2 untuk buka2 referensi, library.

    Btw, bgmn dg perusahaan komoditas yg dari dulu produknya itu2 juga?

  28. Bang, saya menjadi semangat mengikuti perdebatan ini, banyak hal yang bisa kita peroleh. Bagi saya bersyukur ada yang berani menyampaikan sesuatu yg mengundang perdebatan dan dari sini kita semua memperoleh manfaat. tmks Pak Yodhia dan Pak Simon atas masukannya.

  29. Setuju Pak,perubahan adalah yg abadi

    Perusahaan Network marketing relatip lbh bertahan karena strategi pemasaran nya selalu inovatip,seperti perusahaan mlm dari amerika sudah 50 tahun lebih,perusahaan Networkmarketing Malaysia, sudah hampir 30 tahun bertahan

    apalai inovasi produk pupuk organik dgn teknologi Nano sudah terbukti hasilnya membantu petani2 Indonesia,Anda ingin tahu infonya silaka klik link di atas

  30. menarik sekali perbincangan di blog ini…terlepas siapa yang benar dan yg tidak tepat, sebagai praktisi industri ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil agar kita meski bukan samurai tidak menuju kematian…terima kasih bang yodhia dan bung simon…mari kita hidupkan pembelajaran bangsa kita..

  31. Kalau Korea dan China sangat berhasrat untuk mengalahkan Jepang itu sangat masuk akal. Karena mereka pernah dijajah oleh Jepang. Sehingga perasaan untuk membalas dendam dengan mengalahkan perusahaan2 Jepang bisa menjadi spirit tersendiri.

    Lain dengan Indonesia yang kurang punya semangat untuk mengalahkan bekas2 penjajahnya. Tapi, bagaimana pun juga perubahan semakin cepat terjadi.

  32. Poin ke 3. Creative Destruction.

    Ini yang kadang malas dilakukan, tapi senang dipelihara. Menganggap keadaan bisa berjalan baik dan kadung sayang terhadap produk sendiri. Yup, lebih baik ‘membunuh’ 1 tapi melahirkan produk yang lebih laku lagi atau memelihara yang jelas2 memiliki potensi.

  33. komen Poin ke 3. Creative Destruction.

    saya membunuh aplikasi keuangan desktop berbasis client server yang sudah stabil dengan aplikasi web based dengan pengembangan selama satahun lebih.

    teryata keputusan itu tepat karena aplikasi desktop sudah expired di mata customer karena yang tren sekarang teknologi web.

    update customer yang lama dari versi desktop ke web based berjalan mulus karena customer merasa mendapatkan sesuatu yang lebih update.

  34. Wah beruntung nemuin blog ini, tulisanya tentang manajemen bagus-bagus dan diluar teori standart yang ada. salam kenal ya, blogwalking 😀 hehe *Lanjut baca postingan lain*

  35. artikelnya bagus om saya senang membaca nya..
    pro dan kontra udah biasa di indonesia,
    good work keep woles!!

  36. kalau menurut saya, tidak perlu mencari mana yang salah, artikel maupun sanggahannya. yang penting kita bisa mengambil pelajaran dari apa yang kita baca. terima kasih pak Yodia, maupun semua komentator2

  37. jadi, menurut kesimpulan saya, suatu perusahaan harus selalu melakukan continues improvement. namun, saya lebih tertarik dengan variabel yang pertama, dimana menjelaskan tentang visionary CEO, nah menurut bapak, apakah faktor seperti halnya penyampaian informasi atau pendokumentasian kerja dalam peralihan kerja CEO juga merupakan faktor yang penting didalamnya selain kualitas seorang CEO sendiri?

  38. Jadi, menurut kesimpulan saya, suatu perusahaan harus selalu melakukan continues improvement. Namun, saya lebih tertarik dengan variabel yang pertama, dimana menjelaskan tentang visionary CEO, nah menurut Bapak, apakah faktor seperti halnya penyampaian informasi atau pendokumentasian kerja dalam peralihan kerja CEO juga merupakan faktor yang penting didalamnya selain kualitas seorang CEO sendiri? terima kasih

  39. Sama kayak APPLE, dari iphone 2g sampe 5s gitu” aja ga ada inovasi. Sampe komentar ini ga brani di muat brarti penulis hanya memihak 1 produk saja!

  40. Menurut saya SONY masih yg trbaik dalam mengeluarkan barang, tidak seperti prodak dari SAMSUNG yg selalu gencar dengan kasus Manipulasi Kwalitas Hp,
    Sony Jepang Pelan tp Jujur & Pasti”

  41. Klo buat masalah hp saya berani jamin SONY salah satu Hp Trcanggih Di Dunia” Klo msalah KAMERA,WALKMAN music, GAME dll boleh di adu Kwalitas nya dgn SAMSUNG” Msalahnya Klo SONY Pasaran Menegah Ke Atas & MAHAL, Tp klo Samsung kn Ada Yg 800rb-an Juga NURAH” Jangan kn Samsung” Iphone & Htc aja Bisa goyang klo di Adu Kwalitas Canggih.nya Dgn Sony, ThanXs

  42. Disebabkan adanya kompetitor kita bisa terjaga! Maju terus, libas kompetitor besar yg congkak & pongah!

Comments are closed.