The Rise of Mobile Banking dan Cashless Society

Anytime_Anywhere_Banner_edited reMobile banking, saya kira merupakan salah satu inovasi penting dalam karnaval ledakan ekonomi berbasis digital – digitalnomics.

Bagi Anda yang belum menggunakan mobile banking, saya sarankan untuk segera menggunakannya dalam kehidupan finansial Anda.

Sebab agak aneh saja, kalau sudah memakai smartphone canggih, namun kalau transfer dan bayar ini itu kok masih pakai mesin jadul bernama ATM. Antik dalam era modern digital ini.

Selama ini saya sendiri menggunakan BCA Mobile Banking dan Mandiri Mobile Banking. Sejauh ini puas dengan layanan mobile banking dari kedua bank besar itu.

Terus terang saya sendiri merasa kehadiran mobile banking membuat keribetan dan antrian di ATM jadi peninggalan masa lalu.

Cek saldo, transfer ini itu, lalu bayar aneka macam tagihan seperti tagihan listrik, pulsa HP, hingga tagihan Indovision dan Indihome, dengan mudah bisa saya lakukan sambil duduk leyeh-leyeh.

Pernah suatu ketika saya lupa beli listrik prabayar, dan alarm listrik di rumah saya berbunyi di tengah malam. Untung ada mobile banking. Langsung beli pulsa listrik malam itu sambil tiduran di kasur, dan beres deh.

Bayangkan jika malam-malam harus ke ATM (yang makin rawan kejahatan). Apalagi kalau ATM-nya agak jauh dari rumah. Males deh.

Bagi konsumen seperti saya, mobile banking mungkin benar-benar memberikan SOLUSI bagi gaya hidup finansial yang SIMPLE dan TIDAK RIBET.

Namun bagi sisi bank-nya sendiri, mobile banking juga benar-benar sumber EFISIENSI yang MASIF. Mereka tidak perlu lagi terlalu banyak kasir, cabang bank dan menyediakan ribuan ATM jadul.

ATM memang memberikan efisiensi. Namun tetap mahal mengelola ribuan ATM yang satu unitnya berharga Rp 200 juta. Belum biaya listrik dan tempat dan maintenance cost-nya.

Itulah mengapa wacana Bank BCA beberapa bulan lalu yang akan mengenakan biaya admin untuk sekedar cek saldo di ATM masuk akal. Sebab memang mahal bung, biaya mengelola ribuan ATM.

Dengan mobile banking, jumlah ATM pelan-pelan bisa diturunkan secara signifikan. Lenyap biaya mesinnya, biaya sewa lokasi, biaya satelit, dan biaya perawatannya.

Efisiensi masif inilah hasil dari the Magic of Digital Power. The power of Mobile Banking.

Banyak yang hilang, peran ATM tetap perlu karena toh kita perlu narik uang secara fisik. Again ini pola pikir masyarakat jadul bin antik di era digital smartphone.

Welcome to cashless society. Ini memang harapannya.

Yang muram memang Indonesia ini termasuk negara TERTINGGI di dunia yang masih terlalu asyik pakai uang fisik. Biaya Bank Indonesia untuk mencetak uang kertas itu trilunan ya. RIBET dan MAHAL.

Anda sebagai generasi digital dengan smartphone canggih mestinya pelan-pelan bergerak menjadi motor perwujudan cashless society.

Contoh real cashless society ya kartu DEBIT itu. Ini juga penemuan magis dalam dunia keuangan. Saya sekarang hampir selalu belanja dengan kartu debit ini. Amat jarang bawa uang fisik.

Contoh lain : e-Money. Saya selalu memakai ini untuk membayar tol dan parkir. Jujur saya suka heran, naiknya mobil Fortuner kok bayar tol masih pakai uang fisik (bukan pakai e-Toll Card). Jadul dan antik.

E-Money lebih hebat dari ATM karena tidak perlu lagi ribet menekan alat pin.

Merchant (penjual) seperti layanan tol, layanan parkir, Indomaret dan toko-toko lainnya hanya perlu kartu E-Money untuk ditempelkan pada penggesek, dan SELESAI.

Kelak chip kartu e-Money ini bisa ditanam dalam smartphone. Jadi besok-besok kalau saya belanja ke Alfamart, cukup sodorkan hape ke kasir, dan BERES. Tidak perlu lagi uang receh dan kembalian permen. ANTIK.

Selain didorong oleh layanan seperti e-Money, cashless society terjadi juga karena mobile banking tadi. Kini semua transfer dan pembayaran ini itu, bisa kita lakukan secara online via mobile banking.

Kita tidak perlu lagi kertas lecek bergambar Pangeran Diponegoro atau Panglima Soedirman. Kertas warna merah biru ini layaknya masuk museum saja.

Mobile banking dan layanan seperti e-Money saat ini memang belum menjadi mainstream. Wajar kalau orang-orang di desa udik dan pedagang tradisional masih jarang menggunakannya.

Yang agak aneh, bahkan banyak orang-orang kota yang berpendidikan, pake smartphone keren, dan hobi baca blog legendaris seperti ini – masih juga jarang yang memakai mobile banking dan e-Money.

Mungkin pihak perbankan harus lebih agresif dan kreatif memasarkan layanan mobile banking dan e-Money. Harapannya, adoption rate dari dua layanan inovatif ini bisa makin meluas dan kelak cashless society bisa juga terwujud.

Use your mobile banking. Spend your e-Money. And let’s build Cashless Society.

banner

38 thoughts on “The Rise of Mobile Banking dan Cashless Society”

  1. Saya dah coba pakai mobile banking BRI buat bayar tagihan.
    Tapi layanannya mengecewakan.

    Sedikit sekali transaksi yg berhasil.

    Kata CS BRI nya gara gara jaringannya sering down.
    Akhirnya saya uninstall dari smartphone saya.

    Tapi saya mau coba download lagi. Semoga ada perubahan.

  2. Sy sendiri punya 4 Rekening di bank terbesar Indonesia, yaitu BCA, Mandiri, BNI, BRI.. Fasilitas Mobile banking mreka sangat membantu dan mempermudah segala urusan bisnis saya..

    Seakan akan says punya ATM pribadi, segala transaksi dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja..

    Maju terus dunia perbankan indonesia !

    http://www.SonyTrade.com
    Blog Belajar Trading SAHAM & FOREX TERBAIK

  3. Cahless banget yah Pak Yodhia. Semua pembayaran serba digital.

    Mungkin pelan” mesin ATM yg biasa digunakan akan kehilangan penggemarnya karna banyak penggunanya beralih ke transaksi digital.

    Dunia digital sekali lagi membuktikan keajaibannya.

    Just another inspirative article from this blog.

    Salam,
    http://www.MengajiMakna.com I Blog Inspirasi dan Motivasi

  4. Setuju. Mobile banking sangat membantu saya. Gajian pegawai, cek saldo apakah klien/customers sdh bayar (rekonsiliasi acct), penempatan deposito, bayar kartu kredit, bayar uang sekolah anak, bayar tokopedia dan bukalapak kalo beli barang dan bejibun aktifitas lainnya…

    Tortueyoga – Stickymat made in German – https://tortueyoga.com

  5. Sebagai generasi milenial, saya memang lebih suka cashlesh. Sebisa mungkin gak banyak bawa duit di dompet.

    Namun apa daya masih banyak pedagang yg cuma terima cash. Spbu daerah saya pun masih cash only.

    Mungkin memang perlu didorong agar pelaku bisnis semakin banyak yg cashlesh ya, karena manfaatnya sangat besar, baik bagi konsumen ataupun produsen.

    Tapi selama masih banyak pedagang yg hanya menerima pembayaran kas, selama itu saya masih butuh atm buat narik duit.

    Salam

  6. sarapan pagi dulu,

    Sebelum terjun bisnis online hal yang pertama dilakukan saya adalah mengaktifkan mobile bangking, memang benar ulasannya sangat memudahkan sekali dalam bertransaksi

    wah harus punya e-money juga neh, walau masih pakai honda (beat) hehe.. mudah-muhdan naik kelas jadi honda HRV

    salam
    https://garmenstudio.com/
    Passion konveksi

  7. Alhamdulillah masuk 10 besar komentar teratas wkwk. saya sangat setuju dengan layanan kartu E-money(Brizzi,FlashBCA,dll). karna memang praktis sih .

    kalau internet bangking belum butuh karna selain ada biaya administrasi, atm masih banyak sekali di area rumah saya.

    untung listrik dan pulsa memang sudah tidak pakai konter atau minimarket, namun dengan deposit di agen pulsa jauh lebih cerdas, harganya dibawah harga normal dan tanpa biaya admin.

    uang mau fisik atau digital tetap ingat mereka bukan satuan kekayaan bung namun satuan hitung dan alat pembayaran. salam sukses

  8. Membayangkan beberapa tahun ke depan bisa makan di angkringan Jogja, nasi bebek tugu pahlawan surabaya, bisa pake emoney…hehe.

    1. jangan dibayangin bung, gimana ibu2 yg jual angkringan nanti ngasih nomer rekening, atau pin kode merchant wkwk.

      cuman masa2 kuno tersebut pasti akan dirindukan, sama seperti kerinduan membolak-balikkan halaman buku yang tidak ada lagi pada ebook

  9. Kelak chip kartu e-Money ini bisa ditanam dalam smartphone. Jadi besok-besok kalau saya belanja ke Alfamart, cukup sodorkan hape ke kasir, dan BERES. Tidak perlu lagi uang receh dan kembalian permen. ANTIK.

    Pak Yodhia ternyata masih jadul bin antik juga ya…hehehe. Kan sekarang sdh ada e-cash (spt di Bank Mandiri : Mandiri e-cash). Saya skrg belanja di Indomart atau Seven Eleven atau merchant2 tertentu cukup pake Hape aja pak (gak pake kartu debet atau e-money). Bisa belanja di merchant, transfer, tarik tunai di ATM juga bisa (tanpa kartu lho!).

  10. saya pakai D-Mobile punya Danamon. pelayanannya memuaskan dan cukup banyak fiturnya juga. Jadi sedikit banyak mempermudah transaksi.

    kalau semua orang kayak pak Yodhia bisa-bisa nanti di masa depan duit kertas 100rb harganya bisa lebih dari itu saking langkanya yang pakai duit fisik hehehehe

  11. Memang sih dengan mobile banking semua pembayaran jadi mudah, tapi saya sendiri berpendapat klo kita sbg pengguna tidak bisa mengontrol diri terhadap kebiasaan bayar yang serba online dan bisa menghabiskan uang yang bukan untuk peruntukkannya itu akan menjadi musibah bagi kita. Kuncinya walaupun jaman sekarang serba dimudahkan dengan mobile banking tetap harus ada yg namanya kontrol diri. Salam sukses

  12. Halo Mas Yodh…

    Saya juga pengguna Mobile Banking dengan alasan kepraktisan tapi saya juga pengguna setia uang kertas. Kalau ditilik sejarahnya uang kertas adalah surat berharga yang merepresentasikan nilai sebuah barang berharga / aset riil (dalam hal ini emas).

    Namun dalam perkembangannya sekarang uang kertas dibandingkan dengan uang kertas lagi (Misal. Rp vs USD) dan kemudian uang kertas yang tadinya bisa ‘dimiliki’ dan ‘dikontrol’ secara fisik kini dikonversi menjadi data-data biner yang secara teknis “sangat mudah” untuk dimodifikasi, ditambah atau dihapus oleh pihak lain yang kita percaya maupun pihak-pihak yang melakukannya secara illegal.

    Jadi demi keamanan menurut hemat saya lebih bijak apabila kita menyimpan aset hasil kerja kita sebagian kecil dalam data biner, sebagian kecil lagi dalam bentuk uang kertas dan sebagian besar lagi dalam aset riil likuid yakni emas.

    Seperti kata pepatah : “Jangan Menyimpan Semua Telur dalam satu Keranjang”

    Satu lagi..uang digital (biner) itu sangat tergantung pada adanya energi listrik..Sebagai Enginner saya pikir ada risk probability yang cukup besar …someday, somehow sebuah region akan kehilangan listrik secara masif dan tiba-tiba misal karena bencana alam katastropik atau perang. Ketika hal itu terjadi untuk sementara atau permanen (tergantung kondisinya) kita akan kehilangan kemampuan kita mengontrol uang kita untuk membeli sesuatu seperti makanan misalnya.

    Contoh kongkritnya… kalau mas Yodh kehabisan listrik malem-malem mau isi Pulsa dengan Mobile Banking tapi kebetulan batere hp-nya habis juga..hehehe

    Terima Kasih

    —————————————————————-
    Dahsyatnya kecelakaan kereta api di stasiun Hoboken, New Jersey akibat ketiadaan Automatic Train Protection…

    https://www.teknikpersinyalan.com

    1. Lebih ngerinya lagi apabila hacker bisa mengambil data2 kita , bisanya uang kita lenyap dibobol .

    2. Lebih ngerinya lagi apabila hacker bisa mengambil data2 kita , uang kita bisa lenyap dibobol habiss .

  13. sudah jadi fitur wajib sehari hari.. hanya saja ATM masih nyaman saja digunakan klo besin dg yg full digital. Seringnya memakai Cash Deposit, krn utk keseharian alhamdulilah masih mendapat income secara cash..

    jd ya msh tetap pakai CDM utk mendigitalkan duit cash.

    selain itu ada lg eMoney yg tak kalah seru utk diperhatikan, BITCOIN. Saya dan teman saya bahkan pernah memanfaatkannya sbg sarana utama berbisnis Investasi.

    Sekilas tentang Bitcoin :
    kasamago.com/the-rise-and-rise-of-bitcoin-gelap-gempita-perjalanan-bitcoin/

    Pengalaman Berbisnis dg Bitcoin :
    https://kasamago.com/pojok-bisnis-bisnis-investasi-bersama-teman-waspadai-hal-ini/

  14. mau ga mau memang harus ngikut, tapi harus dipikirkan bagaimana dengan orang yg masih suka cari ikan asin telor asin, getuk dan seterusnya di pasar tradisional, yg boro boro memikirkan mesin edc, buat bayar sewa saja kadang masih harus berfikir keras, semakin terpinggirkan saja dengan supermarket dan waralaba besar…kemana mereka harus pergi, mereka tidak akan pergi sepanjang kita tetap memakai uang kertas dengan menerima kembalian kucel yang kadang disimpen ditempat yang semestinya…

  15. Mobile Banking ,E-money , dsb .
    Membuat kita tidak bisa mengontrol keuangan kadang bisa muncul tagihan misterius yang kita tidak tahu asal usulnya .

    Bagi orang awam memegang uang dalam jumlah yg bayak adakah suatu anugerah dari Yang Maha Pemberi Rezeky Dan bisa mensyukuri atas nikmat yg telah didapat .

  16. Untuk kaum pengguna smartphone, aplikasi mobile banking tentu direkomendasikan.

    Terlebih bagi kami, yang menjemput rezeki melalui jalan online.

    Semoga siapapun yang membaca komentar ini, hidupnya makin bahagia lahir dan bathin, serta dagangannya semakin larizzzzz..

    Semoga do’a khusus untuk para sesama online shop pengguna smartphone yang sudah memanfaatkan fasilitas mobile-banking:

    “Semoga makin Laaarizzzz, Kaaa…” (^_^)

  17. Ditempat saya bekerja yang termasuk Lembaga keuangan Mikro juga udah punya aplikasi mobile untuk mempermudah pembayaran rekening listrik, transfer sesama member dan pembayaran pinjaman serta angsuran di finance lain.

    Penggunannya mungkin masih sangat sedikit, lalu tak ada juga yang sangat istimewa dari aplikasi tersebut selain melahirkan kemudahan, manfaat ekonomis lain sih belum nampak

    Mudah2an bisa lebih baik lagi ke depan

  18. Dalam bisnis online, mobile banking sangat memudahkan. Tetapi tak berarti lebih murah.

    Sistem token via sms yang dilakukan BRI misalnya, membuat biaya transaksi lebih mahal dengan adanya biaya yang dipotong melalui pulsa hp.

    Saya sendiri lebih senang memakai intetnet banking yang ada token fisik tersendiri macam bca dan mandiri yang mana lebih mudah dan murah.

    girliafashionstore.com | Solusi Bisnis Onlinemu

  19. mematahkan teori money revolution dimas kanjeng secara persfektif …..halllaahhhhh….
    gandakan rekening anda…

  20. Saya sudah sejak lama kebayang, segalanya bisa cashless. Beli ini itu bisa cashless dan otomatis.

    Sebagai contoh, vending machine. Yang ada sekarang masih menggunakan uang kertas yang harus dilurus-lurusin biar bisa masuk. Lebih bagus lagi seperti ticketing trans Jakarta, bisa semua kartu. Tapi ntah, berapa biaya yang dibutuhkan untuk sebuah vending machine prabayar.

    Begitu juga dengan Laundry koin yang sekarang sudah banyak. Lebih bagus lagi kalau menggunakan kartu prabayar.

    Saat ini saya memiliki Flazz dan E-money yang selalu ada isinya dan selalu saya gunakan untuk berbagai transaksi yang didukung oleh dua kartu tersebut. Sayangnya, karena saya masih suka sama makanan warteg, jadinya saya tetap harus sedia cash setiap hari.

    Mungkin di masa depan akan ada vending machine untuk makanan warteg.

  21. Wah wah wah……..

    Saya aja belum punya KTP mas, masih SMA. Pengen sih punya ATM sehingga bisa mobile banking, tapi di kampung saya kalau mau daftar rekening harus ditemani orang tua.

    Padahal orang tua saya sibuk…

  22. Saya sudah hampir 80% menggunakan mobile banking Pak, nanti lama-lama semua sistem keuangan kita akan disimpan dalam chip dan mungkin akan ditanam dalam tangan kita, jadi kalau mau bayar apa pun tinggal sodorin tangan, scan dan beres. Tapi ngeri juga kalau seperti itu.

Comments are closed.