4 Tren Digital Economy 2017 yang Wajib Anda Cermati

reSajian pagi ini adalah artikel pertama yang dipublish di tahun 2017. Maka topik yang akan coba diulik adalah tren bisnis digital apa saja yang kiranya akan makin menyeruak di tahun 2017?

Dalam sajian renyah berikut ini, saya akan menghidangkan 4 tren utama dalam arena digital econonomy 2017 yang layak Anda cermati.

Apa saja tren digital economy 2017 itu? Dan apa implikasinya bagi perjalanan ekonomi bisnis?

Mari kita telusuri bersama sambil ditemani secangkir teh hangat.

Pelan namun pasti panggung digital economy akan terus berkibar. Beragam inovasi terus di-selebrasikan : mulai dari internet of things, big data, deep learning machine hingga articial intelligence.

Smartphone dengan RAM 10 giga tak lama lagi akan datang, sementara kecepatan broadband 1 Giga per second mulai melambai-lambai di depan mata. Dan driverless car sebentar lagi akan jadi mainstream.

Digital revolution adalah selarik puisi menggetarkan bagi peradaban manusia masa depan.

Oke, oke, sebelum terlalu ngelantur, jadi kira-kira tren digital economy 2017 apa saja yang akan terjadi di bumi Nusantara?

Berikut 4 tren digital economy 2017 yang layak dicermati, dan akan terus tumbuh di negeri ini.

Tren Digital Ecnomy # 1 : The Rise of Fintech – Financial Technology
Di berbagai belahan negera maju, arena fintech adalah salah satu bidang yang hot. Ini adalah bidang yang mengkombinasikan kecanggihan teknologi yang fun dengan layanan finansial.

Generasi milenial adalah katalisnya. Mereka mungkin merasa layanan tabungan pakai buku tabungan plus kartu ATM itu adalah sooo yesterday.

Juga, banyak anak muda yang merasa jika mau membeli produk investasi juga amat ribet. So offline.

Kenapa tidak ada sebuah aplikasi yang bisa melayani semua kebutuhan finansial hanya dengan mengenggam sebuah smartphone?

Ke depan aplikasi user-friendly yang memudahkan SEMUA urusan keuangan (bayar aneka cicilan, pesan makanan, menabung, hingga investasi dll) akan makin luas penetrasinya.

Mobile banking Mandiri dan BCA sejatinya punya peluang paling besar; dan merupakan aplikasi fintech yang paling banyak user-nya sejauh ini. Mereka harus terus menerus meningkatkan inovasi dan fitur layanannya.

Jika dikelola dengan visi yang komprehensif dan β€œkesadaran digital yang kuat”, maka mobile banking Mandiri dan BCA itu bisa menjelma menjadi layanan fintech yang powerful (dan dengan mudah melibas puluhan start up yang sedang mengejar kue raksasa layanan fintech).

Memang, pemain raksasa semacam BCA dan Mandiri itu kadang terlalu birokratis dan lamban bergerak. Jika lengah, sangat mungkin layanan fintech akan direbut oleh puluhan start up yang lincah dan agresif.

FINTECH tak pelak adalah tren utama masa depan. Siapa yang menguasai arena ini, bisa dengan mudah menguasai pasar finansial jutaan anak muda generasi milenial.

Tren Digital Economy # 2 : The Rise of Mobile Ecommerce
Beragam data dari penguasa ecommerce lokal seperti Lazada dan Tokopedia menunjukkan fakta bahwa transaksi yang dilakukan melalui mobile smartphone makin melampaui yang dilakukan melalui laptop atau desktop.

Mobile ecommerce adalah fenomena saat jutaan pelanggan dengan mudah melalui ponselnya, melakukan klik ini, klik itu, dan lalu tau-tau sudah pesan aneka item barang.

Kecanggihan smartphone dan keajaiban mobile e-commerce mungkin tanpa sadar telah mendorong jutaan orang (terutama mbak-mbak yang doyan belanja) untuk berlaku makin konsumtif. Tak apa, demi mendorong roda perekonomian bangsa πŸ™‚

Jika dilihat secara lebih detil, maka mobile commerce yang paling sukses adalah mereka yang mampu menyediakan mobile application yang user friendly. Jadi bukan lagi website yang user friendly.

Lazada, Toped hingga Bukalapak menyebut aplikasi mobile mereka amat powerful untuk mendrive penjualan.

Dengan kata lain : kalau mau sukses jualan online, maka siapkan mobile apps yang asyik dan mudah dioperasikan. Bukan lagi sekedar webstore yang mobile friendly. Not enough.

Nah sayangnya : banyak UKM online yang tidak sanggup membuat mobile application untuk toko online mereka. Kalaupun bisa, juga tidak mudah mendorong orang mau mendownload aplikasi mereka via Google Store atau App Store.

Alhasil ledakan tren mobile ecommerce akan kian didominasi oleh big players yang punya sumber daya tak terbatas. Team engineer mereka dengan mudah selalu bisa menghadirkan update mobile apps yang powerful.

Tren mobile e-commerce akan membuat yang kuat kian kuat. Sementara jutaan small players akan kian nyungsep dalam kesenduan.

Itulah mungkin sekeping duka lara dibalik karnaval digital economy yang penuh gempita.

Tren Digital Economy # 3 : The Rise of Video on Demand
Ke depan layanan video streaming (atau video on demand) seperti Netflix mungkin akan makin melambung.

Sekarang juga sudah banyak players serupa yang menyediakan layanan video streaming berbayar seperti Hooq, iFlix, hingga Youtube Red.

Rata-rata biaya langganannya 40 hingga 100 ribu per bulan untuk mendapatkan akses ratusan judul movie yang menarik. Kalau mau yang gratisan ya cukup setia dengan Youtube Channel.

Ledakan file video online ini terjadi seiring dengan kenaikan kecepatan akses internet di negara kita.

Fyi, rata-rata kecepatan puncak internet Indonesia di Desember 2016 adalah yang tertinggi no. 4 di dunia (dengan kecepatan puncak 99 MBps). Amazing bukan.

Kecepatan puncak 99 Mpbs itu naik 200% dari tahun lalu, sebuah kenaikan kecepatan internet tertinggi no. 1 di dunia. Mantappp.

Maka sampaikan terima kasih kepada para operator telco seperti Telkom, Telkomsel, Indosat dan XL πŸ™‚ πŸ™‚

Trend Digital Economy # 4 : The Rise of Dark Social Media
Yes, tren terakhir ini adalah tren yang kelam : ke depan social media (Facebook dan Twitter) akan makin penuh dengan suara-suara kebencian, intoleransi, dan subur dengan berita-berita hoax.

Dan implikasinya bagi dunia bisnis dan ekonomi bisa sama kelamnya : kegaduhan yang amat tidak produktif semacam itu sangat potensial merusak stabilitas sosial dan keamanan (berkali-kali kita sudah melihatnya).

Dan kita semua paham, saat stabilitas dan ketertiban sosial terganggu, maka kegiatan ekonomi dan bisnis dengan mudah terjungkal. Mulai dari mall dan glodok jadi sepi, investor ndak jadi invest, atau bisa juga pabriknya ditutup dan pindah ke Vietnam yang tentram dan aman. PHK karyawan pabrik deh.

Majalah TIME beberapa waktu memang merilis laporan yang suram : betapa Facebook dan Twitter telah berubah menjadi media yang amat destruktif bagi penegakan peradaban yang toleran, rasional dan jernih dalam berpikir. Sad but true.

Apa boleh buat. Ke depan tren munculnya “dark social media” ini mungkin akan terus tumbuh. Karena itu blog dengan konten berkualitas mungkin harus terus dimunculkan untuk membuat wajah internet kita menjadi lebih mencerahkan.

Bagaimanapun, tren yang keempat ini mungkin juga sebuah kidung sendu dibalik ledakan digital economy yang mengharu-biru.

DEMIKIANLAH, 4 tren digital economy 2017 yang layak dicermati di negeri ini :

Tren 1 : The Rise of Fintech
Tren 2 : The Rise of Mobile Ecommerce
Tren 3 : The Rise of Video on Demand
Tren 4 : The Rise of Dark Social Media

Selamat mengarungi tahun 2017 dengan produktif dan cemerlang. Semoga 2017 membawa rezeki yang super BAROKAH bagi kita semua.

33 thoughts on “4 Tren Digital Economy 2017 yang Wajib Anda Cermati”

  1. web aja belum jago-jago amat udah dituntut jaman membuat mobile app yang user frendly.

    tapi gapapah sih,, demi sesuap nasi harus tetap belajar dan berkembang πŸ˜€

  2. Trend tersebut sudah berkembang sejak beberapa bulan terakhir dan puncaknya di tahun ini ya Pak.

    Berkaitan dengan tren media sosial tersebut, kita perlu melakukan social movement untuk menaggulangi dan menciptakan kesejukan dalam bermedia sosial. Sepertihalnya Kompas yang telah berkomitmen menyajikan konten yang lebih berkualitas dan bermakna.

    Happy New Year 2017 πŸ™‚

  3. Pemicu dark sosial media karena.. media-media mainstream semacam K**, T*** dll merekalah yang SANGAT partisan.. akhirnya netizen menjadi liar mencari *sumber berita alternatif* yang sialnya lebih banyak hoaxnya.. akhirnya terjadilah yang sekarang ini…

  4. Semga mnjadi awal Tahun yang indah..

    Era Digital msh ttp brkmbng hingga ditemukannya teleportasi.
    4G mngkin sbntr lg jg dganti 5G.. Gawai sdh mnjdi kbutuhan primer.

    Soal startup fintech dan ecommerce yg bnyk brmunculan, mrks bs perpotensi exit dg diakuisisi pemain/perusahaan besar. Iklim positif bg industri startup jk sukses

    Internet fiber atau internet berlangganan bkl mnjdi trend baru bgi rumah2 perkotaan. Di kota saya mulsi bermunculan perusahaan provider internet dan tv cable. Ngalamat era warnet bner2 berakhir..

    Revolusi yg bgtu cepat, siap2 brgrak hebat

  5. Betul, mungkin kita sama-sama mulai menyadari bahwa facebook saat ini penuh dengan aroma kebencian. Belum lagi merebaknya berita hoax yang semakin memperkeruh suasana

    Terima kasih mas yodhia, saya baru tahu kalau majalah Time baru saja mengeluarkan berita itu.

    Mungkin salah satunya karena algoritma facebook yang semakin membuat kita fanatic, beberapa ahli mengatakan ini dengan fenomena filter buble effect.

    Beberapa saat yang lalu saya menuliskan di sini

    https://teknologipikiran.com/filter-bubble-effect-bahaya-algoritma-facebook-yang-membuat-anda-semakin-fanatik-dan-rasis/

  6. Iya, kalo udah masuk politik banyak berita hoax. heran sama buzzer2 penebar berita hoax, apa mereka ga mikir dampak buruknya drpd manfaatnya. demi duit apa aja (termasuk kebohongan) jd info pembenaran. uniknya, si pembuat konten viral bs berperan ganda dlm 1 akun unt mengelolah puluhan akun.

    1. setelah baca websitenya, Wah biographic pak Abdul Jalal mantap.. Semoga sukses selalu..

      by the way bagaimana pak cara membuat usaha plastik seperti itu pertama kali?

  7. Sangat mencerahkan Kang.

    Efek dari digital revolution adalah semakin menjamurnya pengguna internet lewat smartphone.

    Internet dijadikan referensi utama, termasuk berita.

    Mereka kurang percaya dengan informasi yang disampaikan oleh penyedia informasi mainstream, seperti TV, koran, majalah.

    Sampai-sampai informasi seperti Rush Money pun pernah dengan liarnya menggema.

    Padahal informasi utuh tentang rush money belum diperoleh.

    Bila ingin tahu informasi tentang rush money dan dampaknya terhadap sebuah bank, dilihat dari sisi CAR dan Likuiditas, bukan POLITIK ya di sini:

    https://manajemenkeuangan.net/benarkah-rush-money-akan-membuat-bank-kolaps-dilihat-dari-sisi-penyediaan-modal-minimum-car-dan-tingkat-likuiditas/

    Terima kasih

  8. Wow… Anak2 Gen-Z akan semakin mendominasi nampaknya. Dunia akan semakin digital dengan segala peluang dan tantangannya.

  9. The rise of dark social media adalah sebuah keniscayaan, karena ulah para pemangku kebijakan itu sendiri. They sow the seeds of it.

    Rakyat sudah jenuh dan semakin tersadar. Maka suara-suara akan berbentuk text dan juga video2 yang disebar lewat media sosial, sebagai kanal pengungkit perubahan.

    Guncangan terhadap ekonomi akibat gelombang dan iklim politik yang tak sehat sudah tidak bisa dihindari. Mau tidak mau itu akan terjadi dan harus kita hadapi. Semua sektor akan terimbas, termasuk properti. Karena jika kondisi negeri chaos atau dalam kondisi perang, apalah yang berharga dari perumahan-perumahan yang dibangun tatkala misil-misil berseliweran kian kemari setiap hari? πŸ˜€

    Mungkin peluang bisnis properti dalam menyediakan unit2 bunker menjadi secercah harapan yang bisa dilirik saat ini untuk menyiapkan guncangan ekonomi yang akan terjadi πŸ˜€ πŸ˜€

    Bisa jadi saat ini model rumah di atas tanah sudah akan outdate, berganti dengan model2 rumah bawah tanah yang mungkin aman dari serangan bom.

  10. Di era sekarang sudah saat nya kita ikut andil sebagai subjek kemajuan bisnis online.Tidak hanya sebagai Objek yang jadi bulan-bulanan yang menyisakan duka nestapa….hehe
    Selalu jos markojos artikel dari Pak Yodhia..
    Terimakasih Pak…di tunggu artikelnya senin depan….

  11. “Memang, pemain raksasa semacam BCA dan Mandiri itu kadang terlalu birokratis dan lamban bergerak”

    Ya, setuju sekali, contoh kalau kita mau setor 100-rebu saja biarpun ke rekening sendiri mesti menunjukkan data diri/KTP, uang mau dihitung saja teller mesti minta ijin : uangnya saya hitung dulu ya pak/bu, uangnya pas ya pak/bu, terlalu ribet, kecuali mungkin untuk nominal besar diberlalukan spt itu tidak masalah.

    O ya, satu lagi. Diawal tahun 2017 ini saya (dan sebagian pengguna lainnya) mendapat ‘surprise’

    Ketika diluar sana mulai banyak memberikan layanan gratis, wifi gratis, dll. ternyata terhitung 1 Januari 2017 kalau mau mengisi saldo (top up) kartu ( e-money, flazz, dll) di loket/halte TRANSJAKARTA dikenakan biaya administrasi Rp. 2.000 per transaksi (sebelumnya tdk dikenakan biaya sama sekali).

    Padahal dalam seminggu biasanya saya melakukan 2 kali top up.

    Ini kemajuan atau kemunduran pak?

  12. era baru di dunia online memang dahsyat, semua akan bermigrasi ke percepatan layanan dan lebih simple menyingkat birokrasi, semoga tahun ini terutama blogger makin kaya dan makin asyik, amin

  13. Semoga perkembangan tekhnologi yang begitu cepat di barengi dengan kesadaran spiritual, kalau tidak tekhnologi bisa menjadi sesuatu yang sangat membahayakan.

  14. sejatinya 2017 adalah panggung para big player dengan aplikasi mobile mereka yang makin spektakuler, trus gimana nasib para pemain kecil yang notabene ceruk pasar?

    Yang penting usaha aja deh…

  15. Setuju dengan pak Yodhia, BCA sudah memilik modal jaringan yg luas dan nasabah yang banyak harusnya sudah bisa mengambil peluang sebagai pionir Financial Technology.
    Dengan bertambahnya penggunaan smartphone untuk berbagai transaksi ecommerce dan keuangan lainnya menuntut peran aktif dari provider agar kualitas layanan terus ditingkatkan sampai pelosok negeri bukan hanya di perkotaan saja.

Comments are closed.