Pelajaran Bisnis dari Kisah Kejatuhan Sevel dan Kaskus

7Gerai Sevel di bilangan Blok M itu telah tutup. Bekas bangunan tokonya tampak jadi kumuh dan tenggelam dalam kesunyian yang pedih.

Modern Group sebagai induk 7-Eleven Indonesia mengakui kerugian yang signifikan, hingga 400-an milyar.

Gerai Sevel yang dulu marak dimana-mana itu satu demi satu tumbang dalam kebangkrutan dan duka yang teramat masif.

What went wrong?

Saya sendiri dulu termasuk pelanggan Sevel. Jika ada janjian konsultasi dengan klien, saya selalu berangkat dari rumah saya di Bekasi jam 5 pagi (pagi amat yak).

Saya kemudian selalu milih rehat sarapan pagi di Sevel yang lokasinya terdekat dengan kantor klien; dengan menu breakfast yang lumayan premium (mahal maksudnya).

Saya mungkin dulu tipe pelanggan ideal yang diimpikan Sevel. Namun kemungkinan tak banyak pembeli yang seperti saya. Yang lebih banyak adalah anak-anak muda yang beli minuman alakadarnya (murah maksudnya) dan lalu nongkrong berjam-jam di kafe Sevel.

Akibatnya cukup fatal : pemasukan sedikit, sementara investasi tempat dan bahan untuk menyiapkan makanan premium telanjur amat mahal. Cost besar, pemasukan sedikit. Ujungnya kolaps.

Sevel mungkin contoh penerapan strategi produk yang stuck on the middle. Ndak jelas. Mau menghadirkan layanan premium seperti Starbucks, tidak bisa. Mau gunakan prinsip supermarket efisien seperti Indomaret, namun sudah telanjur terkesan premium produknya – karena harus menyewa lahan di lokasi strategis yang amat mahal.

Harap diketahui, menyiapkan menu makanan seperti yang disediakan Sevel (spaghetti, nasi goreng instan, salad) itu mahal ongkosnya. Dan yang pahit : jika tidak laku harus dibuang. Jadi waste-nya amat sangat mahal.

Celakanya, menu varian makanan premium yang bahan bakunya mahal dan harus dibuang jika tidak laku itu; tidak banyak yang beli. Kebanyakan pembeli Sevel ya itu tadi : anak-anak muda yang cuma beli makanan murah lalu nongkrong berjam-jam di lokasinya.

Kisah kejatuhan Sevel memberi pelajaran : inovasi itu penting, namun jika inovasinya salah sasaran, bisa memberikan bumerang yang high-cost.

Pilihan strategi produk yang tidak pas ternyata bisa membuat sebuah bisnis terjungkal dengan penuh luka.

Yang muram : rencana akuisisi Sevel oleh grup Charoen Pokphand juga batal karena ketidaksepakatan bisnis. Kabarnya, pihak pemilik Sevel pusat di luar negeri tidak setuju dengan rencana bisnis yang diajukan Pokphand.

So what’s next?

Solusinya mungkin Sevel harus back to basic (fokus jualan fast moving consumer goods, tanpa harus ribet jualan aneka minuman, kopi dan makanan layaknya kafe). Lalu hanya fokus jualan di lokasi elit dan lingkungan perumahan dan kantor yang premium. Tutup lokasi lainnya yang tidak menghasilkan.

Contoh yang sukses adalah Circle-K di Bali. Anda lihat di Bali, Circle-K sukses karena dia fokus pada jualan consumer goods premium, dan di lokasi yang premium pula (dekat dengan destinasi turis-turis asing).

Jika SEVEL jatuh karena pilihan “product strategy” yang keliru, maka bagaimana dengan kisah menurunnya pamor Kaskus?

Kaskus, kita tahu pernah menjadi salah satu kanal internet paling populer di tanah air. Namun kini, perjalanannya mungkin kian termehek-mehek.
Sejumlah survei menunjukkan, trafik Kaskus makin menurun dan makin ditinggalkan para usernya.

Pada sisi lain, Forum Jual Beli (FJB) yang dulu sebenarnya merupakan salah satu ikon Kaskus kini kian tidak relevan (digilas oleh marketplace seperti OLX, Tokopedia dan Bukalapak).

FJB Kaskus mungkin terlambat melakukan inovasi, dan terkesiap saat melihat Tokopedia dan kawan-kawan melesat cepat.

Sejatinya, Kaskus dulu amat layak diharapkan bertransformasi menjadi Facebook rasa lokal atau WhatsApp rasa lokal. Dengan basis user yang masif, Kaskus dulu punya segalanya untuk menjelma menjadi Raksasa Social Media Indonesia.

Sayang beribu sayang, mereka tidak cukup inovatif, sehingga kian tenggelam dilibas FB, Line, Instagram dan WA (yang semuanya adalah produk asing).

Kaskus mungkin kembali menjadi korban Innovator’s Dilemma : terlalu mencintai produknya sendiri (forum diskusi); dan terlalu asyik dengan produk ini, sehingga jadi kurang sensitif dengan perubahan yang terjadi.

Innovator’s Dilemma acap membuat korbannya jadi rabun : alias buta dengan aneka perubahan di sekelilingnya, dan lambat bergerak saat dinamika eksternal berubah.

Nokia, Yahoo, dan Blackberry adalah deretan korban innovator’s dilemma yang dilibas oleh disruptive change yang terjadi. Kaskus adalah contoh korban terbaru dari fenomena kelam ini.

Tren penurunan trafik Kaskus ini mesti diantisipasi dengan sejumlah langkah terobosan. Sebab jika tidak, lama-lama Kaskus bisa mati seperti Friendster. Atau makin tidak relevan.

Ada dua pelajaran bisnis ringkas yang layak dikenang dari kasus jatuhnya SEVEL dan tren penurunan kinerja Kaskus.

Pelajaran Bisnis # 1 : High Cost Innovation will Kill You
Inovasi adalah KOENTJI. Namun jika proses ini dilakukan dengan memakan biaya yang terlalu tinggi (high cost dan tidak efisien), maka pelan-pelan akan membuat cash perusahaan menjadi berdarah-darah.

Apalagi jika proses inovasi yang mahal itu hanya laku dijual untuk sekelompok kecil pelanggan; dan tidak terjual secara masif ke semua segmen. Alhasil, inovasi yang mahal ini akan berakhir dalam kenestapaan yang sia-sia.

Pelajaran Bisnis # 2 : Too Much Love will Kill You
Terlalu mencintai produk unggulan yang mungkin saat itu masih berjaya, acap membuat sebuah bisnis menjadi rabun dan tidak peka akan perubahan eksternal.

Terlalu asyik dengan produk unggulannya sendiri acap membuat sebuah bisnis luput menangkap distruptive innovation yang mendadak datang menyergap. Saat sadar, biasanya sudah terlambat. Penyesalan selalu datang saat duka perih telah datang menjemput.

Sebuah bisnis mungkin harus rela melakukan creative destruction. Atau dengan sengaja membunuh produknya sendiri, sebelum para rival melibasnya tanpa kenal ampun.

Product life cycle makin pendek. Sebelum siklus penurunan datang, sebuah bisnis harus sudah siap dengan produk baru yang lebih relevan dengan semangat zaman.

DEMIKIANLAH sekelumit kisah tentang kejatuhan Sevel dan Kaskus, dua produk bisnis yang pada masanya pernah menjadi legenda.

Apakah mereka bisa kembali bangkit, dan menciptakan sejarah baru? Hanya putaran waktu yang akan menjawabnya.

109 thoughts on “Pelajaran Bisnis dari Kisah Kejatuhan Sevel dan Kaskus”

  1. Saya salut sekali terhadap Indomart dan alfamart yang semakin menggurita. Strategi yang dipilih ciamik karena hanya menambah outlet premium (yg meniru gaya sevel) ditempat-tempat tertentu saja. Untuk outlet yg tidak berada di tempat strategis, mereka hanya fokus di toko modernnya saja.

    1. Bener juga, indomar*t ada kan ya yg model check point dmn fitur2nya mirip sevel, tp ya hanya di lokasi2 premium saja…

      Harga di beberapa store juga beda deh, tergantung lokasi store tsb, semakin strategis biasanya harganya lbh mahal drpd yg tidak

  2. Indahnya sebuah kompetisi menghadirkan enovasi. Bagi yang tidak siap dengan produk baru, siap-siap bakal kolaps. Kompetitor terus mengintai.

  3. Sevel menang di hits aj saat itu.. Pdhl y g ad bedanya sm minimarket yg lain. Bnyk harapan slh plan

    Kaskus sejak ndak dipgang andre darwis n ken dean rasanya udh kehilangan taste ny. Saya main kaskus 5 taun, bgtu inovasi kaskus mlh bkin g nyaman jd ny out.
    Sekarang nyoba aktif ngaskus nmun terbtas jd SR

    2 pelajaran berharga yg wajib dihayati
    Maknyuss

    1. Iya betul juga ya pak…
      Grup djarum sebagai pemilik baru nampaknya gak terlalu mengenal karakter user kaskus, jadinya maksain inovasi yg bikin user lama jadi nggak betah..

      sayang banget

    2. wah baru tahu aku kl ternyata kaskus ga dipegang mimin darwis lagi…

      sejak update yg keberapa ya, aku lupa… pokoknya taste kaskus udah berubah banget… maka sejak itu pula aku udah ga akses kaskus se intense dulu… selain jabatan di kantor udah bikin waktu luang berkurang…

      padahal kaskus sebagai forum dulu sukses banget…. tapi seperti halnya innovator lain, mereka terlalu pede dengan member/fans eksisting sehingga minim perubahan yg bikin member betah n menambah member baru… sekalinya ada perubahan malah bikin ga nyaman

      sayang banget

  4. seandainya kaskus mau diakusisi yahoo sejak dulu (yang konon nilainya bisa untuk membeli pulau bali) … mungkin… pemilinya sekarang bisa menciptakan startup baru … yang tersa maknyus 😀

    1. Yahoo sdh bangkrut om.. malah lebih parah kalo kaskus diambil alih yahoo.. ikutan colaps juga

  5. Circle K di Bali tidak hanya ramai di daerah destinasi turis. Di dalam kota banyak Circle K bertebaran dan tetap hidup. Walau menjual premium produk. Ntah kenapa masih bisa bertahan dari gempuran Indomart / Alfamart yang juga ada di Bali.

    1. sempet tinggal di bali beberapa bulan. kenapa circle k bisa terus bertahan karena hampir semua outlet mereka 24 jam gan, masih jarang alfamart dan indomart yang 24 jam meski itu di daerah kota

  6. Pelajaran mengenai jatuhnya sevel cukup menarik untuk disimak sebagai pelajaran, namun sebagai seorang “kaskuser” saya merasa tergelitik untuk ikut berkomentar. Semua yang mas Yod jelaskan pada artikel diatas tidak terlalu menjadi perhatian saya sebagai seorang kaskuser, maksudnya pada saat kaskus mulai “berubah” saya tidak memperhatikan dan tidak memahami faktor2 tersebut di atas. Yang menurut saya menjadi awal menurunnya trafik kaskus adalah “ulah” mereka sendiri yang tidak mau mendengarkan keluhan kaskuser sejati (penghuni kaskus yang mempunyai id kaskus karena benar2 cinta kaskus, bukan junkers dan semacamnya) terhadap tampilan baru yang berubah namun mengecewakan dan membuat jadi tidak nyaman.

    Ibarat sebuah terminal yang direnovasi, namun bukannya lebih bagus dan nyaman malah sebaliknya sehingga akhirnya para penumpang enggan/malas untuk memasuki terminal tersebut. Hal tersebut lah yang saya rasakan sebagai kaskuser “lawas”. Selain hal tersebut, hal-hal fundamental yang jadi prinsip kaskus pada awal masa jayanya banyak yang mulai dilanggar (mulai ada iklan politik, dsbnya). Dibelinya saham kaskus oleh “Djarum” membuat sebuah thread yang sangat bagus yang berisi tentang bahaya merokok TIDAK PERNAH jadi Hot Thread, kaskus tidak lagi objektif dan ‘milik’ kaskuser melainkan kaskus menjadi ‘milik’ pemilik saham yang konten Hot Threadnya jadi “semau mereka”.

    FJB yang dulu sempat menjadi “Sudah cek FJB belum?”nya Tokopedia pun, tak kalah mengenaskan karena tampilannya dirubah sehingga para penggemarnya jadi malas berkunjung dan buka lapak disana. Seorang kaskuser sejati pasti merasakan pada era dimana jualan online mulai naik daun, mereka akan mengecek terlebih dahulu sesuatu yang mereka ingin beli di FJB, bisa cari yang paling murah dan “recommended seller”. Dengan sistem rekber-nya, yang jadi sistem andalan terpercaya.

    Andai saja saat itu mereka mau mendengarkan keluhan kaskuser untuk mengembalikan tampilan sesuai kemauan kaskuser sejati-nya, mungkin tidak akan seperti sekarang.. 🙂

    1. saya inget sekali dulu pas jaman kuliah bayar SPP dan ‘operasional’ kuliah dari FJB kaskus.
      Full time jualan di FJB kaskus dan tidak menyambi untuk kerja lainnya.

      Saat sekarang ini Thread jualan saya udah tinggal prasasti, akibat jumlah buyer darisana yg terus-terusan sepi

    2. betul nih, dulu ane jg hampir selalu buka fjb kalo mau nyari barang apa gitu…

      sekarang udah nggak pernah buka fjb, sepi, apalagi kemarin banyak rekber populer yg tumbang nilep duit member tanpa ada kelanjutannya, jd males ngaskus lagi dah… 😀

    3. Saya setuju ama ini, user kaskus ini sebenernua stakeholder juga, bukan sekedar user or customer…

      Apalagi ini kan community based gt… Ini mirip ama olx beberapa bulan lalu, tampilannua ga user friendly, akhirnya banyak yg protes dan untungnya mereka mau ngedengrin dan switch ke interface lama

  7. Artikel yang inspiratif. Bisnis saat ini tidak bisa hanya mengandalkan kejayaan masa lalu. Bahkan kesuksesan masa lalu bisa menjadi beban untuk menyesuaikan dengan tuntutan bisnis saat ini.
    Bagaimana perusahaan dikembangkan dengan karakter yang adaptif, adalah tantangan agar bisa survive.

  8. Setelah sekian lama saya mampir lagi ke blog legendaris ini.

    Saya sendiri kurang tau tentang sevel, maklum di sini jarang sekali ada sevel.

    Tapi yang saya cukup perhatikan adalah Kaskus.

    Semenjak penampilan Kaskus berubah, banyak perubahan2 lainnya yang muncul secara cepat yang saya gak bisa ikuti.

    Selain itu, saat ini HT dipenuhi dengan thread2 gak jelas yang asal buat dan copas.

  9. sevel memang dulunya asik buat nongkrong dan buat janjian ketemu klien.
    tp sekarang sudah tutup.
    ngenes juga dengernya

  10. Selalu suka dengan tulisan mas yodia. Analisisnya mendalam khas seorang ahli manajemen.

    Dulu awal2 kaskus hits banget, terutama FJB nya, tp semenjak berubah fitur dan tampilam jadi kurang enak, akhirnya saya beralih ke marketplace

  11. sayang ya kaskus… pdhl kaskus banyak moderator2 yang cinta dan setia pada kaskus kala itu… coba dengarkan user dan momod2 tsb masukan dan sarannya…

  12. Kunci inovasi yang berhasil ada pada pemetaan, baik pemetaan dalam diri keunggulan dan kelemahan dari perusahaan, juga pemetaan terhadap pelanggan dan kondisi kekinian.

    Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua, para creativepreneur.

    Fachmy Casofa
    Penulis Biografi best-seller BJ Habibie berjudul: Habibie, Tak Boleh Lelah dan Kalah!

  13. Benner sekali, Inovasi Inovasi harus mencakup keduanya…TEPAT SASARAN DAN dimulai pada WAKTU YANG TEPAT.

    Ulasan yang sangat bagus 🙂

    Share ah…

  14. kaskus… ah sayang banget kaskus skrg udh gak nyaman bwt ditinggali. Meskipun bukan kaskuser yg aktif komen atau share, tp sy cukup setia jd silent reader di sana semenjak sekitar 2009an (awal gabung member). Sekitar 1-2 tahun lalu mungkin yah (atau lebih?), sy udah gak nyaman disana, rasanya webnya makin berat, makin sepi, makin banyak iklan, makin ga seru aja disana. Tentang fjb-nya, wah sejujurnya ini yg disayangkan bgt dr kaskus. Dulu sblm ada tokped dkk, sy penggemar berat fjb, belanja online mostly di FJB, dari ipad ampe DVD blank, tp krna marketplace lain inovasinya lebih bagus, perlahan sy berpaling dr FJB. Yah mau gimana lagi, tampilan, kemudahan memilih barang dkk, udh kalah ama pesaingnya. Mudah2an bisa bangkit dan digemari lagi oleh para kaskuser…

    btw pak yodha, seperti biasa ulasannya selalu maknyus top markotop 😀

    1. Iya. Betul banget. Jaman dulu kalau mau cari barang tinggal cek di kaskus. Mau barang tinggal post nnt bnyk yg kontek. Pokoknya di fjb semua ada dn harga ok tentunya. Tpi lama2, pembeli makin sepi, penjual jg makin sepi. Baru aj bbrp minggu lalu uninstall app fjb kaskus. ????. Ud gt web nya ndiri makin lama makin gajebo dan full…

  15. Sebagai kaskuser sejak 2009 memang patut disayangkan karena kaskus kian terpuruk trafiknya. Banyak thread yang hilang sejak tampilannya berubah….

  16. Kaskus telat mengambil alih fjb nya untuk membuka rekber resmi kaskus. Kasus rekber pandahitam yang membawa kabur uang kaskuser menurut saya jadi last blow yang bikin fjb KO diantara marketplace lainnya. Kepercayaan turun drastis.

  17. Selalu menarik, renyah, menginspirasi dan jozz markojozz pembahasan tentang bisnis, apalagi diulas secara renyah oleh pakarnya, “jan maknyuss tenan”

    BERINOVASI ATAU MATI…
    mungkin ini sepenggal kalimat yang pas untuk menggambarkan deretan kejatuhan dari berbagai brand bisnis.

    so, sebelum bisnis BANGKRUT, cek kembali, apakah sudah menerapkan sistem keuangan yang tepat dan akurat? apakah sudah mengimplementasikan SOP yang pas dengan proses bisnis kita?

    lalu, gimana cara buat sistem keuangan dan SOP Akuntansi Keuangannya ya?
    silahkan kunjungi https://manajemenkeuangan.net/ 🙂

    Apa nunggu BANGKRUT atau WAFAT dulu sebelum menerapkan sistem keuangan dan SOP yang baik?

    Terima kasih Kang Yodh…

    Salam sukses penuh keberkahan…

  18. Artikel yang mencerahkan! Setuju sekali dengan High Cost Innovation yang malah menjadi blunder.

    Dan tentang dilema sang inovator, seringkali menyadari kesalahannya justru ketika dana yang dimilikinya telah habis..

  19. Sevel. Ada 1 sih yang bener2 ngebunuh omsetnya. Pelarangan Alkohol kelas A (Beer, mix-max) yang bikin sales anjlok banget.
    Gue SA (Kasir) disitu ngerasa bener penurunan omsetnya pas ga ada beer. Omset per hari bisa cuma 1/4 dari sebelum peraturan itu.

  20. Saya rasa kejatuhan sevel terasa pas dilarangnya miras dijual khususnya bir dingin

    Kalo kaskus sudah mulai sepi pas diblocknya forum dewasa 17++

  21. Tulisan ini mengingatkan saya kepada pasar di mana saya tinggal sekarang ini, Mempawah.
    Sebuah daerah kecil, ibukota kabupaten di kalbar. di pasar ini tidak ada gadget yang mahal. paling mahal smartphone yang di jual disini adalah 1.5 jutaan. Begitu juga sepatu dan pakaian. Bagi yang ingin membeli lebih mahal atau bermerk bisa pergi ke kota Pontianak.
    Intinya, pasar disini melihat pangsa pasar atau kemampuan buyer. dan tentu saja, mereka tetap bisa hidup, walo dengan stok yang terbatas.

  22. Malam. Saya baca artikelnya. Datanya apakah akurat. Kok saya denger permasalahan sevel bukan karena kualitas ataupun anak muda nongkrong berjam jam yang membuat merugi. Tapi karena sevelnya nakal masalah perijinan dan tidak membayarkan kewajibannya ke negara selama bertahun pendiriannya.

    Dan saya denger jual beli dengan pokhand karena nilai ga sesuai dari kedua pihak dan perubahan nama dari sevel ya supaya sesuai dengan waralaba dari pokhand? Ayo sumber datanya.

    Kaskus, kalau liat dari sejarahnya kaskus berdiri bukan karena FJB setau saya tapi tempat sharing informasi dan akhir di biat kanal FJB karena banyak yang potensial dari sharing informasi. Dan komunitas kaskus masih aktif baik online dan offline. Ayo…. sumber datanya.

    Cuma share aja, jangan sampe pada terjerumus. Masukin sumber data informasinya donk mas supaya pembaca tau.

    Thanks mas penulis

    1. Lebih bnyak k opini pribadi penulis ini tanpa data yg jelas yg penting alur bahasanya ngalir jadi keliatan wow. Padahal y cuma luar2 aja yg di ulas

  23. Sevel wajar klo bangkrut. Harga premium, tapi kebanyakan gerainya jorok, berantakan, wc bau nya ampun-ampun. Please deh, yg namanya harga premium, fasilitas jg harus premium dong.

    Kaskus sepi jg wajar, ga pernah lg minta input dari user nya. Politis dan juga semaunya. Sy sudah kenal kaskus dari jaman kaskus masih jd situs sharing bok*p hahahaha. Sampai akhirnya pikiran sy terbuka semakin luas karena membaca banyak artikel bermutu di kaskus. Sekarang cukup jualan aja. Hmmm, what a nice old days

  24. Sebagai kaskuser sejak 2007 ane juga tergolong yang kecewa dengan penurunan yang dialami Kaskus.
    Beberapa hal menjadi penyebabnya, ketidakmampuan mengadakan jasa rekber yang terpercaya dan tanggap, tampilan web yang makin berat, ketidakberdayaannya menghadapi para spammer dan flammer.

    Meski sudah diakuisisi oleh Djarum dan mengadakan renovasi kantor fisik. Tapi yang saya rasa manajemen Kaskus hanya sekedar sibuk memoles tampilan dan berusaha keras tetap memperlihatkan dirinya sebagai forum terbesar di Indonesia (kala itu). Tanpa mau mendengar apa kebutuhan dan keluhan para usernya.

  25. Sebagai almamater dr kampus yg di sekitar lokasinya ada indomaret point, alfamart point, indomaret, alfamart, sevel dan ceriamart. Jujur sbgai mahasiswi yg styp hari bs beli 1-2botol aqua saat ngampus, waktu itu sy ndiri jg prefer jln lebih bnyk bbrp langkah utk beli aqua di indomaret atau alfa aj, krn di sevel lbh mahal 1-2rb, bhkn utk smw produk. Buat anak kampus tentu beban. Yg ada sevel merugi, krn pada beli chiki 1 bungkus aj ud gt ambil saus keju bertumpuk-tumpuk.

  26. Pas baca tentang kaskus jadi ingat dengan yahoo yang akhirnya tumbang.

    Akankah Kaskus akan bernasib sama dengan yahoo?

  27. Di Jepang sana sevel tidak pakai tempat nongkrong, ramainya dipagi hari waktu para pegawai baru turun dari kereta utk beli sarapan atau bento.

  28. Saya termasuk member+user kaskus yang hampir jarang banget buka kaskus.
    Entah kenapa, mungkin salah satunya ya tadi. Rasanya yang beda dan kurang enak

  29. wah baru tahu kalo kaskus mulai termehek-mehek. padahal saya salah satu pengguna kaskus.

    memang benar sih mas, kaskus terlalu menikmati zona nyaman jadi wajar tergilas saat ini atau dikemudia hari.

  30. Begini..,
    Sevel itu core business nya convenience store. Masuk Indonesia krn “sesuatu hal” harus berubah konsep menjadi convenience + resto.
    Nah, franchisor sangat kredibel di core business nya yaitu convenience store, sedangkan konsep “resto” nya sebagai tambahan inovasi (yg kepaksa) harus dikembangkan sendiri oleh operator/franchisee lokal. Disinilah titik kelemahannya, karena franchisee Indonesia blom punya reputasi dan pengetahuan yg mumpuni untuk menjalankan resto yang bergabung dgn convenience store.

    Perlu riset dulu utk membuat konsep yg sustainable spt itu. Kalau tidak ya hanya trial & error…, yg ternyata emang banyak error nya.

    Sebetulnya pertanyaan yg mendasar pada franchisee sevel disini adalah: “mana yang anda fokuskan sebagai sales & profit generator: convenience business or resto business?”

    Kasus yang mirip sevel ini sedang terjadi di dunia book store/toko buku…, nah pertanyaan yg sama harus dijawab para pemiliknya… kalau jawabannya keliru.., tinggal tunggu waktu kejatuhannya…

    Let’s see

    Koko Hadiono [resto health check]

  31. kesalahan terbesar kaskus adalah, memisahkan forum dengan fjb dan menghilangkan fitur user untuk memasukkan image/gambar di thread jualan… kl mau jd toko online ya buat seperti yg lain, itu kan thread dan orang bs berkomunikasi di dalamnya, bs jg cek testi dan komen2 orang yg sudah pernah transaksi atau hanya lewat, dari situ user yg lain bs tau reputasi yg jual..

    ini hanya opini pribadi saja, pokoknya semenjak kaskus jd begitu sy mulai males, belanja atau berdagang disana

  32. Padahal sempat berharap kalau Gundam edisi Sevel bakal dijual eksklusif disitu beserta alat rakit.
    Jadi bisa rakit Gundam sambil cemal-cemil seperti di Sevel Jepang.

    Terlepas dari jenis jajanannya ya, gimmick lain juga bisa jadi pendekatan.

    bisa jadi daya tarik yang lebih tepat sasaran kalau direalisasikan, karena hobby rakitan/Gundam terhitung mahal, .pengunjung juga kemungkinan lebih siap dengan harga sajian Sevel yang “Premium” ala Resto itu.

  33. Mau nambahin pak, menurut pengalaman saya beberapa kali ke sevel, pengaruh penurunan penjualan sevel juga disebabkan peraturan permendag mengenai alkohol (terutama bir) yang dilarang dijual di mini market, rata rata anak muda yang ke sevel akan nongkrong dengan mengkonsumsi bir.. rata rata mereka bisa lama bertahan dan beberapa kali membeli snack bahkan makanan berat, saat bir dibatasi yang ada hanya kopi, sedangkan untuk kopi banyak sekali saingan sevel yang lebih cozy, sebutlah starbucks, coffeebean dll.. dan jarang sekali anak muda yang ngopi instant hanya untuk ngumpul.. kalaupun ada tidak akan mengambil waktu yang lama, which is makanan yang diambil juga tidak banyak, industri ini tidak berlaku di circle k bali, dimana ada perda yang membolehkan bir di mini market (dengan tambahan cukai)

  34. sudah tak aktif lagi kaskus sejak 3-4thn lalu…

    dlu orang sibuk posting untuk ngejar ISO, sayang skrg ISO bgtu mudah dijual belikan jadi mengurangi hasrat, lalu perubahan UI yg tiba-tiba membuat orang kabur, belum lagi iklan yang terlalu masiv bkin org males

  35. Sangat disayangkan para legend bertumbangan. Memang bener seperti yang dikatakan pak Yodhia kalau mereka menjadi rabun oleh karena terlalu bangga dengan produk mereka sehingga menutup mata mereka untuk dunia luar.

    Inovasi tepat guna! Itulah yang harus selalu dijunjung di jaman yang serba tekhnologi sekarang ini.

  36. Perubahan signifikan di bidang teknologi memang menuntut pebisnis untuk terus berinovasi dan menyelaraskan strategi bisnisnya agar tepat sasaran.

  37. Sevel itu awalnya masuk indonesia dengan semangat berkompetisi dengan indomaret alfamart, namun sayang ternyata ijinnya bermasalah, emang pemerintah Indonesia nya aja yang sepertinya membuat kebijakan itu untuk melindungi bisnis lokal, kan brand indomaret dan alfamart adalah brand lokal, sementara sevel adalah import.

    Jadi sevel terpaksa harus ga boleh mengambil segmen yang sama dengan indomaret dan alfamart. Sevel di Indonesia mungkin paling beda dibandingkan sevel di negara lain, contoh paling deket liat aja ke Singapura, mana ada sevel dengan kursi-kursi meja begitu.

    Dan penataan kursi meja sevel di Indonesia, jauh dari kesan nyaman, jadi kayak asal aja sewa tempat, bisnis resto nya ga digarap baik-baik. Jadi mereka dipaksa utk berbeda, namun gagal.

    Seandainya mereka boleh menjalankan bisnis dengan segmen yang sama dengan indomaret dan alfamart, mungkin lain cerita, gerainya bisa menggurita kemana-mana.

    Alfamart kan katanya buka franchise tuh ke Thailand ya, coba aja liat, mungkin berita bangkrut nya di negara sana, beberapa tahun lg akan kita dengar.

  38. Salah satu penyebab kaskus jatuh karena banyaknya konten2 yg copas dari berbagai blog dan website, para konten kreator yg original kurang begitu dihargai disana (cendol dikaskus buat apa? ga bisa dimakan juga).

    Belum lagi FJB terkesan menyontek marketplace ala tokopedia/bukalapak dan dulu rekber nya sempat bermasalah.

  39. Iya bener, saya dari dulu berharap2 FJB Kaskus itu bisa transform seperti marketplace BL / Toped, semua resource sudah ada, base user, sistem escrow (wlwpun dihandle masing2 person) dll..

    Lambat inovasi, org2 seperti sayapun sudah terlanjur nyaman dengan BL dan sejenisnya.

  40. saya yg ga suka dari kaskus tu perubahan tampilan UI nya. harusnya tetep dipertahankan pake tampilan lama aja. ga perlu ngikutin tren2 kekinian. buktinya banyak tuh forum2 serupa di luar negeri yg tampilannya bertahun2 sampe sekarang ga berubah.

    kalo FJB, kaskus telat ngerespon marketplace lain dgn rekber official macem toped/BL. kaskus masih percaya sama rekber unofficial yg ternyata bermasalah. akhirnya FJB kaskus lah yg kena getahnya.

  41. Padahal kaskus kalau dulu serius di FJB nya bisa menjadi raksasa macam tokopedia dan buka lapak sekarang.
    Inovasi kaskus cenderung pelan dan mungkin terlalu nyaman dengan kondisi yang ada. Tanpa sadar inovasi diperlukan

  42. Ulasan yang menarik dari Mas Yod mengenai kedua bisnis diatas, apalagi soal Kaskus, saya jadi pengen juga ngasih komen sebagai Kaskuser angkatan lama yang cinta banget ngaskus. Menurut saya, di awal maraknya internet di Indonesia, Kaskus bisa dibilang jadi salah satu pelopor karena pada saat itu dia jadi pemain tunggal di lini komunitas, disaat mungkin situs2 lain yang sejenis untuk tuker info atau sharing belum ada. Jelas dia jadi pelopor digital saat itu, forumnya ramai, traffic tinggi tentunya. Tapi beberapa tahun belakangan seiring perkembangan digital yang makinan pesat, Kaskus kayaknya sadar dan keliatan berusaha untuk memperbaiki forum sama FJB yang jadi produk utama. Cuma memang gak bisa dipungkirin juga kalau makin lama ibarat potongan kue di industri digital, sekarang banyak dibagi ke situs2 lainnya yang bertumbuhan, otomatis imbasnya adalah kestagnanan dari traffic kaskus itu sendiri.

    Kalo FJB Kaskus telat inovasi produknya, iya, walaupun sekarang udah ada beberapa perubahan, mulai dari tampilannya, dulu cuma bisa COD trus sekarang udah ada sistem pembayaran rekber sendiri. tapi ya FJB masih kalah karena mereka gak subsidi harga, gak ngasih cicilan, gak tebar promo dimana2. Kaskus masih ngandelin pertumbuhan secara organik yang udah jadi ciri khas mereka, sementara mungkin e-commerce lain lebih banyak “bakar duit” (kalo bahasanya startup sekarang sih) buat ngencengin promo yang bisa diliat dimana aja, pas di jalan, nonton TV, atau lagi buka Youtube pun. Sebenernya ini bisa jadi buah simalakama sih buat kaskus, tapi menurut saya menarik juga buat kita liat kedepan berapa lama e-commerce lainnya itu bisa bertahan “bakar duit” untuk menggaet customer lewat promo gila2an, diskon, subsidi, kasih gratisan dll.

    Innovator’s dilemma yang disebut Mas Yod ada benernya juga. Saya sempet ikutin gimana hebohya di forum saat akhirnya Kaskus mutusin buat ngerubah tampilan FJB, tapi user sendiri pengennya Kaskus ‘mempertahankan’ ciri khasnya. Tapi di sisi lain kalo Kaskus ngikutin maunya user untuk gak berubah, kesannya kok cinta banget sama produknya dan gak mau terbuka sama perubahan. Lagi2 dilematis menurut saya, karena buat situs sebesar dan sekompleks kaskus pasti akan sulit untuk berubah, kalo iya pun harus satu2, nyesuaiin perkembangan tren dengan kebutuhan, habit & karakteristik user. Mungkin itu juga kenapa sekarang tampilan homepagenya berubah jadi lebih dinamis, penuh image, trus ada video juga. Lewat hal kayak gini mereka keliatan berusaha maintain kaskuser2 lama sekaligus ngegrab anak-anak muda sekarang yang habit internetannya udah beda.

    Kalo diliat lagi, PR banget buat Kaskus sebenernya untuk cari jalan tengah dan langkah yang diterima oleh semua usernya yang besar banget jumlahnya. Mereka mungkin berusaha maintain kemauan Kaskuser2 lama, tapi di sisi lain mereka juga pasti usaha untuk ngegrab anak-anak muda sekarang yang habit internetannya dan kesukaannya beda sama anak-anak lama. Sehingga inovasi yang dilakukan pasti gak bisa memuaskan semua pihak.

    Ini sih cuma pantauan saya aja ya sebagai Kaskuser yang sampe sekarang masih ngaskus tapi lebih ke SR. Masih berharap kalo kaskus bakalan bangkit lagi dan jadi situs seru buat anak2 lama ataupun yang baru2.

  43. Kaskus tumbang gara2 ga ada lagi trit BB17++.. padahal itu yang bikin rame, yakan?
    Dulu cari keyword toge udah dapet gambar maknyus, skarang yang nongol toge beneran.

  44. Inovasi sangat penting dan sdh harus bagian dr strategi. namun sy kurang setuju kalau sampai creative destructive. Mungkin beda segmen dgn toyota, tak satu pun produk yg dia “bunuh”, semua produk lawas nya tetap jaya sampai sekarang. Sebut sj kijang dan landcuriser. Belajar dr toyota mereka loyal ke pelanggan. Jdi loyalitas ke pelanggan melalui inovasi mewujudkan kebutuhan pelanggan yg selalu berubah jd bagian yg penting.

  45. Sekarang kan kaskus sudah membuat aplikasi sendiri jadinya banyak yang pindah ke aplikasinya dari pada ke web alasannya terlihat lebih sederhana dan menarik

  46. Ka*Kus terlalu segmented sih. Saya udah kritik dulu waktu masih berjaya dimana msh ada thread yg sengaja dibuat “panas”, contohnya di thread sepakbola. Klo mau segmented jgn ngaku meng-Indonesia. Muak jadinya… Shame on you ka*Kus!!!

  47. Perbedaan nya…
    Alfa dan indomaret adalah franchise….
    Sedangkan sevel tidak.
    Cashflow yg kurang baik dengan capital yg besar tidak sebanding….

    Mereka tujuan nya menggoreng Brand supaya ada yg invest.

    Hal yg sangat riskan.

    Itu saja….

    🙂

  48. Saya komen gk pernah unsur Sara,gk pernah kasar, hanya kritis aja diblock. karena ketika dilaporin orang langsung diblok aja tanpa klarifikasi dulu. Makanya males main k*skus.

    s*v*l gk ada yg menarik dari makanannya dan gk inovatif. Karena gk ada org indo dateng ke tmpt market cma bela2in mao makan hotdog.

    Dan jg gk fresh mkananya, temen saya prnh cerita ke S*v*l di sunter beli paket nasi yang nama paketnya P*duka, nasi dan ayam potong. makan gk abis trus dia bawa pulang di kasih ke peliharaan doggy nya gk mau makan.

    Kalo faktor lain jg karena bir dah gk boleh penjualannya turun jg tuh dia.

    kalo St*rbucks varian banyak, orang Indo demen ngopi pula dan yg manis2 jadi pas walaupun mahal.

  49. Maaf, Anda yakin penyebabnya dua hal itu?
    Saya tidak membaca ada data dengan sumber yang jelas yang mendukung dua kesimpulan itu. Karena tanpa data, maka saya membacanya dua kesimpulan itu hanya berdasar observasi dari luar belaka.
    Jika memang ada datanya, mohon dibagikan yah.
    Kita perlu hati-hati, jangan sampai memecahkan masalah yang salah.

  50. Kaskus udah beda bgt ama yg dulu.
    Dulu d lounge bisa tanya2, bisa lucu2an skarang malah main delet aja.
    Dulu kontent bnyak yg original, skarang 95% copas tok.
    Apalagi fjb, dulu katanya bkalan bantu sampai kelar kasus penipuan rekber blackpanda. Tau2nya dah dibiarin aja.

  51. Banyak hikmah yang bisa diambil dari artikel dan komentar ini.

    Salah satu yang paling mengena adalah life cycle produk zaman sekarang itu pendek.

  52. Berbicara tentang kejatuhan sevel, kesalahan management dalam membangun. Konsep yg ditawarkan menarik, ingin dekat dgn masy, sehingga dibuat sebanyak mungkin. Tapi itu yang malah menjatuhkan. Biaya operasional 1 outlet yang biasanya bisa di cover apabila per area hanya ada 1 outlet, skrg terbagi menjadi beberapa outlet yang padahal jumlah customer nya hanya tarik-tarikan.
    Terlalu menawarkan kenyamanan juga tanpa memikirkan dampaknya, customer dimanjakan dgn fasilitas wifi, spot charging, dll yang bikin betah, tp gak memikirkan rotasi customernya, jadi terkesan “penuh” terus.
    Service nya juga, makin lama pelayanannya jg kurang, entah krn pribadi karyawannya, atau memang krn kurangnya pembekalan masa training, yang jelas tidak lagi customer oriented.
    Yah, gimanapun tempat ini(sevel) udah ngsh lumayan banyak pelajaran buat saya krn pernah menjadi bagian didalamnya, jadi sedikit banyak saya bs komentar dr sudut pandang orang divisi operasionalnya.

  53. saat orang-orang yang bekerja dengan passion (seperti Ken) digantikan dengan orang2 business oriented (yang membeli kaskus) maka katakan selamat tinggal pada inovasi

  54. Dan saya pun mulai meninggalkan Kaskus. Disamping sudah jenuh, tidak ada inovasi baru dari Kaskus. Dulu waktu Jaya pelitnya ga ketulungan sama Moderator dan Regional Leader. Sekarang baru deh baik-baikin. Terlambat sudah, kau katakan padaku *sambil nyanyi*

  55. Di kampung saya tdk ada sevel
    Tapi sevel sangat berjasa pas saya harus begadang ngerjakan disertasi,waktu itu kebetulan di jakarta agak lama & akomodasi yg tersedia tidak mendukung utk itu..
    Baru2 ini mampir lagi ke sevel Hayam wuruk, sdh sepi & barangnya nggak lengkap seperti dulu lagi..
    Mungkin kita hrs merelakan sevel pergi..
    Tapi pebisnis sejati tidak akan lari..mereka hanya sembunyi…(harapan..)

  56. dulu tahun 2010an .. jualan di FJB Kaskus tanpa modal, make sistem pre-order yang lagi booming, sekarang udah ga jaman sistem pre-order ya?? haha

    dulu pernah ngebayangin Kaskus punya Official office tiap kota untuk melayani komunitasnya, bisnis (titip barang, COD,dll) karena ngerasa tiap daerah punya forumnya masing2 hihihi

    sekarang?? FJB sepi, banyak iklan .. apalagi klo sudah masuk forum berita politik.. hadeuh .. beda banget sama yg dulu dehhh

  57. Iya min bener bngt….makanan sevel mahal2….paling gw Klo nongkrong beli Aer doank….nongkrong Ampe pagi….hahaha..

  58. untuk sevelno comment, ga paham

    untuk kaskus, Saya main kaskus sejak 2009 tapi mulai males semenjak perubahan user interface dan makin berat webnya, padahal kaskus dulu adalah web paling enteng selain google dan FB , sepertinya kaskus dulu terlalu pede dengan kejayaannya sehingga ga mau dengerin protes user yang akhirnya banyak yg mutusin pensiun ngaskus. Kalo sekarang mulai sepi ya wajar,mereka mengabaikan sumber kekuatan mereka yaitu user

  59. Tolong dimuat tulisan saya ya..^_^

    Untuk kaskus.. Kaskus itu bukannya telat innovasi. Salah 1 innovasi yg belum sempat running & yg bisa bikin mereka bertahan cuma Fjb, tapi tau sendiri kan fjb stuck.
    Fjb sendiri sebenarnya sdh mulai dikembangkan menjadi platform market place/plaza seperti BL Toped klo ga salah sdh dibuat atau bisa didemokan dari 2008-2009an tapi ide-ide itu mental semua.
    Pada intinya kaskus kalau mau jaya lagi harus keluar dari naungan investor ‘you know’ lah.. Karna tau sendiri kan investornya kaskus juga punya ecommerce warna biru yg dilain pihak tdk mungkin membiarkan FJB maju

  60. Saya melihat dari aspek yang sedikit berbeda mas. konsep sevel sudah cukup matang sebenarnya, menyasar anak muda yang suka nongkrong dengan mengandalkan hinh margin produk kayak makanan dan minuman, sayangnya konsepnya di tiru habis oleh kompetitor dengan harga lebih murah, muncul indomart point yang konsepnya sangat mirip, habislah pasar sevel pindah ke indomart point, pada saat yang sama sevel tidak melakukan upaya perbaikan

  61. kemarin sore menjelang berbuka, saya mampir ke sevel dekat stasiun tebet untuk membeli makanan untuk berbuka puasa.
    saya memilih-milih makanan, dan terbesit untuk membeli katsu burger.
    tapi alangkah kagetnya saya. saat saya terawang ke dalam plastik pembungkusnya, bagian dalam roti dan katsu nya sudah dipenuhi jamur.
    saya langsung menuju penjaga kasir untuk memberitahukan ini. dia berdalih kalau saya ingin pesan, ia akan membuatkan dengan burger katsu yang lain yang lebih fresh.

    apakah sudah begitu parahnya management sevel? hingga makanan yang sudah berjamur masih terpajang di rak mereka, tidak terkontrol.

  62. Contohlah itu Pizza H*t. Selalu ada innovasi dan promo pembelian/paket. Kalo kalian customer teliti seperti saya, bisa lihat kok bahwa innovasi produknya menggunakan bahan dasar yg sama tetapi bentuk tampilan dan proses pengolahan nya yg berbeda. Gak heran bertahun2 ada di sekitar kita dan terus bertambah jumlah nya! Intinya jangan cepet puas dan bangga atas hasil yg telah dicapai. Teruslah berinnovasi. Tentu dengan konsep dan perencanaan yg sesuai dengan consumen sekitar dan tren yg lagi booming. Sekian. Rip Sev*l dan Kask*s.

  63. kalau kaskus tidak ada inovasi yang membuat user balik lagi. Sepertinya tinggal tunggu waktu saja kaskus tutup. Betul ngga mas?

  64. padahal dulu tokopedia, tokobagus (OLX) dan bukalapak itu kecil. tapi sekarang membesar mengalahkan kaskus yg dulunya raja dan terkenal dominan besar di Indonesia.

    Perusahaan kecil mengalahkan yg Perusahaan besar.

    benar benar terjadi ya pak.

    ngeri lihat persaingan. kalau lengah sedikit aja bisa hancur dilibas bahkan oleh yg kecil sekalipun.

    duh ngeri banget.

  65. Kaskus?? Ahhh isinya junker dan bahasanya yg dipakai para nastak / nasbung sungguh keji. Semoga cepet bubar deh kaskus.

  66. Untuk 7 Eleven ini kasus kedua setelah tahun 80an pernah hadir di Indonesia & tutup….Ekspansi yang terlalu cepat dengan begitu banyak lokasi yang tidak diperhitungkan membuat ekspansi pada akhirnya tidak menguntungkan….Indonesia bukan USA…target Sevel Middle Up tetapi disini market terbesar adalah Middle Low….untuk Kaskus kurang cepat berinovasi..yang lain berlari Kaskus jalan ditempat…..

  67. pernah ane kasih feedback ke kaskus, di tahun 2015/2016 an.

    yang isinya saran2 agar kask*s balik naik pamor lagi, salah satu masukan ane ttg aturan di diskusi kask*s yang perlu dirubah adalah adanya RANK dan ada HANSIP alias ADMIN yang terkadang AROGAN. dia dapat ngekick seenaknya kalo ada yg ga pas menurut dia. dan kaya harus hormat ama yang udh senior2 gitu,,,,

    dan uniknya, feedback kask*ser kaya ane seperti diatas , sudah diduga …… gagal tayang , alias di BANNED,.

    haloooo…. di jaman customer oriented seperti saat ini masih ada main banned…

    lets do better

    ck

    1. Ketika sebuah platform it sudah jadi mesin uang, founder cenderung makin merasa mapan dan lupa berinovasi. Padahal laskap bisnis IT itu cepat sekali berubah, apalagi yang menyasar massa populer. Kayak musik pop yang cepat ngetop, dan cepat pula hilang.

  68. mulai dari memahami segmen atau target pasar serta besarannya terhadap produk atau jasa yg hendak kita pasarkan…melayani dengan hati…maka inovasi yg muncul adalah inovasi yg selaras dengan kebutuhan pasar…inovasi yg terkesan dipaksakan belum tentu sesuai dengan harapan konsumen…bahkan bisa jadi bumerang bagi pelaku bisnis itu sendiri…

  69. Apa yang terjadi menurut saya adalah hal wajar, mengingat konsumen di indonesia cenderung middle low, termasuk saya haha… didaerah saya sih tdk ada sevel, yang ada indomaret dan indomaret walau membuka wadah untuk nongkrong namun selayaknya minimarket ya tidak menyediakan makanan berat atau snack panas apalagi premium food yang bercost tinggi…hanya mesin minuman panas dan itu laris! Karena murah…masalah pengunjung tak produktif berjam2 nongkrong di indomaret, itu bukanlah masalah…
    Sevel tidak menggurita! Berkutat di pulau jawa saja…bingung mencari cara mengusir pelanggan hampa yang nongkrong berjam2…mengusir pelanggan sesungguhnya…di xxi dikota saya, apabila ada orang yang menduduki sofa yang ditujukan untuk pembeli snack di xxi, petugas nya akan mendatangi dan berkata ” apa kah pesanan anda belum diantar?” Dengan nada lumayan terdengar jarak 10 meter Yang berarti berkata, ” kalau mau duduk disini pesan makanan, kalau engga pergi sana..tau malu dong “

  70. Konsepnya keliru dan terlalu ‘wah’ alias mewah. Padahal 7-Eleven di negara lain seperti Malaysia, Singapore atau bahkan USA tidak sampai semewah itu, disana tidak lebih dari sekadar waralaba dengan konsep kebutuhan dasar mirip Alfamart dan Circle-K. Manajemen Modern Group terlalu over menyusun konsep sevel di Indonesia ini. Lawson pun demikian, waralaba dari Jepang yang sempat ditangani manajemen Alfa, tapi gagal menarik perhatian masyarakat.

  71. Bener itu analisanya
    Semua itu butuh inovasi
    Semua itu ada harus memperhitungkan benefit and cost
    Raksasa Yahoo pun tumbang sekarang lyknya Sevel

  72. kalau yang tujuh saya jarang dengar dulu dan sekarang, tpi klo kaskus aromanya memang tidak lagi sewangi beberapa tahun silam.
    Tpi kita tetap berdoa agar kaskus tetap bisa bertahan, dan para tim creatornya segera berinovasi.
    trima kasih mas analisanya, ini pelajaran berharga untuk masyrakat Indonesia.

Comments are closed.