Kenapa Saya Sudah Kerja Extra Keras, Namun Penghasilan Saya Tetap Pas-pasan

Ya, kenapa banyak orang sudah kerja keras, jungkir balik, sering kerja lembur hingga larut malam, namun kok tetap penghasilannya pas-pasan.

Sebaliknya kenapa ada orang yang kerjanya terkesan santai dan banyak waktu luangnya, malah penghasilannya bisa sangat tinggi?

Apakah dunia ini tidak adil? Dan kenapa hidup ini terasa tidak fair?

Kadang ada orang yang bilang, kalian malas makanya gaji dan penghasilan tidak naik-naik. Ini statement yang kurang akurat. Faktanya orang-orang ini sudah kerja super keras, bahkan sering kerja dari jam 5 subuh hingga petang menjelang, dan sama sekali jauh dari kata malas. Namun kenyataannya penghasilan mereka tetap pas-pasan.

What went wrong?

Mungkin ada diantara Anda yang juga termasuk dalam kategori itu. Merasa sudah kerja dengan super keras, berjibaku mati-matian, namun kok penghasilannya masih belum juga melimpah barokah. Why?

Berdasar the science of job, setidaknya ada tiga faktor yang menjelaskan kenapa fenomena yg terasa kurang fair itu bisa terjadi.

Mari kita bedah satu demi satu.

Faktor #1: The Value of Your Skills

Kadang memang ada sebuah kontradiksi yang kontras antara penghasilan beragam profesi yang dijalani orang.

Misal ada seorang staf karyawan biasa yang kerja keras hingga kadang begadang namun penghasilan masih hanya 3 jutaan per bulan. Atau juga banyak driver Gojek atau Grab yang tiap hari kerja hingga 12 jam, namun mungkin penghasilan juga masih dibawah 5 jutaan/bulan.

Pada sisi lain, ada orang dengan profesi sebagai business trainer bisa mendapatkan fee Rp 20 juta hanya dari bekerja selama 2 jam. Atau ada dokter spesialis mata yang melakukan operasi lasik mendapatkan honor Rp 8 juta padahal hanya kerja 1 jam. Atau ada konsultan manajemen yang mendapatkan fee Rp 10 juta per 4 jam.

Dari contoh diatas ada sebuah kontras yang muram : yang satu kerja keras puluhan jam namun penghasilanya tetap sedikit. Sebaliknya ada sejumlah profesi yang kerjanya hanya 2 jam, namun hasilnya bisa lebih banyak dari penghasilan selama 2 bulan pegawai biasa.

Kenapa itu terjadi? Jawaban fundamental yang pertama adalah the power of skills. Banyak orang sudah kerja keras namun penghasilannya tetap pas-pasan karena dia bekerja pada bidang low skill jobs.

Dengan kata lain, karena pekerjaannya membutuhkan kualifikasi skills yang rendah, maka value added pekerjaan ini juga rendah. Alhasil bayarannya juga murah.

Sebaliknya, sejumlah profesi bayarannya amat mahal, karena pekerjaan ini membutuhkan skills yang tinggi.

Namun ada kabar baik disini.

Skills yang tinggi ini sejatinya juga bisa dipelajari oleh siapa saja, apapun kelas sosialnya. Jadi bukan skills yang misterius dan dianggap hanya bisa dikuasai oleh kaum kaya saja dengan pendidikan tinggi. Ini persepsi yang tidak tepat.

Ada banyak skills mahal yang bisa dipelajari siapa saja, misal skill untuk untuk menjadi public speaker, programmer, youtuber, fotografer pernikahan, sales properti higga skills untuk menjadi internet marketer.

Semua skill mahal tersebut bahkan tidak perlu sekolah formal. Semua skills mahal ini bisa dipelajari oleh lulusan SMP sekalipun. Asal ada kemauan, maka skills mahal ini bisa dikuasai.

Yang kelam adalah : saat seseorang terjebak dalam low skill job dan bayarannya murah, dia tidak berjibaku untuk mempelajari skills mahal. Padahal cara untuk menguasai beragam skills mahal kini banyak tersedia dengan gratis via Google dan Youtube.

Faktor #2: Market Demand

Faktor kedua yang menyebabkan penghasilan pas-pasan meski sudah kerja keras adalah ini : hasil dari pekerjaan kita tidak banyak dibutuhkan pasar, dan pasar tidak bersedia membayar mahal untuk hal ini.

Jadi disini kuncinya adalah : penghasilan kita akan rendah, jika demand untuk skills atau karya kita juga belum begitu tinggi, dan konsumen enggan membayar mahal untuk itu.

Jadi faktor kedua ini bukan semata kekuatan skills. Sebab ada banyak orang sudah kerja keras dengan skills yang tinggi, namun bayarannya tetap ya gitu deh.

Misal : para ahli patung di Bali atau pengukir di Jepara. Mereka adalah orang-orang dengan kecakapan craftmanship yang tinggi.

Demikian juga para peneliti di sejumlah lembaga pendidikan dan pemerintahan, mereka banyak yang level doktor.

Atau juga para penulis buku sastra, mereka rata-rata pekerja keras dan punya skill level master.

Jadi dalam faktor kedua ini, problemnya bukan karena low skills. Orang-orang dalam kategori ini rata-rata sudah punya skill hebat dan semua adalah para pekerja keras.

Namun kenapa penghasilan mereka acap masih mengecewakan?

Alasannya simpel : market yang memembutuhkan hasil karya mereka mungkin belum banyak, atau juga market tidak bersedia membayar mahal hasil pekerjaan mereka.

Kenapa begitu? Boleh jadi karena mereka memang tidak pandai memasarkan karyanya. Atau mungkin juga karena regulasi pemerintah. Atau juga mungkin karena kebijakan perusahaan dan lembaga yang mempekerjakan mereka.

Jadi orang-orang yang berada dalam kategori ini mungkin layak disebut sebagai “orang pintar yang jadi nestapa karena korban mekanisme pasar”.

Ada juga orang-orang yang merasa skills dan komptensinya tinggi, dan juga merasa skills-nya amat dibutuhkan pasar, namun penghasilannya tetap pas-pasan.

Jika dia memang kondisinya seperti itu, maka solusinya mudah : dia pindah saja ke kantor atau perusahaan lain yang mampu membayar lebih mahal.

Sebab jika seseorang merasa skills-nya tinggi dan skills itu memang dibutuhkan pasar, maka market value atau harga jual dirinya pasti akan mahal dan akan ada banyak perusahaan yang bersedia membayar dia dengan mahal juga.

Kalau dia tetap bertahan di tempat yang sama dengan penghasilan yang rendah, artinya dia kurang pede dengan skills-nya atau terjebak dalam comfort zone.

Faktor #3: Faktor Kali

Faktor terakhir kenapa sudah kerja keras namun penghasilan tetap pas-pasan, adalah karena pekerjaan orang itu tidak bisa memanfaatkan faktor kali.

Faktor kali maksudnya adalah memanfaatkan kekuatan orang atau sumber daya lain untuk melipatgandakan penghasilan. Misal : orang yang bekerja sebagai penjual buku, dan kemudian dia punya 100 reseller. Atau ada orang yang jualan warung indomie rebus dan burjo, dan dia mengelola 10 warung.

100 reseller atau 10 warung itu adalah faktor kali yang akan membuat pengelolanya bisa mendapatkan penghasilan yang masif.

Pekerjaan para pengelola itu mungkin sama bebannya dengan orang lain. Semua sama-sama punya waktu 24 jam sehari. Namun pekerjaan para pengelola faktor kali ini bisa memberikan hasil yang jauh lebih banyak dibanding orang yang pekerjaannya tidak bisa memanfaatkan faktor kali.

Dengan kata lain, kenapa orang sudah kerja keras namun penghasilannya tetap pas-pasan adalah karena pekerjaan dia tidak bisa manfaatkan faktor kali. Pekerjaan dia hanya bisa hasilkan satu sumber penghasilan (single income resource). Alhasil, karena hanya andalkan satu sumber, maka potensi penghasilannya juga akan terbatas.

DEMIKIANLAH, tiga faktor yang bisa menjelaskan kenapa sejumlah orang sudah kerja keras banting tulang, namun penghasilanya tetap pas-pasan.

Faktor itu adalah : 1) karena skill-nya rendah atau 2) skill tinggi namun tidak bisa memasarkan atau konsumen enggan membayar dengan mahal; atau 3) pekerjaannya tidak mampu memanfaatkan kekuatan faktor kali.

Dengan logika sebaliknya maka kita bisa meraih pekerjaan impian seperti ini : kerjanya tidak perlu pakai lama, bisa punya banyak waktu luang untuk jalan-jalan, tidak perlu kerja tiap hari, namun penghasilan bisa puluhan bahkan ratusan juta per bulan.

Pekerjaan impian semacam itu bukan hal yang mustahil, sepanjang kita punya formula ampuh seperti ini :

skills level master untuk sebuah pekerjaan yang hasil karyanya dibutuhkan pasar
+
pasar bersedia membayar mahal untuk hasil kerja kita
+
kita juga bisa memanfaatkan faktor kali untuk menjual keahlian kita yang tinggi itu.

 

Profil Penulis : Yodhia Antariksa Wikipedia

13 thoughts on “Kenapa Saya Sudah Kerja Extra Keras, Namun Penghasilan Saya Tetap Pas-pasan”

  1. Tak ada ruginya, tiap Senin pagi mampir sejenak dimari.
    “Habisnya keren banget sih, nutrisi otak bergizi tinggi”

    Kerja jadi lebih semangat…
    Ilmu aplikatif jadi bertambah….
    dan mudah-mudahan, karir pun cetar membahana…

    so, salam sukses penuh keberkahan di bulan mulia ini.

    | Accounting Tools Powerful untuk Bisnis Anda | https://manajemenkeuangan.net/ |

  2. Sudah lama gak mampir kesini, pas kesini disuguhi artikel yang bikin manggut-manggut.

    Semoga Kita semua (pembaca blog ini) terhindar dari penghasilan yang pas-pasan, dan semoga sebaliknya mendapatkan penghasilan lebih dan barokah.
    Aamiin

    Salam Sukses Mulia
    | Tempat Belajar Asik, Tanpa Limit https://edumatik.net |

  3. Masalah saya classic banget, belum kerja keras 😀 Syarat2 di atas udah saya pikirkan sejak dulu, lulus semua… Cuma semangatnya masih kendor, eh.. jadi kendor, dulu semangat. Seperti kehilangan ambisi.. maaf om Yodh, numpang curcol. hhha

  4. Pingin daftar kursusnya…tp bagaimana ya sy hanya pekerja proyek yg tiap hari harus kerja jam 8 pagi sampai 10 malam….adakah solusinya suhu??
    Tq

  5. Bapak terkadang ada faktor keberuntungan juga. misalnya contoh seperti yg saya amati.

    sehingga faktor the power of skills atau faktor kali kadang-kadang tak menentukan kesuksesan.

    contoh saya melihat, ada pedagang mie rebus aja. itukan ngga butuh skill tinggi, tapi posisi letak warungnya berada dipersimpangan jalan perbatasan yg dilalui oleh banyak truck dan mobil. tanpa perlu buka cabang pun, penghasilannya melebihi 1 miliar per tahun, dia cuma jualan mie rebus saja.

    contoh kedua, lebih tepatnya dia mendapatkan keberuntungan, seorang anak desa, ngga perlu skill tinggi, cuma alat cangkul aja. kebetulan dia dapat warisan tanah super luas dari keluarganya. nah tanah itu ditanamani sengon hingga beribu-ribu pohon dan memperkerjakan tenaga kerja. dia bisa dibilang sukses banget sekarang dan telah sukses selama bertahun-tahun hingga sekarang.

    dan masih banyak lagi contoh yg saya lihat di dunia nyata…

    kadang skill, kerja keras, kecerdasan, faktor kali, dll bisa dikalahkan oleh orang yang beruntung.

  6. Bener banget nih. sepertinya harus rajin meningkatkan skill kalau kasus saya hehehe dan memasarkan produk ke lingkup yang lebih luas..
    tetap semangat

Comments are closed.