3 Skenario Kenapa Anda Gagal dan Nasib Hidup Tetap Stagnan

Mungkin Anda semua punya harapan indah tentang masa depan Anda. Atau barangkali Anda punya sekeping angan-angan untuk hidup yang lebih baik dan mengesankan.

Namun sayangnya, tak semua harapan indah itu bisa menjelma menjadi sekepal realitas. Acapkali angan-angan manis itu kudu berakhir dalam fatamorgana kosong yang terasa begitu pahit.

Nasib hidup lalu tetap seperti ini, stuck, dan entah kapan akan bisa berubah.

Faktanya, sebagian besar orang memang gagal wujudkan impian hidupnya. Beragam survey ilmiah menunjukkan hanya sebagian kecil orang yang bisa benar-benar mengubah nasib dan kemudian bisa meraih kemakmuran yang melimpah.

Sebagian besar lainnya kemudian hanya menjalani hidup yang alakadarnya.

Hidup hanya sekadar menjalani rutinitas waktu yang terus bergerak, namun tak lagi dibekali dengan antusiasme untuk meraih mimpi – yang sudah lama tenggelam dan lenyap entah ke mana.

Hidup lalu seperti mengalir saja, tak tentu ke arah mana.

Namun tak jarang mengalirnya ke septic tank. Maksudnya : saat menua, tabungannya habis, dan tak ada lagi uang buat bekal hidup. Kepada siapa kelak ia akan minta uang untuk bertahan hidup dan makan?

Di malam yang sunyi, ia hanya bisa menyesal kenapa hidupnya berjalan dengan begitu kelam. Dan lalu, sang bulan purnama hanya bisa menatap dengan penuh kegetiran.

Berikut tiga skenario, kenapa sebagian besar di antara kita gagal meraih impian, dan akhirnya menjalani nasib hidup yang stuck dan stagnan.

Skenario #1 : Tidak Pernah Bergerak Sama Sekali

Berapa juta orang yang punya angan-angan indah, ingin ini, ingin itu, namun semuanya hanya omong kosong, alias bullshit, alias NATO, alias No Action, Think Only? Maksudnya hanya mikir dan melamun, namun nol action.

Entah Anda punya angan-angan ingin menjadi manajer top dengan gaji 50 juta perbulan, atau punya bisnis online yang profitabel, atau menjadi penulis buku bisnis yang terkenal; atau sekadar pengin bisa punya rumah asri dengan taman hijau yang luas; semuanya membutuhkan PROSES, SKILLS dan PERSISTENSI yang SOLID.

Well, barangkali semua orang sudah tahu itu. Namun ajaibnya : meski sudah tahu bahwa sukses butuh perjuangan total, namun hanya sedikit yang benar-benar mau melakukanya dengan tuntas.

Kenapa begitu? Karena memang secara instingtif, kita manusia itu memang MAGER – malas gerak. Sebuah studi ilmiah menunjukkan, kita manusia itu cenderung enggan melakukan sesuatu yang baru, rumit, dan butuh konsentrasi yang melelahkan.

Kita manusia itu sukanya hal yang nyaman, comfort zone, dan cenderung tidak bisa membangun self-discipline untuk meningkatkan skills yang kompleks.

Kita manusia itu buruk dalam kecakapan melakukan “delay of gratification” atau kemampuan menunda kesenangan saat ini, demi sukses masa depan. Padahal “delayed gratication skills” ini terbukti merupakan variabel kunci untuk meraih impian hidup Anda.

Apa akibat dari semua itu? Simpel : sebagian besar orang, mungkin termasuk Anda, akhirnya cenderung malas melakukan action secara konsisten. Bahkan yang tragis, memulai untuk tak action saja tidak ada. Akhirnya hanya bisa melamun, dan melamun, dan melamun. Namun tetap tak ada action.

Lalu kapan angan-angan indah itu akan jadi realitas, kalau tidak disertai dengan gerakan action yang nyata dan konsisten?

Skenario #2 : Sudah Memulai Action Tapi Terlalu Mudah Menyerah

Oke, sebagian orang akhirnya sudah mulai bergerak, dan take actions.

Entah impiannya ingin menjadi manajer sukses dengan gaji berlimpah, atau menjadi onlinepreneur yang tajir, atau menjadi internet marketer yang makmur, maka orang ini sudah memulai take actions. Good.

Namun meraih sukses memang tidak semudah bikin indomie rebus pake telor. Ada banyak jalan terjal di dalamnya. Ada banyak hambatan dan kendala menghadang.

Dan persis disinilah, loser effect mulai mengancam.

Maksudnya begini : saat Anda mulai bergerak dan take actions, namun kemudian ternyata tidak meraih hasil yang diharapkan, atau mengalami kegagalan, maka semangat dan motivasi Anda pelan-pelan akan menurun.

Anda tidak merasakan sense of progres, sebab di awal langkah sudah menemui hambatan dan kegagalan (padahal sense of progress ini merupakan motivator terbaik agar kita bisa terus konsisten menjalani aksi).

Karena tidak menemukan sense of progres, motivasi Anda makin menurun. Rasa percaya diri Anda pelan-pelan juga meredup.

Akibatnya : karena motivasi dan rasa percaya diri menurun, maka semangat juang untuk terus meneruskan aksi juga pelan-pelan hilang. Akhirnya nasib hidup tetap stagnan.

Itulah yang namanya loser effect. Kegagalan saat melakukan action, atau ketiadaan sense of progress, atau kegagalan menemukan small wins, membuat motivasi kita anjlok, dan akhirnya malas berjuang lagi. Dan akibatnya, nasib tetap stuck.

Ada kalimat motivasi yang heroik dan berbunyi seperti ini : saat Anda gagal lima kali, maka Anda harus bangkit enam kali.

Kalimat yang indah bukan?

Namun studi ilmiah menunjukkan, tidak mudah untuk bangkit kembali. Bahkan riset saintifik justru menemukan “loser effect” : saat Anda gagal, maka amat sulit untuk bangkit kembali, sebab motivasi dan rasa percaya diri Anda sudah anjlok karena kegagalan awal tersebut.

Skenario #3 : Tidak Berhasil Menemukan Strategi yang Tepat

Dalam skenario ketiga ini, kita menjumpai orang yang cukup spesial. Maksudnya : orang ini sudah mulai take actions, dan bahkan ketiga mengalami kegagalan di tengah jalan, orang ini tetap bisa terus bergerak dan tidak menyerah kalah.

Ia tetap menjalani action-nya dengan rutin dan tekun, meski berkali-kali menemui hasil yang tidak sesuai harapan. He keeps on trying and fighting and trying and fighting.

Namun lama-lama orang ini menemui rasa frustasi juga.

Ia merasa sudah menjalankan action. Bahkan ketika dihadapkan pada kendala, ia tidak mudah menyerah, dan terus mencoba berjuang dan bekerja dengan lebih keras lagi agar bisa meraih sukses yang dia harapkan. Namun kenyataannya, ia tetap belum kunjung menemui jalan sukses yang ia impikan.

Akhirnya, karena merasa frustasi, pelan-pelan ia melipir dan menjalani hidup yang alakadarnya saja.

Dengan kata lain, nasib orang ini akhirnya tetap stagnan, bukan karena terlalu mudah menyerah. Namun lebih karena ia merasa frustasi, sebab meski sudah mencoba berulangkali, namun tetap belum bisa meraih hasil yang diharapkan.

Ada sebuah pepatah yang bunyinya : work smarter. Not harder.

Maknanya : acapkali kita terus berjuang dengan penuh kegigihan, bekerja makin keras (work harder), namun ternyata hasilnya tidak sesuai harapan. Boleh jadi karena we just work harder, not smarter.

Skenario kegagalan yang ketiga ini terjadi karena strategi action yang dijalani kemungkinan besar bukan merupakan jenis yang tepat dan high impact. Ketiadaan kreativitas dan resourcefulness membuat seseorang gagal menemukan jenis strategi action yang tepat, dan akhirnya berulang kali mengalami kegagalan.

DEMIKIANLAH, tiga jalur skenario yang membuat kenapa sebagian besar orang gagal meraih impiannya, dan kemudian stuck nasib hidupnya. Ketiga skenario itu adalah :

1. Tidak bergerak sama sekali (cuma sibuk melamun dan scroll-scroll hape)

2. Sudah take actions, namun terlalu mudah menyerah

3. Sudah take actions, sudah gigih berjuang, namun gagal menemukan strategi action yang akurat

Solusi untuk problem no 1 dan 2 sudah pernah kita singgung dalam tulisan ini. Solusi untuk problem ketiga, akan coba kita ulas minggu depan.

Selamat bekerja teman. Tak terasa sudah bulan Desember. Dan usia Anda makin bertambah, sementara nasib hidup mungkin tetap alakadarnya.

SEMANGAT MENJEMPUT 2020.

Photo credit by : Porumba

16 thoughts on “3 Skenario Kenapa Anda Gagal dan Nasib Hidup Tetap Stagnan”

  1. Hmmm.., perjuangan yang keras saja kadang memang tidak cukup, diperlukan cara yang smart untuk bisa berhasil meraih impian dengan baik.

    Ditunggu nih kiat-kiat untuk bekerja dengat smart nya …

  2. Bacaan asikkk dan bernutrisi di awal pekan.
    terima kasih Pak.

    Tetap semangat berupaya meraih kehidupan yang lebih baik dan penuh makna.\

    Salam sukses penuh keberkahan

  3. Tak terasa 2019 sudah akan berakhir..
    Kata terakhirnya benar2 lecutan luar biasa.

    Semoga kita semua dapat menyongsong tahun 2020 dengan progress yang positif.

  4. Mas Yodia,
    Ada guidance yg lebih kuantitatif kapan seseorang disebut “stagnan” ? Mis dgn grafik umur vs penghasilan dgn asumsi kebutuhan normal keluarga tmsk investasi utk pensiun ?

    Klo tdk ada acuan tsb sbgn bsr akan masuk kategori “stagnan” entah stagnan di 20 juta ato 100 jt, 500 jt dst. Jd stagnan jd relatif di tiap orang.

    Salam,
    Miner

  5. saya berada di fase nomor 3.
    dan knp ya saya selalu berada di tempat yang ” kurang mendukung “…?
    hampir semua bertolak belakang.

    bukankah faktor lingkungan juga mendukung kesukesan?

  6. Mungkin kita kita juga perlu menjaga harapan dan ekspektasi agar tidak berlebihan. Mimpi besar boleh dan bagus, tapi saat sudah terjun eksekusi dan impelementasi, ekspektasi jangan keterlaluan dan perlu belajar dari yang sudah pengalaman. Kadang sifat yang menggebu gebu dan over optimis lah yang biasanya bikin mudah putus asa dan stop berusaha

    Salam
    https://umrahjogja.com

  7. Saya sudah menghadapi fase yang ketiga, pak Yodhia.

    Tapi, saya rasa enjoy dan menikmati proses saja, nanti juga akan ketemu strategi.

    Kalau sudah ketemu pasti! Dalam hati kecil berkata: “Oh, hanya gini doank ternyata, kenapa dari dulu”. hehe ^^

    akizaku.com

  8. Saya kok kadang masih berada pada skenario ke #3…. untungnya kondisi frustasi terkadang bisa diatasi…

    O iya pak, tanya dong….untuk menjawab skenario ke #3 ini, apakah kiat untuk bekerja cerdas dan bekerja keras cukup ataukah ada langkah2 konkrit yang powerfull yang bisa diterapkan dalam karir atau bisnis?

    Cerita kegagalan dan bangkit selama bertahun-tahun juga seringkali membuat goyah, kira2 berapa tahun indikator seseorang dapat dikategorikan pada skenario #3 ini?

  9. mirip seperti keadaan saya,, berusaha untuk sukses, terus bekerja keras dengan konsisten. akan tetapi, ketika tidak kunjung menemui hasil. saya banting stir…

    dan hasilnya, lebih baik dari jalan yang saya pilih dahulu

Comments are closed.