Kisah Epik tentang Manipulative Marketing yang Sangat Sukses

Apa yang Anda pilih sebagai sarapan pagi ini? Apakah sebungkus nasi uduk, secangkir kopi, dan sepotong pisang goreng krispi? Atau semangkuk sereal a la orang barat? Apapun itu, Anda mungkin tidak sadar kalau sarapan yang Anda lakukan pagi hari ini serta pagi-pagi lainnya seumur hidup Anda adalah “manipulasi” yang telah dilakukan oleh sekelompok orang.

Pada pertengahan abad ke-19 di Michigan, lahir 2 bersaudara John Harvey Kellogg (John) dan William Keith Kellogg (Will). Mereka memiliki hubungan yang kontroversial sejak awal. Sang kakak, John dikenal keluarganya sebagai pribadi yang cerdas, ia meninggalkan rumah untuk belajar kedokteran, sementara sang adik, Will dianggap keluarganya memiliki kecerdasan yang rendah.

John sangat terobsesi untuk membuat makanan terbaik bagi para pasiennya yang kebanyakan mengalami dispepsia (bahasa kekiniannya: asam lambung) di sanitarium/rumah sakitnya di Michigan. Ia kemudian mengajak adiknya, Will yang juga direkrutnya untuk bertugas sebagai finance/accounting di rumah sakit itu untuk membantu menyempurnakan makanannya yang kemudian dikenal dengan sereal.

Continue reading “Kisah Epik tentang Manipulative Marketing yang Sangat Sukses”

Defisit Kalori adalah Koentji Diet yang Sukses

Artikel ini merupakan tulisan dari guest blogger Pakar Diet – akun Twitternya bisa Anda follow DISINI.

Siapa yang gak kepingin punya tubuh yang bugar, otak yang cerdas, serta mental yang terpelihara dengan baik? Kesehatan badan, pikiran, dan mental itu saling mempengaruhi dan melengkapi satu sama lain, paket lengkap body, mind, and soul ini sah kalau dibilang jadi dambaan setiap orang, namun sayangnya gak sedikit orang yang mendambakan paket lengkap ini sudah terperosok dan tidak tahu bagaimana caranya untuk kembali on track.

Dalam kesempatan kali ini aku akan mengulik khusus tentang diet, bagaimana mereka atau mungkin kamu yang sudah terperosok bisa comeback. Diet adalah tentang pola makan. “You are what you eat”. Yes, seperti kata pepatah yang tidak asing bagi pembaca setia blog legendaris ini.

Continue reading “Defisit Kalori adalah Koentji Diet yang Sukses”

Brain Fatigue – Kelelahan Mental Pikiran yang Bikin Hidup Anda Termehek-mehek

Brain fatigue  (atau sering juga disebut sebagai decision fatigue) adalah kejadian saat otak kita mengalami kelelahan karena terlalu banyak hal yang harus dipikirkan dan diputuskan. Proses untuk berpikir dan mengambil beragam keputusan dalam keseharian hidup kita ini, ternyata membuat otak kita mengalami kelelahan.

Beragam problem dan beban pikiran yang membayangi otak kita lama-lama, jika terus menumpuk, akan membuat otak kita mengalami kelelahan yang akut (brain fatigue). Dengan kata lain, mental pikiran kita mengalami keletihan yang mendalam (mental exhaustion).

Continue reading “Brain Fatigue – Kelelahan Mental Pikiran yang Bikin Hidup Anda Termehek-mehek”

“Kerjaan HRD Kan Gampang!” Emang Iya?

Banyak orang di luar sana yang menganggap pekerjaan HRD sangat mudah karena hanya bertugas merekrut orang. Padahal, anggapan itu jelas salah. Pekerjaan HRD lebih dari sekadar merekrut orang, ia turut menentukan kinerja dan produktivitas perusahaan.

Maka tidak heran seorang HRD kerap menjadi divisi yang disalahkan. Disalahkan pelamar karena mereka tidak diterima kerja. Lalu disalahkan karyawan terkait gaji atau ketika mereka mengalami PHK.

Di sisi internal perusahaan, HRD juga sering dicap sebagai “pengganggu” ketika mengeluarkan peraturan atau program baru yang belum ada sebelumnya. Belum lagi segudang peran lainnya yang menjadikan alasan menjadi HRD itu sulit. Jika Anda masih belum percaya mengapa jadi HRD it

HRD Adalah Partner Bisnis Perusahaan
Mungkin yang terkenal tugas HR hanya merekrut dan mengurusi gaji karyawan saja. Dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan repetisi terkait administrasi karyawan. Padahal, ada tugas yang lebih besar.

Seorang HR adalah partner bisnis dari perusahaan. Mengapa begitu?

Ia adalah orang yang mengurusi segala hal terkait human resource perusahaan. Sukses tidaknya perusahaan tentu akan sangat tergantung dari bagaimana seorang HR tersebut mengelola resource tersebut.

HR harus dapat benar-benar memastikan karyawan bisa bekerja dengan produktif dan punya kompetensi sesuai yang diharapkan perusahaan untuk mencapai targetnya. Caranya gimana? Ya tentu saja dengan melakukan man power planning sebaik-baiknya. Sebagai seorang HRD kita dituntut untuk bisa merencanakan proses rekrutmen sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Sesuai dengan kebutuhan perusahaan tuh yang bagaimana sih? Jumlah karyawan yang dibutuhkan harus pas dengan beban kerja dan juga memiliki kompetensi dan skill sesuai dengan posisi yang dibutuhkan.

Apakah setelah menemukan kandidat lalu tugas HR selesai?

Tentu saja tidak, seorang HRD harus dapat memastikan karyawan tersebut merasa nyaman, berkontribusi, memberikan performance terbaik dan melakukan development kepada mereka.

Di sinilah HR harus bisa merumuskan program apa saja yang cocok untuk
karyawan, bagaimana agar mereka bisa betah dan ga gampang resign. Semua itu harus dipikirkan HRD secara berkelanjutan.

Tujuan dari semua ini tentu agar perusahaan bisa mencapai goals dan profit.

Tidak cuma itu, ketika di perusahaan terdapat masalah, maka HRD adalah
penyambung lidah perusahaan dengan karyawan. Nah, di sini seorang HRD harus benar-benar bisa melakukan pendekatan yang tepat untuk menjelaskan kepada karyawan ada kejadian apa di perusahaan supaya bisa diterima oleh mereka.

Belum lagi HRD harus menjaga citra perusahaan yang terkadang sudah tercoreng karena review buruk dari mantan karyawan. Kalau sudah begini, HRD harus buat strategi khusus lagi, nih.

HRD Itu Harus Banyak Sabar Menghadapi Berbagai Manusia

Yah sesuai namanya sih, human resource department atau  departemen sumber daya manusia. Maka sebagai seorang HRD harus siap menghadapi tingkah-tingkah ajaib dari karyawan dan juga jobseeker.

Contohnya saja kelakuan karyawan yang sulit diatur dan suka melanggar. Mulai dari melanggar peraturan ringan seperti terlambat sampai yang berat. Gara-gara seringnya berhadapan dengan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan karyawan, HRD sudah seperti polisi atau BK-nya perusahaan.

Kalau sudah begini, kadang ada saja keluhan dari karyawan yang minta HRD untuk lebih humanis, padahal jelas HRD itu humanis, orang mereka bukan robot kok. Tidak jarang, HRD juga mesti jadi moderator antar karyawan yang berselisih. Wah, terdengar heroik ya, jadi penengah. Tapi, ketahuilah kalau dalam situasi ini, kemampuan bernegosiasi seorang HR sedang diuji.

Sebisa mungkin HRD harus tetap bisa bersikap netral. Kalau sampai dirasa terlalu condong ke satu pihak pastinya akan ada kecemburuan yang membuatnya jadi public enemy di kantor.

Mungkin kalau untuk kelakuan karyawan masih sangat bisa dimaklumi. Tapi, untuk para jobseeker ini, ada saja kelakuannya yang bikin HR jadi misuh-misuh seharian di kantor sambil ngelus dada dan berkata “sabaaar….sabaaar…”.

Pasti Anda para HRD sudah tidak asing lagi dengan kelakuan nyeleneh yang bikin geleng-geleng kepala dari pelamar kerja yang sering tanpa basa basi menanyakan melalui WA apakah ada lowongan atau tidak. Atau, kandidat yang diajak untuk interview tapi nggak kooperatif.

Jangan kira kejadian-kejadian tersebut hanya bahan meme yang seliweran di media sosial, ya. Nyatanya memang ada kok orang-orang seperti itu dan banyak, bahkan sepertinya terus berlipat ganda.

Rekrut Karyawan Tidak Semudah Itu
Lah Kenapa? Bukankah pencari kerja di Indonesia itu banyak? Benar! Pencari kerja itu ada jutaan. Namun, menemukan pekerja yang sesuai itu tidaklah mudah. Belum lagi, menolak atau memberhentikan pekerja yang tidak sesuai dengan harapan, sering menimbulkan rasa bersalah yang besar bagi HR.

Sekarang coba bayangkan kalau HRD perusahaan besar.

Tiap hari menerima ratusan lamaran. Capek screening CV satu-satu, tapi malah di ghosting ketika dipanggil interview. Cari karyawan kok rasanya kayak cari pacar ya?

Dengan banyaknya tugas HRD, harusnya ada tools yang bisa membantu mereka mempersingkat dan menyederhanakan pekerjaan yang paling menyita waktu. Tapi ga perlu khawatir, buat para rekan HRD, mulai sekarang kalian bisa selow. Karena sudah ada software rekrutmen yang bisa bantu Anda menemukan kandidat tepat dengan cepat!

Premium Rekrutmen KitaLulus bisa bantu HRD menemukan kandidat terbaik dengan berbagai fiturnya.

Proses review CV melelahkan dan menyita waktu? Fitur Rekomendasi AI siap bantu Anda mendapatkan list kandidat terbaik dari ratusan hingga ribuan kandidat yang melamar dalam 3 menit!

Butuh kandidat SEGERA? Pakai fitur Sorot Loker, dan lowonganmu akan jadi lowongan terpilih, ditampilkan ke jutaan kandidat sekaligus!

Butuh memasang banyak lowongan sekaligus? Tenang, dengan Premium
Rekrutmen KitaLulus, Anda bisa pasang iklan lowongan kerja tanpa batas sepanjang tahun.

Dengan begini, pekerjaan HR setidaknya sedikit terasa lebih ringan, bukan?

Segera kunjungi web KITALULUS yang menyediakan solusi bagus buat melakukan rekrutmen karyawan secara efisien dan optimal.

Seseorang Mengalami Kegagalan dalam Hidupnya karena Lenyapnya Faktor ini….

Dalam proses perjalanan meraih life goals (goal achievement) dikenal satu elemen kunci yang layak dikenang dan kemudian dipraktekkan. Elemen kunci ini adalah “self-efficacy”.  

Konsep self – efficacy memiliki peran yang amat krusial bagi pencapaian impian hidup yang Anda angankan. Banyak orang gagal dalam hidupnya karena ketiadaan self – efficacy yang solid dan prima.

Tanpa memiliki optimal self-efficacy, maka perjalanan Anda dalam meraih impian niscaya akan memasuki jalan terjal dan kebuntuan. Karena itu mari kita segera jelajahi elemen kunci tersebut, sambil ditemani secangkir kopi cappucino hangat dan seporsi pisang goreng crispy.

Continue reading “Seseorang Mengalami Kegagalan dalam Hidupnya karena Lenyapnya Faktor ini….”

Menghindar dari Jebakan Sunk Cost Fallacy

Kesalahan psikologis keuangan yang  sering kita lakukan dalam keseharian hidup yang kadang melelahkan ini adalah terjebak dalam sunk cost fallacy. Ini adalah salah satu jenis bias kognitif yanh juga banyak diungkap dalam ilmu tentang behavioral economics.

Berikut 4 contoh praktikal tentang jebakan sunk cost fallacy, yang mungkin pernah juga Anda alami.

Contoh pertama. Anda sudah membeli tiket bioskop untuk menonton film. Setelah 45 menit berlalu, Anda merasa filmnya sangat membosankan dan jelek. Namun alaih-alih keluar, Anda tetap saja menonton filmnya hingga usai. Saya kan sudah beli tiketnya, sayang kalau saya harus keluar di tengah pertunjukan.

Contoh berikutnya. Anda memilih kuliah di jurusan yang juga dipiliha banyak teman Anda sekolah. Setelah kuliah 2 semester, Anda merasa kurang sreg dengan jurusan yang Anda pilih. Banyak mata kuliahnya yang tidak sesuai dengan minat Anda. Namun Anda tetap memaksa untuk mengikuti kuliah hingga lulus. Saya sudah kuliah 2 semester dan keluar uang kuliah yang banya, sayang kalau saya harus keluar. Saya memilih untuk terus mengikutnya hingga lulus, meski sebenarnya saya kurang sreg dengan jurusan ini.

Continue reading “Menghindar dari Jebakan Sunk Cost Fallacy”

Hindari Jebakan Survivorship Bias demi Sukses Masa Depan Anda

Survivorship bias adalah  kecenderungan kita manusia untuk menganggap kisah-kisah sukses (atau mereka yang berhasil survive dalam sebuah proses seleksi alam) sebagai representasi sebuah populasi. Padahal kenyataannya, mereka yang sukses dan survive ini persentase jumlahnya sangat kecil.  Sebagian besar yang lainnya sudah mati duluan, gagal atau tidak bisa survive melewati proses perjuangan.

Namun sebagian besar orang justru menganggap yang sukses dan survive itu (yang sebenarnya amat kecil jumlahnya) sebagai yang layak mewakili sebuah populasi. Kemudian orang-orang ini membuat semacam generalisasi bahwa mereka yang sukses dan survive ini merupakan hal yang wajar, normal dan karenanya mudah ditiru.

Generalisasi semacam itu sekali lagi sebenarnya keliru. Sebab jumlah orang yang sukses dan survive dari perjuangan itu amat kecil persentasenya. Pencapaian mereka bukanlah sebuah kenormalan, bukan hal yang wajar dan juga tidak mudah ditiru.

Continue reading “Hindari Jebakan Survivorship Bias demi Sukses Masa Depan Anda”