Gaji dan Karir Saya Tidak Naik-naik, So What?

Secara berkala, saya kadang menerima email dari para pembaca blog ini. Isinya bermacam-macam. Ada yang sekedar ingin menanyakan judul buku manajemen yang paling mutakhir, ada yang minta pendapat mengenai strategi pengembangan SDM, hingga konsultasi minta advis bagaimana caranya membesarkan bisnis.

Namun tak jarang saya menerima email yang isinya curhat dan keluhan yang sarat dengan sembilu kegusaran. Isinya terpaku pada sebuah isu klasik : kenapa gaji dan karir saya tidak naik sepesat yang saya harapkan.

Seperti minggu lalu, saya menerima sebuah email yang isinya kurang lebih seperti ini : pak, saya sudah bertahun-tahun bekerja di perusahaan ini dan telah memberikan kerja terbaik; namun kenapa gaji yang diberikan perusahaan rasanya tidak sebanding dengan apa yang telah saya kerjakan. Di perusahaan ini, karir saya sepertinya mentok, berjalan ditempat, karena manajemen tidak punya kebijakan karir yang jelas. Semuanya serba tertutup dan remang-remang. Jadi kira-kira apa yang harus saya lakukan, pak?

Jawabannya sederhana dan lugas : segera ajukan surat resign, dan cari tempat lain yang menjanjikan rezeki yang lebih baik.

Jawaban lugas itu berangkat dari filosofi yang sangat simpel : sebab hanya Anda, dan Anda sendirilah, yang bisa menentukan dan mengubah nasib serta masa depan hidup Anda. Bukan orang lain, bukan atasan, bukan direktur, dan bukan juga pemilik perusahaan. You create your own future.

Jadi kalau Anda stuck pada kantor yang memberikan gaji pas-pasan atau yang tidak memberikan karir yang jelas, jangan pernah, sekali lagi, jangan pernah, menyalahkan atasan Anda, pihak manajemen, direktur atau pemilik perusahaan Anda. Salahkan diri Anda sendiri kenapa mau berkarir pada tempat yang tak pernah menjanjikan masa depan. Salahkah diri Anda kenapa mau menggadaikan nasib Anda pada sebuah jalan tanpa ujung.

Jika Anda kecewa dengan gaji atau dengan kebijakan karir yang tak pernah jelas di perusahaan Anda, namun Anda tidak berani pindah ke tempat lain yang lebih menjanjikan, berarti Anda tidak BERANI mengubah nasib Anda. Dan ah, bukankah Sang Pencipta tidak akan mengubah nasib seseorang jika orang itu tidak mau mengubah nasibnya sendiri.

Karena itu jika Anda hanya bisa mengeluh dan mengeluh tentang gaji yang kecil-lah, tentang karir yang ndak jelas-lah, tentang penilaian atasan yang subyektif-lah, dan tentang blah-blah lainnya, namun kemudian Anda tidak berani keluar dari tempat semacam itu, sorry, orang-orang seperti itu hanya layak disebut sebagai pencundang. Mengeluh hal-hal semacam itu hanyalah buang waktu, dan hanya akan menebarkan energi negatif yang tak pernah berakhir.

Karena itu jika kita tidak sreg dengan kebijakan gaji dan karir di kantor, namun kita tidak berani keluar dari tempat itu, why don’t we just shut up our mouth and do our job as best as we can?

Klik gambar di bawah untuk mendapatkan materinya secara gratis!!

Atau alih-alih hanya bisa mengeluh (jujur, saya agak alergi dengan orang yang suka mengeluh), mengapa kita tidak menegakkan energi positif yang menjulang? Mengapa kita tidak terus saja bekerja dengan tekun dan penuh semangat kemuliaan; sambil yakin bahwa suatu saat Yang Diatas pasti akan membalas ketekunan dan kemuliaan ini dengan barokah dari arah yang tak terduga-duga?

Kalau kita sudah bekerja dengan termehek-mehek, namun pihak manajemen tetap saja cuek dan tetap enggan memberikan gaji/karir yang sebanding, kenapa kita tidak tetap yakin bahwa suatu saat pasti akan ada tempat lain yang lebih baik bagi kita?

Kalau Anda merasa sudah bekerja dengan tekun dan bisa mengerjakan tugas dengan sangat baik, mengapa Anda tidak melayangkan lamaran pada tempat lain yang lebih menjanjikan? Ke tempat yang lebih bisa menghargai talenta Anda? Jika Anda benar-benar merasa yakin dengan kecakapan Anda, mengapa Anda hanya bisa berkeluh kesah tentang gaji, tentang karir, namun do nothing? Sebab jika Anda benar-benar yakin dengan ketrampilan Anda, bukankah banyak perusahaan lain yang pasti mau menerima lamaran Anda dengan penuh sukacita?

Sekali lagi, pesan yang mau digedorkan dalam tulisan kali ini adalah : you create your own future. Jika kita tidak happy dengan gaji, dengan karir di kantor kita, jangan pernah kita mengeluh dan menyalahkan pihak lain. Sebab begitu kita menyalahkan pihak lain atas pilihan nasib kita, maka saat itu juga berarti kita telah menggadaikan masa depan kita.

Dan percayalah : hanya pribadi yang bermental kuli yang mau menggadaikan nasibnya pada orang lain.

Photo credit by : Tomasito @ flickr.com

Klik gambar di bawah untuk dapatkan GRATIS 7 buku yang amazing !!

58 comments on “Gaji dan Karir Saya Tidak Naik-naik, So What?
  1. cobalah mencari sumber penghasilan lain, mungkin ybs lupa,karena kesibukan yg padat, sebenarnya memiliki keahlian dan hobi lain yang sebenarnya dapat mendulang rupiah……terkadang pindah,bukan selalu solusi yang tepat. Banyak terjadi,memecahkan masalah penghasilan,tpi timbul masalah lain, seperti lingkungan kerja yg tidak nyaman.salam

  2. Setuju sekali dengan Mas Yodhia…
    Saya pikir visi yang paling baik adalah visi yang berdasarkan atas spiritual, bukan melulu material. Visi spiritual akan lebih sustain dan tahan terhadap kondisi apapun, tanpa merasa ketakutan akan kehilangan sesuatu.
    Jadi saat kita mulai mengeluh, berarti ada yang salah dengan diri kita dan tujuan hidup kita.

    salam.

  3. menurut saya pihak management pasti akan memberikan hasil yang maksimal jika kita memberikan kontriusi yang maksimal terhadap perusahaan. pegawai di bayar bukan berapa lama dia bekerja , tapi apa yang diberikan pada perusahaan untuk kemajuan usaha tersubut . walaupun kita sudah bekerja dengan giat dan lama tapi kontribusi terhadap perusahaan tidak ada sampai kapapun perusahaan akan enggan menaikan honor kita. karena kita di bayar bukan lama kita kita kerja tapi contribusi , contribusi , dan contribusi yang akan membuat atasan kita memandang perlunya memberikan karir dan honor yang lebih baik.

  4. Terus terang, membaca content kali ini membuat saya berfikir. Mengeluh bukan jalan terbaik. Saya sempat menjadi orang superngeluh di setiap kesempatan. dan hal itu saya akui mengeluh adalah sesuatu hal yg menghambat semua aktifitas kita. Selalu membuat otak kita melingkar dalam lingkaran fikira negative terhadap seseorang khususnya pihak manajemen.

    Memang sudah waktunya utk STOP MENGELUH ! isi waktu kita dengan hal yg berguna bagi kita dan orang lain. khususnya bagi keluarga.

    Benar kata Mas Donny Jadoel. Pindah pekerjaan bukan solusi tepat, walau solusi pindah kerja merupakan salah satu pilihan. Utk menambah penghasilan karena gaji terasa kurang, bisa jadi melakukan hobby yg bisa mendulang rupiah. Contoh simple, klik http://www.bisniskaos.com beli produknya dan jual kepada rekan2 kerja. Saya sudah melakukan praktek ini walaupun belum lama. dan hasilnya lumayan. thx Pak.

  5. yup setuju sekali dengan post di atas. walaupun memang kadang2 ada perusahaan yang memposisikan karyawan seperti budak, sehingga tidak punya ruang gerak pribadi. atau janji di awal kontrak tidak sesuai dengan kenyataan. kalo kondisinya seperti ini lebih baik kita proaktif menanyakan kepada pihak yang berwenang. kalo negosiasi mentok ya tinggal take it or leave it aja. pinter-pinter aja cari waktu buat pengembangan pribadi dan networking… ikhtiar.. sabar… sabar.. sabar.. insyaAlloh akan membantu

  6. ..Bang yod, boleh lah sekali-kali ditulis tema ” NAch ” Need of Achievement , biar lebih semangat nggak ada yang ngeluh-ngeluh…
    sukses bang…..

  7. memang begitulah nasib pekerja, jangan harap kita akan mendapat imbalan yang sesuai dari perushaan, apalagi perusahaan yang tidak jelas tentang penilaian, gaji, dan karir. benar kita hanya akan jadi PECUNDANG. hal ini pernah saya rasakan. memang jalan satu2nya hanya GO OUT dari situ.

  8. Mas Yodhia, saya setuju sekali. we create our own future. buat saya yang penting bekerja dengan sebaik-baiknya dan kalau tidak happy atau nyaman bekerja di suatu tempat, lebih baik pindah cari kerja baru tidak perlu jadi provokator & mengeluh kesana kemari mengenai kondisi perusahaan atau mengenai atasan & bawahan kita.

    Kadang-kadang apa yang tampak diluar atau yang teman-teman kita lihat mengenai jabatan dan pekerjaan kita, tidak seperti apa yang kita sebenarnya rasakan.

    thanks for sharing..

  9. Sepakat mas Yodh, mengeluh hanya akan membawa kita pada keTIDAK-BERSYUKURan kepada Tuhan yang Maha Pemberi. Yang pada akhirnya hidup jadi tidak tenang. Sukses selalu.

  10. Setuju dengan artikel ini, saya juga alergi dengan orang yang sering mengeluh tapi gak mau membuat perubahan. Bersemangatlah berubah ke arah yg lebih baik…karena manusia meninggalkan ‘nama’…baik didepan keluarga, kerabat, ataupun rekan2nya sekalian….sukses mas Yhod…

  11. Salam,
    wew… nancep ni…. Bagus ni Mas..
    Menurut saya, orang yang suka mengeluh ttg pekerjaan adalah orang yang tidak sukses di bidang pekerjaannya.
    “Setiap effort yang kita kerjakan akan berbanding lurus dengan value yang di dapatkan” Motto ini yang harus di terapkan pada diri kita masing2, dengan catatan tidak melupakan Doa dan usaha… ^_^

    Semoga kita semua mencapai cita2 masing2.. amien…

  12. perlu ditambahkan pula untuk perusahaan yang sudah jelas tentang penilaian, gaji dan karir terkadang juga membosankan karena jabatan sitempat tersebut memang diobral siapapun bisa menjadi manager kalau memang memenihu kualifikasi. tapi jangan ditanya soal wewenang tidak ada ditangan kita meski kita punya jabatannya.. setahu saya sudah 2 perusahaan otomotif melakukan ini..

  13. Sekedar sharing. Sayapun dulu juga pernah mengalami hal seperti itu. Sekarang saya lihat di sekeliling saya juga banyak yg seperti itu. Merasa sudah bekerja luar biasa, tetapi karir tidak bergerak. Salah satu cara untuk mengukur apakah kerja kita sudah hebat, saya dulu mencoba melamar ke perusahaan lain.

    Apa yg terjadi? Walaupun di perusahaan lain tsb ada pejabat yg pernah mengatakan bahwa sy luar biasa, karir yg dijanjikanpun sama saja dengan perusahaan saya. Itu terjadi karena pekerjaan saya yg luar biasa itu memang berada pada strata jabatan yg saya tempati, dengan struktur gaji yang sudah tertentu.

    Kesimpulannya, untuk mencapai gaji / karir yang saya inginkan, maka saya harus bekerja atau menguasai pekerjaan pada karir diatas saya. Dan, begitu ada peluang kekosongan formasi, saya langsung dipromosikan. Prinsipnya : beginning with the end of mind, jangan hanya menggantung cita2 di langit2.

  14. tulisan yg sangat provokatif …mudah2an bisa memprovokasi kita2 untuk mencari sesiatu yg lebih baik lagi …

    dan well soal gaji, seberapa besarpun gaji kita, yg namanya manusia pasti gak pernah ada puasnya …. kalo GAK BERANI pindah kerja, lebih baik syukurilah apa yg ada, itu bisa meng-create energi positif yg bisa berimbas pd kinerja kita drpd sering mengeluh… yg bisa mengakibatkan kita seolah-olah sudah bekerja keras padahak kenyataanya tidak

  15. sangat suka sekali dgn pernyataan “jabatan yg diobral tp tanpa wewenang” Apakah bnyk perusahaan yg menerapkn strategi ini utk bertujuan sekedar mendongkrak pendapatan atau membajak karyawan dari perusahaan lain dgn iming-iming jabatan strategis? terus bagaimana apabila hal tersebut tdk sesuai dgn harapan awal manajemen malah akhirnya menambah biaya operasional perusahaan?

  16. diatas kertas memang gampang mengubah nasib, berani ambil langkah baru, melamar lagi ke tempat lain dst, tapi tidak segampang itu ya,bagaimana kalo gaji dan karir mentok tapi usaha melamar kemana-mana mentok dan wiraswasta cari sampingan juga mentok atau hasilnya kecil, terlalu menghakimi mereka yang bernasib gaji mentok dan karir mentok sebagai pecundang atau apalah kurang tepat, jumlah mereka yg senasib seperti ini sangat banyak …

  17. Rekan2 yang dirahmati Allah SWT, coba Anda Beli Buku yang satu ini (ALLAH MAHA PEMBERI maka Engkau Gampang naik Gaji by Ust. Yusuf Mansur), pelajari dan pahami. Kalau bisa baca sampai selesai dan berkali-kali dibacanya kemudian praktikan di dalam kehidupan sehari-hari. Insya allah anda akan NAIK GAJI berlipat dari yang Anda terima bulan ini. Saya sudah merasakannya dan Alhamdulillah semua ini berkat Rahmat dari Allah SWT sehingga Gaji Saya bisa Naik berlipat dari tahun sebelumnya. Alhamdulillah gaji saya sekarang sudah 2 digit, ALLAH MAHA PEMBERI MAKA ENGKAU GAMPANG NAIK GAJI…..

  18. Waw … baru kali ini saya membaca artikel di blog ini dengan nada yang sangat keras, tegas dan lugas. Saya sangat jarang berkomentar di sini tapi artikel ini membuat saya tidak dapat diam.

    Bagi kebanyakan orang mengajukan pengunduran diri memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bila sudah memiliki tanggungan yang harus dihidupi. Namun bila keluhan itu sudah sangat mendera, pilihan untuk mengundurkan diri memang sangat layak untuk dipertimbangkan.

    Walaupun saya bekerja di perusahaan yang baik dengan gaji yang layak (mengingat saya bedomisili di Semarang) tapi “teguran” dalam artikel ini ikut menggugah semangat saya.

    Ada satu hal yang saya “khawatirkan”. Yaitu bila teguran ini sampai di telinga orang yang suka mengeluh itu ada kemungkinan dia tidak akan berkunjung ke blog ini untuk selama-lamanya. Karena bisa jadi orang ini memang bermental lembek dan tidak mampu mengelola kritik yang cukup pedas seperti ini.

    Namun bila memang dia sangat ingin untuk mengubah nasibnya, maka opsi yang ditawarkan sebaiknya dipertimbangkan dan ditindaklanjuti. Sementara saya hanya bisa mendoakan “semoga sukses”.

  19. Betul sekali Pak. Setuju.
    Saya pernah mengalami kejadian seperti itu, dan pada akhirnya saya memutuskan resign karena tidak ingin keadaan fisik dan psikis saya terganggu dan sudah cukup saya mendengarkan keluhan dari teman-teman sekerja. Ternyata, setelah saya pindah, saya mendapat lingkungan yang cukup baik, setidaknya sehat untuk jiwa dan raga saya 😀

  20. hanya pribadi yang bermental kuli yang mau menggadaikan nasibnya pada orang lain.

    wah… bener2, saya sangat setuju

  21. Setuju dengan Mas Yodhia..

    Dalam hal seperti itu, kita harus berhenti sejenak dan merenungkan apa yang telah kita lakukan. Apakah sudah on track menurut kita dan menurut perusahaan (atasan, kolega dan bawahan). Hasil perenungan akan memberikan kita guidance kemana langkah kita selanjutnya. Kadang memang perenungan kita tidak menemukan apa – apa karena kita sdh ditutupi dengan hal – hal yang negatif bahwa hal ini terjadi karena bukan kesalahan kita.

    Untuk itu diperlukn orang lain, bisa isteri/suami, anak, rekan kerja, atau para ahli / Konsultan. Tidak mudah dan saya pernah mengalaminya, berpikir positif dengan menerima apa yang terjadi menjadi challenge untuk lebih baik akan sangat melegakan, dan akhirnya kreativitas positip akan muncul dan menuntun kita untuk menjadi orang / personal yang lebih smart dan lebih sukses. Semoga bermanfaat.

  22. Hanya pribadi yang bermental matre yang hidupnya hanya dihabiskan untuk memikirkan DUIT… DUIT…
    Pikirkanlah hidup setelah mati!!!!!!!!

  23. MENGELUH is a Complain.
    Complain is a PROBLEM!
    And PROBLEM is a GAP between an “Ideal” and “Reality”!
    Tapi dari Problemlah tercapai Perbaikan!

    Enjoy Yourself!

  24. Hehehehe straight-forward consultant ya….
    yang nanya itu mungkin perlu membaca Brian Tracy, “how to promote your career and double your salary faster” 😉

  25. salam
    wauuuu to the point banget. Saya setuju apapun yang kita peroleh, itulah hasil dari apa yang kita lakukan. Walupun kadang tanpa disadari perasaan “mengeluh” itu muncul dengan sendirinya karena tidak sesuai harapan kita. Berusahalah jangan selalu mengeluh karena itu akan mematikan motivasi kita sendiri.Semangat….

  26. Hanya orang yg selalu optimis dan berpikir positif yg tidak akan mengeluh. Namun, di dunia ini kan selalu berpasangan. Kalau tidak ada “pengeluh” (orang yg rutin mengeluh)dimana posisi konsultan? Mungkin itu adalah takdir dimana ada pengeluh, pencurhat disitulah letak lahan konsultan dan pencerah.
    OK, mas Yodh, memang pengeluh dirinya berada di antara masalahnya sendiri, bukan di atas masalah yg mesti diselasaikan. Dirinya hanya bagian dari problem, bukan bagian dari solusi.
    Ubah introspeksi, apakah kita sudah maksimal berbuat dimana kita berada, sebelum mengatakan bahwa kita berada pada tempat yg salah?
    Putar paradigma, bahwa rizki kita tidak sama dg gaji yg kita terima dari tmpat kita kerja saja. Rizki yg tersedia melimpah di luar apa yg kita pikirkan semula.

  27. Bersyukur apa yang kita terima adala jalan yang terbaik, karena itu adalah rezeki kita.Jika kita merasa mempunyai kemampuan “lebih dari” maka ikhtiarlah untuk mendapatkannya.Jadi ” bukan mengeluh, atau menyalahkan oranglain atas nasib kita” mungkin memang kantornya gak mampu bayar kita sesuai harga pasaran……

  28. Saya tidak setuju dengan karyawan suka mengeluh karir dan gaji yang mentok, sementara effort yang dihasilkan belum maksimal, namun paling tidak kita tidak boleh menghakimi orang seperti ini, ada apa yang salah dengan manajemen perusahaan atau ada masalah apa dengan karyawan tersebut, tentunya perusahaan harus memperhatikan karyawannya, karyawan adalah asset,kalau resign karena masalah tersebut bukannya menimbulkan masalah besar, terhadap karyawan lainnya?

    Bahwa perusahaan tidak mempunyai talent management?, kenapa tidak karyawan tsb dimutasi sebagai pembelajaran ilmu yang lain sebagai tolak ukur kompetensinya?

    Dalam pengembangan karir tentunya, apalagi dalam mailist ini karyawan tsb sudah berbuat maksimal atas pekerjaannya, jadi saran saya : sebaiknya Anda bicarakan ke Atasan anda, Anda minta di Mutasi, sebagai pengembangan wawasan Anda, penunjang Karier, dan menghilangkan kejenuhan Anda selama bertahun2 bekerja di Dept sekarang ini, Resign bukanlah pilahan terbaik, anda pertimbangkan masak2; siapa yg akan menanggung untuk kehidupan keluarga, kalau memang anda tidak boleh dimutasi oleh Atasan anda(mungkin kr posisi pekerjaan) Anda jalani saja pekerjaan yang sekarang dengan tekun, sambil Anda mencoba melamar ke Perusahaan lain, tetap Sabar, Berusaha dan

    Semangat, semoga Sukses

  29. Enggak usah mikirin berapa gaji yang akan di berikan oleh perusahaan ke kita…kalau kita optimal pasti akan diberi optimal.
    Kalau emang gak cocok ya..kabur..atau jadi blogger matre ..he he

  30. Sebelum saya membaca artikel ini, saya sudah mengalaminya.
    saya bekerja di suatu tempat selama bertahun-tahun dan saya merasa sudah melakukan yang terbaik yang bisa saya lakukan. Tapi apa yang saya dapat? bukan kenaikan gaji, malahan penilaian yang amat sangat subjektif dari pimpinan. Lantas saya pun mengajukan surat pengunduran diri dan Alhamdulillah sekarang sudah bekerja di tempat yang lebih baik.

    Memang ketika kenaikan gaji yang kita harapkan terlalu kecil dari tahun ke tahun, salah satu caranya adalah PINDAH TEMPAT KERJA. Dan lakukan nego di tempat kerja yang baru untuk gaji Anda.

  31. Benar mas, mulailah dengan rasa syukur, berdoalah dan ambil keputusan untuk mengubah diri kita. Buang semua limiting belief, energi positif mengalir deras dari diri anda untuk menarik outcome yang dahsyat

  32. Setuju banget… Mohon ijin share supaya dapat membuka mata pegawai-pegawai tidak tetap ditempat kerja saya. Terimakasih…

  33. Terkesiap saya baca kalimat ini pak. jadi ingat peristiwa dulu waktu saya berani keluar dari kerjaan.

    Karena itu jika kita tidak sreg dengan kebijakan gaji dan karir di kantor, namun kita tidak berani keluar dari tempat itu, why don’t we just shut up our mouth and do our job as best as we can?

    Artikel yang sangat membakar semangat. Salam ACTION!

  34. Saya sepakat dengan beberapa bagian yang anda sampaikan tetapi saya juga tidak setuju dengan beberapa hal yang anda sampaikan. Anda memberi jawaban tidak melihat dimana posisi orang tersebut tetapi anda menjawab dengan menempatkan posisi anda sendiri. Anyway goodlah postingannya

  35. Pingback: Gaji dan Karir Saya Tidak Naik-naik, So What?

  36. BETUL SEKALI…..pak
    jawabaannya adalah …… Jawabannya sederhana dan lugas : segera ajukan surat resign, dan cari tempat lain yang menjanjikan rezeki yang lebih baik.

  37. Setuju dengan tulisan mas Yodha, tp saya tidak setuju dengan prinsip anda yg alergi dengan orang yang suka mengeluh.Karena salah satu kompetensi yng sulit dimiliki praktisi HR adalah kemampuan menjadi pendengar yang baik…

    Salam Sukses

  38. Pegawai yang banyak ngeluh artinya emang kerjaan ngeluh ya salah rekrutmen…. atau pegawai tersebut tidak mampu bekerja dengan iklas, nah mulailah belajar tentang SUKSES MULIA apakah orang sukses itu dari gaji?

    salam sukses
    rasikun
    trainer mulia (motivasi, pelayanan prima, komunikasi)

  39. coba ada dibatam, karena dibatam banyak level manager, supervisor yang takut kalo anak buahnya lebih pintar dari dia dan ngomong soal bad habit tapi dia sendiri yang menyabarkan bad habit seperti datang terlambat, gila hormat dan merasa paling benar

  40. Sebenarnya saya tidak setuju dengan statement:

    jangan pernah, sekali lagi, jangan pernah, menyalahkan atasan Anda, pihak manajemen, direktur atau pemilik perusahaan Anda.

    Karena sebenarnya seorang atasan/ pihak manajemen, direktur atau pemilik perusahaan juga manusia yang memiliki pilihan. Seorang atasan/ pihak manajemen, direktur atau pemilik perusahaan yang memilih kebijakan perusahaan yang jelek dalam hal remunerasi dan karir juga sebuah kesalahan toh.

    Oleh karena itu, akan sangat manusiawi jika kita sebagai pegawai/ staff memilih untuk berani jujur dan mengatakan yang benar jika itu benar, dan mengatakan yang salah jika itu memang salah.

    Kita juga tidak bisa asal men-judge staff/ pegawai sebagai pecundang jika suka mengeluh, karena pastinya staff/ pegawai tersebut pasti mengeluh karena suatu sebab.

    Apabila ada hal-hal yang memang merugikan kehidupan sehari-hari staff/ pegawai, maka sebenarnya solusinya bukan “lari” dengan mengundurkan diri. Namun belajarlah dari sejarah, belajarlah dari:
    1. Revolusi Prancis tahun 1789 – 1792.
    2. Joseph Broz Tito dan perjuangannya memerdekakan Yugoslavia dari Nazi.
    3. Pejuang Indonesia seperti Pangeran Diponegoro dll.

    Apakah hikmah yang bisa diperoleh dari sejarah tersebut?
    Apakah rakyat Prancis mengungsi dan lari keluar dari Prancis ketika rajanya sendiri menjajah rakyat-nya sendiri?
    Apakah Joseph Broz Tito diam saja ketika Yugoslavia dijajah Nazi?
    Apakah pahlawan Indonesia memilih pasrah terhadap kekuasaan Belanda, atau memilih untuk bangkit terhadap Belanda?

    Mari kita introspeksi diri, apabila memang kita merasa diperlakukan dengan buruk oleh kebijakan management, kita itu salah bukan karena kita MAU memilih perusahaan yang kita tinggali sekarang (seperti yang ditulis dalam artikel ini). Tetapi kita salah karena kita itu DIAM SAJA ketika kita diperlakukan buruk oleh kebijakan management.

    Bukankah sejarah sudah berulang kali membuktikan bahwa kekuasaan yang menindas seperti penjajahan Belanda, ke-sewenang-wenang-an Kerajaan Prancis, dan penindasan Nazi, semua itu bertemu pada satu kesimpulan yang sama, rakyat kecil yang ditindas semua BANGKIT dan STAND UP untuk merdeka dari penindasan dan penjajahan.

    Tidak boleh menyalahkan atasan/ pihak manajemen, direktur atau pemilik perusahaan yang memiliki kebijakan buruk, itu sama saja kita memberi legalisir dan memberi pembenaran terhadap keburukan mereka. Dan untuk itu, kitalah yang salah.

    Jadi pilihannya, bukan terus kita bersikap lari dan mengundurkan diri, tapi hadapilah sumber keluhan anda, jika memang sumber keluhan anda itu berasal dari keburukan penguasa.

    Bukankah baru-baru ini kita telah mendengar lagi berita gejolak rakyat Liobya terhadap penguasa buruk Libya? Menurut anda, siapakah yang salah, rakyat Libya yang mengeluh, atau pemimpin Libya yang buruk?

  41. Saya kadang bingung, karir blom naik2. Mau pindah/keluar, tapi secara rate, termasuk kelas gaji yg tinggi. Mungkin tingkat syukurnya perlu dinaikkan.

  42. Seringkali, apabila kita bandingkan dengan kantor yang satu dengan yang lain, masih banyak kantor yang bersikap “pelit” dalam hal remunerasi.
    Yang dimaksud “pelit” adalah, kantor tersebut memberi standard remunerasi yang jauh lebih dibawah daripada perusahaan lain sejenis.

    Bahkan dalam banyak kasus, banyak sekali tenaga profesional yang membutuhkan pekerjaan skill tingkat tinggi, namun hanya dibayar DIBAWAH UMR.

    Ini menunjukkan bahwa bagi kantor tersebut, profesional yang membutuhkan pekerjaan skill tingkat tinggi tersebut adalah lebih murah daripada harga buruh “manual labor” (itu sih versi mereka) karena mereka sendiri yang menetapkan standar remunerasi yang dibawah UMR.

    Bukti bahwa sebenarnya masih banyak kantor/ perusahaan yang masih belum bisa menghargai profesi yang membutuhkan pekerjaan skill tingkat tinggi.

    Gak percaya? Boleh di-survey ke kantor2 profesi seperti Kantor Angkutan Publik, dan Kantor2 konsultan lainnya.

  43. Adanya pemikiran seperti itu wajar-wajar saja dari sudut pandang seorang pekerja.

    karena berapa banyak perusahaan dalam hal ini pihak manajemennya yg tidak bekerja secara profesional, seperti penilaian/jenjang karir seseorang dinilai dg tidak obyektif tetapi berdasarkan subyektifitas rasa, bisa karena kedekatan secara emosional, suku. ras, almamater dll..

    adanya hal seperti ini harus kita akui.

    Tapi saya setuju u/ pindah kwadran, karena Allah SWT, pasti akan memberikan rezeki dari tempat-tmpat yg tidak diduga, jika kita mau terus berusaha dan berdoa.

    Salam sukses u/ Mas Yodhia, trim’s u/ artikel2nya.

  44. Kalau menurut saya, yang paling berpengaruh disini adalah kita sudah merasa nyaman di kantor yang tidak menjanjikan masa depan bagi kita / comfort zone, kita ingin dengan rasa nyaman itu dibarengi dengan karir dan salary yang bagus, tetapi terkadang memang jalan tidak semulus yang kita bayangkan, tidak jarang satu2nya jalan keluar adalah resign dan mencari tempat kerja yang memiliki prospek bagus, dan kita harus mau mengorbankan comfort zone yang sudah bertahun2 kita rasakan,.

  45. HAlo MAs..

    Alhamdulillah ketemu ama Webiste yang Super bagus sekali buat saya..

    Makasih mas tulisan tulisannya ngena banget buat saya..HIkss..:(

    Terus menulis ya mas..

    Salam

Comments are closed.