Merayakan Kematian Televisi dan Kematian Big Brands Indonesia

Coba perhatikan anak, adik, keponakan, sepupu atau saudara Anda yang masih sekolah SMP dan SMA. Hampir pasti mereka jarang atau bahkan tidak pernah lagi menonton layar televisi.

Layar hape yang mungil telah merebut seluruh atensi mereka. Channel Youtube, Line, Instagram, TikTok, hingga pertarungan Mobile Legends jauh lebih menarik bagi jutaan anak remaja dan gen milenial dibanding layar televisi yang jadul (teknologi peninggalan era 1920).

Ledakan smartphone dan beragam konten online yang atraktif pelan-pelan memang akan membunuh layar televisi. The death of television is coming. Continue reading

Business War : Taman Kematian bagi Bad Management Skills

Padang kurusetra bernama perang bisnis itu selalu saja meninggalkan duka bagi mereka yang terluka. Microsoft sudah lama mengalami stagnasi. Dell kini limbung setengah kolaps. Produsen printer raksasa Hewlett Packard seperti prajurit pikun yang bingung mau kemana. Nokia terpanah penuh luka. Dan Sony terus saja mengalami pendarahan.

Kalimat yang biasanya segera bergema adalah ini : mereka semua tertatih-tatih dalam padang peperangan lantaran gagal melakukan inovasi, right? Wrong. Sejarah panjang tentang laga kompetisi bisnis dengan jelas menunjukkan bahwa ini bukan soal kegagalan inovasi. Ini juga bukan soal lemahnya R&D, lemahnya kreativitas, atau product development yang abal-abal. Bukan.

Itu semua adalah soal kegagalan manajerial. Soal buruknya management capabilities. Soal management skills yang sekarat.

Apakah orang Apple lebih pintar dan kreatif dibanding orang Microsoft? Tidak. Dan apakah orang Sony lebih bodoh dibanding orang Samsung? Sama sekali tidak. Again : disini bukan soal creative or not, soal smart or not.

Tulisan pagi ini mau membedah soal itu : sepotong kisah tentang raksasa yang terluka lantaran kegagalan manajerial. Continue reading