Industri Rokok Indonesia Sedang Menjemput Kematian?

Dalam wacana manajemen strategi, kita pernah mengenal apa yang disebut sebagai industry competitive analysis. Analisa yang dikenalkan oleh guru strategi Michael Porter ini sejatinya ingin melihat apakah sebuah industri merupakan arena bisnis yang atraktif, atau sebaliknya selalu digelayuti dengan harapan yang tergores, dan karenanya tak layak untuk digumuli.

Industri rokok ditanah air mungkin tengah berada dalam harapan yang tercabik itu : dibalik kepulan asap yang demikian memabukkan, terbentang jalan terjal yang pelan-pelan bisa membuatnya terkapar mati. Seperti nikmatnya asap tembakau yang secara pelahan akan membunuh penghisapnya, para produsen rokok ditanah air mungkin juga tengah meretas jalan yang sama : pelan-pelan mereka akan tersedot dalam asap yang membuat mereka bangkrut dan terbaring tewas.

Make no mistake. Industri rokok di tanah air tetap merupakan sebuah industri yang eksotis dengan jumlah perokok terbesar nomer tiga di dunia (setelah China dan India). Kian tahun juga makin banyak perokok belia yang dengan mudah terseret dalam pusaran asap yang terus menari-nari.

Itulah mengapa Philip Morris (alias Marlboro Man) mencaplok Sampoerna dan kemudian BAT melumat Bentoel. Sebab mereka percaya industri rokok di tanah air masih punya harapan yang gilang gemilang. Sebab mereka percaya, sangat mudah mengelabui rakyat Indonesia untuk masuk dalam jebakan candu yang mereka rajut dengan seringai senyum yang tak kenal ampun.

Para kapitalis asing itu (juga para juragan lokal dari Kediri dan Kudus)  akan tertawa terkeh-kekeh setiap kali melihat kepulan asap membakar di setiap sudut pelosok negeri. Mereka tertawa sebab itu artinya mereka berhasil menyedot uang trilyunan rupiah dari kantong para perokok di segenap penjuru nusantara; dan kemudian menyimpan uang itu di markas mereka yang megah dan angkuh nun jauh disana – di pusat kapitalis dunia.

But, how long can you go? Sampai kapan seringai senyum kapitalis itu terus menerus menari dibalik kekonyolan para perokok di bumi pertiwi? Sampai kapan para kapitalis rokok global itu terus berdansa dibalik peluh para perokok yang terus ditipunya?

Mungkin tak lama lagi. Mengapa? Ada tiga alasan disini. Yang pertama adalah Rencana Peraturan Pemerintah (RPP) sebagai tindak lanjut dari UU yang menyatakan rokok sebagai zat adiktif. Isi RPP ini antara lain adalah melarang habis iklan rokok dimanapun (baik di media cetak, bilboard yang sekarang ada dimana-mana itu, atau juga sebagai sponsor kegiatan musik, olahraga dll). Jika RPM ini disetujui, industri rokok dan para kapitalis dibaliknya, sungguh akan terkapar dan terluka parah.

Lobi para produsen rokok segera bersatu dan melakukan serangan balik (dan tentu uang milyaran rupiah akan mengalir berceceran sebagai penyedap upaya lobi). Argumen klasik selalu dinyanyikan : nasib ribuan petani tembakau akan terdesak; dan hey, selama ini kami sudah menyumbang cukai triyunan rupiah kepada negara.

(Sumbangan cukai ini sebenarnya dari para perokok, bukan dari produen. Dan asal tahu, uang yang dipakai oleh para perokok buat membeli sebungkus Dji Sam Soe atau A Mild itu ternyata – gilanya – banyak yang diambil dari jatah uang pendidikan anak dan uang makan keluarga sang perokok.

Maksudnya, para perokok itu, meskipun miskin dan tidak punya banyak uang, lebih rela menggunakan uangnya untuk membeli rokok daripada untuk membayar SPP anak-anaknya, atau membeli lauk yang memadai buat keluarganya.

Disini jelas : jutaan perokok yang mayoritas berasal dari kelas menengah ke bawah, tertipu oleh para produsen rokok; dan mereka lebih rela memberi uang kepada kapitalis rokok yang sudah kaya itu, dibanding menyekolahkan anak-anaknya.

Jutaan anak-anak di Indonesia terampas masa depannya, hanya karena ayah mereka lebih memilih membeli rokok dibanding membayar uang sekolah. Sebuah ironi yang tragis. Dan aha…..para kapitalis rokok global itu terus tertawa terkekeh-kekeh melihat ironi ini……

Argumen para petani tembakau terdesak juga mitos. Jika RPP itu diberlakukan, permintaan tembakau tetap akan ada. Bahkan selama ini para produsen rokok Indonesia harus mengimpor tembakau (!) dari China karena kekurangan pasokan dari dalam negeri).

Alasan kedua mengapa industri dan bisnis rokok di tanah air akan mengalami penurunan adalah ini : kesadaran gaya hidup sehat yang terus tumbuh. Lihatlah tren olah tubuh yang kian banyak merasuk dalam gaya hidup masyarakat masa kini : ada yang rajin bersepeda ke kantor, giat melakukan futsal, atau juga tekun ber-gym ria untuk membuat tubuh selalu sehat. Semoga saja kesadaran ini membuat orang makin menjauhi pekatnya asap rokok yang membius dan mematikan itu.

Banyak pihak yang kemudian juga berharap agar kesadaran itu membuat gerakan serentak : yakni menjadikan para perokok sebagai pesakitan yang layak dijauhi karena membuat lingkungan tidak sehat. Dulu, ketika saya sekolah di Amerika, saya melihat hal itu terjadi : teman-teman saya yang perokok – dan jumlahnya sedikit sekali – pelan-pelan selalu dijauhi karena dianggap hanya membawa asap rokok yang penuh racun. Akibatnya jelas : para perokok itu menjadi terisolasi dan terkucil dari lingkaran pergaulan.

Alasan terakhir : makin banyak gerakan masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat yang menekan ruang gerak industri rokok. Beberapa diantaranya bahkan membuat langkah kreatif : membuat pencitraan para produsen rokok sebagai monster kapitalis yang rakus dan merampas masa depan anak-anak miskin Indonesia. Pencitraan semacam ini menarik sebab ternyata lebih efektif dibanding kampanye peringatan bahaya merokok yang tertera di setiap bungkus dan iklan rokok itu.

Dalam sejumlah riset neurologi, ternyata slogan bahaya merokok itu justru mendorong orang untuk makin banyak merokok ! Setelah diteliti ternyata ada bagian sel saraf otak yang cenderung mendorong orang melakukan hal kebalikan dari apa yang tertera dalam sebuah peringatan (termasuk peringatan bahaya merokok). Jadi para penelit itu berkesimpulan, kalimat bahaya merokok itu justru menguntungkan para produsen rokok. Nah lho.

Sebaliknya, dalam sejumlah eksperimen iklan, digambarkan para produsen rokok sebagai monster yang rakus dan merampas hak masa depan anak-anak; dan harus dilawan oleh sekumpulan anak muda yang idealis dan memperjuangkan nasib masyarakat. Ajaibnya, ketika iklan eksperimen ini ditayangkan, jumlah anak muda yang merokok turun drastis.

Alasannya jelas : bagi anak muda yang tengah mencari jati dirinya, citra anak muda idealis yang melawan kemungkaran itu bagaikan hero yang menancap di benaknya.

Sebaliknya mereka juga malu untuk merokok sebab itu artinya menyamakan mereka dengan monster rakus yang mencabik nasib dan masa depan anak-anak (kalau saja saya punya uang banyak, saya akan menayangkan iklan ini di televisi dan koran-koran. Dijamin angka penjualan A Mild dan Djarum Super pasti akan menurun drastis….).

Demikianlah tiga alasan kunci mengapa industri rokok di tanah air tengah berkemas menuju ladang pembantaian yang mematikan. Selama ini pelan-pelan mereka telah membunuh jutaan perokok di tanah air menuju alam baka (jumlah orang yang mati karena kegiatan teroris di tanah air sungguh tak ada bandingannya dibanding mereka yang gugur lantaran asap rokok yang mematikan. Cuma bedanya kalau para teroris terus diburu dan ditembak mati, maka para produsen rokok itu dibiarkan leyeh-leyeh di rumahnya yang megah dan bertebaran di manca negara……).

Mungkin harus tiba saatnya, industri rokok Indonesia menemui nasib seperti korbannya : terjerat asap yang membius dan pelan-pelan membawa mereka menuju sakaratul maut.

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

74 thoughts on “Industri Rokok Indonesia Sedang Menjemput Kematian?”

  1. kita memang akan di paksa berubah atau kita berubah dengan keingan diri sendiri untuk menolak zat racun bernama rokok dan segala sesuatu yang terkandung di dalamnya

  2. Menyimak tulisan Pak Yodhia, merokok ternyata berdampak “sistemik”. Oleh sebab itu, setuju, bahwa memang harus ada upaya “paksa” dari pemerintah melalui perangkat aturan untuk mengurangi bahkan menghentikan konsumsi rokok. Salah satunya, yg katanya mulai dilakukan, adalah membatasi akses keluarga miskin thd pelayanan kesehatan gratis jika terbukti “merokok”.

  3. Bagaimana mungkin kita mau mengalah dengan semangat kapitalis negara lain yang mencoba menghancurkan bangsa ini setelah dia tidak mendapatkan pasar dinegaranya dengan kedok menawarkan pekerjaan

  4. Oke mas Yodhia, tulisan yang sangat menarik. saya sangat setuju, rokok sangat membahayakan. ternyata pajak besar selama ini bukan dari produsen rokok, tapi justru dari para perokok itu sendiri… dahsyat sekali. melebihi kasus-kasus besar negara yang selama ini tak kunjung tuntas…

  5. Mungkin bisa ditambahin alasan yang ke 4 yaitu FATWA HARAM oleh Muhammadiyah, atau MUI.

    Mari jaga kesehatan diri dan keluarga sehingga bangsa akan menjadi sehat.

  6. Sedikit paksaan dengan UU tidak apa2 asalkan untuk kebaikan, sehingga orang menyadari arti HIDUP SEHAT.

    Bagi2 kita2 yang tidak merokok juga terkena dampak sebagai perokok pasif, jadi perokok selain mencelakakan diri sendiri juga mencelakakan orang lain.

    tks 4 artikelnya

  7. jangan menilai dari satu sisi saja, coba untuk mengerti kenapa seseorang memutuskan untuk meroko. Supaya sedikit adil dan artikel ini bisa berdiri netral.

  8. Opini yang menarik.

    Memang ada kesadaran global tentang kesehatan, namun, dalam opini saya, kesadaran mengenai pentingnya kesehatan -baru- ini menggeliat di kalangan orang-orang yang berpendidikan dan masuk ke golongan ekonomi menengah ke atas.

    Sementara orang-orang yang termarginalkan secara pendidikan dan ekonomi, belum tergugah untuk mensyukuri nikmat sehat. Jika tidak semua, maka mayoritas dari mereka.

  9. Akhir 2010 pemerintah akan melarang iklan, promosi dan sponsorship.
    Hal ini berdasar karena tembakau termasuk jenis zat adiktif.
    PP Nomor 19 Tahun 2003 akan segera direvisi.

  10. Tajam sekali analisisnya bang yod, produsen rokok kalo membaca artikel ini pasti panas kupingnya, lingkungan bisnis memang cepat berubah dan itu harus disikapi dengan cerdik, gaya hidup manusia yang berubah ke pola hidup sehat adalah cerminan usaha manusia untuk menjalani hidup ini supaya lebih memiliki “endurance” hidup yang lebih baik lagi.

    Bayangkan jika perokok-perokok berat kalangan bawah jika menyadari pemborosan yang mereka lakukan dengan merokok pasti berpikir ulang, berapa banyak uang yang mereka habiskan, katakanlah sehari perokok berat menghabiskan 2 pak rokok sehari dengan harga 1 pak @ Rp. 8.000,- (bisa lbh mahal), maka per bulannya perokok tersebut akan menghabiskan sekitar Rp. 480.000 atau Rp. 5.760.000,- per tahunnya. Bayangkan apabila perokok tersebut merokok selama 20 th, maka mereka akan menghabiskan Rp. 115.200.000,-.

    Bukannya dengan uang segitu bisa mensekolahkan anaknya ke jenjang yang tinggi, ataupun jika belum punya rumah uang tersebut sudah bisa untuk beli rumah…..? coba kalo bapak2 para perokok kelas berat kalangan bawah menyadari betapa banyak uang yang mereka bakar huntiap tanya ini…pastilah akan berpikir ulang untuk merokok he..he…he….

    Salam.

  11. menurut penelitian, disiarkan di berita pagi RCTI, 70% perokok adalah orang miskin. Dari orang miskin itu, 60%nya belanja rokok, 40%beras dll. Ironis sekali… parah bin parah

  12. Perubahan harus segera dimulai.
    Jangan menunggu jatuhnya korban berikutnya.
    Perbedaan pendapat masalah halal haram tidak akan pernah selesai, masing2 bertahan dengan dalilnya.
    Yang jelas kerugian besar ada pada perokok pasif yang beraktifitas ditempat umum, dengan tidak perlu membeli rokok, tetapi akibatnya akan lebih dahsyat. Bisa-bisa “shutdown” karena sesak nafas.

  13. Saya lebih setuju alasan Kedua. Sebetulnya saat ini budaya merokok sudah makin ditinggalkan, terutama di kalangan karyawan kantoran, eksekutif, mahasiswa, pelajar. Saya lihat saat ini pelajar/mahasiswa di kota besar jarang sekali yang merokok. Tidak seperti di tahun 70-80an, merokok bagi anak muda dapat meningkatkan image, terutama jika merokok Dji Sam Soe atau Marlboro. Saat ini tidak ada lagi merk rokok yang dapat dibanggakan.

    Kalau produksi rokok saat ini meningkat, bukan karena jumlah perokoknya yang meningkat, tetapi karena beralihnya perokok tradisionil yang merokok TingWe (melinting dhewe) ke rokok pabrikan. Saya lihat saat ini petani, buruh, di desa-desa, tidak ada lagi budaya TingWe. Inilah yang menyebabkan jumlah produksi rokok meningkat.
    Di kampung saya, banyak perokok berat, banyak yang berumur panjang. Saya sendiri perokok berat, dari hasil checkup tahunan : bersih.

    Yang mati muda banyak akibat perubahan pola makan ke makanan siap saji atau makanan modern lainnya yang dianggap bisa meningkatkan image.

    Hati-hati dengan propaganda asing untuk membunuh industri di Indonesia. Pengusaha Indonesia mundur, pengusaha asing yang mencaploknya.

  14. Artikelnya bagus, tetapi provokatif. Inikan pembahasan manajemen, tidak seharusnya provokaif seperti ini. Apalagi sampai menyebutkan merk. Hati-hati sampai dituntut loh. Lah wong Mas Sony AK aja sekarang lagi kelimpungan, hehehehe….

  15. Setuju..sebaiknya pemerintah mempercepat peraturan untuk industri rokok agar bangsa ini tidak terjerumus ke jurang kebodohan. Saya termasuk orang bodoh yang sulit untuk meninggalkan kebiasaan merokok. 🙁

  16. Memang ada kesadaran d kalangan anak2 muda yang mempunyai tren hidup sehat dan tidak merokok dan melakukan gaya hidup sehat seperti oleh raga dll tapi kalau kita amati seperti yang dikatakan Dinar hanya di lakukan oleh kalangan menengah ke atas dan berpendidikan saja, justru kalangan marjinal/miskin yang terpinggirkan rokok malah sebagai pelarian jalan pilihan unuk melupakan kesulitan hidup, karena dengan merokok sejenak bisa melupakan kepenaatan hidup ini.

  17. Sya juga seorang perokok, sudah hampir 5tahun aktif merokok, tapi ada niat dibenak hati saya untuk berhenti karena rokok lebih condong ke negatifnya dari pada positifnya, malahan positifnya nihil untuk kesehatan loh!!

  18. dari pada bingung soal rokok..Buat kamu kamu yang baru Bt…gak semangat…down…jenuh…abis ditinggalin pacar…gak akur ma temen kerja..atow..semua muanYa..yang buwat kalian patah semangat dan hati…
    pake..Kaose Denbei Solo……hukumnYe Wajib..Fardhu ‘ain…
    nah penasaran gimana produk juga konsep kita???
    telp aku sekarang//081 393 18 1250…ATO email juga boleh email ke: miftah_hj@yahoo.com
    okee..??? buka zulfikar Inc….
    aku tunggu yach…pesanan..juga apa aja uneg.unegh kamu…ntar .TTraaaraaa….jadi Kaos motifasi kamu deghh..
    djamin hidup kamu bakal lebih hidupp

  19. Wah bagus juga ulasannya, cuma terkesan sinis, klo gak suka kapitalis gak usah belajar ilmu bisnis dong, tdk bisa memberikan solusi yg bijak,.sy domisili dikudus bergerak dibidang percetakan packaging, industri rokok bukan hanya pabrik rokok, industri rokok mempunyai mata rantai yg panjang dan berhubungan dg indutri lainya,. sebetulnya tdk masalah bagi pengusaha rokok utk menutup usahanya wong mereka sdh punya tabungan banyak.

  20. cakep 3x

    hampir tak berkedip saya mbaca tulisan sampeyan mas. alhamdulillah saya sudah tobat dari rokok, dan saya sangat setuju kalau rokok harus segera dienyahkan dari bumi nusantara.

    gmn kalau kita iuran rame2 buat ngidupin lagi iklan mosnter rokok itu mas?

  21. Artikel yang menarik…saya bergerak di bidang retail dan rokok menjadi salah satu penyumbang omzet kedua di bawah susu dan makanan bayi. Setelah hiruk pikuk tentang industri rokok dan halal/haramnya merokok ini (-saya lebih cenderung ke pendapat subhat-); saya jadi ingin tahu, seberapa jauh omzetnya akan menurun atau justru akan terdongkrak? Bahkan mungkin stagnan, yang artinya customers really don’t care about that.

    kustomer rokok kami, kebanyakan memang berasal dari kalangan bawah (saya duga mereka adalah abang becak, tukang bangunan, satpam, pesuruh/office boy, juru parkir, pedagang warung, dsb); diikuti mahasiswa dan mahasiswi, jadi 70% perokok adalah gol menengah ke bawah memang terbukti, sepertinya…

    Semoga saja, pemerintah benar-benar serius mengarap RPP tentang rokok ini. RPP ini tidak mudah, baru akan digodog saja banyak suara2 bermunculan. Semoga yang terjadi, adalah yang terbaik bagi bangsa ini. Amin.

  22. Yess, setuju – kita harus bisa mengedalikan dan menyelamatkan bangsa kita sendiri, terutama generasi penerus. Industri rokok merupakan salah satu area yang perlu kita kendalikan. Mari kita galang negara bebas rokok……

    1. Setuju setuju aja.

      tapi apakah pemerintah telah menyiapkan lapangan pekerjaan bagi karyawan rokok, apabila pabrik rokok ditutup.

      lebih baik basmi aja tu para koruptor dari pada ngurusin hal yang kaya gini.masa banyak hal yang lebih penting diselesai kan

  23. Ini artikel yang nendang banget dan cerdas, saya suka sekali bacanya!!

    Tapi..nasib ribuan petani tembakau akan terdesak, ratusan ribu dan mungkin jutaan buruh rokok harus siap menjadi pengangguran.. itu bukan alasan klasik saya kira, namun alasan dilematis yang mestinya mengharuskan Pemerintah untuk terlebih dahulu membuat satu formula ampuh untuk mengatasi imbas2 yang akan ditimbulkan dari RPP Rokok, sebelum menjadi produk hukum. Tidak mudah mempersiapkan profesi baru bagi sedemikian banyak SDM dari industri rokok Indonesia, tidak mudah mengganti lahan-lahan yang telah sesuai untuk tembakau menjadi lahan produk agro non tembakau.

    Tentang penghasilan cukai negara? Bagaimana meyakinkan sebagian kepala di masyarakat kita, bahwa selama ini kita turut ”mengkonsumsi, menggunakan dan menikmati hasil” sumber APBN dan APBD dari sebuah industri HARAM bernama Industri Rokok, sehingga sumber yang satu ini harus segera dimatikan. Ada baiknya sebuah revolusi, dibangun dengan basis-basis solusi.

    Thanks.

  24. Kalau memang harus dipaksa ya jalankan saja. Awalnya memang akan sulit namun kalau sudah terbiasa akan mudah sekali. Seperti para perokok yang kelihatannya sudah bergerak secara otomatis.
    Senada dengan Sari Handayani kelihatannya memang perlu dicarikan alternatif terlebih dahulu bagi para pekerja di industri rokok. Paling tidak untuk mengurangi “efek buruk” dari ditutupnya industri rokok. Walaupun bila nanti telah ditutup pasti akan mencari alternatif lain.

  25. Kenapa iklan yang menentang rokok itu tidak disebarkan melalui blog ini, atau media internet lain seperti Youtube dan Facebook saja Pak Yodhia? Kan gratis. 😀

  26. Sari Handayani (39) : untuk petani tembako….ternyata ketika mereka diajak menanam sayuran atau wortel atau sejenisnya….lebih untung dibanding nanam tembako….sayangnya banyak petani yang sudak “diikat” oleh pabrikan rokok dan ndak boleh pindah menanam yang lain…..padahal terbukti kalau menanam komoditi lain lebih untung.

    Untuk para buruh rokok….well, ini pilihan yang harus diambil. Kita mau pilih buruh rokok yang jumlahnya — paling maks 100 ribu; ndak sampe jutaa seperti yang Anda sebut — atau para perokok yang jumlahnya 120 juta (60 % penduduk Indonesia merokok) ? Matematika sederhana.

  27. Artikel yang benar2 cerdas. Alasan kelasik membela petani tembakau ternyata hanya kedok para kapitalis saja.
    Mari kita mulai hidup lebih sehat dengan meninggalkan rokok, untuk masa depan kita dan lingkungan terdekat kita.

  28. Mas Yodhi,, saya coba mau tanya sedikit.. apakah mas Yodhi sedang menjalankan alasan terakhir? jika iya saya sangat bangga dan saya anggap artikel ini berhasil 🙂 ini kutipan alasan terakhir yang mas Yodhi tulis di atas…

    “Alasan terakhir : makin banyak gerakan masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat yang menekan ruang gerak industri rokok. Beberapa diantaranya bahkan membuat langkah kreatif : membuat pencitraan para produsen rokok sebagai monster kapitalis yang rakus dan merampas masa depan anak-anak miskin Indonesia. Pencitraan semacam ini menarik sebab ternyata lebih efektif dibanding kampanye peringatan bahaya merokok yang tertera di setiap bungkus dan iklan rokok itu.

    Dalam sejumlah riset neurologi, ternyata slogan bahaya merokok itu justru mendorong orang untuk makin banyak merokok ! Setelah diteliti ternyata ada bagian sel saraf otak yang cenderung mendorong orang melakukan hal kebalikan dari apa yang tertera dalam sebuah peringatan (termasuk peringatan bahaya merokok). Jadi para penelit itu berkesimpulan, kalimat bahaya merokok itu justru menguntungkan para produsen rokok. Nah lho.

    Sebaliknya, dalam sejumlah eksperimen iklan, digambarkan para produsen rokok sebagai monster yang rakus dan merampas hak masa depan anak-anak; dan harus dilawan oleh sekumpulan anak muda yang idealis dan memperjuangkan nasib masyarakat. Ajaibnya, ketika iklan eksperimen ini ditayangkan, jumlah anak muda yang merokok turun drastis. Alasannya jelas : bagi anak muda yang tengah mencari jati dirinya, citra anak muda idealis yang melawan kemungkaran itu bagaikan hero yang menancap di benaknya. Sebaliknya mereka juga malu untuk merokok sebab itu artinya menyamakan mereka dengan monster rakus yang mencabik nasib dan masa depan anak-anak (kalau saja saya punya uang banyak, saya akan menayangkan iklan ini di televisi dan koran-koran. Dijamin angka penjualan A Mild dan Djarum Super pasti akan menurun drastis….).”

    Salam Hangat,,,

    Fazly Achmad

  29. Dua jempol utk artikelnya pak, minta izin me-link.

    salam hangat

    MANTAN PEROKOK YG TELAH SAY GOD BEY ROKOK SEJAK 5 TAHUN LALU

  30. Tulisan yang sangat menggugah,,, dan menarik
    setelah menyimak tulisan bang yodhia dan komentar rekan pembaca, saya pengen ngasi saran buat bang yodhia dan tanggapan dari komentar rekan pembaca.
    Seperti “orang kantoran” katakan, masalah rokok berdampak sistemik
    “tony” jadi kita mesti menyajikan secara netral,
    “sugi” jangan ada unsur propaganda,
    “wirosaba” apalagi profokatif.
    Mestinya Seperti “Muzni” bilang “PERUBAHAN HARUS SEGERA DIMULAI”

    Karena rokok ini berdampak sistemik, dan jika kita ingin meminimalkan (bahasa saya) mestinya kita mulai DARI HULU KE HILIR.

    mulai secara bertahap mengalihkan kebiasaan petani tembakau dari menanam tembakau ke komoditi lainya, dan ini bukan perkara mudah, karena komoditi barunya belum tentu mampu diserap pasar sama seperti jika mereka menanam tembakau.juga memerlukan keahlian yang berbeda. Apakah Anda Sanggup ???

    Lalu sampai pada buruh pabrik, saya tidak mendapatkan data yang akurat tentang jumlah tenaga kerja (buruh pabrik rokok)di indonesia secara pasti, tetapi secara kasat mata jumlah mereka itu sangat besar.
    Saya berani Bertaruh, Kalo pemerintah daerah dimana pabrik rokok berdomisili mampu mendatangkan investor dalam waktu satu tahun dan menyerap eks tenaga kerja rokok, jika pabrik rokok tersebut benar benar tutup.
    Jadi jika secara bertahap para pekerja di industri rokok bisa dialihkaryakan mungkin kita baru bisa ngomong tahap selanjutnya…

    Tahap selanjutnya adalah karyawan bagian pemasaran, mulai tenaga penjualan, promosi dan bagian bagian terkait lainya yang tersebar dipenjuru tanah air, ini jumlahnya juga sangat besar.saya dapat info dari seorang teman, kalo di salah satu perusahaan rokok yg berdomisili di malang jumlah sales forcenya yang ada diseluruh indonesia lebih dari 12000 orang, belum termasuk drivernya, apalagi bicara tentang orang kantoranya dll. ini bukan perkara mudah lho bang ?

    Terakhir baru bicara soal konsumen,,,,,, ? kalo yang ini sih tidak terlalu dilematis, jika produk rokok sudah tidak ada, maka konsumen rokok juga pasti tidak ada

    Akhir saran saya dalam membahas hal seperti ini mestinya harus berimbang dan lebih banyak ngeluarin solusi aja, ga usah menganalisis.agar wibawa dan kualitas bang Yodhia tidak pudar gara gara salah nulis.

    terimakasih.

  31. sebagai tulisan sah – sah saja tetapi RU yang akan dikeluarkan masih tanda tanya besar mengingat budaya korupsi di DPR dan lembaga pemerintah yang begitu masiv.
    Tapi mungkin analisa pake teori dunk Om, karena semua ada teorinya jadi terkesan asal nulis. Posisinya industri rokok secara umum memang sangat dipengaruhi faktor eksternal terutama kebijakan pemerintah. Skali lagi perlu analisis mendalam apa ya akan seperti itu.
    Saya setuju kl merokok dilarang dimana2 kecuali tempat tertentu.

  32. wah harus di musnahkan itu yg namanya rokok…
    karena dapat menjadi penyakit di dalam tubuh kita….

  33. Bahasanya nendang abiis.
    Memamng hrs selektif mencari ladang bisnis… Hrs membawa kebaikan bg byk org.
    Ijin ngelink ya mas?

  34. jika kita hanya menilik pada satu titik tanpa menilik titik yang lainnya maka kita akan tersesat oleh persepsi kita sendiri..

    tidak dipungkiri bagaimana efek domino dr mengkonsumsi rokok itu sendiri,,tapi kita juga harus mempertimbangkan butterfly efek yang selama ini ada…
    meskipun tidak ada perusahaan roko,,manusia di belahan bumi manapun ketika mereka ingin merokok akan melakukan segala cara agar dapat menikmati rokok tersebu,,disini kesadaran masing2 pihaklah yg sangat berperan aktif..

    saya tidak dapat membayangkan ketika rokok diproduksi oleh tangan2 biasa yg tidak mengetahui dg pasti kadar dari rokok itu sendiri,,akan berdampak lebih parah lagi pada akhirnya..

    pikirkanlah juta puluhan ribu manusia yang bergantung hidupnya dan keluarganya karena mereka adalah bagian dr perusahaan rokok itu..
    tidak hanya itu,,kita mengenal kata INOVASI,,

    perusahaan rokok tidak akan berhenti sampai disini,,bukan hal yg muskil jika suatu saat nanti malah kita dianjurkan untuk merokok ketika mereka berhasil menciptakan rokok yang baik untuk kesehatan…

    yang dibutuhkan adalah solusi,,bukan main tutup ini tutup itu..

    karena bagaimanapun juga,,para pekerja, petani tidak kalah banyak jumlahnya yg menggantungkan hidupnya pada perusahaan…

  35. pada paragraf2 pertama kayak didalam buku yang pernah aku baca, strategi perang cina kuno “menjarah rumah yang terbakar”. hmmmm….

  36. Saudara Yodhia Antariksa benar-benar mengorbitkan emosinya dalam artikel ini. Agak berbeda dengan artikel-artikel lain yang ia tulis. Gaya tulisan anda membuat saya rajin menilik artikel-artikel di laman ini. Jazakallah

  37. Artikel menarik. Izin untuk di-share ke teman perokok yang katanya anti-kapitalis tapi malah ‘menyumbang’ mereka.

  38. kalu gue……. enjoy aja, seperti dunia menjadi ramai karena banyak keragaman dalam berpendapat, begitu pula dunia rokok.

    yang pasti kalu udah tahu siapa pemilik pabrik rokok yang beusar beusar dengan iklan yang Ruar biasaaa.

    beralih aja ke rokok rokok kretek….. yang buatan dalam negri 100% dan pemilik nya pun orang orang pribumi yang benar benar membumi.
    seperti di wwww.asthreeterapi.blogspot.com

    tapi saya suka dengan forum serta semua komentar, karena semakin mencerahkan kita semua.

  39. “Sebaliknya, dalam sejumlah eksperimen iklan, digambarkan para produsen rokok sebagai monster yang rakus dan merampas hak masa depan anak-anak; dan harus dilawan oleh sekumpulan anak muda yang idealis dan memperjuangkan nasib masyarakat.”

    kayaknya yg ini blm pernah disini.. yg ada justru yg smakin “memancing”

  40. Industri Rokok;

    Keuntungan :
    – Membantu Masyarakat Kecil dalam kelangsungan hidup mereka
    – Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat kecil

    Kerugian :
    – Membawa para perokok pada Kesengsaraan Dunia

    dan

    Garis Finish nya pada Sakaratul Maut

    Kesimpulan :
    – Bisnis kok Bisnis penyebar Racun!!
    – Menguntungkan bagi pemilik perusahaan rokok, Merusak Generasi Masa Depan dan Umat Akhir Jaman..

    “Salah Satu Strategi Penjajah untuk membantai Masyarakat Indonesia pada kematian”

    Na’udzubillah Summa Na’udzubillah min dzaliq..

  41. bagi yang tidak bisa meninggalkan ROKOK tetaplah merokok tapi dengan cara memperhatikan kesehatan , beralihlah ke rokok herbal yg terbuat dari berbagai campuran bahan herbal terbukti mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit silakan buktikan , untuk inf lebih lanjut silakan hubungi no 0856 557 666 86 ROKOK HERBAL memang DAHSYAT

  42. Saya baru nemu tulisan ini, mohon ijin share ya. Satu lagi soal strategi kampanye itu brilliant semoga kelompok Pengendalian Tembakau Indonesia bisa menggunakan ide ini dengan baik. Salam sehat

  43. Sangat setuju. kl perlu qt mencontoh australia, yang menempelkan gambar penyakit akibat merokok di bungkus rokok.
    Merokok hanya mengganggu orang yg tidak merokok.
    Moga-moga jumlah perokok di Indonesia berkurang.
    Amiin.

  44. diawali dari diri sendiri, untuk hidup sehat tidak hanya stop merokok, akan tetapi pendidikan kesehatan dari lingkungan kluarganya, mulai dari penanaman pohon, buang sampah ditempatnya hingga merokok pada tempatnya. ini saya kemukakan karena setiap individu berbeda2 gaya hidupnya, trims artikel blog ini bisa share….

  45. Ulasan yg bagus. Tapi terkesan dari 1 sisi. Aq sih lebih bangga jika indonesia mjd negara bebas korup setelah china. Dalam hukum Islam merokok adalah makruh. Kecuali kalo ada revisi (?º°???:D=))?????????:D??????=))?????????????…

  46. Ulasan yg bagus. Tapi terkesan dari 1 sisi. Aq sih lebih bangga jika indonesia mjd negara bebas korup setelah china. Dalam hukum Islam merokok adalah makruh. Kecuali kalo ada revisi (?º°???:D=))?????????:D??????=))?????????????…

Comments are closed.