5 Alasan Kunci Kenapa 1 Juta Lulusan Sarjana Jadi Pengangguran dan Solusinya

Setiap tahun, Indonesia meluluskan lebih dari satu juta sarjana dari berbagai perguruan tinggi. Namun, kenyataannya sebagian besar dari mereka tidak langsung memperoleh pekerjaan tetap. Bahkan, jumlah pengangguran terdidik—terutama dari jenjang sarjana—terus bertambah.

Fenomena ini memunculkan ironi besar: negara yang sedang tumbuh ekonominya justru kesulitan menyerap tenaga kerja terdidik. Ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Berikut lima faktor utama penyebabnya, lengkap dengan solusi konkret yang bisa diterapkan untuk mengatasi setiap masalah tersebut.

Continue reading

Kenapa Jumlah Kelas Menengah Indonesia Anjlok Parah?

Dalam beberapa tahun terakhir, data menunjukkan jumlah kelas menengah Indonesia menurun hingga 10 juta orang. Kondisi ini mengejutkan banyak pihak karena selama dua dekade terakhir, kelas menengah justru menjadi motor pertumbuhan konsumsi nasional.

Fenomena ini bukan hanya akibat pandemi, tapi juga hasil dari kombinasi berbagai tekanan ekonomi dan struktural. Lima aspek utama berikut menjelaskan mengapa posisi kelas menengah kini goyah — bahkan sebagian turun kelas menjadi kelompok rentan miskin.

Continue reading

5 Alasan Kunci Kenapa VIDIO Jadi Streaming No 1 di Indonesia

Platform streaming Vidio kini menjadi fenomena lokal yang sukses menembus dominasi raksasa global seperti Netflix, Disney+, dan Amazon Prime. Dalam waktu singkat, Vidio berubah dari pemain kecil menjadi salah satu platform hiburan digital terbesar di Indonesia.

Kesuksesan ini bukan kebetulan. Vidio mampu membaca dengan tajam perilaku dan budaya menonton masyarakat Indonesia. Di antara banyak faktor, strategi eksklusif di dunia olahraga menjadi penggerak utama, didukung oleh empat aspek lain yang memperkuat posisinya di pasar.

Continue reading

5 Skenario Kebangkrutan KA Cepat Whoosh

Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh menjadi proyek transportasi paling ambisius dalam sejarah Indonesia. Dengan kecepatan 350 km/jam dan teknologi modern dari Tiongkok, proyek ini semula digadang sebagai simbol kemajuan bangsa.

Namun, sejak beroperasi, Whoosh menghadapi kenyataan pahit: beban utang besar, biaya operasional tinggi, dan jumlah penumpang yang belum stabil. Kerugian triliunan rupiah pun muncul di tahun pertama. Pertanyaannya, bisakah Whoosh bertahan dan jadi bisnis yang berkelanjutan? Mari kita lihat lima skenario — dari yang paling buruk hingga yang paling optimis.

Continue reading

Kenapa Pertumbuhan Indonesia Stuck di Angka 5% dan Tidak Bisa Melesat ke Angka 7%?

Selama lebih dari satu dekade, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil di kisaran 5%. Angka ini terlihat cukup baik dibanding banyak negara berkembang lain, namun di sisi lain, banyak pihak merasa kecewa.

Negara ini memiliki populasi besar, sumber daya alam melimpah, dan pasar domestik kuat — namun mengapa tidak bisa tumbuh 7–8% seperti impian banyak ekonom? Jawabannya kompleks, dan melibatkan kombinasi faktor struktural yang sudah berlangsung lama. Berikut lima penyebab utamanya.


Produktivitas yang Masih Rendah

Pertumbuhan tinggi hanya bisa dicapai bila produktivitas meningkat cepat. Sayangnya, produktivitas tenaga kerja Indonesia masih tertinggal jauh dari negara Asia Timur seperti Korea Selatan, Tiongkok, atau bahkan Malaysia.

Banyak pekerja masih berada di sektor informal dengan keterampilan rendah dan pendapatan kecil. Di sisi lain, adopsi teknologi di banyak industri masih lambat.

Continue reading

Kenapa Muncul Kebangkitan Neo Fasisme di Eropa yang Rasis dan Menolak Imigran Asing

Dalam beberapa tahun terakhir, Eropa menghadapi fenomena politik yang mengkhawatirkan: kebangkitan kembali gerakan neo-fasis yang berwajah modern, tetapi membawa ideologi lama — nasionalisme ekstrem, xenofobia, dan penolakan terhadap imigran.

Dari Italia hingga Prancis, dari Jerman hingga Swedia, partai-partai sayap kanan semakin mendapat tempat di parlemen dan di hati sebagian warga. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mari kita bahas dari lima aspek penting: ekonomi, identitas, keamanan, politik, dan media.

Continue reading

5 Sisi Kelam yang Muncul dari Istilah Budak Korporat

Istilah budak korporat makin sering terdengar, terutama di kalangan pekerja muda yang merasa terjebak dalam rutinitas tanpa arah di dunia kerja modern.

Di media sosial, istilah ini bahkan jadi semacam sindiran terhadap gaya hidup pekerja kantoran yang lelah secara fisik dan mental, tapi tak berani keluar dari sistem yang menjerat mereka.

Untuk memahami fenomena ini lebih dalam, mari kita bahas dari lima aspek: psikologis, finansial, sosial, budaya, dan eksistensial.

Continue reading