Strategi Jitu Mengantisipasi PHK

Dalam himpitan krisis global yang kian mencekam, terdengar kabar pahit yang mesti terus kita telan. Baru saja Citibank mengabarkan akan mem-PHK 50,000 karyawannya di seluruh dunia (termasuk di Indonesia tentunya). Sementara dalam skala domestik, kita mendengar ratusan perusahaan siap mem-PHK puluhan ribu karyawannya, lantaran order dari luar negeri mendadak mampet.

Oke, kantor tempat Anda bekerja sekarang mungkin masih adem ayem saja. Namun, siapa bisa menebak bahwa perusahaan tempat Anda bekerja bisa terus stabil (apalagi jika kelak memang rupiah akhirnya menembus angka 20,000 – doh !!). Karena itu, bayangkanlah skenario ini : mendadak sampeyan dipanggil bos, dan dia bilang kalau bulan depan sampeyan ndak usah masuk lagi ke kantor, lantaran pemilik perusahaan memilih menutup usahanya. Kalau sampai sampeyan dipecat, lalu anak istri mau makan apa? Makan nasi aking?

Mungkin benar kata sebagian orang, menjadi pekerja kantoran sejatinya sama beresikonya dengan melakukan wirausaha. Memang karyawan kantor bisa menerima gaji tetap yang stabil setiap bulan – namun jika mendadak Anda dipecat…..itu artinya sama dengan kehidupan finansial Anda sekonyong-konyong bangkrut dalam sekejap. Jadi strategi apa yang kira-kira kudu dipersiapkan untuk mengantisipasi datangnya PHK? Disini mungkin ada dua pilihan strategi yang bisa kita bincangkan.

Strategi yang pertama adalah ini : lakukanlah self-assessment untuk mencoba melihat seberapa kokoh portofolio kompetensi atau kualifikasi Anda. Apakah pengalaman kerja yang sudah Anda peroleh selama 2, 5 atau 7 tahun itu telah benar-benar memberikan profil kompetensi yang solid dan “marketable”. (Atau jangan-jangan, pengalaman kerja Anda selama ini benar-benar tidak punya makna apapun terhadap personal development diri Anda….wah cilaka 12 kalau begitu). Lalu, apakah portofolio kompetensi dan skills Anda itu juga mudah untuk “dijual” di perusahaan lain, atau bahkan industri lain.

Cara yang paling mudah untuk mengetes pertanyaan itu adalah begini: coba bayangkan hari ini Anda dipecat; lalu apakah Anda merasa yakin dalam waktu paling lama 3 bulan, Anda sudah bisa memperoleh pekerjaan seperti semula? Jika tidak yakin, berarti mungkin profil skills dan kualifikasi Anda masih cukup rentan. Kalau demikian, segeralah bertindak melakukan serangkaian aksi untuk memekarkan keahlian dan ketrampilan Anda. Cara paling mudah adalah melalui pekerjaan Anda saat ini. Bersikaplah proaktif; dan jika mungkin mintalah tambahan tugas baru – yang memungkinkan Anda untuk terus mengembangkan ketrampilan baru. Bersikap pula aktif untuk terlibat dalam projek-projek yang ada di kantor – sebab siapa tahu, dari rangkaian tugas dan projek itu, Anda bisa punya kesempatan bagus buat mengasah kompetensi Anda. Dan itu artinya, Anda bisa terus mengembangkan portofolio pengalaman serta “nilai jual” Anda di tengah pasar tenaga kerja yang kian kompetitif. “Nilai jual” yang bagus ini tentu saja akan sangat bermanfaat jika kelak Anda memang kejeblok kena PHK.

Strategi yang kedua mengambil pendekatan yang agak berbeda. Strategi kedua ini bertajuk begini : mumpung masih menjadi pekerja kantoran dan belum keburu di-PHK, start doing your own business right NOW. Ya, dengan masih menjadi karyawan, ada kemungkinan Anda masih bisa sedikit menyisakan tabungan (apalagi kalau gaji Anda 16 juta per bulan.). Dari uang tabungan ini, Anda tentu bisa bergerak untuk memulai sebuah bisnis secara mandiri. Tentu saja Anda mesti mencari jenis usaha yang tidak menuntut Anda untuk terjun langsung full time. Bisa juga Anda memanfaatkan atau mempekerjakan orang lain untuk menjalankan usaha Anda ini (sementara Anda bisa bertindak sebagai semacam “arranger”). Atau bisa juga Anda memanfaatkan istri untuk dijadikan business partner (why not?).

Start small, but do act NOW. Cantumkan target dalam dua tahun pertama, usaha mandiri itu bisa mendatangkan income setidaknya 50 % dari gaji pokok Anda sekarang. Dan kemudian, dalam waktu tiga atau empat tahun, bentangkan sasaran untuk memperoleh profit yang jumlahnya 100% sama dengan gaji Anda saat itu. Nah, kalau sudah begini, Anda bisa kemudian memilih : apakah tetap bekerja sambil berbisnis, atau resign untuk sepenuhnya mengelola your own business. Wah asyik juga ya kedengarannya…….

Demikianlah dua strategi ringkas yang mungkin bisa kita singgahi manakala kita berpikir untuk merespon ancaman PHK. Apapun pilihan Anda, ada satu kalimat yang mungkin layak dicengkram erat-erat dalam sekujur tubuh kita. Kalimat itu berbunyi begini : You, and ONLY YOU, who create your own future and destiny. Ya, nasib kita memang bukan ada di tangan orang lain, atau pemilik perusahaan, atau top manajemen, atau pejabat pemerintah. Nasib kita ada di tangan kita sendiri, sodara-sodara………

Note : Jika Anda ingin mendapatkan file powerpoint presentation mengenai management skills, strategy, marketing dan HR management, silakan datang KESINI.

Klik gambar di bawah untuk mendapatkan materinya secara gratis!!

Klik gambar di bawah untuk dapatkan GRATIS 7 buku yang amazing !!

34 comments on “Strategi Jitu Mengantisipasi PHK
  1. Mas Yodhia.., setelah saya baca berulang-ulang artikel diatas apa judulnya tidak lebih tepat kalau menjadi Strategi Jitu Sebelum Di PHK ? Soalnya kalau memakai judul diatas, mungkin kedua strategi yang dilontarkan anda menjadi sangat terlambat..

    Oke Mas Pratomo, judul sudah saya revisi sedikit sesuai saran sampeyan. Thanks. Yodhia.

  2. Mas artikel anda pas benar dengan kondisi saat ini jika menghadapi phk atau barangkali dapat memotivasi kita untuk bekerja lebih menantang agar kompetensi kita terasah mumpung kita masih punya pekerjaan trims inspirasinya

  3. Mas, saya belum mampu untuk menjalankan strategi yang kedua. tapi saya sudah “mengalami” strategi yang pertama. Beban pekerjaan saya cukup berat dan tidak sesuai dengan apa yang saya dapatkan. tapi kadang saya merasa ini pembelajaran dan menimba pengalaman. yah….kerja itung-itung sekolah aja deh. kemudian masalahnya: sampai kapan saya “sekolah terus?”….makasih mas.

  4. Setuja banget sama artikel nya. “Nasib kita ada di tangan kita sendiri”. Ini lah paradigma yang harus ada pada masing-masing pribadi kita sekarang, kita musti siap dengan tanggung jawab atas nasib kita. Intinya ya jgn khawatir, selalu siap, dan berani hadapi setiap perubahan keadaan…Biar selalu siap, ya strategi nya mas Yodhia di atas yg perlu kita terapkan.

    Saya lebih suka dengan strategi ke-2, dan sekarang saya udah jalan dengan strategi itu. dalam tempo 1/2 tahun income dari usaha dah setengah dari gaji. Dan jangka panjangnya emang pengen nya bisa terjun sepenuhnya di wiraswasta……Gutlak buat smua

  5. setuju!! kita memang ga bs nebak apa yg kan trjadi besok. yg ga kalah penting kt mesti percaya itu takdir Allah buat kta. tentu saja stelah wilayah ikhtiar kt optimalkan. iya ga bang Yod..?!

  6. Mas Yodhia,

    Saya senang sekali membaca opini yang selalu dikirimkan ke saya, opininya banyak sekali membantu saya menuju ke hal yang positif bahkan sebelumnya saya tidak pernah terpikirkan seperti apa yang ditulis dalam opini.

    Opini / Artikel yang barusan saya baca ini “Strategi Menghadapi PHK” sangat tepat dengan kondisi saya sekarang. Dengan membaca saya langsung introspeksi diri, saya akan menerapkan strategi yang pertama yaitu “self assesment”, sedangkan untuk strategi yang kedua “start doing our business” sudah saya jalankan. Hanya yang menjadi masalah adalah, bagaimana cara untuk melibatkan diri dalam hal-hal / proyek yang baru dalam perusahaan sedangkan bagaian/posisi saya saat ini kurang berhubungan langsung dengan proyek baru yang ada.

    salam,

  7. Setuju Pak Yodhia.

    Untuk orang kantoran memang dua elemen itu yg harus dikaji lebih dalam.

    Portfolio yg baik menghasilkan ‘perhatian’ yang baik.

    Strateginya juga mungkin mulai melirik perusahaan2x sejenis (kompetitor) hehehe.

    Mulai urus bisnis kita sendiri. Setelah sekian tahun bikin orang lain (pemilim perusahaan) kaya. Memang saatnya untuk membikin diri sendiri kaya. Setidaknya mencoba daripada diam saja sambil deg-degan melihat headline koran yg isinya ancaman PHK melulu 🙂

    Thanks artikelnya Pak Yodhia !

  8. Asslam’mualaikuk….setuju banget mas, tapi kita juga sebagai karyawan bukan jadi takut dan mulai bingung, tetapi justru mencari jalan sebisa mungkin untuk bekerja lebih baik dan menggali kembali kemampuan apa saja yang dimiliki, kalaupun perusahaan akhirnya harus memPHK kita tidak akan menjadi masalah, karena saya yakin Allah sudah mengatur semuanya, baik rezeki dan hal-hal diluar dugaan kita….ok mas cahyo salam kenal

  9. Kedua strategy tersebut memang sangat … pas untuk saat ini, tapi jangan lupa untuk selalu tawakal dan berdo’a, karena sesungguhnya Allah SWT tidak merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib mereka sendiri………….”Yes, sekedar mengingatkan” Amiiin.

  10. Salam Pak Yodhia, terima kasih masukannya.
    Kalo untuk strategi yang ke-2, saya minta masukan dari bapak untuk jenis-jenis usaha yang bisa dijalankan secara sambilan seperti yang bapak sampaikan. Misal usaha waralaba atau usaha lainnya.
    Terima kasih.

  11. Rik……bagus banget percikan api motivasinya. Kita bekerja ….jangan sampai kita terjebak kepada rutinitas yang melenakan……. Strategi pertama dan kedua sebaiknya dijalankan bersama-sama untuk meraih kesuksesan yang sebenar-benarnya. Salam Top markotop.

  12. Kalau kita akhirnya memutuskan mengambil pilihan yg kedua, menurut hemat saya, kita benar-benar harus memiliki sebuah business plan yang matang. Karena memulai suatu bisnis itu juga bukan pekerjaan yang gampang. Apalagi kalau dikerjakan dengan paroh waktu. Kalau tidak direncanakan dan dijalankan dengan penuh kehati-hatian, bisa-bisa dana tabungan kita yg dipakai untuk modal bisa ludes semua. Berpikir bahwa “kita pasti bisa” memang akan dapat memompa semangat, tapi harus tetap diiringi dengan research dan penilaian yg realistis.

  13. ….salam

    Memulai usaha sambil bekerja, bukan sesuatu yang mudah..apalagi urusan meyakinkan diri..
    Tapi siapa yang akan tahu hasilnya kalau tidak dicoba…

    Setuju mbak Eva..business plan mesti benar-benar disiapkan…

  14. Wirausaha memang sedang menjadi alternatif favorit bagi kebanyakan orang, tapi hati-hati loh tidak sedikit juga yang jatuh ke lubang kegagalan lebih dalam. ketika kita memutuskan menjadi wirausaha hal pertama yang harus kita pelajari adalah “mental wirausaha”, karena tidak sedikit banyak orang mengalami kegagalan karena mereka terlalu sibuk dengan perencanaan dan pelaksanaan. tapi ketika mendapatkan hambatan malahan kebingungan…..namun apapun keputusan anda saya yakin itu merupakan jalan yang terbaik. selamat mencoba

  15. ada strategi lain yang saya mau sharing disini yang aplicable dalam jangka waktu dekat. yaitu coba saja kirimkan CV dan foto anda ke rumah2 produksi untuk melamar menjadi bintang iklan atau pemeran pembantu. untuk iklan tidak perlu wajah yang ganteng atau cantik tapi memang sesuai kebutuhan si pembuat iklan. lumayan uangnya walau tidak banyak sih..itu juga bisa untuk penghasilan sampingan. coba saja semoga membantu.

  16. Kalau saya berfikir begini, mungkin sedikit diluar konsep artikel ini. Tidak semua orang akan bisa berwirausaha. Kalau pun bisa mendadak karena keadaan, belum tentu bisa mencukupi segala kebutuhan primer. Tapi jangan patah semangat bro… bisa2x saja nasib berkata lain. Akan tetapi perlu diingat Wiraswasta = INSTAN. Perlu perjuangan khusus dan memenuhi kriteria : 1. Modal, 2. Kita sendiri yang mempunyai Kemauan dan seorang pejuang tangguh (kalau 1/2 1/2 malahan bisa jadi keadaan makin parah), 3. Karyawan / Tim yang mendukung, 4. Jenis usaha yang cocok dengan skill kita, dan 5. Kesempatan.
    Saya mungkin punya sebuah rencana yang dramatis :
    1. Para pengusaha & pemerintah segera bersatu untuk membantu perusahaan yang akan gulung tikar / mengadakan PHK. Jangan birkan teman jatuh.
    2. Terutama perusahaan export ke luar negeri, jangan biarkan terlalu lama bergantung kepada single buyer. segera buat trobosan pemasaran yang bisa langsung ke produsen yang membutuhkan bahan export kita.
    3. Para karyawan juga berusaha keras untuk mendukung perusahaan, bekerja lebih giat dan meningkatkan motivasi diri sendiri. (bukan malahan sudah akan berpikir kalau akan siap-siap untuk “cabut” dari perusahaan tempat kita bekerja).
    Item yg saya sampaikan itu mungkin bisa ada di cerita sinetron, tapi boleh juga di coba 🙂
    Terima kasih atas kesempatannya.
    Pak yodhia, kalau ada kesematan saya mau datangkan bapak untuk seminar di tempat saya. 🙂

  17. Pak Yodhia, saya merasa tulisan ini merefleksikan kami yang menjadi karyawan sekarang ini. Kalau menggunakan strategi pertama, bila kita yang menilai diri faktor subyektivitasnya lebih kentalnya dibanding obyaktivitasnya. Apakah ada semacam “tools” untuk mengukurnya yang lebih obyektif?. Sementara dengan dengan strategi kedua, jangankan mau memulai, konsep bisnis apa yang mau dijalani saja belum ada. Bagaimana pak Yodhia, sumber2 untuk menemukan ide untuk memulai bisnis? Terima kasih sebelumnya.

  18. tulisannya mencerahkan mas

    kalau ada yang tidak ingin menjadi businessman, bisa juga dari sekarang memulai untuk mencari kerja paruh waktu untuk jaga2, memang ini akan capek sih… tapi yah namanya antisipasi, perlu pengorbanan

  19. Kata Enno El Khairity :”Ikhlas bukan sekedar bersih hati, bukan berarti pasrah dalam cobaan,juga bukan mengikuti arus air, karena air yang mengalir begitu saja belum tentu menuju tempat yang benar. Sabar, bisa jadi cara kita berlapang dada, atas musibah yang menimpa, dan memahaminya sebagai takdir yang harus dijalani sambil terus berusaha mencari pemecahannya. Ikhlas dan Sabar……, Mudah diucapkan, tetapi sulit dilakukan. Mungkin kita butuh cermin,untuk bisa Ikhlas dan Sabar.” daaaaaan untuk anda ketahui, cermin-cermin itu ada di sini, yaitu ditulisan dan komentar-komentar tentang strategi kalau di PHK, Saudaraku, Sahabat, Sobat, Dinda n Ananda ku sekalian, untuk diketahui katanya, “rahasia kebahagiaan adalah kemerdekaan, dan rahasia kemerdekaan adalah keberanian, don’t worry about tomorrow, GOD already there”, makasih ya untuk cerminnya.

  20. ya.. saya sangat setuju dengan strategi yang kedua, karena yang saya perhatikan di Indonesia usaha2 kecil itu mampu bertahan mhadapi banyak goncangan ekonomi,jadi kita tidak boleh anggap remeh. makasih mas

  21. Saya bikin resep jitu juga ah, biar seru…

    Menurut saya strategi pertama adalah melompat sebelum jembatan runtuh. Cari sgr pijakan lain yg kokoh. Klo menunggu sih gimana juga tetep basah…

    Kedua, siap2 dgn investasi yg aman. Tanah contohnya. Apes2nya beli tanah asal singkong bisa numbuh ya tetep kenyang.

    Ketiga perkaya wawasan & waspada. Meski udah jadi karyawan gaji besar sekaligus punya bisnis mapan, tetap harus memperkaya wawasan dan tdk boleh terlena. Bisnis jaman mudah & jaman sulit bisa beda jauh. Salah – salah, udah kena PHK krn krisis, bisnis yg dibangunpun kena dampak krisis juga. Namanya aja krisis global. Celaka 12 kan? Jadi waspadalah…waspadalah..

  22. Rasanya baru kemarin saya punya ide untuk membuat artikel yang berkaitan dengan strategi menghadapi PHK, lha kok mampir ke blognya Mas Yodhia ternyata sudah lebih dulu dibahas disini, hehehehe…

    *langsung sibuk buka referensi cari topik menarik yang lain*

  23. Bener banget sarannya, perlu renungkan untuk segera dilakukan. Sepertinya perlu terus melakukan essesment peluang bisnis di balik krisis global, siapa tahu bisa ketiban berkahnya krisis. Mungkin bang Yodhia bisa sharing nih cara melihat peluang dibalik krisis. Thank’s

  24. Pak Yodhia, thank sharingnya, setuju dengan strategi “start doing your own business right NOW”. Banyak teman yang menjadi karyawan sudah merasa nyaman dan aman, kebanyakan mereka menilai faktor “job security” ini adalah segalanya sehingga mereka bertahan di zona nyamannya dan lupa menyiapkan backupnya apalagi kondisi saat ini.

    Mau sharing, saya juga dulu 2003 sudah merasa nyaman dengan pekerjaan saya lalu memberanikan diri untuk berwirausaha dan meninggalkan pekerjaan saya tersebut. Hingga kini alhamdulillah bisnis berjalan lancar.

    Untuk memulai yang terpenting adalah faktor REASON, alasan apa yang membuat kita ingin memulai bisnis, lalu dari alasan tersebut, perkuat dengan BELIEVE, rasa kepercayaan kita bahwa kita dapat mewujudkannya. Kemudian DREAM, buatlah daftar impian/goal/keinginan kita dalam menjalankan bisnis dan langkah selanjutnya atur STRATEGY atau bisnis plannya, lalu lakukan plan tersebut dengan ACTION, semua berawal dari langkah kecil kita dan jangan lupa senantiasa PRAY, berdoa dan melakukan hal-hal positif disetiap langkah kita.

    Reason-Believe-Dream-Strategy-Action-Pray adalah kurikulum dari komunitas bisnis TDA (https://tangandiatas.com) yang selalu kami sosialisasikan untuk teman2 yang ingin berbisnis.

    Sehingga berbisnis bukan sekedar menciptakan “job baru” untuk diri kita sendiri…sukses yah…

  25. Yth Bpk Yodhia,

    Artikel ini terlalu “lumrah”!
    Strategi jitu mengarah ke poin untuk lebih prestatif di tempat kerja dan prepare pada wirausaha.
    Praktiknya tidak segampang yang dituliskan!

    Kenyataan, karyawan sudah “terlanjur sayang” terhadap status dan penghasilan tetap. Perlu kekuatan untuk menyingkirkan “atribut gengsi” dari sorotan lingkungan sekitar. Karena negara ini masih belum bisa melepas kacamata tentang pekerjaan terbaik dan teraman adalah karyawan. Trophy untuk wirausaha masih belum sekuat trophy untuk mental pekerja.

    Blog Cantik
    https://pyramid-online.blogspot.com

  26. Yth. P. Yodhia. pada strategi kedua, ada kalimat yang krg pas “memanfaatkan istri” konotasinya azas manfaat, ngak boleh. sebetulnya “memberdayakan istri”. memang zaman ini diperlukan saling bahu membahu dalam memikul ekonomi keluarga. kalau istri yg cerdas dgn otomatis akn cepat membaca situasi ini, pasti mengambil langkah yg pas. memang harus diakui memulai suatu bisnis perlu perencanaan yg matang, tapi sebagian orang jalan dulu, dgn perencanaan bertahap. artinya “keberanian” memulai itu yg perlu. pembelajarannya ada di dlm pengelolannya sendiri. yg perlu dicamkan hanya prinsip2 bisnis, market, sales. untuk tahap pemula kembali modal aja dulu, kembangkan lagi dan lagi….pengalaman adalah guru yg terbaik.

  27. aku adalaha angkatan pertama PHK tahun 98..alhamdulillah dengan kesabaran cari 2 peluang usaha..sampai sekarang bisa survive dan bisa menggaji 2 orang sebagai staff saya..

  28. saya sdh menjalani strategi yang 2 nya tapi yang no 2 saya tekuna tapi masih saja merasa krisis knapa ya!apa memang2 bener 2krisis dunia ini ap ya solosinya?trim!

Comments are closed.