Stress tampaknya kini telah menjadi teman yang begitu akrab dalam keseharian kehidupan kita. Ada banyak hal yang bisa menyebabkan kita tergelincir dalam kondisi stress. Mungkin lantaran beban kerja yang terus menumpuk, dan rasanya ndak pernah kunjung usai. Sudah begitu mungkin kita mesti menghadapi lingkungan kerja kantor yang tak kunjung bisa menentramkan hati.
Kita mungkin juga bisa stress lantaran kondisi keuangan keluarga yang terus terhimpit (aduh gaji ndak naik-naik, sementara ongkos hidup terus meliuk-liuk). Atau juga lantara bisnis kita stagnan, dan dagangan ndak laku sementara modal kerja sudah makin menipis. Ringkasnya, begitu banyak hal yang barangkali bisa membikin kita stress dan kepala pening nyut-nyutan.
Jangan cemas, teman. Dari sejumlah wacana mengenai stress management, terdapat sejumlah siasat dan tema yang bisa kita pahami untuk bisa mengelola stress dengan ampuh. Disini kita hendak mengungkap mengenai tiga elemen kunci yang amat berpengaruh terhadap derajat kekuatan mental kita dalam menahan tekanan hidup yang datang silih berganti.
Aspek yang pertama adalah your PERCEPTION. Pada akhirnya stress sungguh amat tergantung pada persepsi dan cara pandang kita menatap fakta hidup di sekeliling kita. Dua orang mungkin bisa menemui masalah yang persis serupa, namun persepsi dua orang itu atas masalah itu bisa berbeda sama sekali. Disini terkuak bahwa individu yang cenderung memiliki persepsi atau pola pikir yang negatif (atau selalu menatap sebuah problem dari kacamata yang penuh dengan pesismisme dan “buram”) cenderung akan mudah tergelincir dalam genangan stress yang meruap-ruap.
Sebaliknya, individu yang selalu dibekali dengan positive mindset, yang selalu bisa melihat setitik asa dibalik segunung dilema, cenderung tidak mudah terkena stress. Persepsi mereka atas sebuah masalah selalu berfokus pada solusi dan berorientasi masa depan; dan ini membuat mereka senantiasa bisa mengelak dari beban stress yang berkepanjangan. Lalu bagaimana cara membangun persepsi yang positif? Anda bisa menemukan jawabannya disini.
Aspek yang kedua adalah your LOCUS of CONTROL. Individu dengan dengan “internal locus of control” percaya bahwa mereka paling bertanggungjawab dalam mengendalikan nasib mereka – bukan pihak/orang lain. Sebaliknya, individu dengan “external locus of control” percaya bahwa nasib mereka lebih ditentukan dan dikendalikan oleh kekuatan dari luar; oleh bos mereka, atau oleh “manajemen perusahaan”, atau oleh “kebijakan pemerintah” (duh).
Dari sejumlah penyelidikan, terbukti bahwa orang yang memiliki external locus of control cenderung mudah “menyerah” pada tekanan hidup; mentalnya rapuh, pasif, serta jarang memiliki kegigihan untuk memperbaiki jalan kehidupannya. Orang seperti ini biasanya gampang terkena stress. Sebaliknya, orang yang memiliki internal locus of control cenderung memiliki keyakinan kuat pada dirinya sendiri, dan tidak mudah tergelincir dalam stress.
Aspek terakhir dan paling penting dalam menjaga ketenangan hati adalah your SPIRITUALITY LEVEL. Kapan terakhir kali Anda bangun ditengah malam untuk merajut sebuah perjumpaan yang intens dengan Sang Kekasih Hati; dan kemudian tenggelam dalam rintihan doa yang menghanyutkan? Kapan terakhir kali Anda bangun di keheningan fajar, membasuh muka, dan lalu berjalan menuju Mesjid untuk menegakkan sholat Subuh berjamaah?
Individu yang selalu mendedahkan raga dan batinnya dengan Sang Pencipta tentu saja akan selalu dibasuh oleh jalan hidup yang menentramkan. Aura ketenangan hati selalu menyeruak, dan stress barangkali akan sukar hinggap didalamnya.
Sebaliknya, individu yang kian jauh dengan Sang Pencipta, yang berbondong ke Mesjid hanya seminggu sekali, yang pergi ke Gereja hanya setahun sekali, atau yang tidak pernah bersembahyang secara khusuk dalam keheningan Pagoda dan Kuil, cenderung akan mudah tergelincir dalam kegelisahan hati yang berkelindan. Disini ketenangan hidup yang hakiki nyaris tak pernah kunjung tergenggam.
Demikianlah tiga tema kunci yang mungkin perlu kita pahami dalam proses meraih hidup yang bebas dari kegelisahan dan kegundahan hati. Persepsi yang positif dan raca percaya diri untuk terus berikhitar mengendalikan jalan hidup adalah dua tindakan esensial yang perlu dilakoni. Dan kemudian genapkan semuanya dengan terus merajut perbincangan yang intim dengan Sang Kekasih Hati.
Dari situlah kita barangkali akan terus bisa singgah dalam jalan kehidupan yang penuh makna dan sungguh menentramkan.
Note: Jika Anda ingin mendapatkan kaos Facebook, kaos Manchester United dan kaos keren lainnya, silakan KLIK DISINI.
Photo Credit by James Jordan @Flickr.com
good artikel
Hati dan jiwa yang tenteram akan senantiasa hidup dengan penuh keberlimpahan….amiiin.
Bagus pak Yodhia, sangat ilmiah sekaligus ada muatan dakwah. Firman Allah, “Katakanlah meskipun hanya 1 ayat”. Dan Allah menyukai Jiwa-jiwa yang tenang.
keren mas yodh, seharusnya, sebagai muslim memng begitu, tp kebanyakan kita mencari solusi lain… mesjid sepi.. dan hatipun mati… tq..
Bahasan yang menarik, Mas. Saya sepakat dengan poin nomor dua, karena masih banyak ditemui orang yang lebih suka menyalahkan keadaan tanpa berusaha mengambil inisiatif untuk memegang penuh kendali, memfokuskan pikiran dan perbuatan untuk mencapai apa yang diinginkannya.
luar biasa, sangat inspiratif Pak…
memang yang namanya masalah itu pasti ada dalam kehidupan, namun seperti kata Allah bahwa orang mu’min itu pasti akan selalu baik keadaanya karena kalau diberi kesenangan dia bersyukur dan kalau ditimpa musibah dia sabar, InsyAllah kalau mindset-nya kayak gitu gak bakal kena stress deh…
Salam,
Bener sekali mas, dijaman sekarang ini memang banyak tantangan hidup, terlibih lg di kota besar orang cepat sekali terkena stress….
terimakasih atas artikel yang bagus ini, pak yodhia…
untuk kebaikkan kualitas hidup yang lebih kokoh….
terimakasih mas yodhia…
yah, kalo sampe stress berkepanjangan, bisa kena sakit.. tipus tuh,, kaya’ kemaren saya sakit 4 hari sampe tepar 😀
terima kasih mas, bagus untuk berkaca diri..
inspiratif, mas… dan saya juga lagi belajar : “rentangkan tangan, luaskan hati, bukalah pikiran”
alhamdulillah …sy salut pada content di blog anda.sy terbantu dgn pencerahan anda dan mulai agak tenang skrg,trnyata materi bukan solusi yg hakiki..trims
Wah luar bisa artikelnya. Stress akdang-kadang tidak terasa, tahu-tahu sudah parah. Kalau kita sadar atas stress, artikel ini bagus agar kita bisa mengelola stress agar hidup kita tenag dan tentram.
Salam Kenal
Artikel yang menentramkan pak, berguna sekali untuk mahasiswa seperti saya. 🙂
Tulisan yang sangat menentramkan
ditengah situasi yang tak mementu saat ini.
Thanks mas..
Salam
salam blogger,
tulisan2 yang bagus mas, banyak motivasi dan tips2 untuk introspeksi diri.
terima kasih, sangat2 berguna di tengah2 sikon seperti sekarang ini…
Saya sangat salut sekali dengan blog ini,yang mampu mengulas tuntas bagaimana menghadapi stres,hebat luar biasa,tapi kalau stres yang berkepanjangan bagaimana dong solusinya,kata orang bijak stres itu menjelang belum ada solusi jalan keluarnya,oke mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang gampang stres.
poin nomer 3 yg selama ini terlupakan, justru itu yg esensial 😀
Saya setuju dengan mas danang. Dulu (entah kapan) orang desa identik dengan masyarakat religius sebaliknya orang kota identik dengan golongan materialistis. Sehingga sering orang desa lebih “kebal” terhadap stress.
Namun sekarang kesadaran beragama masyarakat urban mulai muncul dan tampaknya grafik masih akan terus naik. Karena saya menengarai yang tampak saat ini baru kecambah.
stress biasanya karena tidak cukup bersabar dalam mencari dan mendapatkan solusi, biar bisa bersabar yah dengan poin2 di atas
Aslm..
Artikel yg bagus,
sy lebih tertarik poin ke 2 walaupun ketiganya sangat penting, bgmn jika kita punya internal locus… Maka kita pnya keyakinan kuat trhd diri sndiri, asalkan tidak menjadi sombong, salam kenal.
Sangat inspiratif artikelnya, yang penting memang focus dan control..a untuk bisa melakukan semua itu terpulang kepada spiritual level kita. Ya kembali kepadaNya…salam,
Ya.. Sangat Mencerahkan..
terima kasih pak…mencerahkan…
terima kasih mas yodhia,.. mas yodhia inspiring banget..
untung sy termasuk internal locus of control ^^
Wah, bahasan yang sangat menarik mas. Jadi kita bisa mengukur diri kemampuan manajemen stress dari 3 hal: a)persepsi diri b)locus of control c)spiritual behavior. Wah asyik juga ya kalau ada seminar yang membahas tiga hal ini. Kayaknya seru dengan role play dan studi kasus. Ada game-game yang membahas ttg interaksi 3 hal ini.Wah seru mas.
Sangat inspiratif, seperti biasanya mas Yodhia. Saya suka sekali dengan artikel ini. Saya juga jadi terbangun kreativitasnya untuk menggarap masalah ini. Terima kasih ,Mas.
wah good artikel, bersyukur salah satu kunci untuk mengurangi stess and jagan lupa selalu mendekatkan diri kepada Tuhan
Solusi yg sangat tepat untuk kondisi spiritualku saat ini… makasih mas Yodhia
Artikel bagus… saya setuju aja. Kalau saya sih pake resep lama (sejak jaman para nabi kali?) untuk mengelola stress, yaitu Ihlas dan Tawakal..
Terimakasih mas….
excelent . Good article mas yodi
ketenangan batin merupakan kunci menghilangkan stress, tetepi iman dan taqwa adalah senjata untuk mengusir pikiran negatif dan stress.
ketenangan adalah sumber jiwa yang sempurna,, di mana ada ketenangan di situlah keinginan damai hati kan terwujud
wah…bagus sekali artikelnya…tulisannya begitu menyentuh…
aku sukA BACA YANG ANDA TULIS
Stress timbul karena kita terlalu memaksakan sesuatu kegiatan yang berada diluar jangkauan kita. Cara yang terbaik menghilangkan stress adalah tawakal kepada Allah..apabila kita telah mengerjakan sesuatu kerjakanlah dengan sungguh-sungguh, dan kepadaNya kita berharap.
nice article…
bnr”bgz artikelnya Mas.. Makasih y.. Tp klu blh curhat,q kdg msh sgt brt nglakuin poin”diataz g’cm 1 tp semua.. kdg q bs jd org yg plg optmiz tp kdg q jg sgt”pesimis.. aq msh ketergntungn ma org læn bnr”brgntg,q g’bs sendri tp kdg q ngrasa pngen sll sndri.. Nilai keimananq jelek bgtz.. q bnr”pngen tobat tp q msh klh ma godaanx.. aq bnr menyedìhkan y.. I’m really really bad..
Bahasan yang cukup menarik” saya setuju dengan tiga cara diatas.Salah satunya internal locus of control’ inilah yang banyak diterapkan dinegara2 barat yang maju, mereka dirancang dari sejak kecil untuk bisa menerima takdir mereka agar dapat menghadapi problem hidup mereka namun tetap care terhadap kehidupan disekitar mereka.
Good articel,-
ma’af sobat mengganggu nich…ada pengumuman tentang kontes seo. yu’ ikut meramaikan, terimakasih :D326
http:www dot indositehost.com/kontes-seo.php
entah kenapa saya menangis membaca tulisan mas yodh….mungkin saat ini saya sedang tersindir dengan point LOA….saya takut..bhwasanya semua negative things around me ,pengaruhi saya untuk berperlaku negative….
Andai semua orang membaca dan memahami artikel ini, sungguh ketenangan itu menjadi milik bersama. Tapi dunia jadi gak rame kali ya….yang paling bikin rame kan sekumpulan orang-orang yg pada stress.
Nice post here, Sangat inspiratif sekali
Terima Kasih…Dengan Ini Semua,Kehidupan akan Menjadi Lebih Baik..kembali pada jalur yang semestinya…Semoga Diberkahi..
apakah sprituality merupakan jalan tengah dari kedua aspek tersebut (PERCEPTION dan LOCUS of CONTROl)?
Jika demikian, mengapa spirituality tidak digandrungi oleh orang kebanyakan? ataukah karena ada kata seandainya??
Terima kasih pak Yodhia. Artikelnya sangat membantu saya.
Artikel anda sangat membantu saya, terima kasih banyak pak. Untuk anda mengulas topik ini
semoga pembaca anda lainnya juga merasakan manfaatnya dan stress pun bengangsur – angsur menghilang..
bagus sekali penjelasannya.. membuka mata hati dan pikiran saya yg lagi stress..
aku termasuk external locus of control jadi mudah sterss.. penyebab nya adalah dominasi orang tua yg masih sangat besar dalam proses pengambilan keputusan hidup saya.. ( maklmum sih saya cewe )
walaupun umur saya sudah lebih dari 30 thn.. apalagi kadang keinginan saya berbeda dgn orang tua yang menimbulkan petentangan..
walaupun saya tau kenapa orang tua saya bersikap seperti itu karna dia waktu kecil katanya ga terlalu diurus orang tua ( org tua kurg peduli pada mereka katanya) jadi mereka melampiaskan ke saya agar tidak spt mereka, jadi terlalu protektif..
hufft.. susah..
bagaimana agar bisa menjadi pribadi yg internal locus of control?
terima kasih sebelumnya..
ya penting ikhlas aja dalam menjalanin kehidupan ini.
artikel ini sangat bagus dan dapat membangun orang yang sedang strees.trims
apalagi ditempat yang terbuka,pikiran jadi tenang dan damai.
Musik juga bisa digunakan sebagai media untuk mengatasi stres