Human Capital : Sepenggal Dongeng tentang John Lennon dan Bill Gates

Siapa yang tak kenal mendiang John Lennon? Musisi jenius ini dikenal sebagai salah satu seniman terbesar abad 20. Bersama tiga sobatnya, Paul Mc Cartney, Ringo Starr dan George Harrison, ia membangun the Beatles sebagai grup musik paling legendaris di dunia, dan juga salah satu band terkaya di muka bumi. Lewat kecerdasannya, ia meracik lagu-lagu abadi semacam Come Together dan Imagine. Tak heran, jutaan orang menangisi kepergiannya yang tragis di tahun 1980, 8 Desember, tepat jam 10.50 malam ketika empat peluru revolver menembus tubuhnya.

Lalu, siapa pula yang tidak kenal Bill Gates? Banyak orang mengenalnya sebagai brilliant man yang pada usia 25 tahun nekad drop out dari Harvard University; dan memutuskan untuk membangun perusahaan yang kelak kita kenal sebagai salah satu most valuable company on earth, Microsoft. Pria visioner ini juga acap diakui sebagai salah satu arsitek utama dibalik kemajuan industri teknologi informasi global. Dan pasti, Bill Gates juga banyak dikenal sebagai orang terkaya di dunia dengan total kekayaan lebih dari lima ratus trilyun rupiah.

Lalu, apa hubungan Bill “Microsoft” Gates dan John “the Beatles’” Lennon? Lelaki dari kota Seattle dan Liverpool ini disebut disini karena keduanya mewakili sebuah tema yang kini makin terasa penting: yakni tentang apa itu makna sebenarnya dari human capital atau modal insani. Tak pelak kedua orang itu menunjukkan contoh yang paling jitu, bahwa human capital atau modal manusia-lah yang pada akhirnya akan menentukan kemajuan peradaban dan kebudayaan; bukan aset fisik, kecanggihan teknologi, modal finansial ataupun strategi branding yang heroik. Keduanya juga memberikan ilustrasi betapa jika dikelola dengan brilian, potensi dan kekuatan human capital akan mampu memberikan value added yang bersifat dramatik, dan mampu memicu tumbuhnya sebuah kekuatan bisnis dalam skala yang masif.

Microsoft mungkin tak akan sedahsyat sekarang jika ia tidak dikendalikan oleh kejeniusan seorang Bill Gates. Demikian pula tanpa talenta John Lennon, grup band the Beatles barangkali tak akan pernah dikenang oleh jutaan manusia di muka bumi hingga hari ini. Kisah diatas dengan kata lain menegaskan arti penting dari konsep human capital : yakni bahwa modal kapabilitas, ketrampilan dan kecerdasan sumber daya manusia merupakan elemen fundamental bagi kejayaan sebuah organisasi — entah organisasi itu berupa perusahaan global atau sebuah grup band musik.

Pertanyaannya kini adalah : apa yang mesti dilakukan agar kita bisa mereproduksi sumber daya manusia sekelas Bill Gates atau John Lennon?

Note : Jika Anda ingin mendapatkan file powerpoint presentation mengenai management skills, strategy, marketing dan HR management, silakan datang KESINI.

Klik gambar untuk akses free KPI software !!

Klik gambar untuk akses free KPI software.

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

18 thoughts on “Human Capital : Sepenggal Dongeng tentang John Lennon dan Bill Gates”

  1. Ini bisa jadi diksusi panjang yang tiada habisnya.
    Ada dua hal yang bisa membuat hebat seseorang. Pertama, nurture, yang berkaitan sama keturunan dan melekat dalam diri seseorang. Orangtua dengan kecerdasan rendah kecil kemungkinannya melahirkan anak cerdas.

    Kedua, nature, lingkungan yang lekat dalam perjalanan hidup seseorang. Anak rajawali kalau dierami ayam, dan dari lahir hingga gede diasuh ayam, ia memiliki kecenderungan bertingkahpolah seperti ayam. Keperkasaaanya tertekan oleh lingkungan.

    Maka, sambil mencerdaskan sdm (lewat perbaikan gizi, dan upaya lain) agar bisa melahirkan anak cerdas, yang utama diperhatikan adalah lingkungan (alias pendidikan). Orang terkaya di dunia (Bill Gates) bukanlah orang yang pintar secara akademik. Orang seperti Bill Gates mampu mengolah dan mempraktikkan otak kanan dan kiri sebaik mungkin. Sekolah mengajarkan cara berpikir rasional, terstruktur, (otak kiri) tetapi sekaligus tidak mengajarkan sama sekali mengenai intuisi serta softskills (people skills). Softskills akhirnya dipelajari dari kampus jalanan.

    Jadi menurut saya, selama pendidikan kita masih seperti sekarang, berupa olah otak, selama itu pula akan sulit lahir orang hebat non akademis. Jadi, apa boleh buat, orang tua mesti mengambilalih pendidikan non akademis sebaik mungkin

  2. Kunci orang-orang hebat adalah :

    1. Dilecut dan diganggu (diteror) oleh suatu obsesi. Bill Gates sendiri mengaku sejak muda setiap saat ada jutaan pikiran tentang inovasi pemrograman & komputer yang terus menerus menari di kepalanya tanpa bisa berhenti. John Lennnon dihantui masa kecil & muda yang kelam dan penuh trauma terhadap penolakan, kebencian lingkungan dan kemiskinan.

    2. Hanya bisa mengerjakan satu hal, tidak punya pilihan lain untuk bertahan hidup selain menekuni modal satu-satunya itu. Bill Gates mungkin enggak ngerti bisnis, tapi dia super jenius dalam pemrograman. John Lennon cuma bisa main Rock’n Roll (dia benci Jazz) dan suaranya sengau, maka dia konsentrasi pada penciptaan lirik yang bermakna dalam.

    3. Tekun, cinta mati pada apa yang dilakukan dan menularkan virus gairah kepada lingkungannya. Bill Gates dan John Lennon menganggap apa yang mereka lakukan adalah hal terpenting bagi dunia, maka wajar bila semangat mereka membludak dan meluap meskipun orang-orang di sekitarnya menganggap terlalu berlebihan. Semangat inilah yang menghasilkan orang-orang EKSENTRIK dan JENIUS, yang pada akhirnya mengubah visi mereka menjadi MAGNET dahsyat yang menarik setiap komponen terbaik agar melengkapi kekurangan mereka. Bill Gates punya Ballmer dan John Lennon punya Paul McCartney.

    Sisanya, sejarahlah yang menentukan siapa yang pantas jadi legenda dan icon. Gates dan Lennon tidak pernah menyangka akan sebesar apa mereka di mata dunia karena mereka sama sekali tidak peduli. Buat Gates, yang terpenting adalah inovasi IT bisa merevolusi cara orang modern hidup, sedangkan Lennon hanya berharap dengan Rock’n Roll ia bisa membuat orang lebih mencintai perdamaian.

    Btw, Mas Yodhia ini ternyata fans John Lennon ya…hahaha, silahkan bergabung ke milis indobeatles@yahoogroups.com untuk sharing dengan sesama pecinta John Lennon & The Beatles.

    All You Need Is Love!!!

  3. 1) Thanks pak Nukman. Bicara mengenai nurture, ternyata gen setiap ras berbeda-beda tingkat kecerdasannya (misalnya terbukti, dari ribuan kali tes IQ, orang Negro cenderung berada pada peringkat bawah, dibanding misalnya, ras Asia). Watson, bapak DNA itu, baru bulan lalu menyebutkan fakta empiris itu — sebuah fakta yang amat sensitif, dan akibatnya, dia langsung “dikucilkan” (hari ini Liek Wilarjo membahas tema ini di harian Kompas).

    2) Anggun Himawan….. wuih….analisa anda amat exploratif, dan mencerahkan !!

  4. Kalo bakat, karakter, dan luck nyaris gak bisa diapa-apain. Tapi kalo mau dikendalikan saya masih percaya caranya lewat pendidikan (walopun Bill Gates sendiri adalah produk DO dari Harvard). Pendidikan superior punya kesempatan luas untuk menghasilkan manusia superior.

    Ambil contoh negara tetangga yang pernah berguru sama kita (saya nggak bilang mereka lebih superior – masih tengsin mengakuinya πŸ™‚ ) Sekarang kita yang mesti berguru sama mereka. Sekarang kita yang ekspor human capital mulai dari yang berkualitas sampe yang kurang berkualitas ke sono.

    Atau gimana kalo kita perbanyak saja kawin silang antar ras, terutama sama bule. Hehehe…

  5. Bagaimana kalau kita gunakan bbrp elemen sederhana ini :

    Courage + Imagination + Hard work + God Bless

    Courage penting untuk mewujudkan setiap ide / impian / ambisi / atau tujuan apapun yang ingin kita capai meskipun mungkin pada awalnya kita akan dianggap gila dan diremehkan …. if we have courage who cares about other people said — just do it bro

    Imagination, hampir semua orang jenius menggunakan imagimasinya untuk menciptakan hal – hal hebat yang kita nikmati sekarang. makanya orang – orang jenius sering dianggap gila karena keseringan berimajinasi πŸ˜€

    Hard Work, tentu saja tanpa kerja keras sebuah ide terbaik pun tidak akan terwujud.

    God bless, ini adalah elemen terpenting, karena segala sesuatu yang kita miliki adalah pemberianNya.

  6. Bagaimana dengan faktor ‘X’, kalo kata orang “kuno”.. orang pinter kalahnya dgn orang beruntung… dan juga dgn faktor spiritual aka. ketuhanan-keagamaan? Berdoa misalnya?

    Btw:
    Sebenarnya ‘roh’ The Beatles.. yang menjadikan lagu-lagunya dikenang sepanjang jaman.. dari mulai ayah saya berambut gondrong sampai punya anak saya.. bukanlah John Lennon semata.. tapi kekuatan itu ada pada si Paul Mc Cartney. Meskipun pada akhirnya The Beatles tdk sedang memperjuangkan apa2.. kecuali hedonisme-nya budaya Pop, ke-glamoran seorang bintang. Berbeda dgn Bob Marley yg berjuang menentang slavery – equal rights.

  7. Gary S. Becker pun menyatakan bahwa sekarang ini adalah the age of human capital. Indonesia punya potensi besar untuk hal ini, hanya saja masih berupa kuantitas, belum kualitas.
    Kalau masalah apa yang harus dilakukan… Ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam mereproduksi human capital tersebut, tapi yang paling terutama namun justru kini cenderung terpinggirkan adalah PENDIDIKAN.

  8. Itu sudah takdir dari langit bos. Semua orang sukses sudah ditakdirkan begitu. Even orang Suci!
    Terdengar pasif, but that is the truth.

  9. mau menambahkan sedikit nih pak tentang
    “kekuatan human capital akan mampu memberikan value added yang bersifat dramatik, dan mampu memicu tumbuhnya sebuah kekuatan ”
    yg saya tambahin yaitu willpower ato gampangnya commitment yg merupakan salah satu dari lima modal utama Entrepreneur.

    apa yang mesti dilakukan agar kita bisa mereproduksi sumber daya manusia sekelas Bill Gates atau John Lennon?

    tentang hal ini, saya perpandangan kita harus memiliki modal entrepreneur sejati (5 hal), dan memulai untuk start learning dan stop schooling …yg artinya pembenahan mindset kita.

    dan dalam hal teknik tentu jangan lah kita melihat bagaimana tekniknya tapi ciptakan own technical sumber daya manusia yg sekelas ato pun tidak sekelas(tentu dengan pandangan masing2) dan yang terpenting kita harus beyond..
    oh ya satu lagi jangan lupa baca2
    https://road-entrepreneur.com

  10. @nukman
    soal keturunan yg berkaitan dengan keberhasilan atau nature itu kurang mendukung paking tidak contoh nyatanya T.A Edison “99% usaha & 1% bakat”

    soal org hebat non akademis memang Indonesia masing kekurangan, singkatnya org2 seperti Bob Sadino, ato pemilik Primagama grup (maav lupa namanya πŸ™‚ ) masih sedikit karna terlalu lamanya kita terbelenggu hidup di jaman feodal belanda jadi yah mentalnya juga banyakan mental feodal yg berupaya cari kerja & cari ijazah bukannya bikin kerjaan dan cari ilmu serta di monetize ato dimanfaatkan ditambah lagi lingkungan kita masih menganggap org yang berijazah lebih tinggi dibanding yg tak berijazah …seperti saran saya diatas coba kita start learning & stop schooling

    https://road-entrepreneur.com

  11. Ada sesuatu yang menendang hati, bila melihat “success story” pastilah ada “di sana”. Dan “di sini” yang tersisa hanyalah cerita miris para pelengkap penderita. Bill Gates, John Lennon, Trump, ya mereka memang sukses. Tapi jangan lupa, banyak juga anak bangsa yang berjuang ke arah sana (seperti yang ditulis Mas Arham). Plus sejumlah komunitas solutif yang dibentuk, namun semua nyaris tanpa publikasi. Mungkin bagi kita, Bad news is good news :).
    Sukses buat “senin-kamis”nya mas.

    Tabik,
    Yaser

  12. Thanks Yaser. Sebenarnya nama Gates dan Lennon disini dipakai lebih sebagai ilustrasi….dan esensi yang ingin dihamparkan adalah ini : bahwa kita mesti terus berikhtiar untuk membangun manusia-manusia unggul. Unggul disini tentu juga tak mesti harus orang asing, karena kita juga pernah punya Pramudya, Hatta, Yayuk Basoeki, dll.

  13. Menurut saya, artikel diatas itu tidak jelas mau dibawa kemana arahnya. Paling tidak, saya masih sedikit paham.
    ada satu komentar yang mengatakan pendidikan adalah kunci. bukan itu. pendidikan pada akhirnya cuma belenggu imajinasi. para jenius banyak yang gagal di sekolah.
    saya kurang tahu mengenai gates, tapi saya cukup tahu lennon. kebesaran beatles terbangun dari chemistry empat orang berlatar kehidupan berbeda meski dari satu kota, liverpool. lennon penggemar rock n roll (tapi saya tidak yakin lennon benci jazz karena nobody loves you-nya bluesy dan agak ngejazz dan ia berteman dengan miles davis seperti yang ada di film give me the truth), macca yang multi instrumentalis dari keluarga musisi, harrison yang misterius dengan solo gitar indah dan mudah diikuti dan starr dengan skill drum yang unik dan permainannya tidak mudah diikuti walau banyak pemain drum dengan skill lebih baik dari starr mampu bermain seunik starr.
    saya tidak setuju dengan pendapat Anggun lennon hanya bisa main rock n roll dan bersuara sengau. latar belakang the beatles sebagai band pub mendorong lennon untuk bernyanyi dengan berteriak, tetapi ia memiliki suara yang bagus terutama kalau mau mendengar karya psychedelic mereka seperti strawberry fields forever (lebih baik dengar versi anthology 2). lirik mendalam lennon keluar bukan karena alasan2 yang anggun berikan tetapi karena perkenalan dengan narkoba membuka perspektif mereka dengan lebih luas dan mendalam.
    yang saya tahu keberhasilan seorang lennon adalah orang yang pantang menyerah, terbuka akan ide baru, mendorong batas2 yang ada sejauh mungkin, imajinatif.
    bayangkan khan gimana otak kanan kita mau optimal kalau sekolah/kuliah hanya belenggu imajinasi?

  14. salam kenal Pak…

    saya mau tanya,..
    dlm perkembangan sekarang ini,..
    apakah human capital disclosure suatu perusahaan telah sama dengan praktek manajemen yg sesungguhnya terjadi dalam perusahaan tersebut..???
    sebab seringkali ketika diungkapakan,..bla..bla..yang baik2..tpi pd kenyataannya masi ada saja demo2 di perusahaan tsb.
    thx

  15. Mas Yodhia,

    Kini organisasi melakukan perubahan nama, dari departemen Human Resource menjadi Departemen Human Capital. Dalam masyarakat jawa, yang saya ketahui, perubahan nama merupakan awal untuk melakukan perubahan-perubahan lainnya yang ditujukan untuk kebaikan.

    Namun demikian, kadang esensi Human Capital, sebagaimana yang disampaikan dalam tulisan ini (modal kapabilitas, ketrampilan dan kecerdasan sumber daya manusia merupakan elemen fundamental bagi kejayaan sebuah organisasi), belum dipahami dengan benar oleh para pemangku tugas di Departemen Human Capital.

    Kepahaman yang baik akan esensi Human Capital akan memberikan kejelasan dan kekuatan dalam pengelolaan manusia di dalam organisasi tersebut sehingga menghasilkan keunggulan kompetitif.

    Salam, MasNovanJogja

Comments are closed.