Ada dua langkah simpel yang ternyata berdampak amat powerful bagi kekuatan otak kita. Dua kiat ini adalah : 1) hindari begadang dan kurang tidur serta 2) hindari aneka junk food dan junk drinks.
Arianna Hufington dalam bukunya yang bertajuk The Sleep Revolution: Transforming Your Life, One Night at a Time (2017) menuliskan beragam hasil studi tentang efek tidur bagi kesehatan tubuh dan pikiran kita. Salah satunya adalah kekurangan waktu tidur yang berkualitas benar-benar akan melemahkan kekuatan fokus dan rentang atensi yang kita miliki.
Dalam mempersiapkan presentasi bisnis tentu Anda mesti membuat desain slide presentasi yang menarik. Namun, sesungguhnya hal itu tidak saja berlaku bagi presentasi bisnis, tetapi juga berlaku bagi presentasi di kampus atau acara penting lainnya.
Mengapa Anda perlu menyiapkan slide presentasi bisnis yang menarik ?
Hal ini karena jika Anda menampilkan slide presentasi bisnis yang menarik yang menghadirkan keindahan, maka slide presentasi Anda akan memunculkan kegembiraan bagi audiens Anda. Kegembiraan tersebut menjadi pemantik dalam mengubah perilaku audiens Anda (Andy Sukma Lubis, 2019).
Dengan kegembiraan yang ada pada audiens Anda, maka audiens Anda dengan mudah tergerak untuk mengikuti apa yang Anda sampaikan. Sehingga, audiens Anda mudah menerima materi ide bisnis yang Anda utarakan.
Untuk membuat slide presentasi bisnis yang menarik tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu Anda lakukan.
Salah satu cara mudah untuk mengembangkan kecakapan delayed gratification skills ternyata terdiri dari ritual yang amat simpel, yakni selalu gerakkan tubuh Anda (always move your body).
Stud-studi tentang human performance menunjukkan modal utama agar kita mampu menjalankan delayed gratification skills (kecakapan menunda kesenangan demi sukses hari esok), serta mampu mempraktekan kekuatan fokus dan rentang atensi yang panjang adalah apa yang disebut sebagai “willpower” (kekuatan tekad). Kita akan mampu menunda kesenangan, mampu menjaga kekuatan fokus, dan mampu memperpanjang rentang atensi kita, jika kita memiliki cadangan willpower yang melimpah dalam diri kita.
Profesor Roy Baumeister dalam buku yang ia tulis dengan judul Willpower (Baumeister, 2011), menyebutkan saat kita memiliki cadangan willpower yang melimpah, maka otomatis kita akan lebih mampu menahan diri dari godaan instant gratification, dan juga akan lebih mudah membangun fokus yang mendalam serta rentang atensi yang panjang. Jadi memiliki cadangan willpower yang memadai ini merupakan bekal kunci agar kita bisa makin bisa mengembangkan kecakapan delayed gratification skills, kekuatan fokus dan daya rentang atensi kita.
Sejumlah orang acap mengeluh kenapa kemampuan otaknya berasa makin lemot, atau bahkan stuck. Ibarat hape yang kepenuhan beban dan kinerjanya makin lemot, orang ini merasakan hal yang sama. Otaknya terasa makin lelah dan capek karena kepenuhan beban.
Kenapa bisa seperti itu? Kenapa otak kita makin lelah dan berasa kian lemot?
Salah satu penyebabnya adalah apa yang dikenal dengan sebutan “Decision Fatigue”. Ini adalah istilah yang merujuk pada kondisi saat otak atau pikiran kita mengalami kelelahan akut karena terlalu banyak hal yang harus diputuskan.
Decision fatigue terjadi karena terlalu banyak keputusan yang mesti kita pikirkan dan kita pilih.
Ya, kenapa banyak orang India yang jadi CEO perusahaan rakasasa dunia? Kita tahu, Google, Microsoft dan IBM adalah tiga perusahaan teknologi kelas dewa; dan semuanya memiliki CEO orang India.
Secara spesifik berikut beberapa sampel orang India nehi-nehi yang menjadi CEO dari sejumlah perusahaan raksasa dunia.
Bagaimana cara sukses dan survive di era yang katanya serba modern ini? Ternyata ada dua cara kuno yang usianya ribuan tahun, dan efektif untuk menaklukkan tantangan kehidupan digital di era modern ini. Apa saja dua cara klasik yang powerful ini? Mari kita telisik dalam sajian pagi ini, sambil ditemani sarapan nasi uduk.
Pertama-tama harus dipahami : agar sukses di era modern ini, kita kudu memiliki kekuatan fokus dan rentang atensi yang panjang. Rentang atensi maksudnya adalah kita punya kemampuan untuk menekuni sebuah action secara mendalam dan atensi yang panjang. Tanpa kekuatan fokus dan attention span yang panjang, maka kita akan mudah menyerah dalam perjuangan melakukan action. Tanpa kemampuan attention span yang prima, kita akan gagal melakukan action secara KONSISTEN.
Lalu bagaimana cara menumbuhkan kekuatan fokus dan rentang atensi kita, agar mampu membantu kita menjalani sesuatu dengan tekun dan konsisten? Kita bisa menumbuhkannya dengan latihan menguatkan otot fokus dan rentang atensi kita (attention muscle).
Seperti halnya kerja otot manusia, fokus dan rentang atensi itu ternyata punya pola kerja yang mirip. Jika tidak pernah dilatih maka otomatis fungsinya akan makin melemah. Sialnya, selama ini otot fokus dan rentang atensi kita malah dilatih oleh layar smartphone untuk hanya fokus pada hal-hal yang super pendek dan dangkal. Otomatis kekuatan otot fokus dan rentang atensi kita juga akan makin pendek dan melemah.
Ya benar, dalam beberapa dekade mendatang, Jepang dan Korea Selatan akan kehilangan 50% penduduknya. Jumlah penduduk mereka akan anjlok hingga 50%. Lenyap dan tak tergantikan.
Krisis demografi seperti itu benar-benar akan memberikan dampak kelam bagi ekonomi mereka. Alasannya simple : saat sebuah bangsa kehilangan 50% penduduknya, maka omzet ekonomi mereka juga akan kolaps pada angka yang relatif sama. Pangsa pasar mereka akan anjlok 50%. Dan output ekonomi mereka juga akan mengalami kejatuhan yang signifikan. Siapa lagi yang akan memproduksi dan membeli produk mereka saat 50% penduduknya hilang tak berbekas.
Saat ini krisis demografi kelam seperti itu telah pelan-pelan menggerogoti kekuatan ekonomi Jepang. Menggerus pelan-pelan tapi dampaknya amat brutal. Misal : di pinggiran kota Jepang, kini banyak desa dan kecamatan yang menjelma menjadi desa hantu. Sebab literally, semua penduduknya punah. Ada ribuan rumah yang ditinggal kosong, sebab penghuninya wafat dan tak ada lagi generasi penerusnya. Kota-kota yang mati semacam ini pelan-pelan akan menyergap beragam kota di Jepang dan Korea.