3 Strategi Ampuh untuk Melawan Jebakan Mental Accounting

Minggu lalu kita sudah mengulik tentang jebakan bernama mental accounting (Anda bisa membaca ulasannya disini).  Melalui jebakan mental accounting, maka makna uang Rp 1 juta bisa sama sekali berlainan dalam pikiran kita, tergantung dari mana datangnya uang tersebut, dan untuk apa uang itu akan kita gunakan.

Sesungguhnya, mental accounting ini tidak selamnya bersifat negatif dan menjebak perilaku keuangan kita secara tidak menguntungkan. Jika kita cerdik, maka sebenarnya kita malah bisa memanfaatkan kekuatan mental accounting ini demi manfaat positif bagi pengelolaan keuangan personal kita.

Bertikut tiga langkah praktikal yang bisa kita lakukan untuk memanfaatkan mental accounting demi keuntungan finansial kita.

Continue reading

Apa itu Jebakan Mental Accounting yang Membuat Kita Cepat Bangkrut?

Ada salah satu bias psikologis keuangan yang sering muncul, dan kita lakukan dalam pengelolaan keuangan pribadi kita, yakni mental accounting.

Mental accounting intinya adalah kita melakukan semacam pembagian peran uang dalam mental pikiran kita, dan kemudian kita memperlakukan uang secara berlainan berdasar perannya masing-masing.

Contoh praktisnya begini. Seringkali setelah menerima gajian, seseorang langsung melakukan semacam pembagian alokasi uangnya. Misal, sebagian untuk bayar cicilan, sebagian lagi untuk biaya hidup, sebagian yang lain untuk dana investasi masa depan, sebagian untuk dana darurat (emergency fund), dan sebagian lainnya untuk kebutuhan main dan bersenang-senang.

Nah proses pembagian uang ke dalam perannya masing-masing tersebut disebut dengan “mental accounting” atau secara mental membagi gajian kita dalam berbagai akun yang memiliki peran berlainan. Dengan kata lain, ini adalah proses bugdeting : atau mengalokasikan gaji kita, dan kemudian menyusun alokasi budget sesuai uang yang kita terima.

Continue reading