Cara Mengembangkan Entrepreneur Mindset

Negeri ini masih sangat kekurangan entrepreneur. Dibalik beragam liputan tentang seribu satu sosok enterpreneur, negeri ini ternyata masih sangat sedikit memiliki kaum wirausaha. Data terkini menunjukkan angka populasi entreprenuer di negeri ini hanya 0,18 % dari total penduduk, atau hanya sekitar 400,000 orang. Sebuah jumlah yang terlalu sedikit untuk sebuah negara dengan penduduk lebih dari 200 juta jiwa.

Padahal, kisah kemonceran sebuah bangsa selalu dilentikkan oleh kisah heroisme para entrepreneurnya. Mereka membangun bisnis dari nol, mendedahkan cerita legendaris, dan kemudian menancapkan jejak yang amat kokoh dalam sejarah ekonomi dunia. Amerika akan selalu dikenang karena mereka memiliki Henry Ford, Bill Gates, ataupun Lary Page & Sergei Brin (pendiri Google). Jepang menjadi legenda lantaran kisah Akio Morita (pendiri Sony), Soichiro Honda dan Konosuke Matshushita (Panasonic).

Lalu bagaimana solusinya? Apa yang mesti dilakukan negeri ini sehingga kelak akan lahir Bill Gates dari Bandung, Akio Morita dari Pemantang Siantar, ataupun Sergei Brin dari tanah Maluku? Solusi ini akan coba kita bentangkan dengan terlebih dulu menulusuri dua faktor utama kenapa negeri ini masih sangat kekurangan sosok entrepreneur yang tangguh.

Jawaban yang pertama mudah : kita sangat kekurangan jumlah entrepreneur karena sistem pendidikan kita memang mendidik kita untuk menjadi pegawai dan bukan entrepreneur; mengarahkan kita untuk menjadi kuli, bukan kreator. Sungguh mengherankan, sepanjang kita sekolah selama puluhan tahun, kita nyaris tidak pernah mendapatkan pelajaran mengenai entrepreneurship. Juga nyaris tak pernah mendapatkan pelajaran tentang keberanian mengambil resiko, tentang ketajaman mencium peluang bisnis, ataupun pelajaran tentang life skills – sebuah pelajaran penting yang akan membikin kita menjadi manusia-manusia mandiri nan digdaya.

Tidak. Kita tak pernah mendapatkan itu semua. Selama bertahun-tahun kita hanya dijejali dengan aneka teori dan konsep, seolah-olah kelak kita akan menjadi “kuli” atau pegawai di sebuah pabrik. Lalu begitulah, setiap penghujung tahun ajaran, setiap kampus ataupun sekolah bisnis beramai-ramai mengadakan Job Fair, memberikan pembekalan (sic! ) tentang cara menyusun CV yang bagus dan trik bagaimana menghadapi wawancara kerja. Semua dilakukan sebab seolah-seolah bekerja menjadi “kuli berdasi” di perusahaan besar (kalau bisa multi national companies) merupakan “jalur emas” yang wajib ditempuh oleh setiap lulusan sarjana.

Kenyataan seperti diatas mestinya harus segera dikurangi. Sebab situasi semacam itu hanya akan membuat spirit entrepreneurship kita pelan-pelan redup. Sebaliknya, kita sungguh berharap pendidikan dan pelajaran entrepreneurship diberikan secara masif dan sejak usia dini, setidaknya sejak di bangku sekolah SLTP (pelajaran tentang entrepreneurship juga bisa Anda dapatkan DISINI). Sebab dengan demikian, negeri ini mungkin bisa bermimpi melahirkan deretan entrepreneur muda nan tangguh pada rentang usia 17 tahun-an.

Pada sisi lain, acara semacam job fair mestinya disertai dengan acara yang tak kalah meriahnya, yakni semacam “Entrepreneurship Campus Festival”. Kita membayangkan dalam ajang ini, ribuan mahasiswa muda datang dengan beragam gagasan bisnis yang segar, dan kemudian dipertemukan dengan barisan investor yang siap mendanai ide bisnis mereka (investor ini sering juga disebut sebagai “angel investor” atau “venture capital”). Melalui ajang inilah bisa dilahirkan ribuan entrepreneur muda baru dari setiap kampus yang ada di pelosok tanah air. Dan sungguh, dengan itu mereka tak lagi harus antri berebut fomulir lamaran kerja, ditengah terik panas matahari, dengan peluh di sekujur tubuh, dengan muka yang kian sayu…….(duh, biyung, malang nian nasibmu…).

Faktor kedua yang membuat kita sangat kekurangan entrepreneur, dan juga harus segera diatasi adalah ini : mindset orang tua kita yang cenderung lebih menginginkan anaknya menjadi pegawai/karyawan. Sebab, orang tua mana sih yang tidak bangga jika anaknya bisa menjadi ekskutif di Citibank atau manajer di Astra International? Mindset semacam ini menjadi kelaziman sebab bagi kebanyakan orang tua kita, mengabdi dan bekerja di sebuah perusahaan besar setelah lulus kuliah adalah jalur yang harus dilalui untuk merajut kesuksesan. Sebuah jalur “paling stabil” dan “paling aman” untuk dapat melihat anaknya mampu membangun rumah dan memiliki sebuah mobil sedan.

Sebaliknya, orang tua kita acap ragu dan gamang ketika melihat anaknya memutuskan untuk membangun usaha secara mandiri. Mereka khawatir jangan-jangan hal ini akan membuat anak cucu mereka kelaparan……Mindset semacam ini pelan-pelan harus diubah. Cara yang paling efektif adalah dengan menyodorkan semakin banyak contoh keberhasilan yang bisa diraih para entrepreneur muda. Dengan kisah-kisah keberhasilan ini, diharapkan orang tua kita menjadi kian sadar bahwa pilihan menjadi entreprenuer dan membuka usaha sendiri merupakan jalur yang juga bisa membawa kesuksesan yang melimpah.

Ya, orang tua kita mungkin perlu disadarkan, bahwa pilihan menjadi juragan ayam ternak di kampung halaman tak kalah hebat dibanding menjadi manajer di Citibank yang berkantor megah di Sudirman. Bahwa pilihan menjadi juragan batik grosir tak kalah mak nyus dibanding menjadi ekeskutif di sebuah perusahaan multi nasional……

Note : Jika Anda ingin mendapatkan file powerpoint presentation mengenai management skills, strategy, marketing dan HR management, silakan datang KESINI.

Jika Anda ingin memberikan hadiah kaos keren kepada anak atau keponakan Anda, silakan datang KESINI.

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

64 thoughts on “Cara Mengembangkan Entrepreneur Mindset”

  1. Di kampus saya juga gitu tiap wisudawan dikasih seminar gratis tentang cara mencari kerja (cara bikin CV, job interview dll)
    Di Indonesia kan lebih baik jadi ekor gajag dibanding jadi kepala semut

  2. Kita ini seringkali lebih membutuhkan apa yang disebut keterjaminan. Entah itu jaminan hari tua, jaminan pendapatan, jaminan dapat tunjangan, dsb. Sehingga untuk menempuh jalur yang beresiko seperti hidup mandiri dengan berwirausaha sangat jauh, bahkan tidak ada sama sekali dalam benak atau pikiran kita. Nah, inilah yang harus dirubah.

    Akhirnya memang sangat perlu sekali bila jiwa entrepreneurship mulai ditumbuhkan sejak dini, atau dari bangku sekolah, agar negeri ini bisa bangkit dengan munculnya entrepreneurr2 baru.

  3. Saya boleh dibilang pernah merasakan dua2nya. Sewaktu kecil, kerja sama orang tua. Meskipun masih muda sudah mengatur puluhan pegawai. Sekarang setelah pendidikan kuliah selesai, kerja untuk suatu konsultan di Amerika.

    Pahit dan Manisnya kedua kerjaan sudah saya rasain. Ada baiknya, ada jeleknya. Tergantung anda lihat dari sisi mana.

    Yang pasti … Tahun depan saya mau PULANG! Sudah capek terima perintah terus 🙂

  4. Saya kira kita juga menghadapi masalah rekruitment. Kebanyakan para HRD Manager kita tidak berpikir untuk mengembangkan personilnya secara obyektif. Kita bisa membandingkan dengan rekruitment para atlit. Dengan penduduk lebih dari 200 juta kita tidak bisa memiliki atlit kelas dunia, sebabnya bukan tidak ada yang berbakat tapi tidak ada yang mampu menjaring. Faktor like and dislike lebih kental dari pada faktor obyektifnya. Dikantor kalau Anda tidak disukai jangan harap bisa berkembang, karena mereka yang berkuasa lebih melihat prilaku kita ketimbang potensi. Orang seperti John McAndroe jangan harap bisa jadi petenis dunia, kalau hidup di negeri kita, pasti sudah ditindas sejak awal.

  5. Dmn pak saya bs mendapatkan komunitas dan chanel untuk mengembangkan minat enterpreneur saya…..

    Unk semakin memberikan wawasan, keyakinan&keberanian, panduan langkah yg musti di tempuh…..

    Mksh

  6. Saya masih memegang gagasan bahwa pegawai itu dididik, tapi entrepreneur itu dibentuk. Jadi, memang secara harfiah belum ada lembaha pendidikan untuk menghasilkan entrepreneur. Orang menjadi entrepreneur biasanya karena bentukan lingkungan, atau dihadapkan pada situasi kepepet, atau terobsesi dengan sesuatu.

    Tradisi itu jarang ditemukan di sekolah yang kurikulumnya masih fokus pada materi pelajaran, bukan karakter manusianya. Nilai itu juga tidak akan ditemukan di lingkungan universitas yang memang bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja handal. Obsesi jarang ditemukan pada lulusan universitas manapun.

    Jadi probabilitas menemukan entrepreneur yang sarjana lebih kecil dibandingkan yang putus sekolah.

  7. Sekarang saya sedang dihadapkan pada pilihan untuk jadi “kuli” atau “usahawan”. Hati lebih ke pilihan kedua, tapi kanan kiri lebih berharap pilihan pertama.

  8. saat ini sedang tumbuh tunas, mahasiswa sudah mulai “in action” di entrepeneur. dari berbagai jurusan. sempat kami berdialog, bahwa secara kurikulum tak ada mata kuliah entrepeneur, tak ada pelajaran bagaimana menjadi eo. mereka terus bekerja tanpa di iringi dengan teori. bagaimana mereka mengundang masa, bagaimana mereka meraup duit, bagimana mereka memutar modal, sampai saat ini tak ada yang memberikan secara formal. sempat kami pancing pertanyaan sederhana orang-orang yang telah berjasa menumbuh kembangkan tingkat sumber daya manusia. mereka (mahasiswa) tidak tahu. demikian pula ditanya tentang web/portal yang dapat menjadi referensi tentang enrepeneur, meraka tidak tahu. tapi semangat mereka perlu diacungi jempol, walau hanya semangat saja.

  9. Benar mas Yodhia, karakter pendidikan kita harus diubah.
    terutama sekolah-sekolah negeri dari SD smp SMU semuanya begitu, lebih-lebih kalo udah kuliah yang spesifik.

    Tapi geliat entrepreneur sekarang sudah mulai naik dengan adanya kursus2 Entrepreneur, milis entrepreneur bahkan Pak Cip sudah bikin universitasnya.
    Ayo kita galakkan entrepreneurship di negeri kita.

    Kalo mua modul entrepreneur klik disini aja https://www.internetmarketing.bisnis2121.com/?id=didinrazani

  10. Mas Yodhia,

    Sedikit sharing ya, kalau diperhatikan 2 faktor diatas : Sistem Pendidikan & Mindset Orang Tua adalah faktor eksternal? mungkin kita juga perlu melihat faktor internal alias dari dalam diri kita sendiri. Seperti kita ketahui tidak semua orang mempunyai “modal” (keinginan, keberanian, kesempatan, kemampuan skill dan materi, dsb) dari dirinya sendiri bukan?

    Jadi kalau kita perhatikan untuk Indonesia, untuk menjadi seorang entrepreneur ada tahapannya, dan biasanya mereka yang sudah mulai masuk tahapan tersebut memang sudah melewati tahapan awal dan memiliki “modal” berbeda dengan di luar negeri yang memang banyak langsung start dari awal.

    Kemudian dilain hal, pilihan menjadi entreprenur juga banyak tujuannya, ada yang karena ingin mencoba peruntungan lantaran jalur karir mentok, ada yang karena memang sudah dibekali “modal” tadi, ada juga yang karena ingin merasakan lebih dari sekedar “karyawan” dan mungkin ada beberapa alasan lainnya?

    Beberapa orang menganggap menjadi entrepreneur itu sebagai pilihan, maksudnya begini, mereka sendiri belum ingin menjadi full entrepreneur bukan karena mereka tidak bisa, tetapi sebaliknya mereka malah “multitasking” dengan memiliki bisnis sendiri sambil tetap bekerja di perusahaan lain, yang memang belum mau ditinggalkan karena saling mendukung keduanya, atau setidaknya mendukung untuk personalnya.

    Terima kasih.

    “Andy OrangeMood is Online Advertising/Business Consultant”

  11. menurut saya ndak perlu lah ada bidang study entreupreuner di skolah2 dasar, karena nantinya ini berujung kepada teori yg berwujud soal pilihan ganda yang menurut saya hal ini justru dapat menutup kreativitas (ingat dengan pelajaran PPKN dan PMP, moral akhirnya hanya ada di teori)

    saya lebih setuju prinsip2 entrepreneur justru dijadikan budaya dalam kehidupan bersekolah

    misal siswa di encourage untuk selalu proaktif
    menciptakan semangat kreativitas dan inovatif dalam pelajaran
    di-encourage untuk melakukan segala macam eksperimen sehingga bisa menemukan banyak kesalahan dan di encourage tuk memperbaikinya

  12. LUAR BIASA.. mangkanya sampeyan mulih dik Yodhia.. lha di ndesomu Pekajangan dan Pekalongan kan banyak juragan batik dari kalangan muda.. beberapa “project owner” saya msh berusia 32-37 tahun, tp bisa mbangun rumah senilai 800 juta – 2,5 milyar! lha mereka itu rata-rata mulai dari NOL.. bukan dari tetesan harta orang tua..

  13. wah sekali lagi ide saya keduluan mas yodhia nih, emang wacana tanpa aksi tak ada artinya
    dari dulu saya sering berkomentar sendiri, atau bahkan komat-kamit di wc (hobi saya dakwah sendirian di wc) baru besoknya saya “lepas” di forum training internal.terima kasih atas artikel yang memberikan semangat lagi untuk menyebarkan “virus” anti-bangga menjadi karyawan dimanapun

    cuman satu yg menjadi pertanyaan besar (atau THE BIG QUESTION…halah) sampai kapan ?

    trims

  14. Yodh, ada yang menggelitik nih, idealnya berapa persen ya dari penduduk di sebuah negara itu sebaiknya menjadi entrepreneur ? kan gak mungkin 100% ya ? dari dulu pertanyaan ini belum bisa aku jawab nih, what do you think Yodh ?

  15. aku rasa sebenarnya tidak kekurangan, cuman kurang di data. banyak orang telah mencoba untuk ber-entrepreneur, banyak yang gagal dan sedikit yang berhasil. dan lagi ketakutan akan pajak mungkin..hehehe.
    TApi dari segala sisi entrepreneur memang harus digalakkkan, arti entrepreneur menurut saya tidak hanya harus ber wira usaha tapi mengembangkan perusahaan dengan ide dan ide yang lebih inovatif juga termasuk dalam entrepreneur. hal seperti yang mas toto k ungkapkan diatas, pemilihan secara objektif pada potensi juga sangat perlu sekali, terkadang beberapa manajer masih takut akan potensi anak buahnya, takut digeser posisinya.
    Yang menyentil adalah iklan rokok, Tanya Kenapa?

  16. KEMERDEKAAN SEJATI LAHIR DARI KEBERANIAN MENGIKUTI KATA HATI ( Iklan Gudang Garam ).
    Dan hati saya berkata ; KEJAR IMPIANMU !!!
    Bulan September ini saya mengundurkan diri dari perusahaan tempat saya bekerja. Saya mau jadi ENTERPRENEUR !! Doain yaaaa….
    Oya, terima kasih banyak inspirasi dan juga ilmu manajerialnya. Keren buanget….

  17. wekeke, saya sebenarnya juga suka enterpreanur dan sekarang sedang merintis karir dsna. Tapi apa boleh buat calon mertua menginginkan menantunya kelak jd orng berdasi. akhirnya jd pegawai kantor dan enterpreanur hrs dijalani dua2nya (untung sama2 berhubungan).

  18. Yupz….., saya pengen bgt jd enterpreanur. Skrg masih krj, tapi dah mulai ngrintis usaha jd supplyer Abon (makanan dari Solo) dan Batik ke beberapa kota di Indonesia. Sy blm berani memutuskan untuk keluar dari kerjaan, karna kerjaan sy jg masih prospek untuk nambah income. Tapi nanti setelah sy bth konsentrasi lebih ke usaha saya, maka baru dech ku lepas kerjaanku…. https://spesialabon.wordpress.com

  19. pak saya minta tolong, reference tentang “Data terkini menunjukkan angka populasi entreprenuer di negeri ini hanya 0,18 % dari total penduduk, atau hanya sekitar 400,000 orang” dari mana ya sumbernya? untuk saya kutip

  20. pak bagusnya menyebut contoh tentang enterpreuneur dari negeri sendiri saja. agar efek motivasinya lebih dekat. artinya kita juga punya enterpreneur besar tidak jauh-jauh dari kita. dan kita, adik-adik kita bisa mengetahui lebih dekat bagaimana mereka memulainya. misalnya gudang garam, HM sampurna, PT.ABC, mustika ratu, martha tilaar, ayam goreng Wong solo, sudarpo, sukamdani sahid dst.

  21. Iya pak, keknya mesti diperbanyak contoh2 kisah keberhasilan entrepreneur Indonesia, biar mensugesti… dan menggelinding semakin besar seperti bola salju. Semakin besar tekad anak bangsa untuk menjadi entrepreneur sejati.

  22. Menjadi seorang entrepreneur atau seorang profesional di perusahaan adalah sama, yang paling penting ialah bagaimana kita dapat melihat suatu pekerjaan dengan jelas tujuannya dan semakin meningkatkan kualitas diri kita, memang ada beberapa teman yang langsung mencoba menjadi entrepreneur dan sukses, ada juga yang menjadi profesional juga sukses dan sebaliknya, yang paling penting bagi bangsa ini adalah meningkatkan daya berfikir bagi masyarakatnya agar dapat membangun bangsa. kalau semua jadi entrepreneur ntar siapa yang jadi pegawainya? trus memang ada entrepreneur yag berhasil tanpa karyawan yang profesional dalam bekerja? toh yang menggunakan hasil barang atau jasa dari entrepreneur juga para pegawai bukan? jadi semua harus saling mendukung, yangterpenting kita selalu meningkatkan kualitas pribadi kita masing_masing sehingga akan memajukan bangsa kita dikemudian hari.

    Regrads

  23. betul… kita kekurangan enterpreneur..

    mungkin kebanyakan orang pintar, jadi pada ngitung kalau mau usaha.

    padahal kata pak Purdie (primagama) “kalau mau usaha jangan mikir”

    betul juga kata mas arya..

    kita memang harus adakan acara enterpreneur festival atau sejenisnya.

    oya mas… saya bisa bantu kalau bener-bener mau.

    action .. yuk..

    salam kenal dan LARIS MANISSS…!

    Arli Kurnia

  24. saya punya toko baju (distro) di bandung dimana pegawai saya rekrut dari para mahasiswa …. dari segi bisnis hal ini kurang menguntungkan karena pola pikir mereka belum terbentuk sempurna yang pada akhirnya perkembangan toko saya masih bergerak lambat (karena saya lebih memfokuskan pada pengembangan diri para pegawai saya).
    lalu jika kurang menguntungkan kenapa rekrut mahasiswa bukannya orang yang sudah lulus?
    ketika saya masih di bangku kuliah saya tidak pernah mengerti dengan kalimat yang disampaikan oleh dosen saya, satu hari saya merengek pada orang tua untuk menjalankan bisnis dengan berjanji kuliah tidak akan terbengkalai….setelah bisnis saya jalan, pikiran saya mulai terbuka dan mulai memahami setiap kata yang dimaksud oleh dosen saya. Dari peristiwa itulah saya merasa punya kewajiban moral untuk merubah pola pikir mahasiswa indonesia yang memegang teguh prinsip “TEORI BEDA DENGAN PRAKTEK”.
    kalau teori beda dengan praktek ngapain kita sekolah dari TK langsung aja praktek ! kesalahannya terletak pada diri kita dimana dalam memecahkan permasalahan kita hampir selalu menggunakan satu teori yang harusnya menggunakan berbagai teori layaknya skripsi.
    Alhamdulillah suatu hari pegawai saya berserita bahwa dirinya tidak pernah lagi buka buku untuk ujian karena mereka telah mengerti terlebih dahulu pada saat mereka bekerja (nilainya pun didominasi dengan nilai “A”).
    Mudah-mudahan tindakan saya ini dapat merubah pola pikir bibit bangsa kita di masa yang akan datang sehingga akan semakin bermunculan entrepeneur indonesia…amiiinnnn

  25. saya sangat senang dengan adanya tulisan2 seperti ini,sebab sangat membantu dalam pengembangan jiwa wirausaha.Saya harap ini dapat menyadarkan bangsa kita untuk dapat mencetak para pengusaha2 baru Indonsia.

  26. saya sekarang masih aktif kuliah dan sekarang masih nyusun skripsi…untuk mengisi kekosongan waktu, saya mencoba membuat blog sama pingin dikit2 dapat duit. sebenarnya saya ingin berwirausaha, tapi kebentur modal pak..jadi harus menahan dulu keinginan tersebut…

  27. Orang tua kita memang lebih suka bila kita menjadi pegawai atau karyawan perusahaan, karena orang tua kita menginginkan kita hidup “mapan” ( gajiyang pasti di terima setiap bulan ).

    Saya lulus dari universitas 3 tahun lalu, dari perguruan tinggi malang jawa timur.
    Di awal saya lulus, saya ingin berwira usaha alias tidak mau ikut kerja “orang”.

    Orang tua saya tidak mengijinkan, dan tetap berharap saya melamar pekerjaan..saya ogah2an melamar,…mungkin saya beruntung, tanpa melamar apapun, saya mendapat pangilan kerja di perusahaan pulp&paper serang banten dan bekerja pada posisi design engineering ( sesuai bidang pendidikan saya, mesin diploma 3 ).

    Saya hanya bertahan 1 tahun 8 bulan, kemudian saya mengangur 1,5 hari he..he.. karena saya di tawari bekerja di perusahaan engineering sebagai kepala engineering…
    Dan itu hanya berthan 8 bulan saja, karena atasan saya takut posisinya saya geser, jadi atasan saya mengkambing hitamkan saya di depan bog boss.karena di saat itu big boss lebih percaya kepada saya.jd lebih baik saya mundur….
    Setelah mundur saya mengangur 1 hari, karena mendapat tawaran untuk mengelola sebuah perusahaan engineering pula, tetapi saya menolaknya….

    Yang dapat saya simpulkan..ternyata dengan bekerja pada “orang lain” kita, akan memiliki pengalaman yang lebih besar, dan bertemu dengan banyak relasi.
    Apabila di dalam diri kita terdapat benih entrepreneur, maka hal ini bisa di jadkan kesempatan dan akan lebih mudah masuk ke dalam business karena kita sudah mengenal anyak relasi.

    Akhirnya dengan pengalaman dan relasi yang saya kenal, saya memutuskan untuk “berdiri sendiri” dan saya sekarang mengelola sebuah cv. dimana cv ini adalah milik relasi saya ( hanya Nama & badan hukun, tanpa kantor ) dan permodalan backup oleh relasi saya yang lain, yang bergerak dalam bidang engineering pula..dan kantornya di jalanan he..he…

    Walau sekarang penghasilan saya masih kecil ( di bawah gaji saya sebelumnya ), tapi saya lebih senang, karena bila saya bekerja dengan giat, maka penghasilan saya juga besar, bila saya ogah-ogahan, maka saya tidak mendapat penghasilan…dan saya bisa menjadi BOSS diri saya sendiri.

    Ternyata

  28. Sedikit tambahan, teori2 saat saya kuliah dulu, ternyata sangat berguna, karena terpakai semua…jadi jangan bilang teori berbeda dari praktek…karena teori adalah pendukung utama praktek….dengan teori orang bisa membuat mobil, pesawat, dsb..
    Dan teori2 tsb akan di uji dalam praktek, dan dari pengujuan2 akan muncul teori2 baru yang lebih relevan.

  29. Saya sependapat dengan keterjaminan. Andainya di Indonesia bagi para penganggur diberikan jaminan tunjangan sekedar untuk hidup, mungkin banyak orang yang rela untuk memulai usaha. Karena memulai usaha memang sangat sulit dan perlu kemauan keras. Jadi kalau ia gagal ia tidak takut kelaparan, tapi ia akan bisa mencoba lagi dan coba lagi.

  30. Mas Yodh, biar terlambat komentarnya ndak apa toh….
    Saya setuju dengan Mas Riri Satria… mungkin yang dimaksud adalah sekali lagi bukan enterpreneur yang pengusaha…. mungkin yg dibutuhkan adalah paradigma enterpreneur alias kemandirian. Jadi bila setiap individu di Indonesia memiliki paradigma wirausaha, mau dimana saja mereka berkarya maka mereka akan menjadi superstar, karena selalu berfikir hari ini minimal harus lebih baik dari hari kemarin, jangan sampai sama dengan hari kemarin apalagi lebih buruk dari hari kemarin.
    Nah yang perlu diajarkan oleh kita semua kepada diri kita sendiri, keluarga, teman sekantor, se-RT dst adalah kemandirian bukan jiwa inlander eh apa tuh inlander, maksud saya jiwa yang cepat puas dengan apa yang dicapai tanpa mau berusaha untuk menjadi lebih baik lagi dan lebih baik lagi… seperti Mas Yodhia lah…contohnya… tidak puas dengan mengajarkan/berbagi diruangan training melangkah dan menggapai yak orang dengan Blogg ini toh…

    Kesimpulannya:
    1. Hidup ini pilihan
    2. Belajarlah bertanggung jawab dengan pilihan hidupmu
    3. Jangan pernah bosan untuk berprestasi walaupun pekerjaanmu adalah cleaning services karena ada value/nilai Ibadah yang selalu kita bawa dalam pekerjaan kita.
    4. Kesuksesan kita hanya kita yang tahu… kenapa karena kita yang tahu apakah yg sudah kita lakukan merupakan hasil terbaik dari upaya/usaha terbaik kita.
    5. Berbagilah pengalaman “gagal” or “Sukses” anda dengan sesama…

    semoga membantu…

    Imran

  31. cmn mau tanya nih… mungkin ada yang bisa menjawab… tolong kirim ke email saya…
    sulistyo_arif@ymail.com

    “bagaimana dengan anggapan bahwa wira usaha itu sebagai pekerjaan sampingan aja… artinya bila udah dapat pekerjaan yang dah tetap yang memenuhi jaminan hidup,baru berwirausaha”

  32. Apa yang harus di lakukan untuk menjadi seorang karyawan dengan posisi yang bagus???
    *Yang pasti Pendidikan tinggi, bahasa asing yang sempurna, berpengalaman di bidang yang sama selama ??tahun, memiliki relasi yang luas, dsb….

    Apa yang harus di lakukan untuk menjadi boss????
    *Tekat yang kuat, memiliki modal uang yang bisa berasal dari pinjaman dengan sumber yang beragam, dan…..
    ” mengangkat karyawan yang Pendidikan tinggi, bahasa asing yang sempurna, berpengalaman di bidang yang sama selama ??tahun, memiliki relasi yang luas…”

    Jadi menjadi boss apa harus berpendidikan tinggi?
    TIDAK, yang penting harus bisa memanfaatkan keahlian orang….
    dan berwawasan harus luas, bisa segala hal walaupun tidak mendalaminya…

    jadi…. boss adalah seseorang yang mengetahui segala bidang tanpa perlu menjadi ahli dalam masing2 bidang yag di ketahuinya….

    *apakah boss bisa membuat laporan accounting???kebanyakan hanya bisa membaca…
    *apakah boss bisa reparasi computer???kebanyakan hanya tau ttg hardware computer
    *apakah boss bisa membangun gedung???kebanyakan hanya tau cara memasang yang benar
    *apakah boss bisa mengelas???kebanyakan hanya tau menyambung besi itu dengan cara mengelas
    *apakah boss bisa mengali tanah???kebanyakan hanya tau bagaimana cara mengali tanah

    Jadi siapa sang ahli???
    Karyawan derpendidikan tinggi yang di bayar seorang boss yang kadang2 hanya lulusan SMU…

  33. salam kenal om yodhia.
    sekedar mengutip kata salah seorang teman tentang entrepreneurship bagi seorang karyawan. “dalam pekerjaan sebagai seorang karyawan, kita diberikan kesempatan untuk ‘nyicil’ belajar tentang entrepreneur. tanggungjawab kepada atasan, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, menjalin kerjasama yg baik dengan rekan sekerja adalah contoh pendidikan mental seorang entrepreneur. bila tidak bisa dengan hal-hal tersebut, maka besar kemungkinan hal-hal yg lain juga akan terbengkalai.”

    smoga gak OOT yah om.
    stenly c. takarendehang

  34. kekurangan enterpreneur salah satu sebabnya adalah (mungkin) ketakutan akan sebuah kegagalan.. jaminan hidup layak, gaji tetap, dan tunjangan pensiun, sering kali menggiurkan para kandidat enterpreneur indonesia.

    coba kita pikirkan dari sudut pandang orang2 yang termasuk di dalamnya,

    misalnya kita tidak punya modal ataupun skill… hanya bermodal nekad… kita berusaha mencari peluang bisnis… kemudian kita mendapatkannya… misalnya memproduksi kripik tempe. dengan modal pinjaman kita membuat usaha itu, mungkin awalnya secara kecil2an dgn omset 30.000 per hari. semakin lama semakin besar hingga mencapai ratusan ribu atau secara hiperbolis mungkin jutaan hingga milyard. akan tetapi tiba2 secara tidak terduga, tersebar isu tentang tempe berformalin… pasaran langsung anjlok.. hingga akhirnya terpaksa kembali gulung tikar… nganggur lagi deh…

    kira kira itu yang di takutkan…

    tapi menurut saya… itu bukanlah hal yang perlu untuk di takutkan… tapi lebih menjdi sebuah tantangan… bagi saya… kembali pada titik nol adalah hal yang wajar dan sangat menantang… tinggal kita berani menerima tantangan itu atau tidak…yang jelas…keberanian adalah hal yang sangat erat hubungannya dengan jiwa enterpreneur… karena itu perlu sekali untuk melatih mental bangsa kita ini untuk menjadi orang orang yang berani…orang orang dengan semangat merah putih di dalamnya.

    jika keberanian telah terbentuk… maka yang harus kita dapatkan selanjutnya adalah sikap waspada. resiko, apapun bentuknya pasti selalu ada pada setiap pekerjaan… bahkan seorang bakul jamu gendong sekalipun punya resiko di tabrak pesawat terbang yang kecelakaan.yang harus kita lakukan adalah waspada, tanggap serta sebisa mungkin untuk meminimalisir resiko tersebut. yang paling utama yang dering di lupakan atau di nomor sekiankan oleh bangsa kita adalah tabungan.. padahal hal inilah yang menentukan kelanjutan usaha kita jika mengalami sebuah situasi surut.

    langkah selanjutnya… membentuk mental yang sekuat baja. banyak orang bilang bahwa kita hanya berusaha, tapi Tuhanlah yang menentukan… kiranya ucapan itu tidak hanya di mulut saja, melainkan harus kita renungkan serta resapi. Ungkapan tersebut bukanlah ungkapan agar kita pasrah dan menyerah begitu saja… melainkan adalah agar kita waspada pada kemungkinan terburuk yang akan kita hadapi.

    jika sewaktu waktu kita seara terpaksa harusa mengalami kegagalan… kita harus ingat bahwa ini bukan kehendak tuhan yang tentunya selalu ada hikmahnya, kemudian kita buat main set di kepala kita bahwa tantangan baru telah di mulai….tegakkan badan… busungkan dada…angkat kepala… terus melangkah.

  35. menurut saya kegagalan tidak hanya dimiliki oleh seorang enterpreneur saja melainkan seorang pegawai sekalipun bisa mengalaminya misalkan ketika perusahaan mengharuskan untuk menyusutkan jumlah karyawan…..karyawan atau enterpreneur adalah sebuah pilihan hidup.
    u:bpk.ade….sudah banyak sekali PNS yang memiliki usaha sendiri di rumah. dengan pegawai orang di rumah sedangkan bapaknya (PNS) sebagai atasan alias bos. semoga bermanfaat
    salam

  36. pilihan hidup…. kosa kata baru yang mungkin lebih mengena…makasih mas…. tapi kayaknya itu bukan sebuah bantahan atas ungkapan bahwa kurangnya enterpreneur salah satunya di sebabkan oleh ketakutan akan kegagalan kan?

    ada saran nggak buat solusi salah satu faktor ini… cs kayaknya aku pingin konsen ke faktor ini dulu,,…. faktor yang sedang aku alami dan ingin aku buang…. thanks…

  37. oh iya lupa… Pak Ade… punya cara sukses tapi aman tuh…. PNS yang jadi enterpreneur…. itu cara aman pak.. menurut saya… kalo masalah maksimal apa nggaknya sih tergantung yang melakukan aja…. bisa profesional nggak membagi waktunya… antara usaha dan tugas negara… lagi pula tingkat maksimal itu kan relatif… tergantung yang melakukan dan yang menilai

  38. Pingback: valium
  39. menurut aku pak arieph kita akan mengalami ketakutan jika kita masih belum ikhlas..maksud saya ketika saya memulai suatu usaha katakanlah dengan modal 5 juta rupiah, maka dalam hati saya ucapkan saya ikhlas jika saya mengalami kegagalan dan uang modal saya hilang bersamanya. InsyaAllah dengan begitu beban di pundak kita akan sedikit berkurang. point utamanya adalah bagaimana kita bermain lepas agar kita bisa lebih berkonsentrasi secara maksimal dalam bidang pekerjaan kita.
    Layaknya pemain bola jika dukungan dari suporter menjadi beban maka niscaya pemain tersebut akan bermain buruk, tetapi jika pemain tersebut merasa dukungan tidak menjadi beban maka permainan pun akan menjadi dahsyat.
    terima kasih

  40. Komentarnya udah bener semua,..masalah yg fundamental tetap kepada budaya dan pola pikir masa lalu,ini butuh waktu panjang bagi generasi muda dan berikutnya untuk merubah paradigma sekolah untk cari uang.
    Masalah ke II, Kita membutuhkan uang yang likuid dan segera untuk membiayai hidup,setelah sekolah.Usahawan harus bertahan minimal 1thn untuk survive,.baru bisa berpikir untuk mengelola profit untuk kebutuhan hidup.

  41. yang pengin jadi entreprenur muda berbakat, gabunglah denganku. silahkam apa you masih smp, sma, pa lagi mahasiswa. yang bakal pensiun juga boleh gabung kok
    HAYO CEPETAN

  42. Untuk menjadi entrepreneur tidak cukup dengan keterampilan teknis, melainkan juga harus disertai dengan pendidikan dan lingkungan yang memadai. Mengapa? karena entrepreneur lebih dominan oleh karakter yang didasari oleh sikap dan mental serta perilaku sehari-hari.

    Permasalahan entreprenenur di negeri kita ini lebih dominan karena proses pendidikan dan linkungan kita sudah rusak oleh perilaku-perilaku yang tidak terpuji yang diwariskan oleh orangtua kita terdahulu (tampa kita sadari!), seperti ; serba instan, tidak sabar dengan proses, serba terburu-buru dan terkadang tidak bisa membedakan mana yang halal, mana yang baik dan mana yang jujur.

    Oleh karenannya, negeri ini sulit untuk menciptakan business entrepreneur, social entrepreneur … apa lagi goverment entrepreneur.

    salam
    edwar

  43. betul kita kekurangan, apakah karena sistem pendidikan kita yang salah!!!!!!!!!!!!!!!!!!

  44. Betul, sewaktu SMA saya pernah membuat essay untuk sebuah lombay essay provinsi yg berjudul Kurikulum Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Dimana dengan sistem pembelajaran tersebut anak didik tidak hanya dijejali materi terus menerus seperti yg sekarang diterapkan (metode banking system). Metode Kurikulum berbasis kompetensi menjadikan anak didik berfikir kreatif, inovatif dan menggali data/resourch yg ada untuk dijadikan penelitian.

    So, mari kita dukung negara kita mengembangkan jiwa muda kreatif inovatif mandiri kertajaya!!! Hidup pemuda mandiri!!! Keep sharing ..

  45. Teringat sebuah kalimat dari buku Rich Dad Poor Dad…,kurang lebih sbg : ” Poor Dad mengatakan bahwa sekolahlah yang pintar supaya dapat bekerja di perusahaan bonafid, tapi Rich dad lain, katanya, sekolahlah yang pintar, supaya dapat MEMBELI PERUSAHAAN BONAFID “…..

  46. bagi rekan2 skalian yang mau belajar atau tertarik untuk menjadi pengusaha
    ikut aja sekolah bisnis gratis USB bandung.
    ini berlaku untuk smua kalangan. semoga jiwa2 pengusaha semakin banyak di indonesia ini
    pendaftaran USB telah dibuka agustus 2010
    info: sms/call 085759298941

    salam sukses

  47. Ass.Alaikum…Permisi ikut shar disini ya Sobat @Yodhia ….NicePost..

    Benar di Indonesia sgt dibutuhkan entrepreneur2, sgt minim yaitu sekitar 0,20% sedikit peningkatan dr 0,18% diatas (krn postingan ini th 2008), sy yg baru coment disini….Ok.

    Bagi sy mindset dari semua pihak terkhusus org tua memang harus dirubah secara radikal mungkin!!!?? (sbgmana yg disitir pd postingan diatas).. Memang menjadi entrepreneur tdklah semudah, harus tekad bulat dan didukung oleh lingkungan.

    Juga demi menambah entrepreneur perlu penerapan “intrapreneur” sebelum person2 (generasi muda kita)tsb terjun ke masyarakat sebagai entrepreneur.

    Juga pemerintah harus banyak membuka kran atau regulasi untuk memudahkan sebuah perusahaan atau institusi melaksanakan intrapreneur…Wah nanti kepanjangan, jd postingan..hahahaha…maaf sobat, sy senang berkunjung disini untuk shar tentang hal ini, krn sy termasuk juga sedikit gatal untuk “dalam” mengaplikasi atau shar ttg aplikasi intrapreneur in.

    Khususnya di perusahaan sy, alhamdulillah itu sudah terlaksana…

    Yuk shar N follow di blog saya, mkg bisa shar ttg hal ini…Ditunggu ya….Amin

  48. Pertanyaannya bukan hanya bagaimana menjadi pengusaha, namun juga dapat mempertahankan, mengembangkan dan memajukan usahanya, adakah pembahasan lebih lanjut tentang bagaimana kita dapat memanage usaha kita hingga dapat melaju sekelas perusahaan-perusahaan kelas dunia yg disebutkan seperti google, microsoft, apple dan McD ?

  49. wah sharing nya bagus nih, mindset para enterpreneur yg udah sukses, saya juga baru mulai sebuah usaha.

    pelan-pelan saya harus mengikuti usaha ini.

    karena semua nya mulai dari nol, jadi harus pantang menyerah dan banyak belajar nih!

  50. itu yg saya alami skr pak. resign dr perusahaan BUMN skr merintis bisnis clothing & jasa. baru 9 bulan.

    ternyata benar, bisnis itu banyak intriknya. tp dr sini jd tau hidup yg sbnrnya itu bagaimana?

    bukan hidup yg biasa2 saja & mengikuti arus apa adanya.

    kitalah yg harus membuat arus itu sendiri.

  51. Apa yang membuat umat islam terbelakang? ingat pesan nabi, carilah ilmu ke negri china. ya, china maju karena jiwa dagangnya..

    dari jumlah etnis china di indonesia yang kurang dari 3% mereka mampu menguasai 75% pasar di indonesia.

    ingat, nabi sudah berdagang sejak kecil lho, ini yang kadang dilupakan oleh umat islam sekarang.

Comments are closed.