Hari-hari ini masyarakat kelas menengah di tanah air – terutama di kota-kota besar – tengah menggandrungi dua digital medium yang amat populer : Blackberry dan Facebook. Dua medium ini tampaknya kian merasuk menjadi life style baru bagi para generasi digital kota metropolitan. Barangkali ia juga sekaligus menjadi simbol kemutakhiran masa kini.
Namun bagi para pecandu buku seperti saya, kehadiran gadget semacam Blackberry dan media semacam Facebook selalu merupakan sebuah distraction. Kehadiran medium digital semacam itu selalu “memaksa” kita untuk always on dan always connected, dan diam-diam itu artinya merasampas waktu berharga kita untuk melakukan “permenungan”, melakukan kontemplasi, melakukan proses membaca buku yang membutuhkan kedalaman dan keheningan.
Kehadiran gadget keren semacam Blackberry dan sejenisnya pada akhirnya mungkin tergelincir hanya menjadi sekedar simbol status. Ia menjadi penanda penting yang mencoba menjelaskan status sosial kita. Tak lebih tak kurang. Di negara yang peradaban pengetahuannya lebih maju, pendanda status sosial itu adalah buku. You ARE what you READ. Buku dan tradisi membaca yang kuat selalu menjadi elemen penting bagi hadirnya sebuah peradaban yang digdaya. Disini, kredibilitas orang dilihat dari seberapa luas pengetahuan mereka, sebapa banyak buku yang telah direngkuh, dan seberapa mendalam wawasan berpikir mereka.
Di tanah air yang terjadi adalah parodi : kredibilitas kita acap ditentukan oleh seberapa canggih gadget yang kita miliki, dan seberapa keren merek smartphone yang kita tenteng. Bagi saya ini adalah sebuah parodi yang penuh petaka. Sebab anak muda yang selalu menenteng Blackberry-nya kemana-mana sebagai simbol status, namun hampir tak pernah mau membaca buku, bagi saya sama primitifnya dengan orang udik di pedalaman nun jauh disana. Secara fisik mereka mungkin lebih keren (iya sih, pake Blackberry kan keren!), namun tanpa disertai dengan budaya membaca membaca yang kuat, level pengetahuan dan wawasan mereka mungkin sama dangkalnya dengan penjual kambing di pinggir jalananan…..
Facebook juga sama. Oke, mungkin disini kita bisa menjalin silaturahmi dengan teman-teman lama kita (atau mungkin juga dengan bekas pacar semasa kita sekolah SMA dulu). Tapi selebihnya, yang ada di Facebook adalah kedangkalan. Yang ada melulu celotehan-celotehan pendek nan dangkal dan bising. Disana kita jarang menemukan kedalaman yang bisa mendorong kita untuk melakukan proses berpikir secara kontemplatif (karena itu bagi Anda yang belum memiliki akun di FB, silakan untuk tidak mendaftarnya; kecuali jika Anda hanya ingin wasting your time).
Pada akhirnya, Facebook mungkin sama sekali tak berbeda dengan kerumunan di pasar Gunungkidul atau terminal bis Pulogadung : sebuah tempat dimana orang saling ngobrol ngalor ngidul tanpa jelas juntrungannya. Medianya saja kelihatannya keren (wah hari gini, di jaman digital begini, elo belum jadi member facebook, begitu kata seorang teman), namun esensi Facebook sebenarnya tak lebih beda dengan terminal bis Pulogadung : bising, penuh celoteh dangkal, dan disana kita kita tak menemukan keheningan yang mengajak kita berpikir secara mendalam.
Begitulah, kehadiran dua media digital ini – Blackberry dan Facebook – mungkin diam-diam telah merampas waktu berharga kita untuk membaca buku dengan penuh ketekunan. Tanpa terasa kita mungkin telah menjadi addicted dengan kedua medium itu. Kita rela menghabiskan berjam-jam waktu kita untuk ber-blackberry atau ber-facebook-ria. Kita mencurahkan begitu banyak waktu untuk mengulik gadget Blackberry kesayangan kita, atau juga berceloteh dengan friends kita di belantara Facebook. Dan diam-diam, kita kian lupa dengan buku-buku bermutu yang teronggok tak berdaya…..
Kebesaran sebuah bangsa selalu ditopang oleh peradaban membaca yang kuat dan tekun. Ikhtiar kita untuk membangun tradisi membaca yang kokoh seperti pecah berkeping-keping dihempas oleh kehadiran “blackberry and facebook culture” yang penuh kedangkalan. Kedua medium ini telah merenggut waktu dan gairah dari jutaan kaum muda di tanah air untuk tekun membaca deretan buku bermutu.
Dan dengan itu, Blackberry dan Facebook sejatinya telah melakukan apa yang saya sebut sebagai “digital colonization” : diam-diam mereka telah menjajah pikiran kita, dan secara perlahan mereka telah membunuh gairah masyarakat tanah air untuk membangun tradisi membaca yang tangguh dan penuh ketekunan.
Note : Jika Anda ingin mendapatkan kaos Facebook, Google, dan Manchester United, silakan klik DISINI.
Bagi sy, FB sekedar pelengkap saja, penghilang penat. Kewajibannya adalah membaca blog2 yang bermutu.
betul pak, FB dan BB adalah 2 racun yang mengakibatkan Konsumen menjadi autis dan malas membaca buku serta berpikir…..
(”,)
Punya BB dan account Facebook akhirnya memang harus memiliki disiplin diri, terutama mengenai waktu untuk melakukan kegiatan membaca sebagaimana kita menyiapkan waktu untuk kegiatan lain yg penting.
FB dan BB harus dikembalikan pada fungsinya sebagai social networking. Sekedar untuk menjalin komunikasi.Euphoria FB n BB, akan cenderung sesaat saja, lama2 juga orang akan bosan dan kembali pada apa yang dianggap lebih berarti untuk dilakukan, spt mas Yodhia yang lebih suka baca buku.
Betul mas Yodhia. Charles Jones pernah bilang, “Anda hari ini sama dengan lima tahun mendatang kecuali dua hal: orang yang Anda jadikan teladan dan buku yang Anda baca”. wah, jangan sampai deh, 5 tahun y.a.d. kehidupan kita dicuri oleh lifestyle spt itu. Thanks ya, jadi makin mantap nih untuk ngga bikin account di FB, kebanyakan isinya cuma sekedar shoutbox; mending nulis di blog yg bermutu spt Multiply, WordPress, atau Blogspot.
Ada dua penegas yang perlu kita renungkan yaitu :
1.merasampas waktu berharga kita untuk melakukan “permenungan”, melakukan kontemplasi, melakukan proses membaca buku yang membutuhkan kedalaman dan keheningan.
2.parodi : kredibilitas kita acap ditentukan oleh seberapa canggih gadget yang kita miliki, dan seberapa keren merek smartphone yang kita tenteng
Sangat menyedihkan, dikala bangsa yang ingin cari jati diri, akhirnya dikebiri oleh kecanggiahan buat status yng kasat mata. namun status tak ubahnya bauh yang sedang matang, sejauh mana kita matangkan buah tersebut di dalam pribadi kita masing-masing, manis asem dan busk tinggal niat kita. smoga jati orang yang punya jati diri yang utuh.
Saya baru saja ikut konferensi sebuah profesi di New Delhi, India. Tempat berlangsungnya di sebuah kampus yang dari luar tampak tidak lebih bagus dari bangunan SD Negeri di Jakarta. Tapi pembicara dan isi pembicaraannya benar2 world class. Semua pembicara orang India tetapi mereka warga negara Kanada, Amerika dan sebagainya. Di tempat itu pula dijual textbook referensi terbitan lokal yang harganya kurang dari Rp 40.000 per buah dan larisnya bukan main. Sepanjang pengamatan saya, hampir tidak ada orang yang menenteng blackberry…
Menurut saya, pada intinya adlh, FB dan BB hrs kita kendalikan, bukan sebaliknya. Ya, Man behind The Gun-lah.
Betul jangan sampai waktu membaca kita terampas oleh FB dan Blackberry….tulisan yang perlu sekali untuk direnungkan….
Saya setuju dengan “Afit” Tergantung kita mau posisikan FB dan BB dimana..
Bagi pencinta buku, memang FB & BB kadang melenakan, tapi kalo memang benar2 hobby membaca, tuntutan nuraninya pasti akan menggiringnya kembali ke buku. Pasti BB-nya akan diisi ebook-ebook yg bermutu, shg selain tampil keren, otak juga tambah keren…
memang benar fb & bb adalah bagian dari lifestyle saat ini.
saya pribadi melihatnya sebagai sebuah peluang, karena dapat dimanfaatkan bagi kegiatan marketing yg berbasis networking.
informasi yg kita miliki dengan cepat bisa tersebar dengan biaya relatif murah.
betul mas ernanda, mas afit, semua fasilitas/teknologi tergantung kita yang memosisikanya dan memanfaatkannya, ada sisi baik dan buruk..begitulah teknologi
Setuju mas,
Seharusnya tahapan FB & BB didahului dengan proses kecintaan pada membaca terlebih dahulu, kalau tidak ya seperti terjadi di kita ini,
seolah2 intelek padahal kebanyakan kosong…:)
Mas, izin tulisannya aku posting di blogku ya..
Thanks.
musafir
Hadirnya BB n FB adalah konsekuenasi dari produk kemajuan teknologi komputer n informasi, adapun buku adalah produk pemikian yang diwujudkan dalam lembaran kertas melalui perangkat alat cetak. dua hal yang berbeda dalam bentuk media, meskipun ada kesamaan dalam sarana penyampaian informasi. tidak menjadi masalah manakala kita menggunakan BB hanya sekedar alat yang tidak menyita waktu dan pikiran, sedangkan buku tetap menjadi referensi dan sumber pembuka ilmu yang mumpuni..
Tergantung kebutuhannya ya mas. Kalau memang positif di FB ya knp tdk daftar?
tapi ya mmg seharusnya tidak merenggut waktu utk baca buku, saya setuju itu
Anggap aja FB & BB sebagai mainan musiman, seperti dulu waktu SD main Yoyo. Tapi kalo pengin cerdas kudu membaca, bacaan bermutu pastinya.
Bukankah dengan membaca kita tambah ilmu.
“Allah telah mengangkat orang-orang yang beriman dari golongan kamu, dan begitu pula orang-orang yang dikurniai ilmu pengetahuan beberapa darjat.” (al-Mujadalah: 11)
yes. setuju Mas.
era digitalisasi ini. memang terjadi suatu over informasi sehingga bener2 merenggut kehidupan manusia. soalnya menurut saya bukan waktu membaca buku saja. soalnya banyak juga orang yg tidak suka membaca untuk mempelajari sesuatu. ketika dulu trend sms aja. saya melihat beberapa ibu2 muda saking sibuk sms sampe nelantarin anaknya yg masih kecil. ketika kita langsung ngumpul bersama teman2, ada aja yg lebih sibuk sms dibanding ngobrol bersama teman2 yg telah meluangkan waktu bersama. where’s the respect. en sekarang masuk ke satu era yg lebih keren lage. facebook en BB. di mall g perhatiin pada sibuk dengan bbnya. haha. itu sesuatu yg bagus. BB and facebook. kita connected, informasi bisa cepat diakses. namun tidak seharusnya kita addicted en jadi slave dengan media tersebut.
saya setuju mas dengan yang dikatakan mas yogi,
ambil sisi positifnya saja, kita dapat bersilaturahmi dengan teman2 dll.
kita gunakan facebook sebagai media komunikasi dan silaturahmi dengan kolega dan temen2, tentunya dalam batas2 kewajaran saja.
………namanya juga sebuah tulisan, kalau nggak ekstrim pendapatnya, mungkin juga nggak ada yg membaca, atau kalau pun ada yang membaca mungkin juga minim tanggapan……dan yang jelas nggak rame. Saya sudah hafal betul dengan karakter tulisan bung erik ini selama lebih dari 15 tahun yang lalu, memang selalu mengambil aliran dan nada provokatif, dan itu ya sah2 saja karena memang ciri khas dia, buat yang 100% setuju, 100% tidak setuju, atau posisi 50% ditengah-tengah, no problem semuanya………semua kembali ke kita masing2……….toh semua orang tidak bisa kita paksa untuk mempunyai budaya hidup yang terus-menerus serius………baca buku yg tebal2, kepala botak, selalu merenung di dalam kamar………..kalau orang semua seperti itu bisa kita bayangkan kehidupan ini akan terasa sepi…….mall2 sepi, jalan2 sepi, pasar2 sepi……..semua dalam kesunyian………….hahahaha. Monggo dilanjut debat nya……..
Mas Yodhia, it’s about the man behind the gun. Dari dulu emang budaya baca kita rendah kan? Tapi kalo ngobrol ngalor ngidul dan membicarakan orang wah kayaknya disukai sekali. Itulah kenapa program infotainment di TV laku. Kita jangan salahin BB dan FB nya, seperti kata mas edy, ambil sisi positifnya bahwa FB dan semua social network site lainnya adalah sarana silatirahmi real time yang meniadakan jarak, apalagi dibantu sarana gadget BB. Nah mungkin pemikir2 kayak mas Yodhia bisa memikirkan atau mempromosikan cara2 lebih mendayagunakan FB dan BB daripada dipakai ngobrol atau pasang status tidak juntrungan yang saya juga tidak suka.
Dear mas Yodhia,
Setuju abis mas.seharusnya kita tidak diperbudak oleh ‘alat’.Tapi waktu akan merubah melalui caranya sendiri nanti alias akan ada lagi sesuatu yang lain yang menggerus manusia dalam mencari ‘imprint’ untuk otaknya.Kita tunggu rahmat Ilahi untuk hal ini mas, seharusnya menusia belajar dari bumi yang tua ini.”iqra” adalah kalimat yang tepat, untuk apapun, mungkin bagi yang tierimbas FB atw BB adalah ‘membaca’ versi mereka.ini hanya sebuah pilihan.
Mas, menta ijin untuk saya share di blog saya ya !
Mas Yodhia, judgement Anda terasa zakelijk. Terlepas dari unsur yang lebih dalam dari tulisan Anda, saya punya pendapat lain.
Jika yang kita perhatikan hanya status : “bosen nunggu anak”; “kapan hujan berhenti”; dan yang sekelas itu, memang terasa hanya motivasi “ingin diakui eksistensinya saja”.
Saya melihat ada “kebaikan” lain dari FB maupun BB.
Saya selaku pengguna kendaraan umum, yang harus wasting time scr ekstrem krn KRL mengalami gangguan, atau kendala lain. BB menurut saya bisa digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan kantor yg tertunda, baca email, reply email. Cek-koreksi attachment, apapun bentuknya.
Pada FB, saya sangat senang dengan struktur forum diskusi, dibanding dengan milis, minimal kita menghemat waktu untuk mencari posting dari ybs. Di email, ada masalah selera, seseorang bubuhkan commentnya di bagian bawah, ada yg di atas, ada yg di tengah. Padahal banyak bagian yg sudah kita baca sebelumnya. Di FB, at least pengulangan spt itu tidak terjadi. Ketika kita ada di forum publik, kita juga bisa cek, siapa ini pengirim posting ? Apa pekerjaan dia ? Siapa lingkungan dia ?
Sepanjang faedah itu bisa saya dapat, saya belum bisa beri judgement senada dengan Mas Yodhia.
Dan FYI, saya sangat tidak tolerir ketika seseorang di FB add saya menggunakan nama alias dan berusaha menyembunyikan identitas sebenarnya.
Yup!
FB & BB adalah bentuk produk imperialisme ekonomi dan kebudayaan, atas bangsa yang masih lemah dalam 2 hal tadi. Tergantung, kita mau berposisi sbg bangsa (manusia) yang bagaimana? Saya setuju bahwa bila tidak dikendalikan, FB & BB akan sangat merusak. Tapi dengan konsep “memukul lawan dengan logistiknya”, saya kira FB & BB akan jadi alat yang sangat efektif utk melawan penjajahan tadi. Senada dengan bung Afit, prinsip Man behind the Gun.. Tabe’!
hi..hi…hi… setelah saya baca ulasan mas yod soal fb & bb & comments from all; saya jadi inget omongan orang tetua dulu soal ribut2 shalat shubuh antara yang pake qunut and nda qunut; dia bilang “ngapain ributin soal qunut mestinya yang kita ributin adalah mereka yang nda shalat shubuh, kita sama-sama pikir bagaimana caranya supaya mereka mau bangun shalat shubuh!”
so… mari kita pikir bersama gimana caranya supaya generasi penerus bangsa kita ini GEMAR MEMBACA. have you idea? lets make it come true.
loh koq saya jadi bingung yah…FB yang dianggap distraction tapi Blog ini pun membuat group di FB…????
Berkat FB saya beserta teman2 SMU dulu bisa menyelenggarakan reuni SMU. dan setelah itu kita bertukar informasi pekerjaan, dan bahkan tidak menutup kemungkinan untuk sharing buku favorit kita masing2.
Jika niat kita bagus (bukan untuk sekedar eksistensi…) kita akan memperluas link network yang kita miliki….
ada beberapa group di FB yang saya ikuti karena memang berisi argumen2 menarik tidak beda dengan kita berselancar di dunia blog…salah satunya group “jangan bikin malu 2009”. ini link-nya
https://www.facebook.com/wall.php?id=622088280&banter_id=520894275&ref=nf&show_all#/group.php?gid=47674236375
maksudnya adalah segala sesuatu tidak akan bermanfaat bagi kita, jika kita tidak mengerti apa peruntukkannya…..
Bagi pengguna BB yang merasa terganggu dengan notification pada saat baca buku (seperti pengalaman teman saya) saya sarankan matikan saja sejenak BB anda….beres kan!
Bentuk dan perkuatlah karakter anda sehingga tidak mudah goyah dengan trend2 sesaat…
….saya setuju dengan pendapat mas faizal ini, yang tentu lebih moderat……., tidak harus anti-pati pada suatu hal, bagaimanapun sebuah produk teknologi hanya sekedar alat, bisa untuk hal yang positif bisa juga menjadi hal yang negatif……..tapi ngemeng2 dalam konteks komunikasi kekinian, opini yang moderat seperti ini jelas nggak menarik untuk di baca, apalagi diperdebatkan………karena semuanya cenderung menyetujui. So……..opini atau provokator dari bung Erik ini jelas sangat seksi untuk memancing perdepatan, ……….jangan-jangan apa yang kita perdebatkan ini juga merupakan bagian dari “reproduksi sampah” dari sebuah produk kebudayaan kekinian…………hehehehe
Wuih, salut dengan komentar2 di blog Mas Yodh ini yang sangat analitis dan mendalam. Tambah rame aja nih, Mas.
Untuk saya sendiri, Facebook dan Blackberry haruslah diperlakukan sesuai porsinya dan dikembalikan ke fungsinya.
Terlalu sering ke FB memang menjadi sekedar nyampah kalo isinya komentarin status. Yang amit2 jika BB sekedar simbol status. Duh!
Saya sendiri kadang merasa aneh. Toh komentar2 di FB bisa dilakukan via sms, kenapa juga musti online yak? Virus digital narcisism sedang mewabah?
Sepakat dengan teman-teman di sini : Man Behind The Gun. Saya prefer blog, baca buku, dan download e-book bermutu.
betul pak!
Setuju…..
Saya salut dengan Bpk
Mungkin saya salah mengenai FB, namun saya menerima note yang cukup mewakili gambaran untuk mengatakan FB bukan seperti kerumunan di terminal bis pulo gadung atau sejenisnya.
Beware: Either FACE or BOOK has the same thing in common: They do really matter when they’re THICK…
(Berhati-hatilah: Wajah dan Buku mempunyai kesamaan: dua2nya bener2 akan jadi masalah kalo TEBAL..)
Kita semua punya 2 pilihan, yang mana yg mau kita bikin tebal.
Di facebook, kita punya 2 kesempatan yg sama. Yg mana yg mau dipilih terserah facebookers…
Regards,
Catur.
Semuanya…tergantung masing2 user Mas, mau terjebak dan terjerumus dalam kecanggihan teknologi atau mau menjadi pengendali semua itu. dari sisi negatif yang dipaparkan, tak dapat ditangkis FB & BB pun punya efek positif.
Negatifnya? silahkan user kenali sendiri.
saya sih, pake FB karena mau cari temen2 lama saya..
dan juga, sekalian promo buat blogs saya… 😀
kalo soal baca,, tetep buku is the best lah
Really that’s funny…
Tentunya bukan karena Blackberry dan Facebook mereka lantas jadi dangkal, orang-orang seperti itu pada dasarnya karena mereka memang masih dangkal, mereka yang ngga punya Blackberry atau Facebook juga tidak semuanya lebih baik.
Di Facebook tidak hanya sekedar status yang ramai tanpa arti, ada juga yang bagus dengan notes/link dari blog yang dalam. Buktinya blog ini sendiri juga melakukannya, meski nampaknya ini hanya upaya menarikan trafik karena untuk membaca penuh harus link lagi kesini… *you can correct me if I’m wrong about your objective. 🙂
Tradisi membaca tidak dihancurkan oleh FB & BB, tetapi karena memang minat baca bangsa ini yang masih rendah dan tidak ada usaha pemerintah untuk mendukungnya secara real, saya sendiri suka membaca, dan kalau diperhatikan buku yang saya baca adalah buku translate dari luar karena memang buku dalam negeri isinya kurang menggigit.
Baik FB / BB saya anggap adalah kemajuan teknology yang bisa dimanfaatkan untuk hal yang baik bagi diri saya, orang lain dan bangsa ini sendiri, selama kita tahu bagaimana caranya.
Wah, mas Yodhia ini rupanya tipe pesimistis. Kalo idenya seperti itu, lebih cocok ditujukan pada media lain yang lebih konvensional, seperti TV misalnya, yang jauh ketidakmanfaatannya dibanding Blackberry dan Facebook. Ibarat sebuah pedang, lahirnya teknologi memang mempunyai dua sisi. Manfaat dan mudorot. Tergantung kontek, niat dan individunya. Blackberry di tangan seorang mahasiswa murni memang terlihat anggak-anggakan /sekedar jaim. Tapi bagi yang mempunyai bisnis global dengan mobilitas tinggi alat semacam Blackbery menjadi sangat vital. Karena ia bisa mengendalikan bisnis sebesar apapun hanya dari sebuah piranti kecil dari manapun juga di belahan dunia ini. Facebook dan budaya baca sebenarnya tidak terkait. Mereka yang demam facebook pada dasarnya memeng tidak hobi membaca. tidak ada FB-pun tetap mereka tidak suka baca. Masuk FB tanpa mempunyai bisnis online memang agak sia-sia, namun setidaknya kita bisa menemukan teman-teman jauh yang lama tidak berjumpa. Silaturohim, nilai mulya yang tidak bisa dinilai dengan materi apapun.
buat saya entah itu FB, ataupun BB, hanya sebuah alat. sama saja dengan buku, pisau, buku, dan sebagainya.
bahwa sangat banyak orang yang lalu lebih memperhatikan bungkus daripada isi, saya sepakat segala sesuatunya memiliki korelasi, sebab akibat.
tapi kembali kepada alat dan sang pengguna alat, semua kembali pada penggunanya.
ini toh sama saja ketika banyak orang kerajingan didepan komputer, atau laptop.
toh buat saya, alat ya alat. buat saya, mahal2 beli perangkat begini ya rugi. meski saya ngiler dengan BB Bold, tetep aja curve punya saya belum tergantikan. lha mahal gimana lagi heheh..
BB membuat saya mengenal pemikiran seorang yodhia antariksa didalam taksi, ditengah kemacetan jakarta. FB, membuat saya mampu menghabiskan penat dan bermain car madness karena belum mampu beli mobil impian heheheh.
so, its depend on man behind the scene. banyak teman-teman di LN yang juga sibuk dengan BB dan FB nya, tapi tetap mampu menilai orang tidak dari covernya saja. at least saya tetap saja beli buku dan bermimpi suatu saat nanti memiliki sebuah perpustakaan walaupun ada jutaan e-book di internet heheheh
yang perlu difikirkan menurut saya bagaimana budaya instant, budaya menghargai seseorang dari “alat” yang menempel dibadannya, atau dari jabatan dan posisinya, menilai kecantikan lawan jenis hanya dari ragawinya, dan berbagai budaya jelek lainnya, bisa tereliminir…
but, harus saya akui, tanpa kontrol yang baik, benda-benda tersebut memang candu :p
anyway, sori panjang betul. lama ngga nyoret2 di blog orang ehhehehe.
*one who still read this blog till now 🙂
wah, saya tidak setuju pendapat mas yodhia tentang fb. justru melalui fb saya banyak membaca blog yang bermutu. bukankah membaca blog sama saja dengan membaca buku? melalui fb juga saya banyak bertemu dengan orang-orang hebat, belajar dari mereka, dan selalu termotivasi dengan kesuksesan mereka. di fb, kita juga bisa mempromosikan bisnis dan mendapat rekan-rekan baru. yang pasti, kehadiran fb membuat hidup saya tidak lagi terasa hambar….
Salah satu contoh, FB dinilai positif……….., klik aja di……
https://www.detikinet.com/read/2009/03/16/160801/1100256/398/telkom-wajibkan-karyawannya-facebook-an
Mas yodhia,
Segala sesuatu di dunia ini harus disikapi dengan arif dan bijaksana, dan akan lebih baik jika digunakan sesuai dengan fungsi positifnya.
Kalo orang yang sekarang punya FB dan BB tidak pernah baca buku, ya tidak akan pernah terasa terampas waktunya.Karena toh mereka merasa tidak perlu melakukan permenungan dengan baca buku.bisa jadi permenungan mereka adanya di club, di tengah hutan, atau bahkan mungkin ditengah halte bis yang ramai.
salam
sebetulnya teknologi tuh gak bisa di tolak mentah-mentah atau di bendung habis-habisan tapi harus kita kendalikan…kecuali kita mau jadi budak bagi teknologi itu sendiri…tapi apakah kita mau teknologi menjadi tuan bagi kita apa kita menjadi tuan bagi teknologi itu sendiri…tinggal kita pilih secara bijaksana..
wassalam
wah mas, mungkin terlalu skeptic ya. secara umum, FB dan Blackberry memang sudah menjadi bagian dari gaya hidup. lifestyle. yang tidak semua orang setuju. memang fenomena keduanya tidak bisa dielakkan lagi. merasuk sampai ke tempat tidur, ruang pribadi yang seharusnya menjadi milik suami/istri kita.
namun saya kurang setuju jika dikaitkan dengan budaya bangsa. totally different. FB maupun Blackberry memungkinkan kita menjelajah dunia maya, dimana saja dan kapan saja. sejatinya, budaya membaca ada agar wawasan kita bertambah. seiring perkembangan jaman dan cepatnya perubahan2 informasi, kita dituntut cepat tanggat. FB sebagai jaringan informasi yang (mungkin akan) menjadi terbesar merupakan salah satu sumber informasi gratis yang orang dengan akan senang hati menyampaikannya. ini bedanya. dalam dunia FB, informasi disampaikan dengan ringan. kita yang berada dalam jaringan mengolah informasi itu menjadi berguna bagi kita maupun masyarakat sekitar.
sedangkan BB hanya alat akses. terlalu berlebihan kalau itu dijakan kambing hitam atas rendahnya minat baca. saya pikir, membaca sudah bukan budaya lagi, tapi menjadi bagian dari naluri.
akan lebih sarkas lagi jika kegaduhan informasi di dunia FB disamakan dengan terminal maupun pasar. bukan supaya keren, namun bagi kita yang ingin mengikuti perkembangan dunia secara umum, era networking sudah lama dimulai.
just think this article lil bit judgmental ya… Baik blackberry maupun facebook sama kek pisau, bisa berguna kalo kita pake dengan benar, tapi juga bisa jadi alat yang mematikan…
Its all depend on us
FB & BB kan cuman sebagai media karena perkembangan teknologi komunikasi. Tergantung Person’nya yang memaknai & memanfaatkan. Di FB’pun bisa. Bisa kita jadi kantempat perenungan juga ko, saya sering nulis blog disana juga, sekedar mengasah pikiran supaya tidak terlalu tumpul. Dari FB kita juga bisa banyak belajar dari note-note teman2. Mau hanya sekedar buat gaya-gaya and ngikut trend aj juga bisa. Buat mereka yang suka show off juga bisa . Buat sarana untuk dakwah juga bisa, atau buat sarana jual diri pun juga bisa kok, tergantung Kita memahami & memanfaatkan.
Menurut saya Mas Yodhia terlalu memandang segi negatifnya saja. Yah dunia maya & teknologi selalu mempunyai dua sisi – positif or negatif. Tergantung kita ingin ke arah yan positif atau ke arah yang negatif.
gua setuju banget sama bro bb memang orang lupa semuanya
setuju dg bang yodhia…komunitas macam friendster, facebook, kaskus, menjadikan sebagian orang addict…
orang akan bilang tergantung orangnya…
tapi kenyataannya..internet cuma buat kongkow2, ngobrol ngalor-ngidul, liat berita yang nggak banyak berguna isinya buat kita…nggak menghasilkan…
memang fenomena orang indonesia…status dilihat dari gadgetnya…mampu beli hp mahal tapi nggak mampu beli pulsa…
mendingan buat toko online…kayak gue…he..he..he, (tengok klikmuslim dot com)…buat nambah panghasilan
btw..nice post buat bung yodhia..mampir bung di webstore kami…
Ambil baiknya, tinggalkan buruknya :-).
ironis memang, kita rela membuang uang yang banyak untuk ngenet buka FB yang isinya cuma obrolan ngalor ngidul yang mungkin hampir ngga ada manfaatnya, tapi kadang untuk beli buku kuliah aja sampe mikir 10 x, atau ngeluarin duit amal mikir sampe ngantuk tetep ngga dikeluarin. hiburan emang penting, tapi kalo udah kecanduan…?? thx artikelnya kritikan buat gw dan juga mungkin semua yang saat ini kecanduan sama FB, YM, LC atau yang sejeninsnya. saran gw buat semuanya : Buka situs2 yang informatif dan edukatif, dan kurangin situs2 chat kaya gini..
Thanks for all of your comments, guys!!. I respect your different point of view. Namun apa yang disampaikan Mas Pratomo (comment no 7) itu sungguh patut direnungkan dalam-dalam.
Facebook dan Web 2.0 lainnya adalah revolusi sosial yang tak bisa dihindari. Membaca buku adalah kasus lain. Tidak seperti ebook yg terasa melelahkan dimata, buat saya membaca buku cetak memang tak bisa tergantikan oleh metode2x digital. Membaca buku bagi saya berarti menggenggam buku dan membuka lembar demi lembar kertas dengan jari saya 🙂
tidak semua yang saudara katakan benar, tulisan ini cukup banyak yang mengomentarinya dan menurut saya kebanyakan yang koment ini banyak yang punya acount FS ato FB dan lainya,apakah mereka malas menbaca tidak kritis? setahu saya teknologi seperti ini tidak bisa dihindari, tapi jika kita cukup kreatif kita bisa buat pembandingnya atau yang lebih bermanfaat, anda tahu sejarah google juga FB dan lainnya yang merupakan kreatifitas mahasiswa apakah mereka kurang membaca, kita juga harus melihat berapa orang yang malas membaca dengan isi buku yang membosankan, namun setiap harinya wawasannya terus bertambah dengan mengupdate berita lewat internet. masih banyak lagi alasan penolakan yang terlalu panjang untuk saya tulis
iya
bener banget
SEPAKAT..!!Pak
saya juga jadi malu stelah ‘tersadarkan’ dengan bacaan ini
malu kalo waktu cuma dibuang-buang hanya untuk liat foto2 temen di FacebOoK..hahhaaa
keren bgt artikelnya
kembali kepada individu nya masing2 .
yeadhi
hehe..jadi kesindir nih om..
memang apa yang ditulis saudara yodhia sekarang ini saya rasakan pada diri saya, dulu waktu saya banyak buat membaca, tiap abis makan malam sampai waktu tidur cuma habis buat membaca, sekarang dengan maraknya FB dan game-game online menjadikan addict yang sia-sia bagi saya dan tentunya bagi bangsa ini… menurut saya membaca tetap akan menjadikan khasanah pengetahuan bagi kemajuan bangsa, cuma kita juga tidak bisa menafikan datangnya media baru ini, dengan pola pikir yang positif kita juga harusnya bisa menemukan sisi positif dari media ini, dan yang pasti ada!
tidak bisa dipungkiri bahwa pola pikir masyarakat Indonesia adalah cenderung ‘bertetangga’ maka itu kenapa FB begitu diminati saat ini hingga tak terbendung…
akan tetapi fenomena ini bisa juga cuma badai yang datang sesaat yang kemudian menjadi angin sepoi yang membawa kesejukan untuk selanjutnya..
memiliki gadget memang harus disesuaikan dengan kebutuhan, bukan karena gengsi. gadget yang bagus kaya BB atau gadget yang bisa nampilin FB mesti bisa untuk browsing. dengan begitu minat baca bisa tersalurkan dengan selancar di dunia maya. saya sendiri beli smartpone untuk memuaskan dahaga membaca. beli buku dana terbatas. nongkrong di toko buku gak enak terus-terusan numpang baca gratis. keberadaan perpustakaan sangat langka di indonesia. yang paling mudah dan simpel sedikit berkorban dengan membeli smartpone yang butuh dana menguras kantong. namun dengan modal pulsa sedikit sudah bisa membaca situs2 dan blog2 yang bagus, kayak punya mas. tapi yang paling asyik membaca medianya adalah buku. salam baca untuk semua..
Saya kira kalau facebook hanyalah ajang kedangkalan berfikir itu tidak benar adanya. Facebook memang sejatinya hanyalah sebuah tools untuk berkomunikasi.
Dalam berkomunikasipun kita bisa memilih tempatnya, mau diskusi diwarung kopi ngelantur sana-sini atau berdiskusi dalam seminar dengan topik yang memerlukan analisa kritis.
Di Facebook banyak juga tempat berdiskusi yang membuka cakrawala berfikir agar lebih bergerak bebas tanpa batas.
Bukan FB nya yang salah tapi pemakainya lah yang salah memosisikan diri.
Saya aga kurang setuju dengan pendapat anda karena dengan facebook pun kita tetap membaca kan? di dalam facebook bukan hanya ajang narsis2an ga jelas atau semacamnya tapi berkomunikasi dan menambah pengetahuan.
Bagi saya kembali lagi ke self management, jika kita hanya melihat dari sisi negatif akan sebuah objek maka akan muncul kesan tidak fair, “tidaklah semua yang dibuat sia-sia” & “semua yang berlebihan akan merugikan”. FB dan BB salah satu konstribusi untuk perkembangan teknologi yang penggunaannya harus bijak.
Pak, saya suka banget istilah anda sbb:
“Pada akhirnya, Facebook mungkin sama sekali tak berbeda dengan kerumunan di pasar Gunungkidul atau terminal bis Pulogadung: bising, penuh celoteh dangkal, dan disana kita kita tak menemukan keheningan yang mengajak kita berpikir secara mendalam.”
dan
“Dan dengan itu, Blackberry dan Facebook sejatinya telah melakukan apa yang saya sebut sebagai “digital colonization” : diam-diam mereka telah menjajah pikiran kita, dan secara perlahan mereka telah membunuh gairah masyarakat tanah air untuk membangun tradisi membaca yang tangguh dan penuh ketekunan.”
Untuk FB baik make BB or not, mirip sekali dengan dunia kita, pas kita konek ke FB sama seperti kita bangun tidur.
Ada yang langsung mandi, ada langsung nongkrong di posronda, ada yg mandi terus ke perpus, kerja, olah raga, nonton sinetron.
Ada banyak hal positif dan tentu negatif dalam setiap manuai melakukan aksi.
Sama di FB ada yang pengin narsis, pengin liat status teman, pengin promosi barang dagangannya, atau hanya sekedar chat dengan “mantan” sekolah dulu.
Jadi beragam orang punya tujuan untuk ber FB ria, tapi satu tujuan pasti biasnya senang karena bertemu teman lama.
Don’t worry bagi yang latah paling 1-2 minggu sudah bosen, seperti saya diawal sempat addict juga tapi ya, saya manfaatkan saja untuk kepentingan bisnis. Networking.
Untuk pemakai BB, tidak dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia memang senang dengan hal2 yang berbau konsumerisme. Sering hal2 yang bukan kebutuhan ahirnya dianggap kebutuhan. Hanya karena ingin di cap gaul atau keliatan kaya. orang rela membeli apapun yang diinginkannya, meski dibela2in ngutang.
Bahkan teman saya yang emang gonta2 gadget beli BB hanya karena lagi latah di FB, duh…
penuh Inspirasi
http://www.SiswoNugroho.com
Semuanya tergantung dari cara pandang / mindset kita.
Pinter-pinternya kita memilih & memilah dalam mengisi jatah hidup / usia.
Salam Pak Yodhia 🙂
Curcol dikit ah!
Istri saya akan berulangtahun dalam waktu dekat..
Bukan karena mahal, tendensi beliau untuk memiliki BB berhasil saya eliminir secara halus dan positif.
Kini, membaca tulisan bung Yodhia membuat saya tidak menyesal “mematahkan” keinginan istri saya tadi..
Btw, bung Yodhia juga telah “merampas” hak buku2 saya untuk dibaca.. Karena saya “terpaksa” baca tulisan2 anda.. :o)
intinya saya juga setuju. kebanyakan orang-orang yang merespon di facebook tidak menggunakan kata-kata yang bermutu sehingga seperti kata mas Yodhia Antariksa tak ubahnya pasar atau terminal. cuma saya kurang setuju dengan penggunaan kata-kata mas Yodhia Antariksa yang memritifkan orang udik di ujung sana. mereka juga punya hak untuk belajar, dan kita jangan meremehkan kemampuan intelektualitas mereka. justru tugas kita untuk membantu mengjarakan mereka peradaban yang memanusiakan. saya juga tidak setuju dengan penyamarataan pengetahuan dan wawasan orang yang jarang membaca dengan penjual kambing di pinggir jalananan. bisa jadi para penjual kambing itu juga lulusan dari sekolah pertanian yang mengaplikasikan pengetahuan yang mereka telah dapatkan. anyway, saya setuju dengan pendpaat mas Yodhia Antariksa cuma coba carilah kata-kata yang tidak menyudutkan dan merendahkan kelompok orang tertentu. terima kasih.
BB & FB hanyalah sekedar media, tergantung bagaimana kita memanfaatkan kedua media tsb
Saya punya concern yang sama dengan Bung Yodhia. Tapi sikap saya masih moderat thd FB dan BB.
Ada yang kisah menarik berkenaan dgn BB addiction di sini: https://www.steveshapiro.com/2008/07/05/stay-connected-by-disconnecting/
Comment no 49 yang menggarisbawahi no 7 berbicara banyak buat saya, walopun ada pengantar sebelumnya.
Intinya Mas Yodhia ini anti FB & BB, apapun alasannya.
Semoga proses pendewasaan ini adalah buah Anda membaca buku.
Hmm.. yang jadi masalah itu menurut saya sistemnya. Coba tengok apakah anak-anak Fakultas Kedokteran itu gag punya FB lantaran kebanyakan menghafal ? Banyak di antara mereka yang punya FB dan hal itu gag mengganggu hafalannya. Itu semua karena sistem..
Kalo bung Yodhia yang membuat FB & BB ini tentunya bung tidak akan berpendapat demikian kan? banyak keuntungan diperoleh termasuk aspek financial, banyak hal juga dapat dibuat dengan keuntungan financial yang diperoleh. Suatu yang lumrah semua terkandung efek +/-, ya itulah hidup di alam fana yang notabene terus berulang. Adapun dimensinya akan terus berkembang dan tidak akan bisa dibendung. Yang terpenting buat saya, gmn kekuatan + (positif) mendominasi permukaan??
Klo menurut saya BB dan FB itu sebagai important utk era sekarang. Kita perlu ngemail, tidak harus mo buka kompi, butuh info2 tinggal buka di BB. Komunikasi jadi lancar via FB atau chatting, klo untuk baca-membaca disitu juga ada fasilitasnya, bisa buka inet dr situ, jd bisa reading kan? bahkan writing. Klo menurut saya membaca adalah hobby, klo tidak hobby mo dipaksakan ala apapun, klo ga suka ya percuma. Jadi, klo BB dan FB menghancurkan peradaban membaca, kayaknya ga deh…
Saya setuju dengan pendapat bung Hardjanto do comment no 64, juga dengan comment 68 , intinya tergantung bagaimana pengguna FB dan BB menyikapi keberadaan media tersebut, tapi saya juga terimakasih kepada bung Yodia karena (meski saya tidak memiliki BB tapi saya terdaftar sebagai pengguna FB) mengingatkan kami para pengguna FB dan BB untuk lebih bijak menggunakan media tersebut.
semua yang ada di internet juga begitu mas, tergantung kita mau memanfaatkan atau malah terjerumus dalam hal2 negatif yang dibawanya.
Hehe,..nampaknya bersumber dari pengalaman pribadi nih. Menurut saya sih FB tuh toolnya cewek. Bukan masalah apa manfaat apa tujuannya, buat cewek kan yg penting ngobrol aja.
Bumi emang udah benar2 jadi planet venus…
setuju sekali! tapi jika boleh menambahkan, setidaknya perlu diletakkan kutub2 positif negatif manfaat dan kerugian dari topik bahasan fb dan bb di atas. tidak melulu berputar di bahasan tergelincirnya peradaban baca tulis yang tergantikan dengan browsing cepat dan pencet pencet tombol akibat jinjingan oleh-oleh digital colonization yang menjajah. toh setidaknya dari kebisingan dan sorak sorai fb, saya pribadi menemukan banyak kedalaman isi setelah terpikat advertisement yang membawa saya menuju blog ini. dan mungkin jangan dilupakan celah baru dari bentuk2 ruang publik untuk sekedarnya memajang karya seni, fotografi, notes, dan lainnya. akhirnya, kita juga berproses dewasa untuk makin lebih pandai memilah yang mana yang lebih berguna. atau malah mungkin sebaliknya? 🙂
hahahaha lucu juga artikel mas ini… ya pendapat orang bolehlah berbeda-beda tergantung user yang menggunakan mas… tidak semua pemakai bb dan fb itu buang-buang waktu.. malah adanya kedua teknologi tersebut menurut saya membantu sekali.. pertama dengan memakai bb saya bisa tahu informasi secara up to date dengan fb saya bisa mempromosikan produk saya secara gratis dan byk lagi….
tergantung orang yang menggunakan mas.. dan jangan disempitkan pengguna fb dan bb itu hanya buang2 waktu membaca… malah dgn fb dan bb waktu membaca saya lebih banyak.. informasi yang saya dapatkan juga lebih banyak lagi… mungkin aja waktu mas nyoba fb mas bergaulnya dilingkungan pasar atau terminal, ya jadinya fbnya kayak pasar dan terminal gitu… coba mas bergaulnya dilingkungan perpustakaan yang sesuai dengan minat mas??
,,,,q br gabung FB SKItar 2 bulanan,,,, iya ya? j slalu pengen konek ke situs tsb,,,minat MEMBACA jd berkurang! solusinya… kembali ke personal masing2,,,
FB dan BB hanya produk teknologi yang menjadi candu membudaya hadir di tengah masyarakat kita yang cenderung latah dan kaget2an. Bermula dari sms, email, frendsterd, dan kini FB dan BB. Ga akan lama juga akan hilang setelah muncul produk terbaru, yang akan kita tunggu apa bentuknya.
Saya setuju dengan mas Yod, mengenai ukuran kemajuan suatu peradaban ditentukan dengan seberapa seriusnya gerakan membaca dan perhatian terhadap buku.
FB dan BB menjadi arena menampilkan jati diri, ajang narsis, dan ungkapan megalomania. Sayang memang, untuk anak bangsa ini terlalu mudah terbuai dengan candu teknologi.
Dear all,
Teman2, alangkah baiknya jika kita selalu berfikir melingkar. Selalu melihat segala sesuatu dengan fikiran yang jernih tanpa emosi negative, dan selalu merasa dengan hati yang tenang.
BErfikir melingkar artinya, siapa menggunakan apa. Saya setuju dengan mas Yodhia, jika memang orang2 yang menggunakan BB dan FB sebagai sesuatu yang hanya sekedar menghabiskan waktu tanpa mau mengambil sesuatu yang bermanfaat darinya.
Kalau boleh saya berpendapat, apapun itu, ngak usah BB dan FB, apa saja, apakah sebelum ada BB fenomena tindakan yang menghabiskan waktu atau tidak bermanfaat tidak ada? tentu saja ada. Sebelum ada BB sdh banyak beredar film2 porno berdurasi pendek apakah yang sengaja di buat atau tanpa disengaja. Sebelum FB, apakah penggunaan gadget yang berhubungan dengan dunia maya semua dilakukan dengan niat baik dan cara berfikir sehat? tidak juga, banyak yang menggunakan kecanggihan internet untuk hal yang negative .
Jadi menurut saya, kembali pada “siapa menggunakan apa”. Sebuah pisau/golok tajam ditangan seorang penjagal sapi akan berbeda fungsinya dengan jika berada ditangan sorang “Rian”
Alangkah baiknya jika selalu menggunakan segala sesuatu sesuai dengan fungsinya dan menggunakan dengan seimbang.
BB dan fenomena FB akan berbeda fungsi di tangan sorang yang selalu berfikir maju, menghargai waktu aturan. Miris memang jika kembali mengutif pendapat mas yodhia, BB dan FB hanya sebagai simbol status, sementara di negara maju, simbol status adalh buku apa yang ada di tangan anda.
Hal yang perlu diperhatikan dari semua itu adalah, jangan sampai waktu anda hanya digunakan untuk hal yang tidak penting sehubungan dengan BB dan FB. Lebih baik banyak membaca buku dan berfikir dalam dan jernih dari pada hanya sekedar pamer BB.
Wassalam.
cetek banget pemikiran anda..
mungkin generasi anda berbeda dengan sekarang, dimana buku juga sudah diakses melalui library online, dan banyak situs yang menjual buku secara online, dan bisa diakses melalui blackberry.
it just a matter of habit, apakah bentuk buku atau page internet, semua dapat mengarah pada tujuan yang sama yaitu mendapat informasi dari bacaan.
dan facebook?? oouwwghh… u’re so naif bila mengidentikkan fb hanya sebagai “kerumunan di pasar Gunungkidul atau terminal bis Pulogadung : sebuah tempat dimana orang saling ngobrol ngalor ngidul tanpa jelas juntrungannya”.
biasanya penulis berpendapat dari pengalaman pribadinya. Mungkin, berarti anda sendiri yang selama ini menggunakan fb sebagai chit chat ga jelas tsb.
Banyak cara untuk menambah pengetahuan dan berbisnis, belum lagi networking (ujung2nya business & money juga) yang bisa diexplore dari fb.
ibarat mobil, tergantung drivernya. mau buat mobil gaul dengan fungsi keliling kota jalannya pelan hanya buat show off saja, atau mau dibuat usefull dengan mengantarkan penumpang antar kota, it all depends..
So, wake up bro… its 2009! web 2.0 is heading, prepare to welcoming web 3.0
Menururut saya ada sisi baik dan buruknya, dan intinya adalah pengendalian diri kita.
pinter2nya kita aja mau ambil sari atau ampasnya. semua hal selalu punya dua sisi, baik buruk.
kalo kita gak bisa ambil manfaatnya, bisa jadi bukan social NETworking, tapi social NOTworking. gara2 tlalu sibuk FB n BB kita jd lupa kerja
Ya ya ya … sekadar nyantai dan hiburan ngak pa pa juga yang penting pekerjaan pokok jangan diabai
gairah masyarakat tanah air untuk membangun tradisi membaca yang tangguh dan penuh ketekunan
Untuk apa membangun hal seperti ini? Mengisi waktu untuk asyik dengan diri sendiri? Membaca itu seperlunya, memakai fb itu seperlunya, menulis provokatif supaya timbul buzz kaya posting ini ya juga seperlunya aja 😆
Wah kali ini banyak yang tidak mengamini Bung Yod.
Luar biasa bung Yod ini. Bolanya benar benar panas dan… banyak yang kepanasan.
Sukses selalu bung Yod dan terima kasih. Anda membuat kami jadi “belajar”.
Salam
Robin.
Tergantung pribadi masing-masing, Mas. Nggak semua orang yang punya BB dan FB sama seperti yang Mas sebutkan di atas. Selama mereka bisa memaksimal fungsi keduanya, saya rasa tidak masalah. 🙂
Sesuai yang dikatakan oleh Mas Rendra Krestyawan, BB maupun FB (dan sejenisnya, karena banyak! Ada Hi5, Y!M, etc) harus dikembalikan ke fungsi dan kaedah sejatinya…untuk apa gadget dan fasilitas itu dibuat.
BB sebetulnya banyak positifnya, namun karena masyarakat Indonesia yang terkenal ber-gengsi tinggi, menjadikan BB tersebut ber-alih fungsi menjadi representasi status sosial. Dan inilah salah kaprahnya.
Banyak orang di sekitar saya yang memfungsikan BB sama seperti HP, untuk telpon dan ber-sms ria. Padahal sejatinya BB diciptakan dengan keunggulan sebagai aplikasi Push E-mail.
Dengan menenteng BB kemana2, mereka akan dilihat dan dipandang sebagai orang “mampu”…ya betul juga sih…mampu secara finansial tapi tidak “mampu” dalam hal teknologi. Ibarat orang punya Ferrari tapi ngga bisa dan ngga mampu mengendalikan/mengendarainya.
Facebook kalau disikapi secara positif juga sebetulnya banyak manfaatnya. Untuk berkomunikasi dan meng-update status rekanan, saudara, kerabat, dll yang lokasinya sangat jauh dari kita. Bahkan dalam Facebook kita bisa bertemu dengan orang2 yang selama ini “hilang” atau putus sosialisasi dengan kita.
Konyolnya…kebanyakan pengguna Facebook adalah orang2 yang tiap hari ditemui. Buat apa pake Facebook, kalau sewaktu2 perlu bertemu tinggal telpon, make appointment di suatu tempat. Atau ngobrol di telpon cdma yang sekarang tarifnya juga murah.
Kapan ya masyarakat kita bisa “belajar” untuk realistis dalam menyikapi perkembangan teknologi dan peradaban? 🙂
God Bless U All.
tumben, bang yodhia tulisannya agak keras dibanding biasanya.. tapi tulisannya mengagetkan, tidak biasa
Tanggapan dan diskusi tema FB & BB ini lebih semarak ya.
saya bukan korban BB atw FB..jadi saya setuju dengan tulisan Bapak…yang namanya membaca ya mmbaca…bukan ngobrol ngalor ngidul
BTW kalau sekedar tahu..saya pikir tidak apa2 memiliki account di FB
masih ada manfaatnya kok.
Thanks, thanks atas semua tanggapannya.
Saya tetap percaya dengan kalimat ini :
[…Kedua medium ini telah merenggut waktu dan gairah dari jutaan kaum muda di tanah air untuk tekun membaca deretan buku bermutu…]
hajar terus mas! traffic-nya dahsyat nih! enda.. lewat! :o)
yang salah facebook, blackberry atau MANUSIA nya??facebook ada sisi BAIK nya ga ya???BlackBerry ada sisi BAIK nya ga ya????hehehe..
Saya punya pengalaman menarik dengan menggunakan Facebook sebagai medium pembelajaran
1. Bantuan Donatur
Saya baru menggunakan FB dan ternyata…..wah, banyak teman-teman SMA yang ingin berkumpul kembali dalam reuni. Saya sendiri tidak bisa ikut sebagai panitia. Dengar punya dengar, ternyata ada satu kawan kami ternyata gagal ginjal, kemudian ada yang meninggal dunia secara mendadak, dan banyak masih banyak teman-teman yang ternyata masih mencari kerja. Reunipun dipercepat dan misi sosial diusung.
FB digunakan untuk medium untuk menghubungi teman-teman yang ada di penjuru dunia. Jerman, Swiss, Medan, Samarinda, Bandung,Yogyakarta dan Jakarta sebagai pusat dari kegiatan pengumpulan dana. Tidak sampai 2 bulan, acara heboh pun digelar. Hasilnya: Mission accomplished. Dana terkumpul untuk teman – teman yang membutuhkan. Kartu nama saling ditukarkan. Yang butuh pekerjaan pun ada yang menampung.
Oh ya satu hal lagi, saya juga tercengang…..ternyata di reuni kami masih sempat mengundang REZA! (aduh kamana wae? urang teh kangen berat jeung teteh) — berkat FB, saya bisa ketemu idola lama yang hilang plus ketemu teman lama, plus bisa bantuin teman lain.
2. Rekrutmen
Sebagai praktisi HRD, saya sangat tergantung yang namanya jejaring sosial. Referensi pergaulan menjadi salah satu dukungan untuk mencapai standar kinerja time lead rekrutmen yang sering tidak masuk akal (BHIBUD = butuh hari ini,besok udah dapat). Di saat kehilangan akal, saya menemukan kolega saya sedang membuka FB.
Tanpa ba bi bu, saya langsung tegur dia. Lha? lagi dekat deadline rekrutment malah main FB. Tidak masuk akal!ternyata dia langsung membela diri dengan berbagai jurus silat lidah. Ciaaatttt! wes, ….dia membela diri,”Pak sabar pak. Saya lagi cari calon tenaga kerja. Nih lihat saya baru dapat kemarin.” Aplikasi lamaran disodorkan dan ternyata memang cocok dengan kebutuhan user. Saya jadi malu hati sendiri. Besoknya kandidat itu dipanggil, seminggu kemudian tanda tangan offering letter, dan 2 minggu kemudian, saya gantian ditegur oleh kolega saya karena keasyikan cari orang di FB (sampai lupa proses database dari jobsDB). Pada akhirnya , saya minta maaf 2 kali karena menyepelekan kebiasaan FB. Ternyata pekerjaan rekrutmen mendapat penyegaran berkat FB.
Kesimpulan :
Kalau boleh ambil istilah dari mas Riri Satria, kuncinya pada “balance” antara membagi pengetahuan (lewat BB dan FB) dan Mencari pengetahuan (lewat buku).
Saya sendiri sepakat dengan komentar nomor 78. Kita memang harus bergerak dengan arus perubahan.
Pada akhrinya, saya sendiri menyadari betapa dalamnya pemikiran mas yodhia ttg hancurnya peradaban. Mengendalikan diri termasuk penggunaan teknologi adalah sebuah kunci untuk mencegah alat bermanfaat menjadi tirani baru dalam sebuah kolonisasi baru.
Weleh-weleh , salut mas yodhia. Saya jadi mikir ke sana. Saluuut
Dunia terus perbutar, kehidupan akan terus berubah, setiap zaman tentu ada yang perubah, setiap detik manusia berfikir kearah kemajuan, menjadikan seuatu yang belum ada menjadi ada. FB dan BB adalah suatu kehidupan yang baru bagi mereka yang mengikuti perkembangan zaman. Sebelum ada alat tulis dan menulis orang hanya mendengar dan menghafal apa yang di sampaikan oleh parapemikir. Ya…begitulah kehidupan tidak usah terlalu diebohkan dengan terciptanya FB dan BB ambil baik dan buang buruknya OK……….
yg mestinya disorot adalah dari segi pemanfaatanya
BB dan FB dimanfaatkan oleh orang indonesia kebanyakan untuk bersenang-senang, gpp sih kalo having fun nya itu ndak kebablasan, nah fakta yg ada skrng yg terjadi justru adalah banyak yg kecanduan baik BB maupun FB
dan kalo udah kecanduang, jangankan alokasi waktu membaca aja yg keambil, alokasi waktu untuk yg lain pun bisa kesedot
*beruntung sy ndak suka Facebook dan ndak punya Blackberry, bahkan HP pun tidak :D*
saya ga mau bahas FB/BB. ini blog strategi dan management, tentunya posting kontroversial ini pun adalah bagian dari strategi untuk membuat blog jadi tenar
BENAR/SALAH?
kalo benar, saya mau numpang tenar dsini
BOLEH/GA BOLEH?
:))
Halo Mas Yodhia,
Salam kenal sebelumnya. Tulisan yang menarik, namun saya tidak setuju dengan pendapat anda.
Facebook dan Blackberry dikaitkan dengan hancurnya peradaban membaca? Setahu saya di Indonesia budaya membaca memang sudah lama ‘hancur’. Sebabnya banyak. Mulai dari sistem pendidikan, sampai harga kertas yang mahal yang membuat orang susah beli buku.
Lucu juga kalau anda bilang di Facebook lebih banyak omongan ngalor ngidul tak berarti. Ada beberapa teman saya di milis-milis sastra yang menjadikan Facebook sebagai ajang baru untuk berdiskusi tentang sastra. Setelah lama malang-melintang di dunia mailing list, agaknya mereka merasa bahwa Facebook memberikan platform yang (sejauh ini) tepat bagi mereka untuk berinteraksi.
Mereka diskusi soal sastra di Facebook lho Mas. Artinya membicarakan puisi, cerpen, novel, atau hal-hal yang berkaitan dengan dunia sastra.
Di Facebook juga ada fasilitas notes, tempat penggunanya menulis apa saja yang mereka mau. Mulai dari yang lucu2an sepert 25 things you need to know about me, sampai puisi, kritik sastra, analisis politik, dan lain-lain.
Apakah ini sampah?
Kembali soal membaca, anda pasti tahu Obama mengandalkan Blackberry-nya untuk membaca/mengedit pidato-pidatonya? Tentu anda juga pernah baca bahwa iPhone punya peluang mengalahkan Kindle dari Amazon sebagai alat baca e-book?
Saya menikmati tulisan Mas Yodhia, tapi menyayangkan kecenderungan jumping into conclusion di dalamnya.
Kebesaran sebuah bangsa bukan hanya didukung oleh budaya membaca yang kuat dan tekun, tapi juga keterbukaan terhadap kemajuan dan ide-ide baru, serta kemauan untuk mengakui dan memperbaiki kekurangan-kekurangan.
Sekarang ijinkan saya kembali memperbaharui status Facebook saya. 🙂
Salam,
Waraney
Hmmm semua kembali kepada manusianya, teknologi ada untuk memudahkan tinggal pemanfaatannya saja.
Banyak koq guna dari facebook, group2 yang saya ikuti berguna. Saya tahu komunitas semacam Fresh dari Facebook dan itu benar-benar bermanfaat. Saya menulis blog yang tadinya hanya dibaca sedikit orang, ketika saya masukan ke note facebook jadi lebih banyak teman2 saya yang membaca.
So kembali gimana orangnya, well ya mungkin buat saya facebook mengurangi sedikit waktu membaca saya, tapi itu terkompensasikan dengan ilmu yang bisa didapat dari facebook.
Just use the technology wisely ngga usah ekstrem sampai seperti yang belum punya account facebook sampai tidak perlu mendaftarnya karena Wasting Time. Ini sih sama dengan orang yang bilang ngga usah ada google maps karena dipake teroris.
yah, semua tergantung pada orangnya masing2 yang menggunakannya…
yang seharusnya dibahas adalah bagaimana memanfaatkan keduanya dengan benar supaya produktif dan efektif.
tidak hanya sekedar iseng…
soal waktu membaca yang terbuang, semua tergantung bagaimana cara kita me-manaje waktu dengan baik kan…
Pingback: Pandangan awal saya tentang Facebook « Sanggita
hahaha… komentar saya no 100. setuju mas Yodh…. rame bagget..!
Saya kira inti tulisan Bung Yodia ini sederhana saja, yaitu selamatkan budaya membaca dan waktu untuk berpikir secara mendalam. Jadi warning dari tulisan ini hanya untuk mereka yang selama ini sebagian besar waktunya terenggut dalam jebakan kedangkalan yang ada pada BB, FB, Televisi, dan simbol2 kemajuan lainnya.
Semua hal ada manfaat dan mudharatnya. Sedang simbol2 kemodern-an itu sangat dahsyat perkembangannya. Jadi, mari kita kampanyekan ber-facebook yang sehat. Agar kita bisa lebih adil dalam menghabiskan waktu kita
Tengoklah hasil survei berikut, yang di lakukan di Inggris:
Workers who spend time on sites such as Facebook could be costing firms over £130 M (atau lebih dari Rp 2 trilyun!!) a day, a study has calculated. According to employment law firm Peninsula, 233 million hours are lost every month as a result of employees “wasting time” on social networking sites.
setuju! setuju! setuju!
*enda bener2 dah k’lewat! 😀
Nganu, di facebook banyak notes-notes yang membuat saya merenung. bener ini. Ada beberapa orang di friendlist saya yang masih berkenan share pikiran dan kami bisa merenung bersama walau mungkin kami tidak pernah bertemu.
saya kok miris dengan konklusi tersebut Mas.
Saya pemakai blackberry sudah hampir dua tahun, bahkan di saat orang-orang masih tergila-gila nokia dan menganggap Blackberry adalah barang yang sangat mewah. Saya memakai blackberry karena kebutuhan pekerjaan saya.
Saya terdaftar di Facebook, juga sudah selama itu sejak tahun 2007. Di saat orang-orang masih tergila-gila Friendster. Saya memakai facebook untuk berdiskusi dengan teman-teman sekolah saya di US dulu. Yang tidak sempat saya temui lagi tentunya sekarang. Apakah diskusi kami sampah? I don’t think so Pak. Kami berdiskusi masalah hukum loh. Sesuai dengan bidang studi kami dulu.
Dan buku. Saya masih membaca buku. Banyak bahkan. Dan saya masih suka membaca buku model konvensional, dengan membeli buku, bukan mendownload e-book. Buat saya itu tidak menghargai jerih payah pengarang.
jadi apakah Facebook dan Blackberry memuat peradaban membaca hancur? Tidak buat saya. Dan saya yakin banyak orang yang seperti saya. Itu tergantung individu Mas.. jadi mohon jangan dibuat general..
ah lebay, ini cuma catatan orang yang ga mampu bagi waktu ber facebook be bb dan membaca buku kan
pada hakikatnya semua hal ga akan menghancurkan peradaban kalo dilakukan secara seimbang
you are what you read.. ARE YOU CAN’T READ FROM INTERNET?
ooh poor you,,
oiya, do facebook cuma ngomong ngalor ngidul doang? wah salahkan kemampuan anda ga bisa ngomong berbobot di facebook dong
lagian situ nulis jangan daftar facebook tapi bikin group di facebook,, kind of hypocrisy, huh 😀
lebaayy~~
bagi sebagian besar orang mungkin hanya dimanfaatkan sebagai media haha hihi, namun pemasar yang jeli bisa saja mendapat untung besar dengan memanfaatkan kepopuleran facebook.
yah sayangnya saya pun termasuk yang haha hihi.. yah gpp lah, toh tidak sering2, sekedar pengen nyari2 temen lama yang udah ga ketahuan tempatnya, kali aja bisa ketemu di FB
saya maaf saja tidak sependapat dengan Mas,
Mungkin conclusion Mas terlalu digeneralisir,memang sih sebagian besar seperti yang Mas tulis. Tapi tentu tidak semua. Banyak hal yang bermanfaat juga di FB dan BB. Saya sendiri menggunakan FB sebagai Sarana Komunikasi. Tak beda juga dengan email, handphone dll, cuma lebih efektif. Bisa dengan siapa saja, rekan kerja, kantor, lecture, universitas atau teman2 sekolah.Saya tetap membaca buku sesuai pekerjaan saya Apakah hal itu menghancurkan peradaban? Komunikasi, sharing dan sejenisnya menurut hemat saya sangat bermanfaat. Tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Pisau bisa untuk memasak tapi juga bisa untuk membunuh. Nah tentu jangan digeneralisir bukan?
I believe that you could not simply match blueberry with facebook, because both of them stand independently and have no relation each other, unless if you are talking about someone who does his facebook with the blueberry.
When you are talking about status and prestige in Indonesia, it is true that Indonesia is classified as one of the biggest consumption market for cellphone. So basically, just because today’s booming is about blueberry, you cannot necessarily say that blueberry is considered as one of the destroyer of our civilization. So when the first time Nokia and SE coming to Indonesia, you cannot imagine how the market had been growing so rapidly. As most of the people buy handphone for style and neglect the real economic value and essence purpose of communication. “It is the consumption lifestyle that contributes to our generation flaw, not the handphone brand.”
Secondly, we are talking about facebook, which some of the purposes are to link and network people and community, again, not necessarily you can say that facebook ruins our generation, although from some points of view, you can see the fact that most of the young people are addicted to it, but you cannot just neglect the fact that everything comes back to the people themselves.
I am interested in how you perceive facebook as the Terminal of Pulogadung. Maybe that is your point of view. But if you try to be neutral, facebook connects you with your friends regardless of time, distance and place. So its not fair to justify this case from only a single point of view.
Remember, everything comes back to you yourself.
You can be someone who is intelligent enough to stay in facebook to keep in touch with other people and still making the benefit out of it, or you can be someone who doesn’t have any job and just chilling in the internet doing facebook all day.
A knife in the kitchen can be used for good things, as well as a knife with the wrong person can be used for evil things. Try to perceive things as you see it from the positive point of view.
Take the positive and leave the negative out.
And one thing, I personally, don’t own a blueberry.
Umnn.. nice post…
I’m agree with rendy opinion.
Not all people want to waste time with BB or in FB. Its all depend on the people. But its defenitely not me.
salut buat mas Yodhia yang melempar issue BB dan FB untuk menuai komentar. Apakah ini bisa disebut sebagai bagian dari pelaksanaan external env. dan internal env. analysis??
Saya sepakat dengan sejumlah komentar yang mengatakan : tergantung siapa yang memakai (person behind the gun). Namun sejumlah riset empiris menunjukkan MAYORITAS user FB menggunakan media ini untuk hal yang just for fun and not really productive. Ini poinnya saya kira.
Saya tetap percaya, untuk mayoritas usernya, FB telah menyita waktu mereka untuk melakukan proses membaca secara tekun.
Ya benar! BB & FB = difersifikasi neo-imperialisme!
*lanjut guling2an ngetawain enda*
saya setuju dengan pendapat John Rendy….sebaiknya kita tidak menjustifikasi terhadap FB ataupun BB karena keduanya hanyalah suatu kulit dari perkembangan teknologi…
jika boleh usul mas gimana klo tulisan berikutnya tentang teknologi, dan apa yang harus kita manfaatkan dari teknologi dan bukannya melawan arus teknologi. (karena melawan arus teknologi sangatlah tidak mungkin)
wah, saya pikir analogi ini terlampau hiperbolik mas…FB dan media lainnya tidak patut dipersalahkan, bahkan menurut saya Zuckerberg menawarkan tempat yang membuka peluang dalam meningkatkan gairah membaca manusia…Kita tahu banyak fesbukers yang mmanfaatkan fsbuk untuk bertukar tulisan, atau bahkan sharing buku-2 yang sudah, dan mesti dibaca melalui beberapa aplikasinya..bukankah itu bermanfaat?
ssalam kenal dari saya..
Nice writing.
Yap, yang dikatakan Mas Yodi paling nggak bisa menampar orang2 yang seharian emang konsentrasi kerjanya (atau dalam topik ini, membaca buku) terganggu karena sibuk memperbarui status, nulis di wall, ngomentarin status temen2nya.
Bising tanpa suara.
Thanks for sharing. Tulisan ini bisa mengingatkan kembali para pembaca yang kebetulan punya akun Facebook untuk lebih memperkuat ‘filter’ dalam dirinya.
Btw, sekalian minta ijin repost tulisan ini ke FB yak. 😀
Salam kenal.
Wah, salah satu bagian tulisan ini betul2x menyinggung dan menghina para penjual kambing yang dianggap tidak mempunya budaya membaca, level pengetahuan dan wawasan yang dangkal.
Kasihan sekali mereka. Apa mereka mau menjadi penjual kambing ? Atau mereka terpaksa berprofesi mejadi penjual kambing karena tidak memiliki kesempatan seperti anda ?
Apabila kita ingin beradap seperti yang anda katakan, rasanya kita juga perlu beretika. Oleh karenanya saya pikir, mencari kata pengganti yang lain dengan tidak menyinggung suatu kelompok akan lebih baik.
Barangkali anda pernah mencoba menggunakan facebook dan blackberry. Dan sialnya anda berhadapan dengan hal-hal yang tak bermutu. Saya rasa itu hanya karena anda sial saja atau kurang lihai mendapatkan apa yang berguna atau bisa juga karena anda kurang melakukan explorasi untuk menemukan apa yang berguna bagi anda. Sama halnya dengan browsing. Ada yang berguna bagi anda ada juga yang tidak. Jadi apa bedanya ?
Facebook dan BB (mungkin perlu ditambah iPhone) adalah suatu produk hasil teknologi. Seperti juga produk2 teknologi lainnya, mereka itu seperti pisau bermata dua. Jadi, tergantung bagaimana user menggunakannya. Kalau mereka memilih diperbudak oleh facebook sehingga harus selalu online dan stay in touch (seperti era friendster), itu pilihan mereka. Tapi, saya tidak terima kalau anda menggeneralisir semua pengguna facebook/BB sebagai orang yang tidak bisa membaca buku.
-1 Flamebait
facebook, cuman iseng…ngilangin stress krn hampir ga ada temen buat ngobrol langsung.
fb punya, bb punya,
baca e-book 1 file/bulan (300+ halaman kudu ngulang2 walaupun dah milih yang perlu) dan belom baca buku yang cetak.
anda aja kaleee
facebook? what facebook?
@mbah dukun:faceboob
Wah, sama dong analoginya dengan website ini, yang mana lambat banget kebukanya.
Website yang lelet benar-benar menghancurkan minat baca saya.
ps:kesalahan jelas ga mungkin di koneksi internet saya
bb? bau badan? itu sih emang sebaiknya dilarang!
“Medianya saja kelihatannya keren (wah hari gini, di jaman digital begini, elo belum jadi member facebook, begitu kata seorang teman), namun esensi Facebook sebenarnya tak lebih beda dengan terminal bis Pulogadung : bising, penuh celoteh dangkal, dan disana kita kita tak menemukan keheningan yang mengajak kita berpikir secara mendalam.”
Wise words. Salute.
Salam kenal,
Romantic Renaissance
Tauk niy mas yodh! Pake kang kambing sgale dibawa2? Pedahal banyak sudare saye nyang jadi kang kambing di daera tenabang tuw! *kibas2 golok sambil nglinting kumis
saia malah meninggalkan kebiasaan diperbudak buku. 😀
penulis buku juga (tidak sengaja) menjejalkan pemikiran dan budayanya kepada para pembacanya. sadar kah?
lihat saja, byk orang yg kebarat-baratan dan kearab-araban….
saia ini seperti sebagian pemuda Indonesia yg malas membaca dan lebih senang menulis apa aja untuk menunjukkan eksistensi, spt pemilik web ini.
terimakasih utk pencerahannya dr para komentator walau saia sudah tau BB, FB, dan buku itu spt alat.
sekarang saia mau jalan2 dulu…. 😀
kelamaan di depan monitor atau di depan buku tidak baik juga.
Bagi saya FB terasa banget manfaatnya ketika mau cari teman lama yg tidak tahu kabarnya lagi. Setelah itu memang betul hampir tidak ada manfaatnya lagi.FB membuat penggunanya jadi autis. Orang lebih banyak menggunakan BB sebagai sarana untuk chatting dan FB. Jarang sekali untuk kirim/terima email. Banyak waktu yang tersita untuk FB, bahkan tidak ada manfaatnya apabila hanya untuk ‘add friends’ saja, setelah itu tidak ada kelanjutannya.
Mas…semua org mempunyai preferensi yang berbeda2 terhadap sesuatu…termasuk… BB dan FB….tergantung bagaimana org tersebut..mengendalikan dirinya…hehehehe…Dari nada tulisan mas…sangat benci sekali dfgn BB dan FB….terus terang mas…bagi saya terasa aneh….karena …mas turut memanfaatkan media FB untuk promosi rajapresentasi.com hehehehehehehe….,artinya selagi itu memang menguntungkan bagi kita….atau banyak manfaatnya dari pada mudaratnya bagi kita….khan tidak ada salahnya..di gunakan….(saya baca rajapresentasi.com dari FB). trims dan coba renungkan
Wah sayang sekali kalo Blackberry harus dikonotasikan hanya untuk Facebook. Seandainya anda bisa memaksimalkan Blackberry anda bisa dapat :
1. Kurs mata uang yang selalu update
2. Monitor harga saham anda real time
3. Berita sport langsung dari BBC
4. Baca digital library buku-buku klasik
5. Ramalan cuaca
6. News feed dari mana saja
Facebook cuma opsional kok
Sekali lagi, man with the gun matters. Blackberry, itu powerful gun, Magnum Caliber. Jadi ya tergantung orang yang bawa
Sekiranya BB & FB dihapuskan, apakah dengan serta merta minat baca masyarakat Indonesia meningkat pesat? Menurut saya ini suatu pemikiran yang sangat naif dan perlu dibuktikan kebenarannya.
Apakah anda sudah melakukan penelitian yang sahih yang menunjukkan hubungan signifikan antara pemakaian BB & FB dengan turunnya minat membaca di Indonesia?
Jauh sebelum adanya BB & FB, minat baca masyarakat Indonesia memang sangat rendah oleh berbagai sebab, diantaranya :
* harga buku yang mahal,
* penyebaran buku yang tidak merata,
* tidak dipacunya minat baca di sekolah, karena murid sekolah dilatih untuk menghapal, bukannya berpikir.
Saya tidak punya BB dan tidak kepengen punya meskipun mampu beli, karena buat saya HP biasa sudah memenuhi kebutuhan saya untuk berkomunikasi.
FB mempertemukan saya dengan banyak teman lama dan baru dan kami bisa saling berkomunikasi tidak hanya sekedar chit chat, tapi juga sharing sesuatu yang bagi kami penting. Juga melalui FB, saya bisa memilih komunitas mana yang cocok untuk membagi ilmu.
Saya membaca postingan anda juga melalui FB. Jadi menurut saya, tidak perlu lah kita menghakimi bahwa BB & FB memberikan dampak negatif yang begitu besar. Selalu ada sisi baik dan positif dari perkembangan teknologi.
Saya setuju dengan mas selamat, ada dua sisi dari teknologi yg menuju lifestyle suatu bangsa.
Sudah dari dulu minat baca bangsa ini sungguh kurang. Jadi, jgn salahkan teknologi.
Selama saya menggunakan Facebook utk hal positive dan berbagi ilmu, itu tidak akan membuang waktu saya.
Thx
Saya rasa hal yang paling bersalah atas kemerosotan minat baca di Indonesia adalah pemerintah. Buku harganya selangit, biaya pendidikan mahal. Tidak ada korelasi langsung dengan FB dan BB.
Kalo untuk BB, kayaknya tepat kalo kita membuat quote “Don’t judge a man by his cellphone”! Yang pake BB belom tentu pinter. Banyak temen saya yang make BB cuma biar dapat FB notification atau buat ditenteng-tenteng di mal. What a shame.
Asw. aduh pie toch Mass Yodhia… kok sinis bgt menyoroti BB & FB trs memvonis penghancur peradaban membaca yach nggklah…., saya justru mengkhawatirkan pola pemikiran mas Yodhia justru lebih dangkal dari kelompok2 yang mas sebutkan itu, karna dalam pemahaman saya pribadi dan mungkin banyak yang sepakat dgn saya bahwa seluruh temuan ataupun ciptaan manusia di bumi ini pasti mempunyai nilai (+) dan (-)karena hal ini sudah menjadi ketetapan Allah swt sebagai pencipta yg sesungguhnya. Semua yang ada di bumi ini telah ditetapkan berpasang-pasangan begitupun juga dgn manusianya ada yang rajin membaca buku ada juga yang malas, jadi saya kira sederhananya kembali ke individu/personality yaitu bagaimana memanfaatkan karunia dari sang pencipta melalui kemajuan teknologi oleh manusia. Untuk itu saya sangat tidak sependapat dengan mas Yodhi yg bgt mudah memvonis BB & FB sebagai penghancur peradaban membaca buku. Saran saya yaitu ” sebagai manusia bijak sebaiknya kita saling mengingatkan saja agar saudara2 kita pandai membagi waktu dan tetap optimal menggunakan sarana dan prasana yang telah berhasil dikembangkan oleh manusia. Kita harus pandai bersyukur dan menghargai hasil ciptaan saudara2 kita yg tujuannya tentu positif karna justru kemajuan teknologi ini sangat bermanfaat bagi org2 yg pandai memanfaatkannya ke arah yg positif” saya kira mas Yodhi jg tanpa menyadari telah menggunakan media ini. Mas Yodhia yg baik saya mohon maaf krn sbnrnya maksud mas itu baik cuman penyampaiannya terlalu arogan dan sedikit sombong dgn menyeratakan org2 dlm komunitas FB & BB adalah org2 yg malas membaca buku, itu karna mas Yhodia hanya memandang satu sisi saja (-) jadi saya mohon mas berfikir bijaklah dlm menyampaikan pesan yg baik kepada saudara2 kita, walau demikian saya bersyukur dgn adanya perbedaan pandngan masing2 yg telah memberikan komentar dan pendapat spt terurai diats, krn keyakinan saya bahwa perbedaan itu adalah rachmat dari yag maha kuasa ok terima kasih.
Wassalam,
aku yg menghargai setiap pendapat diats, mari kita evaluasi diri masing2 dan menyadari adanya selalu 2 sisi yg tentunya kita harus pandai untuk cenderung kesisi positf dan abaikan negatifnya thaks.
Permisi ingin menumpang pendapat mas. hehe
Klo saya boleh ikutan berpendapat sebenernya gini lho mas.. saya ga bilang salah ato benernya, merusak ato membangunnya..
yang saya mau tekankan adalah “semuanya” itu ada untuk kita umat manusia, dapat menambah nilai kita atau mengurangi nilai kita tergantung dari diri kita sendiri.
yang saya mau ingatkan adalah, “Semuanya itu baik, tapi segala sesuatu yang berlebihan itu yang ga baik”.. artinya gini, baik FB maupun BB smua ada manfaatnya dan kebaikannya masing2. yang salah ya klo orang uda sampe kecanduan hingga seperti mas bilang lupa untuk merenung mengembangkan diri, mengintropeksi diri seperti itulah..
tapi klo kita juga menghabiskan waktu hanya untuk merenung/membaca itu juga ga baik kan, kita jadi ga ada waktu untuk bersosialisasi ato mempraktekan apa yang kita baca, make sense kan? intinya ya balik ke statement saya itu.. “segala sesuatu yang berlebihan itu ga baik”
hmm.. Bagaimanapun juga, BB dan FB tak pernah terkepas dari kehidupan saya. Karena FB dan BB bisa dijadikan sarana komunikasi dan menjalin relasi baru, terlepas dari kenyataan bahwa FB emang rame dan BB emang keren 😉
>>> namun tanpa disertai dengan budaya membaca membaca yang kuat, level pengetahuan dan wawasan mereka mungkin sama dangkalnya dengan penjual kambing di pinggir jalananan….. >> ??? hmmm…generalisasi yg menyakitkan hati
artikelnya keren..iya juga yah..atau jangan2 ada konspirasi terselubung dari fenomena FB dan BB untuk melakukan “pembodohan” masal..hehe
Setuju dengan Bung Mathias Pratama.
Saya juga seringkali berpegang teguh dengan prinsip itu : “segala sesuatu yang berlebihan, tidak baik”
dan, amazingly, prinsip itu (menurut pengalaman saya) berlaku hampir di segala aspek kehidupan.
kalau dihubungkan dengan topik kita, sepertinya sudah dijelaskan dengan sangat apik oleh Bung Mathias dan juga oleh rekan2 yang lain. Tergantung Man behind the Gun.
FYI, saya bisa tahu link ini dari Facebook loh.. 🙂 :). Dan hal itu membawa saya ke sesuatu hal yang perlu direnungkan. So, FB dan BB dipersilahkan…asal jangan terlalu “banyak”.
Facebook n Blackberry…Tergantung kepada manusianya sendiri. Mereka hanyalah “Tools” atau fasilitas yg dibuat untuk mereka yang merasa perlu. Bila dirasa kita tidak memerlukannya…so kenapa harus memakai “mereka”.
saya sendiri memiliki account FB tetapi tdk BB krn sdh memiliki account email. So what gitu loh
waduh..saya liat blog sodara gr2 buka fesbuk,,gmn tuh?
human become smarter,,, use their mind 2 reach their ambition conquer their anger… getting easier??
why not,,
its simple,its better than conventional way makes us better
but remember, use ur mind 2 thing twice
why u spoiled like this,,now remember ur anger
why u becoming like that..
blueberry is good stuff, but much enough 4 indonesian culture also the people..
sincerely..
alfarais
Dampak Fc dan BB bagi setiap orang berbeda, untuk org yang sejak awalnya memang lebih suka baca buku, keduanya tak akan mengubah kebiasaan. Tapi bagi yg senang gaul ketimbang membaca, itu perluasan dari kebiasaannya dengan memindahkan kebiasaannya lewat dunia maya dg membentuk jaringan sendiri. Masalahnya sangat kasuistis ga bisa dibuat generalisasi. Fb tidak ‘wasting your time’ justru spend your time n money. Ga perlu capek2 cari org yang sdh lama ga ketemu dg tanya sana sini atau ..ikutan “Termehek-mehek” , di browse aja namanya, mudah2an ketemu akunnya..dan lgsung di..connect. Justru saran saya semua org hrs punya email (selain alamat rumah), nemu org yang ‘hilang’ jd lebih gampang (asal yang buka akun ga ngasih keterangan palsu)lewat fb.Ok!
aq merasa BB dan FB ga’ meghancurkan peradaban membaca…BB dan FB adalah suatu kemajuan teknologi..yg bsa qta ikuti,supaya tdk tertinggal dgn negara2 laen..asal FB dan BB d gunakan sbgaimana fungsiny..dengan mempunyai account FB,kita bisa mempunyai tmen banyak,bertukar info,bahkan diskusi…tdak ad salahny kan…aq ngliat klo ap yg d katakan mas Yodhia..klo FB,hanya membahas sesuatu yg anggaplah tdk berguna..itu bagi anak muda,yg tidak hanya ingin menambah bnyk wall-ny…cmmiw
segala sesuatiu itu selalu ada sisi positif n negatifnya. tergantung bgm nkita menyikapinya. di FB saya menemukan dua sisi tsb. pertemanan, persahabatan,wawasan,info2 buku bagus dari teman sehobi dan komunitas,marketing produk dan kegitan kita,info2 berharga,silaturahmi dengan teman lamadan keluarga jauh,karakter orang dari luarnya,narsisme,aktivitas yg menginspirasi,pergosipan,kasak kusuk ga jelas,keisengan,kemarahan, penyesalan diri,kemunafikan,fundamentalisme prinsip,fundamentalisme agama,liberalisasi dan sekularisasi prinsip dan agama,pengetahuan tentang seberapa bagus n jeleknya kualitas tulisan dan puisi kita di mata para pakar yg tergabung di fb,supporting saat sedang galau, info2 beharga ttg kesehatan dan obat2an.sekolah menulis online, dll. begitulah FB. sama dengan dunia lingkungan tempat kita tinggal…..;-)
Semakain hancurnya peradaban membaca, semakain membuat manusia kehilangan jati diri mereka. Saya sendiri pernah berusaha “melupakan” komputer saya, setelah saya sadari waktu saya habis hanya dideepan barang ber lapis kaca itu. Kebiasaan baca buku jadi berkurang
Heheheh iya Pak… setelah baca tulisan ini saya baru sadar ternyata waktuku banyak yang tersita dengan keharidan teknologi tersebut. huu… Bangun, bangun, bangun….
Soal kontemplasi dan membaca buku, mungkin sudah harus ada modifikasi kultur. Ibarat web bergeser dari web 1.0 ke web 2.0, membaca dan berkontemplasi pun dituntut bergeser ke 2.0. Buku tidak harus jadi benda tercetak dan tebal, internet is the new book. Semua tersedia secara realtime. Memang tidak ada alur penyimpulan seperti yang biasa kita temui di buku, tapi justru hal ini bisa membuat kita kreatif berpikir dan tidak menunggu disuapi kesimpulan dari orang lain.
Kontemplasipun demikian, tidak harus dilakukan dengan waktu lama. Dunia demikian cepat bergerak, kontemplasipun tak boleh memakan terlalu banyak waktu karena langkah baru harus segera dibuat.
Hehehe, ini sih lebih mirip pembenaran saja bagi saya yang cukup kecanduan dengan dunia online.
Saya lihat sudah banyak yg mengkoreksi pemikiran naif author post ini, nambahin dikit pendekatan mengambil satu sisi point of view untuk manjadi satu2xnya alat pengambilan keputusan terhadap sebuah studi kasus adalah kebiasaan yg menumpulkan kemampuan berkembangnya bangsa ini (sering saya lihat di banyak kasus, semacam post ini), yg lebih memilukan cara menulis post ini yg berusaha menyetir pembaca untuk ikut setuju dengan pendapat yg belum teruji mutlak kevalidannya (dan akhirnya memang tidak valid), what a shame not useful at all…
kalau saya baca dari semua komentar maka saya asumsikan masyarakat indonesia yang beragam budaya meleburkan pandangan menjadi satu, pandangan yang berbeda2 dari latar kehidupan yang berbeda hingga hasilkan mutualisme hidup yang berbeda, garis baringnya udah cukup jelas bahwa semua yang ada di dunia harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk prikehidupan dan perikemanusiaan, salah benar relatih dan intinya yang kita cari didunia adalah kedamaian dan kebahagian diatas kesejahteraan…………..bravo people
menurut gw siy…itu tergantung indivdu masing2…kalo memang dia tergolong orang yg ikut2an buat facebook tanpa juntrungan yg jelas ya…mungkin seperti itu, tapi bagi gw, facebook membantu dalam kerjaan, mempromosikan sesuatu,dll…selain kegunaan facebook pada umumnya,(seperti yg semua orng tau, utnuk mempererat silahturahmi ke temen2 lama yg mungkin sdh lama terpisah..)….Facebook banyak membwa dampak positif bagi saya dan lingkungan saya…seperti contoh..saat inikami sedang melakukan penggalangan dana, CHarity for Situ Gintung…kami mendapat masukan, bantuan,dukungan, dan respon yg positif dari pengguna2 facebook…so…wasting your time???..ga jg kan?…secara sadar ato ga, FB justru sedikit banyak menambah amal ibadah, rasa persaudaraan, dll…yg justru di tahun2 ini semakin pudar!!!….mmm so….menggunakan FB kembali lagi ke anda…banyak koq yg bisa anda dapatkan…tergantung kepada anda sendiri…contoh positif yg paling kecil mungkin yaitu..bisa menghibur anda,dengan mebaca koment2 yg lucu distatus ato di wall anda dan temen2..disaat anda stress dgn kerjaan yg menumpuk, ato hal2 lain disaat anda merasa suntuk, dll…lihat dari sisi positifnya aja…ok?…add facebook saya lahhh…..wkwkwkkwkwkwkwkk…
saya setuju mas Yodhia…membaca memang bisa dilakukan di banyak media sekarang, tetapi membaca yang baik masih tetaplah cara-cara lama…seperti membaca lewat buku, koran, majalah, atau tabloid.
Lewat blackberry atau facebook rasanya membaca tidak bisa maksimal, karena adanya banyak gangguan…misalnya email yang masuk, atau adanya keinginan untuk chatting dengan teman.
tulisan yang menggugah… terima kasih banyak 🙂
Ane Setuju aja
Wahhh jadi malu, soalnya bener bangettt udah lama nih buku-buku teronggok gitu ajah gak dibaca, keasyikan online hiksss
saya pikir sah2 saja bagi orang yg memiliki or tidak sama sekali (FC&BB), yg terpenting orang trsebut jgn sampai kemakan ama tu barang tapi mampu mengendalikan emosi untuk hasrat memiliki. coba bapak pikir apakah hidup ini untuk barang & barang saja masih banyak bagi orang yang menginginkan untuk kta setidaknya memenuhi kebutuhan mereka…..jagalah hidup itu sebaik mungkin, jangan jadikan hidup untuk duniawi saja, tidak gaptek boleh untuk dpenuhi tapi lihat sekeliling kita masih bnyak ntuk perlu kita ksih tau baik itu dengan pendidikan or sumbangan lainnya…….
lho, FB bisa dijadikan kaya Blog lho! (Sumber informasi), besides other sophisticated functions… Nah BB adalah sebuah gadget yang bisa meng-akses FB, E-mail, browsing internet.
Kalau menurut saya kita tidak bisa menghakimi bahwa FB, BB lah yang menghancurkan peradaban membaca, enak sekali jadi manusia selalu menyalahkan sesuatu lain atas apa yang dilakukannya sendiri….
Setuju sama Apito diatas….
Senang mengikuti blog ini,salam kenal mas saya baru berkomentar meski sudah lama sering blogreading disini,Mengenai FB dan BB memang ada sekian persen orang yang menggunakan sesuai azaz yang ingin dicapai oleh si pencipta , dan ada juga yang menggunakan sebagai gadget holic si pengguna dalam mengekpresikan diri mereka ( gaya hidup?atau entahlah ..) seperti anak2 mahasiswa/mahasiswi yang rame2 ikutan membeli NETBOOK dengan harga sekitar 4-6jutaan padahal mereka sudah mempunyai laptop full option P4 processor yang kalo diadu jelas kemampuan olah data di NETBOOK yang terbatas tidak terbayar dengan harganya jika dibanding older P4 notebook mereka,lain halnya dengan nilai FASHIONABLE yang diterima tidak bisa dibandingkan dengan barang lama mereka,itulah yang mendorong orang membeli atau menggunakannya,atau ini sekedar ‘mainan’ orang berduit atau orang yang kurang berduit namun terjebak konsumerisme…ah memang kita tidak bisa menghakimi apa maksud ‘terpendam’ seseorang dalam menggunakan/membeli suatu hal yang sedang ngepop..
Pake Blackberry padahal pake HP voice standard ngerubah menu kadang masih bingung..atau pake BB tapi pake Prabayar yang selalu minus pulsa.. 🙁 jadul gadget atau otak penggunanya.Ga tahu ya..)
Buat account FB tapi isinya Garing dan ga pernah/jarang diupdate (seperti FB saya..hehe ikut2an gara2 pada nanya accounrt FB-nya apa sih..,padahal meja adep2an?’..’)
Jadi memang ada beberapa alasan orang yang kadang tidak sesuai dengan konteks standard atau malah gila, thats the amazing thing called human being..
Yang penting kita memang harus jadi seperti yang memang ‘ditugaskan/dititahkan’ oleh YME untuk jadi diri kita sendiri,manusia yang sebenarnya dengan segala tetek-bengek isi dunia yang ‘indah selalu..untuk dbicarakan maupun diniikmati..’ dan tidak semua maksud dan tujuan orang itu sama dalam menggunakan suatu hal…
perbedaan menciptakan keragaman dan suasana yang tidak monoton dan membuat kita selalu berpikir dan mencari mana yang terbaik buat dirikita,keluarga,lingkungan dan masyarakat luas…wuihh..paling tidak ini tidak terlalu melenceng dari maksud topik yang dibicarakan..
Salam
Singkat aja ” …karena itu bagi Anda yang belum memiliki akun di FB, silakan untuk tidak mendaftarnya; kecuali jika Anda hanya ingin wasting your time …”. Jadi bung Yodhia sendiri memilih untuk wasting time dengan punya akun facebook 😀 Silahkan bagi rekan – rekan yang mau ikutan wasting time bisa add bung Yodhia di https://www.facebook.com/addfriend.php?id=726182960.
mohon ijin untuk mengkopi tulisan di atas. saya mau jadikan bahan diskusi di Facebook saya…he..he.. boleh khan….?
trims before
Tulisan yang sangat menarik.
Saya sepakat dengan jangan sampai BB dan FB mengendalikan kita. Keduanya merupakan the best tools untuk menyianyiakan waktu, tapi juga best tools untuk tetap up to date dan keep in touch dengan teman-teman kita.
Kendali ada di kita. Tinggal bagaimana cara memakainya saja. Teknologi hanya sebagai enabler. Manusia yang menentukan. Jadi jangan salahkan FB kalau isinya sampah semua. Karena yang mengisinya kan orang-orang di dalamnya.
Saya sih kurang setuju jika dibilang FB dan BB tidak bermanfaat. Contoh saja kita sebagai orang yang aktif di dunia maya, atau mungkin kita salah satu pemilik bisnis online, toko online misalnya. Dengan adanya BB pastinya akan sangat terbantu dengan fasilitas yang disediakan oleh BB.
Memang sih ada beberapa orang, mungkin juga prosentasenya lebih banyak, yang mempunyai BB hanya untuk gaya gaya an. Tapi tentunya itu tidak bisa merubah manfaat dari sebuah produk. Sepakat dengan Mas Afit, segala sesuatunya kembali pada penggunanya sendiri, Man behind The Gun lah.
Peace & Love
setuju sekali dengan uraian diatas,penelitian di Amerika baru-baru ini menunjukan bahwa,mayoritas penggila facebook nilai ujiannya jeblok.
banyak yang kebakaran jenggot
fatwa MUI , Fesbuk HARAM ! 🙂
PRO-KONTRA itu biasaaaa!! saya pikir, kLu pengguna “dewasa” psti te2p bs management wktu. jd fb bkn d jadikan candu, s0 ambiL (+) & tinggaLkan (-) na..
Tulisan yang menarik 🙂
Untuk saya, apapun tools nya, saya setuju dengan quote dibawah ini:
“Great minds discuss ideas; Average minds discuss events; Small minds discuss people” (Eleanor Roosevelt)
FB ngak perlu diharamkan.
tapi kita semua perlu segera sadar jgan ampe adict: Coba deh punya ngak rasa-rasa diantara ini:…????)
1. mau tidur FB dulu (mengalahkan doa)
2. Bangun tidur FB dulu (mengalahkan sarapan)
3. Sedang kerja ber FB (mengalahkan takut akan bos.. hehe)
4. Pulang kerja Buka FB (ngalahin nyium istri atau suami)
5. secape capenya mau jam berapa aja sampe rumah.. baru bisa tidur kalo dah buka FB dulu.
6. atau kalo ngak.. sengantuk apapun akan segar kembali setelah ber FB.
7. Modem rusak,, jalur on line lambat kerasa lebih kesel dibanding ngak jalan2 ama suami / anak / istri
8. suami / istri ngak ketemu sehari, ngak pa2 dibanding ngak FB sehari (weughhh sakau deh)
9. suka beralasan (ke suami / istri) : ngobrol di FB lebih asik dari pada ngobrol ama kamu
Nah kalo dah pernah dan sedang ngerasa gitu: cepet-cepet…. putar haluan,, soalnya nanti masuk RSKFB
Bener! setuju dgn komentar 96…selain biar blog nya mas Yod tambah laku, ..kalo semua komentar yg sangat kritis dan dalam ini dirangkum …, bisa dijadiin bahan buku yg judulnya “Fenomena BB & FB dalam kehidupan anak manusia”…heh…gratis…gratis…
Sori yg diatas commentnya salah posting untuk artikel yg lain..piss : )
Halo Mas Yodhia,
kalau saya umpamakan,
Hampir mirip sinetron pada sebuah acara TV, lama2 bosen juga, tapi dari pengalaman memang harus dijalani dan dilewati tahapan seperti ini, tidak beda kita mengenalkan komputer pada Anak2 TK, ada Game Baru seharian mereka di depan komputer ‘lupa belajar, lupa makan, kalau sudah GAME OVER ? mereka mulai bosen. dan kembali ke lapangan..main layang2. 🙂
(sambil menunggu Bapaknya manggil teknisi untuk Game yang Baru 🙂
Tidak beda dengan FB…untuk ‘mereka yg baru’ mengenal dunia maya, tapi saya yakin seriring waktu, ada yang bosan, ada yang mulai melirik untuk kegiatan bisnis kecil online mereka, dlsbnya.
Disini kita yg tahu manfaatnya, arahkan teman2 untuk sadar…(sebelum bosen)untuk tahu sedikit, misalnya ‘FB bermanfaat untuk kegiatan marketing yg berbasis networking.Dengan FB informasi yg kita miliki dengan cepat bisa tersebar dengan biaya relatif murah.
Sebuah pilihan…dan ini adalah proses “bisa kesana dari sini” karena Teknologi dicipta bertujuan untuk membuat dunia kita lebih sederhana.
betul.. sebuah parodi yang lucu ketika ada orang yg punya ribuan teman di FBnya, tapi tetangganya sendiri jarang dia sapa.. Pergaulan maya yang kosong.. Btw, blog ini bagus sekali Pak..
Senang sekali membaca tulisan Anda, saya pribadi juga orang yang kurang suka dengan FB, bukan karena masalah haram atau tidaknya (no offense), tapi lebih kepada matinya kreativitas oleh terbuangnya waktu hanya gara-gara FB saja. Saya pernah membaca blog lain seorang mahasiswa (waduh lupa alamatnya) dimana dia perhatikan teman-temannya sekarang susah untuk dibawa bersosialisasi dan kurang fokus. Sebentar-sebentar update FB nya, ketemu di jalan akses FB juga, hahaha lucu. Btw, ijin untuk ngelink dan copy tulisan Anda Pak. Terima kasih.
FB ataupun BB bagaimana sebuah pisau bermatas dua, dengan ketajamannya dia memiliki dua sifat saling bertolak belakang sisi yang satu memiliki nilai manfaat dan pada sisi yang lain dapat melukai. Oleh karenanya perlakukan dia sebagai alat (media), bukan tujuan. Ambil sisi manfaatkanya. Sebagaimana ilmu, dia dapat menerangi dan menunjukkan jalan, tapi ilmu pun dapat menghantarkan kejurang kenistaan bagi mereka yang menggunakan untuk hal-hal yang deskruktif atau lainnya.
Semoga kehawatiran kita dijaga dengan selalu mengevaluasi diri apa yang kita lakukan.
Trimakasih mas Yodhia, yang selalu memberi pencerahan bagi para bloger
Salam kenal,
Kalo menurut sy kalo bb nya ga masalah, soalnya banyak di dukung fitur yang bisa memudahkan “pekerjaan”. Apalagi yang mobile, sedangkan kalo FB sepertinya itu cuma musiman aja.
Setuju dengan komen nomer 96 Numpang iklan sekalian….. ya….
sepakat banget…dengan yang ini “Facebook mungkin sama sekali tak berbeda dengan kerumunan di pasar Gunungkidul atau terminal bis Pulogadung : sebuah tempat dimana orang saling ngobrol ngalor ngidul tanpa jelas juntrungannya. Medianya saja kelihatannya keren (wah hari gini, di jaman digital begini, elo belum jadi member facebook, begitu kata seorang teman), namun esensi Facebook sebenarnya tak lebih beda dengan terminal bis Pulogadung : bising, penuh celoteh dangkal, dan disana kita kita tak menemukan keheningan yang mengajak kita berpikir secara mendalam”
the time go to blog
kalo saya, cenderung setuju dengan kemajuan. Digitalisasi memang tidak bisa dibendung, yang sekarang harus dikendalikan adalah bagaimana kita memfilter diri sendiri supaya tidak terjerumus dalam kegiatan yang tidak bermanfaat. Jadi intinya kembali kepada personal masing2, dan jgn lupa untuk ikut serta mengingatkan orang lain. Sebagai tambahan, di Singapura dan Korea arus digitalisasi sangat terasa, namun demikian pemerintah sono begitu ketat dalam pengawasan terhadap penggunaan alat digital khususnya internet. Shg, jika ada warga yang ketahuan download film porno atau bawa cd porno akan mendapat sangsi cukup berat, dan didakwa sebagai penjahat…Sekali lagi intinya adalah pengendalian diri, dan pengawasan baik dari teman, saudara maupun pemerintah.
menarik wacananya..
yang penting kita tau bagaimana kita menggunakan fasilitas internet.
yakni kapan dan dimana?? ..itu yang harus kita pikirkan. jgn sampai jadi budak internet.
menghasilkan kah ?? menghasilkan jawabnya menurut saya karena saya berjualan dengan cara online.
tapi saya tidak harus online terus kok.
hape canggih perlu. cuman kalo pake BB saya rasa masih terlalu mahal buat saya. mahal bayar BIS nya >.
Enjoy aja
waktu yang aka buat penggemar FB bosan,karena tidak ada yang abadi.
karena trend adalah bagian dari INOVASI
ah saya setuju banget sama pernyataan mas..
tapi menurut saya.. semua itu harus dikembalikan oleh orang tersebut.. Co. FB berguna untuk bertemu teman lama,, tapi anak muda sekarang terlalu melebihkan FB
BB: mgkn orang kantoran membutuhkan BB untuk mempermudah jobnya.. namun ada beberapa orang menyombongkan BB untuk menyatakan status..
Wah..cukup lama juga saya membaca blog ini dengan pro dan kontranya 😀
Tapi saya bersyukur bisa melihat fenomena ini dari dua sisi yang berbeda. Terbukti dengan blog (media digital) saya memperoleh informasi dan pengetahuan yang baru. 😀
Terus terang saya setuju dengan pendapat teman-teman di atas. Semua tergantung dari sisi mana kita memandang. Kadang dari sudut pandang yang berbeda, kita justru bisa menemukan titik tengah yang menjadi solusi terbaik bagi kedua belah pihak.
Menurut saya, hampir semua orang yang telah meluangkan waktu untuk membaca blog ini, dan menyempatkan diri untuk berkomentar, adalah mereka yang menghargai benar pentingnya budaya membaca, budaya cyber, maupun penggabungan di antara keduanya.
Namun dengan berkata begini, lantas apakah bisa diartikan bahwa yang tidak membaca blog ini dan tidak berkomentar di sini adalah org yg tidak paham tentang pentingnya budaya-budaya tersebut? Tentu tidak.
Sejauh yang saya tangkap (jika kita mengambil titik tengah, mencari segi positif, dan tanpa mempersalahkan siapapun), maka inti dari tulisan ini adalah untuk mengingatkan kepada semua generasi (terutama kita dan orang-orang di sekeliling kita) supaya tetap menjaga keseimbagan antara membaca buku dan berkomunikasi lewat facebook, ataupun menggunakan Blackberry sebagai media digital untuk urusan-urusan tertentu.
Di satu sisi, ber-facebook-an secara berlebihan itu *wasting time*. Masuk akal.
Mempunyai Blackberry bukan karena butuh&hanya karena trend, itu *wasting money*. Masuk akal.
Namun di sisi yang lain, membaca buku terus-menerus di zaman sekarang, di mana teknologi telah berkembang sedemikian pesat, sebenarnya secara tidak langsung itu *wasting technology* karena teknologi tidak dimanfaatkan dengan optimal sebagai alat bantu. Dan itu juga masuk akal. 🙂
Jadi? Semuanya benar…bukan begitu?
Satu lagi pelajaran yang saya dapat dari sini, yaitu bahwa perenungan ternyata bukan hanya semata-mata berasal dari buku saja (sekalipun saya juga pecinta buku), tapi diskusi terbuka seperti ini juga bisa membawa kita ke dalam perenungan, meskipun itu tergantung sejauh mana kita memandang dan memikirkannya.
Iklan Baris Gratis
Saya punya account FB, pake’ BB, tapi juga tetep….doyan baca !
Sepertinya, ‘balance’ memang perlu.
Nice post !!
Baca buku tetap nomor satulah, apalagi buat pendalaman materi. Thanks.
halo, saya adalah pengguna facebook dan hobi saya adalah membaca. tapi saya tidak mempunyai BB krn tdk kuat membelinya 😀
menurut saya, segala sesuatu mempunyai kebaikan kalo dipakai tidak melebihi porsinya.
hobi membaca saya menuntut saya untuk menemukan apapun untuk dibaca, termasuk mendownload e-book. dan berkat facebook saya juga menemukan beberapa portal donlot e-book dan semuanya gratis, antara lain adalah:
https://www.facebook.com/pages/Jakarta/DuniaPustakacom-Tempat-Download-Buku-Gratis/81428978599?ref=sgm
dan
https://www.facebook.com/pages/Medical-E-Books-Free-Download-Medi-eBooks-Lectures-all-medi-staff/159785930858?ref=sgm
menurut saya fungsi FB saat ini sudah seperti e-mail. sebagai contact. dan kalau digunakan sesuai porsi tidak akan merugikan :->
-just my two cents
terima kasih
Setuju kalo kita sama2 saling menghargai pendapat
Yang nggak suka tinggal nggak usah bikin atau off aja
FB biasanya 2-3 bulan kecanduannya….ke sananya biasa lagi
Yang masih suka lanjutin aja dengan catatan cari manfaatnya….
Kalo aku pribadi kebetulan saat dari mulai merintis usaha sampai dapet proyekan itu via FB….bisa kenal lebih jauh sama tokoh2 nasional , para pejabat , anggota DPR, DPRD, DPD, para pakar di berbagai bidang dsb via FB yg kalo kita sengaja datang ke kantornya mah mungkin udah diusir sama satpam duluan
btw, katanya bulan Juli 2010 mulai diberlakukan biaya 150 rb/bulan/account FB
Jadi…silakan tinggal anda yang menentukan
FB dan BB bagi sy ibarat pisau, tergantung kita memanfaatkannya untuk apa, sy sdh hampir 2 tahun menggunakan FB dan BB, tapi tidak mengurangi minat membaca sy terhadap buku, koran, majalah, novel dll. informasi yg sulit sy dapat kan di buku sy cari di internet, BB lbh banyak sy gunakan untuk mengecek account email yg berhubungan dengan bisnis sy, …
Yg sy lihat fenomena yg ada saat ini adalah banyak sebagian orang yg menggunakan internet hanya untuk ber FB ria, atau menggunakan BB hanya untuk status sosial sj, (di luar sana, org memakai BB lebih banyak digunakan untuk ber bisnis, mencari informasi dll, di kita lebih banyak ber FB ria, dll).
Akhirnya semuanya kembali pada kedisiplinan kita masing …
regards,
jangan takut bro… buku nggak baklan kalah…. ini sama aja nasi lawan roti (untuk negara kita) …wakakaka…. mohon maaf saya kira ini terlalu berlebihan..sama waktu prediksi koran akan mati…hheeee..tapi tetap aja nggak mati..
salam
Kalau saya Justru berpendapat lain pak..
Dari facebook saya banyak menjalin Mitra Bisnis Baru yg sampe sekarang terus terjalin dengan baik . ^^
Aku lapar …
jazakallah nasehatnya pak…
Betul pak.. sya merasakan sekali produktivitas menulis dan semangat membaca saya menurun sejak terjebak dan hanyut membuang waktu untuk sekedar berfacebook dan bertwitter ria..
FB dan BB, hanya alat bantu komunikasi, bijak dalam mengakses, sangat tergantung dari masing2 pribadi. setuju, mari kita optimalkan untuk hal yg lebih produktif. Salam sukses selalu 😀
Wah rame banget diskusinya di bolg ini sehingga membuat saya tak tahan untuk ikut berkomentar ria.
Saya pribadi merasakan manfaat BB dan FB terlepas dari pro dan kontra yang ada. Dari BB sy bisa membaca detik.com yg beritanya secepat kilat, bisa mengetahui berita-berita tentang dunia yang sedang up to date.
Dari FB saya bisa menjalin hubungan dengan teman-teman yang sudah lama lost contact.
Saya merasakan juga manfaat seperti si nomor 93. Tapi bukan berarti saya seorang yang anti buku.
Semua memang pada dasarnya kembali kepada si pengguna teknologi seperti yang dikatakan oleh no. 115.
Jadi bijaklah dalam menggunakan serta menilai/memandang sesuatu. Si penulis juga harusnya konsisten seperti yg dikatakan oleh no. 27. Semoga diskusi dalam blog ini dpt mencapai tujuan mulia yaitu : membangkitkan minat “membaca” dengan menggunakan teknologi, bukan melawan arus teknologi.
Diskusi yang mantaaaaapppppp !!!!!
Semuanya ada sisi negatif dan positifnya,,,
Tapi boleh saya katakan,, gara2 facebook saya jadi rajin membaca.. (membaca tidak harus dari buku kontemporer yang malah harganya mahal kan?)
sekarang saya rajin membaca berita terkini lewat Link2 berita yang aptudet..
juga info2 pengetahuan lainnya…
tidak benar facebook menghancurkan minat baca..
justru bisa dijadikan metode baru untuk menumbuhkan minat baca generasi muda… asalkan diarahkan dengan benar…
revolusi sosial yang tak bisa dihindari. Membaca buku adalah kasus lain. Tidak seperti ebook yg terasa melelahkan dimata, buat saya membaca buku cetak memang tak bisa tergantikan oleh metode2x digital.
I believe that is one of the such a lot important information for
me. And i am glad studying your article. However wanna remark on some common things,
The web site style is great, the articles is in reality nice : D.
Good task, cheers
I have read so many articles on the topic of the blogger lovers
but this article is really a nice post, keep it up.
Pingback: Blackberry, Facebook dan Hancurnya Peradaban Membaca » .:: Rushendra Rustam ::.
selalu ada pro kontra di dunia ini. like-dislike, agree-disagree,… yah wajarlah! tapi aq ambil positif dan manfaatnya saja. 2 media itu sama-sama bermanfaat sebagai social media dan mencari informasi.