Menunggu Citibank Menjemput Ajal

Bau kemenyan kematian tampaknya kian merebak disetiap sudut kantor pusat Citibank di New York. Kinerja bisnisnya kian berdarah-darah; membuat segenap raganya terpelanting di tepi jurang kematian yang memilukan. Ibarat seorang pasien, Citibank kini tengah berada di ruang ICU – menatap dirinya menggigil ketakutan dalam bayang-bayang sakaratul maut.

Tak heran jika minggu ini harga sahamnya roboh menjadi hanya US$ 1 dollar (!), terjun bebas dari harga US$ 50 sekitar dua tahun silam (itu artinya para pemegang saham Citibank telah kehilangan uangnya hingga 98%). Gedung pencakar langit Citibank yang merebak di seantero kota dunia, termasuk kota Jakarta, selalu berdiri dengan gagah dan sarat dengan aura kemegahan. Namun dibalik kemegahan itu, sesungguhnya tubuh mereka telah tercabik-cabik penuh luka (untuk tahun 2008 lalu saja, mereka menderita kerugian hingga 200 trilyun rupiah; jumlah yang cukup untuk membuat jalan tol memanjang dari Sabang hingga Merauke).

Ada dua pelajaran penting yang layak kita kenang dari kisah Citibank yang amat tragis nan memilukan ini. Yang pertama adalah ini : arsitektur keuangan global ternyata telah berubah menjadi sirkuit kasino global, tempat dimana para spekulan berjudi mempertaruhkan modal hingga ribuan trilyun rupiah. Produk-produk keuangan derivatif nan eksotik diciptakan hanya demi memuaskan hasrat spekulatif para “bandit-bandit keuangan global” yang haus akan keuntungan tanpa batas.

Tanpa regulasi antar negara yang terpadu dan ketat, sirkuit perjudian keuangan global itu pada akhirnya berubah menjadi “ajang pembantaian” bagi masyarakat kecil di segenap penjuru langit. Akibat ulah spekulan itu, harga minyak pernah melonjak tak terkira. Dan kini, ketika sirkuit kasino itu ambruk lantaran krisis kredit perumahan, imbasnya telah membuat kenestapaan bagi jutaan penduduk di muka bumi. Mulai dari buruh pabrik tekstil di kota Tangerang hingga petani pisang di kota Santiago, sejak dari pekerja di kota Shanghai hingga penjual kakilima di kota Lisabon.

Global capitalism has destroyed my life…”, demikian jerit pilu seorang penjahit baju dipinggiran kota Mumbai dengan penuh kepedihan.

Pelajaran penting yang kedua adalah ini : kebodohan ternyata bukan hanya milik kaum tak berpengetahuan. Para kaum bankir berdasi yang gagah nan necis di pusat kota New York itu ternyata juga benar-benar bodoh. They are really damn stupid people. Mungkin kita jadi sadar, manajemen Citibank sebagai perusahaan kelas dunia itu ternyata juga penuh dengan kekonyolan.

Banyak penduduk di kota negara berkembang yang acap dihinggapi rasa minder ketika berhadapan dengan perusahaan multinasional, apalagi perusahan sekaliber Citibank. Kita selalu menganggap mereka memiliki manajemen kelas dunia yang pasti hebat dalam segala hal. Namun tragedi Citibank ini memberi bukti bahwa anggapan itu tak sepenuhnya benar. Kadang, mereka justru lebih konyol dan lebih bodoh dibanding kita.

Dulu ketika menjejakkan kaki di tengah keramaian kota Manhattan, saya menatap gedung kantor pusat Citibank dengan penuh rasa masygul. Di antara pendaran lampu-lampu malam yang menghiasi Times Square, saya melihat logo neon besar dengan sebuah kalimat indah berbunyi : Citibank – Citi that Never Sleeps.

Kini saya cuma bergumam, mungkin tagline itu sekarang mesti diganti menjadi : Citibank – Citi that Sleeps Forever…..

Jika Anda ingin mendapatkan slide powerpoint presentasi tentang management skills, business strategy dan HR management silakan klik DISINI.

Photo Credit by : MotBCN @Flickr

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

70 thoughts on “Menunggu Citibank Menjemput Ajal”

  1. ….. tragis, saya adalah salah seorang nasabah dari the citi that never sleeps, …..apakah akan terjadi ” the citi that sleeps forever…? I don’t know. Yang jelas harga saham turun 25% saja sudah cukup untuk menggoncangkan sebuah perusahaan.

  2. Pelajaran keseimbangan mendapatkan benarnya di sini. Never sleeps artinya jadi kehabisan tenaga, ya sleep lah sekarang …

  3. City bank oh city bank. Sepertinya yang terpenting bukan terbaik atau terbesar. Tapi yg penting adalah kemampuan beradaptasi dalam segala situasi. Seperti Dinosaurus, besar namun tak mampu beradaptasi akhirnya punah. Akankah demikian dengan Citybank..? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

  4. Wuih, saya sama sekali tidak menduga kalau citi bank yang meraksasa dan menggurita di bisnis perbankan saat ini berada dalam sakratul maut.Tragis. . . . Terus apa yang akan terjadi pada bank-bank lokal di banyak negara termasuk di Indonesia?

  5. Masih untung deh saya dan my wife, gak lagi jadi nasabah kartu kredit citybank jakarta..sejak 2008 lalu (sudah dilunasi semua hutang & cicilan, dah lunas, dah lega sekali)… Sudah over, sudah lewat masa kritis duluan.
    Sudah FREEDOM, gak punya hubungan dengan masalah city that sleeps forever..Baunya sudah tercium sejak 2008..lho..
    Juga (dengar kiri-kanan) akan ada bank lain yang akan collapse di Indonesia ini (yang fundamentalnya parah dan rapuh..banyak bandar dan spekulan pemodal gelap mata, cari untung tanpa batas..).
    Artikel yang bagus mas Yodhia, thanks a lot ya.

  6. Thanks artikelnya mas Yodya… semoga menjadi pembelajaran bagi setiap perusahaan untuk lebih dewasa dan waspada.
    Saat ini Citibank… besok… We never know…

  7. Bahwa mereka (citibank) dunia tidak sepenuhnya pintar dari kita adalah benar,tapi untuk citibank indonesia mereka lebih pintar dari kita buktinya citibank indonesia membukukan keuntungan lebih dari 1 trilyun dan sebagian besara dihasilkan dari transaksi derivatif

  8. Kalau saya memandang topik ini dari aspek Islam. Fenomena kehancuran Citibank membuktikan bahwa praktik perbankan konvensional yg ribawi itu PASTI akan musnah. Jadi, kita tunggu dan lihat saja kebangkitan dan kejayaan perbankan dan ekonomi syari’ah..

  9. Saya masih belum paham, apa yang dimaksud dengan kebodohan real yang dibuat para top manajemen citi bank? Kekonyolan-kekonyolan apa kiranya mas yodhia yang telah mereka perbuat?

    Kebodohan yang mereka lakukan apakah ini akibat ketamakan mereka hingga membuat mereka buta dan bodoh.

  10. @ Rommi, ya saya kira mereka sama sekali tidak memperhatikan dan menerapkan manajemen resiko yang solid ketika melakukan peminjaman subprime mortgage. Mereka tergiur akan potensi profit yang tinggi tanpa peduli akan resiko besar yang mengintai.

    Banyak produk subprime mortgage yang sama sekali tidak layak diberi kredit, tetap saja digerojok dengan pinjaman senilai trilyunan.

    Saya kira benar; semua itu dipicu oleh sikap greedy dan juga nafsu “economic animal” yang di luar kendali. Rasionalitas lenyap. Mereka menjelma menjadi bankir-bankir yang irasional….

  11. wah padahal citibank terkenal sebagai pusat pendidikannya para bankir/eksekutif keuangan
    ‘alumnusnya’ banyak dipakai oleh bank/perusahaan lain
    sepertinya krisis ini masih akan berlangsung lama
    apakah bank/perusahaan lokal kita bisa melewatinya ya..

  12. mas kalo yang punya rekening citibank bagaimana yah? saya buka accoun di citibank buat transaksi dan juga pembukaan LC.. Mungkin ada saran?? apakah harus ditarik dan dipindahkan ke Bank Lokal ..Terimakasih banyak

  13. city oh city, we have forgotten village for long time,
    now let us learning back from village wisdoms.
    homeostatic equilibrium, conditio pro sia qua non, etc.

  14. Menurut saya, yang mendasar dari kasus citibank ini tidak sesederhana msl kesalahan dalam menganalisa resiko, tapi setuju dgn mas Yodhia, adalah masalah sikap para pengambil keputusan. Mungkin mereka merasa di atas angin…dan merasa kejayaan sekarang adalah kejayaan masa depan. Tanpa sadar bahwa kejayaan adalah efek dari proses yg mereka jalani..

  15. Citi-group, salah satu hasil kecanggihan Yahudi internasional dalam penguasaan sektor finansial, jatuh juga. Karena riba & uang kertas tend to be “bubbling”.

  16. untung saya ga jadi buka credit card di city bank.krisis global ternyata menyentuh merata seluruh lapisan perusahaan dan yang pasti hampir semua terkena imbasnya.thanks artikelnya mas Yodhia 🙂

  17. @ Edy (16); ya saya kiran sebaiknya ditanyakan saja kepada mereka; apakah yang di Indonesia masih aman. Memang saat ini pemerintah Amerika sudah turun tangan mencoba menyelamatkan mereka…

    Saran saya, pindah saja ke bank nasional…kan lebih nasionalis….

  18. Mas yodhia, memang benar apa yg di tulis oleh mas. Kita harus waspada terhadap propaganda bank 2 besar terutama yg dari Amerika.
    Mohon mas Yodhia beri komentar/prediksi tentang bank yang di Indonesia.

  19. @ Dede, kelihatannya pada tahun 2009 ini, sejumlah bank akan mengalami kesulitan, terutama dalam aspek NPL (non performing loan).

    Minggu lalu, Bank Permata mulai menunjukkan gejalan kesulitan modal…saya sendiri agak dag dig dug lantaran menyimpan uangg yang cukup besar di bank Permata. Namun saya masih feel okey sebab sekarang LPS menjamin hingga dua milyar rupiah.

    Bank Danamon juga terkena kasus transaksi derivatif valas hingga rugi ratusan miliar. Gila juga mereka, ngapain masih masin valas? Padahal kan fokus membesarkan DSP-nya juga lebih baik.

    Saya kira Bank BRI yang paling aman dan paling solid….Juga Bank BCA oke (tapi ampun antrinya….Bank Capek Antri, katanya). Mestinya BCA kasih ruang khusus untuk klien yang besar; jadi ndak perlu antri sama yang lain-lain…Kalo ada fasilitas semacam itu, saya mau pindahkan dana ke BCA dari bank Permata.

  20. agak OOT dikit, klien besar di BCA, semacam nasabah prioritas gitu tidak adakah lounge tersendiri??

    Anyway, soal topiknya lagi.. Citibank secara global memang bermasalah, dengan alternatif dinasionalisasi oleh pemerintah US.. tapi soal local performance, sebenernya bank-bank asing di Jakarta menunjukkan dana third party yang nampaknya menanjak. Sayang sekali performance tersebut cenderung “tidak berarti” karena kalah dari segi capital dan nama besar dibanding cabang-cabangnya di US dan Europe

  21. berita yang bagus nan exotic.bank sebesar citibank sendiri bisa bertindak bodoh.bagaimana dengan bank dinegara kita? tinggal tungguh kejadiannya !!!!

  22. @ Amir, ya ada tapi itu hanya untuk cabang besar; cabang yang deket rumah, ndak ada fasilitas gituan. Untung sih sudah ada internet banking. Efisien dan cepat; meski takut di-hack….hehehehe…

  23. wah,, benarkah citibank sudah separah itu? gila.. gila.. dan GILA!! itu kesan saya ketika tau.. saya tidak pernah nyangka citibank yang notabene lembaga keuangan kuat, koq bisa kolaps..

  24. Saya kira tidak menjadi masalah jika toh akhirnya CityBank memang harus bangkrut. Dia telah menjadi instrumen kapitalisme bertahun-tahun dan dengan sistem ribanya. Dalam dunia kapitalis yg berkonsep survival of the fittest adalah sah-sah saja mati atau muncul dalam dunia bisnia. Kematian sebuah usaha hanya sebuah peluang untuk berjayanya usaha lain–sama halnya kematian berbagai binatang di padang rimba yang mendatangkan peluang hidup bagi burung pemakan bangkai, ulat belatung, lalat, dll dll. Gak perlu heran…visit http:\\www.forumpasca.net

  25. Apakah anda tidak mengambil pelajaran wahai orang-orang yang berakal, Masihkah anda percaya pada sistem Ribawi?

  26. Mas Yodhia
    menarik sekali artikelnya … Kalo Mas mencermati artikel di Koran Tempo tanggal 10 Maret kemarin yang berjudul Segera Main: Kapitalisme Jilid 3 tulisan Prof. Dani Rodrik disebutkan bahwa kapitalisme ala Adam Smith dicoba diredam efek merusaknya dengan campur tangan pemerintah (setelah terjadinya Great Depression). Namun demikian dengan adanya globalisasi, ekonomi model Keynesian begini kehilangan tajinya. Modal berpindah-pindah antar negara begitu bebasnya, akibatnya kapitalisme kembali lagi seperti jaman ketika invisible hand dikira ada (padahal nggak ada itu, hanya ilusi)… parahnya lagi lingkupnya adalah dunia sampai sepelosok-pelosoknya. Lebih jauh lagi modal itu 90% lebih tidak erkait dengan ekonomi riil, jadinya ya gelembung-gelembung yang pasti akan pecah, tak peduli itu Citibank yang bernama besar tetap tak kuasa menahan pecahnya gelembung ….

  27. Mereka belajar mekanisme pasar, artinya pasar akan selalu mengoreksi ketidakseimbangan. Jika pasar uang lebih berkembang disbanding pasar produksi, nilai uang akan jatuh menurun. Masalahnya, Citibank salah satu pencipta dan pengembang pasar uang, dimana gelembung uang yang dulu dinikmati sekarang kempes. Para pengatur mekanisme pasar sangat terlambat mengantisipasi gelembung ini, karena mereka juga pernah menikmatinya.

  28. Luar biasa yang memberi komentar tentang tulisan Mas Yodhia. Saya sangat sangat setuju sekali atas tulisannya Mas. The Citi never sleeps harus diganti menjadi The Citi Sleep Forever. Tapi kasihan juga kalau sempat Citibank di Indonesia ” tidur terus” bagaimana pula dengan karyawannya. Mereka juga teman-teman kita. Kasihan juga….sementara sekarang ini sangat terbatas lowongan kerja di Indonesia. Oh, oh Citi Bank !!!!!

  29. saatnya berpindah ke sistem syariah..tp…yang bener-bener murni syariah…aman dunia akherat.Analisis mas erik untuk bank syariah gimana.? selalu amankah…

  30. saya setuju dengan postingan mas mansur. mas yodhia, sepertinya sudah saatnya sekarang beralih ke bank yang berbasis syariah. gimana? 🙂

  31. sampe sekarang saya maish belum tau dan masih sangat penasaran dengan sitem cara kerja kapitalisme global yang sama mas yodhia dibilang aliran perjudian global itu. Bisa gak mas kapan2 bikin tulisn (untuk orang super awam kayak saya :mrgreen: ) ttg sistem kapitalisme global itu dan knapa dia bisa disebut aliran perjudian global itu….

  32. Kalo uang untuk beli uang tunggu kehancurannya. Mestinya uang untuk beli barang, baru benar-benar menciptakan nilai tambah, bukan menciptakan ilusi. Kembangkan sektor riel dengan uang nasabah yang ada di Bank-bank. Sepertinya Bank Syaria’h murni mampu menjawab , dan membuktikan tantangan ini.

  33. Saya setuju mas dengan yang anda sampaikan bahwa keserakahan menjadi bumerang bagi para “bandit”. Namun yang saya agak kasian dengan mereka (yg katanya banyak lulusan2 sekolah bisnis ternama ) sangat bernafsu untuk bermain-main dengan risiko yg sebenarnya mereka ciptakan sendiri. Coba mereka bermain moderat saja. Ambil utang di jepang (waktu itu bunga cuma maks 2% /tahun), taruh diperbankan indonesia ( yang mau ngasih bunga sampai 7-8% /tahun )dengan core business-nya microfinance.
    Berkali-kali fakta dan data menunjukkan bahwa bermain di sektor UKM adalah pilihan cerdas. tapi ya itu tadi..keserakahan musuh utamanya !

  34. Kalo City Bank yang bank dunia saja bisa seperti itu.. gmn dengan bank bank lainnya..? setelah post ini, saya akan Gunting kartu city bank saya, sebelum terjadi hal2 yang tidak di inginkan. 😉

  35. Mungkin ulah broker dan spekulan yang telah menghancurkan kedigdayaan sistem kapitalisme global sekarang ini. Mereka memperdagangkan uang tanpa ada batas.

    Salam,
    Sigit
    NSW

  36. Menurut saya bank syariah pun bisa ikutan kolaps kalau seluruh ekomoni bangkrut. Misal yg kredit di bank syariah itu usaha kebon kopi, ternyata krn dunia krisis (bahkan akibat kebodohan citibank) harga kopi turun, padahal orientasi kopi dari tukang kebon yg ngutang di syariah adalah export. Maka tukang kebon kopi yg ambil kredit di bank syariah juga akan NPL, maka bank syariahnya juga gak bisa balikin uang ke penabung … betul enggak ? Krn saya tidak ngerti syariah, tapi mencoba merasionalkan sistem, gak mau extreme kiri atau extreme kanan ditengah-tengah aja (rasional).

  37. @bambang, kalo anda adalah tukang kredit alias ambil kredit di citibank, maka harusnya anda tidak ada masalah meski citi bangkrut asalkan anda selalu bayar utang kartu kredit-nya alias bayar lunas tiap bulan. jangan terlalu berlebihan lah kalo kasih komentar.

  38. Saya pernah baca, cuma agak lupa sumber dan kalimatnya secara persis, bahwa KEGAGALAN BISNIS itu 68% diakibatkan oleh KESALAHAN STRATEGI, sementara hanya 32% akibat berbagai faktor lainnya.
    Sebenarnya secara CULTURE, Citibank adalah baik, akan tetapi biasa pada CORPORATE LEVEL STRATEGY kadang didominasi oleh ambisi orang-orang tertentu untuk mempengaruhi pengambilan keputusan, yang terkadang tidak mampu diredam oleh jajaran manajemen di bawahnya.
    Saya yakin kalau dilakukan DIAGNOSA terhadap perusahaan-perusahaan yang mengalami kebangkrutan akibat krisis global ini, pasti ditemukan banyak ‘kesemrawutan’ manajemen.
    Saya punya pengalaman menarik mengenai hal ini, yaitu ketika sebelum terjadinya krisis Indonesia 1998, perusahaan yang saya ‘RAWAT’ dapat lepas dari krisis.

  39. sebenarnya yang terjadi sekarang adalah ambisi nafsu yang terlalu tinggi tanpa mempertimbangkan keseimbangan dengan yang lain.
    Akibat ambisi Nafsu terlalu tinggi, HAL YANG DIANGGAP TIDAK MUNGKIN DI MUNGKINKAN , maka terjadilah ketidak seimbangan , yang meruntuhkan aspek lainnnya , akibat dari KERAKUSAN .HUKUM ALAM DIABAIKAN.

  40. wah.. kalo citibank bener2 ko’id bisa bikin “geger” jagat perbankan dunia.
    mungkin anekdot dari gus mus, pas buat situasi sekarang yang katanya lagi krisis global….

    “numpak mercy mrebes mili.. mikul dawet uro-uro….”

  41. Paradox Makro-ekonomi kita :

    Kayaknya Kita emang dibikin bingung yaa… Ekonomi kita diombang-ambing ekonomi berbasis transaksi derivatif yang hanya ada dalam kertas-kertas kontrak.

    Saya memang tidak begitu paham kalkulasi makro ekonomi dalam statistik yang disajikan pemerintah, ataupun kalkulasi mikro ekonomi seperti cash basis method dan replacement value method yang biasa disampaikan akuntan-akuntan perusahaan kakap.

    Apalagi itu Bank-bank, perusahaan sekuritas, terus lembaga pemeringkat seperti Moodys, Standard & Poor’s dan komunitas keuangan yang berpijak dari mulai koefisien ROI,ROA,CAR,NPL, Etc…Etc… sungguh-sungguh membawa kita dalam paradox ekonomi-makro : Sektor Keuangan dan Sektor Riil????

    Namun sederhana saja, kalau lahan pertanian kita luas, lahan pertambangan minyak kita cukup tetapi kita bilang harus membayar hal itu dengan hitung-hitungan kertas di New York sana yaa… saya kira banyak yang salah dalam cara pandang kita.

    Bagaimana tuh pak hubungan yang sesungguhnya antara ekonomi sektor riil dengan non riil (ekonomi kertas kontrak)yang ada di lantai-lantai bursa komoditas, bursa saham, bursa valuta yang sangat tidak membumi namun tetap menjadi rujukan angka makro ekonomi semua negera di dunia.

    Ini sebuah fenomena kematian kapitalisme global… Saya kurang setuju mas Yodhia… kalau ini hanya mis manajemen dalam pengelolaan portfolio investasi dengan menanamkan modal pada instrument subprime mortgage.

    Ini bukan sekedar persoalan tidak prudent-nya manajemen yang begitu tamak dan sembrono dalam risk management.

    Ini persoalan prinsip : PARADOX MAKRO EKONOMI. Kembalikan kita ke arah yang benar…ekonomi berbasis sumberdaya. Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam.

    Menilai kembali manusia dan alam sebagai sumber daya yang paling bernilai.

    Pos neraca kita mengenai “intangible asset dan liability” juga harus dilihat dan dikaji kembali….

    1998 Komunisme runtuh karena ideologi kemakmuran material…
    2008 Kapitalisme runtuh karena ideologi kesejahteraan spiritual….
    Selanjutnya Das Kapital dan Evolution Theory serta teori materialisme lain runtuh….

    wah jadi jauh nech…
    Wassalam.

  42. wah, itulah salahnya kita orang indonesia. Sering terkecoh dengan penampilan para bankir-bankir Luar negeri yang perlente.Padahal kalo mo saingan mungkin bank lokal kita lebih kuat. Maka jangan pernah minder dengan bank-bank asing yang notabene awalnya memberikan ‘rayuan’ maut tapi kedepan justru menjerumuskan ke lubang yang dalam dan menjadikan manusia – manusia yang konsumtif haus dengan hutang.

  43. makanya, kalo ga perlu amat, jangan ngutang…! Ngutang itu utk orang susah. Orang susah harus di tolong kalo kt mampu, jangan malah di bikin susah, pinjem 4 balik 6, gmn ceritanya tuh duit bisa beranak jd 2?

  44. Mau sleep kek never kek gak tak pusingin lagi karena aku sdh bebas utang, tapi aku juga tetep berterima kasih( sok sportif ni..)karena pernah terbantu city bank mengurus pembayaran pengurusanjenasah saudara saya di rumah sakit dengan menggunakan kartu saya, dan saya menghubungi
    city bank hanya dengan telepon, karena kondisi saya juga tdk mungkin utk pergi urus, dan tuntas tas tas, taaaapiiii setelahnya utangku jadi plus..plus..plus..hehehe tapi uku iklas…klas…klas…kok…sungguh sumprit, thanks anyway ya….

  45. dunia tidak selalu milik kita, jangan takabur..masih ada yang Maha Memiliki dan Maha Hebat..Hanya DIA yang punya hak untuk melakukannya dan sangat berhak, kita hanya mahluk ciptaanNya..kembalilah untuk bercermin, segera bersujud memohon ampunanNya..klo dalam ilmu ekonomi nih katanya, ada yang menyebut dengan Invisible hands..

  46. “Sangat setuju..Pantas, orang2 di sekitar banyak yang komplain dengan cara bank tersebut menangani orang yang meminjam uang di bank tersebut. Badainya dituai sekarang. Bukan tidak mungkin banyak orang yang bersukur dibalik kejatuhannya”.

  47. Di Indonesia juga sama akan terjadi juga bencana seperti ini, mengingat Pengawasan BI terhadap perbankan yang “amburadul” contoh kasus Bank Century, mungkin yang lain lagi akan muncul, Di pasar Modal sama saja 11,12 pengawasan yang amburadul, Bapepam yang salah satu tugasnya melindungi investor publik ternyata telah gagal menciptakan sistem yang baik, contoh kasus, Penggelapan oleh Herman Ramli selaku Pemilik perusahaan Sekuritas SariJaya Permana Sekuritas, Nah kalau sudah begini pejabat publik di Negeri ini berusaha saling lempar tanggung jawab, Padahal mereka digaji dengan uang rakyat yang dipungut melalui pajak. ironis. Pejabat Publik tersebut seakan tak berdaya dengan tipu daya dan kerakusan para “bankir gadungan”, para Pelaku pasar Modal bajingan seperti Herman Ramli, yang dengan rakus menilep uang 7000 nasabahnya.
    ada apa dengan pejabat publik di negeri ini? seharusnya mereka mundur atau diberhentikan dari jabatannya.

  48. itulah akibat buruk kapitalisme dan sistem bunga/ribawi, sudah selayaknya Indonesia beralih ke sistem Ekonomi Islam, insya Allah lebih baik….

  49. Saya kira City terlalu memaksakan diri, terlalu ambisius.

    Jika Anda membuka bisnis baru,
    jangan memaksakan diri untuk langsung mendunia (menggurita).

    Alon2 wathon kelakon.

    Pelan tapi pasti.

    Berkembang, musti dengan tahapan, dikit demi sedikit.

    Itu menurut saya.

    City sangat kena imbas rontoknya harga saham Wall Street dan saham2 hilang krn Bangkrut, yang banyak dimiliki City.

    Kalau saya suka dengan City Nur Haliza.

    He he he….

  50. Hmmm…ternyata perusahaan dunia papan atas juga bisa bikin banyolan ya..gak beda dg EXXON… Sy setuju dg pak wandi nih, sistem ekonomi berbasis syariah pasti yahud..dijamin!!!

  51. Kok ya bisa-bisanya pemerintah seperti membiarkan Citibank menggurita di Indonesia,Bank Indonesia juga tidak berperan aktif menyelamatkan nasabah dengan mengingatkan hal yang bakal terjadi,seolah-olah hebat sekali Citibank Indonesia.Saya banyak menerima keluhan dari pemakai KK yang di keluarkan oleh citibank.bagaimana menurut mas…?!

  52. Apa yang kami baca dari tulisan ini sangat berguna untuk kami.
    Puji Syukur, saya yakin pada berita selanjutnya pasti
    lebih bermanfaat lagi. Sukses untuk Anda.

  53. Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai Pasar Modal.

    Pasar modal merupakan suatu hal yang dapat dipelajari setiap kalangan yang memiliki modal dan ingin menanamkan modalnya dengan benar.

    Saya memiliki beberapa tulisan sejenis mengenai pasar modal yang dapat dilihat di Pasar Modal

Comments are closed.