Jagat maya tampaknya kini makin rancak ditumbuhi beragam social network website semacam You Tube, Flickr, Facebook dan Twitter. Pada sisi lain, setiap orang kini juga amat mudah untuk mengekspresikan gagasannya melalui media blog. Dalam sejumlah hal, munculnya beragam outlet media personal itu lantas memunculkan apa yang layak disebut sebagai “digital narcissism” (atau kita sebut saja sebagai e-narcism). Inilah sebuah gejala sosial dimana seseorang menampilkan dirinya dalam ranah maya dengan penuh kekenesan – sebagai sebuah refleksi dari rasa kagum yang berlebihan pada dirinya sendiri (narsistik).
Tentu saja digital narcissism itu tak sepenuhnya keliru. Apalagi kalau ia dibungkus dengan niat sadar dan sistematis untuk membangun personal branding. Atau sebuah ikhtiar untuk meracik sebuah identitas personal yang kredibel, kompeten, dan marketable. Lalu, kiat apa yang layak dilakukan untuk mengejawantahkan digital narcism itu menjadi sebuah personal brand yang kinclong nan mencorong?
Kita barangkali bisa menemukan jawabannya dari sebuah buku memikat yang baru saja dirilis oleh rekan blogger bernama Pitra Satvika.
Bukunya berjudul E-Narcism : Gaul dan Eksis di Internet. Isi buku ini sungguh sangat menarik dan menyajikan serangkaian panduan agar kita bisa menapaki jagat maya mutakhir secara optimal. Disini, misalnya diuraikan mengenai cara bersosialisasi dalam dunia digital, dan juga tentang kiat menampilkan eksistensi diri dalam jagat maya. Buku yang menarik ini sudah bisa dibeli di Gramedia dan toko buku lainnya.
Saya sendiri tertarik dengan bab yang khusus membahas mengenai peran blog dalam membangun personal branding. Disini ada sejumlah catatan yang layak dipetik dari buku yang diberi cover keren ini.
Yang pertama, blog merupakan salah satu media yang bagus untuk membangun personal branding. Saya sendiri percaya bahwa sejauh dikelola dengan konsistensi yang tinggi, blog tetap akan eksis dan kiranya bisa menjadi tool marketing yang efektif. Saya sendiri sejauh ini sudah membuktikannya. Banyak klien yang saya peroleh setelah interaksi yang berawal dari blog ini. Saya sendiri berharap brand Blog Strategi + Manajemen bisa terus berkibar, dan bisa menjadi rujukan penting bagi komunitas praktisi manajemen di tanah air.
Yang kedua, untuk bisa menjadi alat branding yang efektif, maka isi blog sebaiknya fokus dan konten sebaiknya disesuaikan dengan ranah keahlian penulisnya. Dan persis saran seperti inilah yang dulu melatari kehadiran blog Strategi + Manajemen. Sejak awal saya punya visi bahwa blog ini akan berisikan materi yang dekat dengan area kompetensi saya, yakni dalam bidang human capital dan business strategy (dan pemilihan nama domain blog inipun juga ditopang oleh visi yang jelas ini).
Konten yang positif dan bermanfaat bagi para pembaca tentu akan membuat sebuah blog kian eksis, dan bisa memiliki loyal readers (mudah-mudahan Anda termasuk loyal readers dari blog ini). Dalam buku itu, Pitra juga menyebutkan sejumlah kasus blog di tanah air yang layak dijadikan role model. Dan saya senang, blog Strategi + Manajemen merupakan salah satu yang ia sebut sebagai sebuah contoh blog yang bagus.
Catatan lain yang juga disebut buku itu sebagai elemen penting dalam membangun blog as a personal branding adalah ini : update-lah blog secara reguler, dan tuliskan gagasan Anda dengan penuh passion. Ya passion. Atau menulislah di blog Anda dengan penuh kegairahan.
Pada akhirnya, membangun blog yang kredibel memang bukan sebuah sprint, melainkan sebuah marathon. Disana dibutuhkan sejenis endurance, keteguhan hati, dan rasa passion yang menyala. Tanpa ini semua, kita pasti akan termehek-mehek ditengah jalan, dan lalu blog kita tergelatak mati. Terkapar dan semaput.
Buku E-Narcism ini saya kira merupakan sebuah buku penting dalam konteks perkembangan jagat online mutakhir. Ditulis dengan gaya bahasa pop yang mengalir, buku ini mengajarkan kita untuk cerdas dan sekaligus cerdik dalam merespon dinamika online kontemporer. Jika Anda ingin menjadi warga online yang beradab, buku ini sangat layak untuk Anda koleksi.
Photo credit by : silver.and.gold @flickr.com
e-narcism memang merupakan sebuah istilah baru saya ketahui setelah saya membaca tulisan dari Mas Yodia. Akan tetapi walaupun istilah ini adalah istilah yang baru, akan tetapi konsep ini sebenarnya juga pernah terlintas dalam benak saya beberapa waktu yang lalu ketika saya sedang melakukan studi tentang konsep periklanan. Kehadiran internet sebagai sebuah media komunikasi memang memberikan beragam benefit kepada para pengguna, termasuk untuk melakukan personal branding.
Akan tetapi satu hal yang menurut saya perlu untuk diperhatikan bahwa dalam melakukan personal branding ini adalah beberapa aturan yang harus dilaksanakan, meskipun ketika aturan-aturan tersebut tidak dipatuhi mungkin tidak akan ada pihak-pihak yang peduli. Menurut saya konsep personal branding adalah konsep yang mirip dengan iklan. Ketika seseorang beriklan, maka promise yang dimuat di dalam iklan haruslah sama dengan realita yang ada. Jangan sampai ketika dalam sebuah iklan sebuah produk digambarkan sebagai sebuah produk dengan kualitas A, bisa ini dan bisa itu, akan tetapi realitanya tidaklah demikian.
Setelah dicoba, eh, tak tahunya produk tersebut hanya masuk dalam kualitas C, dan janji bisa ini dan bisa itu yang ditawarkan dalam iklan ternyata hanya bualan semata. Ketika kondisi ini terjadi, maka bisa ditebak, konsumen pasti akan merasa dibohongi, akan merasa kecewa dan mungkin juga akan terjadi word of mouth communication untuk menjelek-jelekkan produk yang telah melakukan pembohongan terhadap dirinya. Bukan promosi positif akhirnya yang akan terjadi, akan tetapi justru promosi negatif. Coba kalau iklan menawarkan promise yang sesuai dengan realita yang ada, maka konsumen tidak akan merasa dibohongi dan tidak akan terjadi promosi negatif.
Konsep personal branding saya kira mirip dengan konsep iklan di atas. Hal yang perlu untuk diperhatikan dalam personal branding adalah jangan sampai kita over estimate terhadap kemampuan yang kita miliki yang akhirnya muncullah dengan apa yang dinamakan dengan e-narcism. Dan ketika orang kemudian mengetahui siapa diri kita lewat tatap muka ataupun lewat media-media yang lain, dan ketika mereka mencoba membandingkan realita yang ada dengan personal branding yang kita lakukan dan ternyata tidak sesuai, bisa ditebak apa yang akan terjadi.
Saya sangat setuju dengan tulisan Mas Yodia tentang personal branding melalui blog dengan menulis topik-topik yang berada dalam penguasaan kita sehingga kita memang betul-betul menguasai topik-topik tersebut. Jangan sampai kita hanya copy sana copy sini kemudian kita paste di blog kita yang seolah-olah menjadikan kita ahli dalam berbagai macam disiplin ilmu, tapi ternyata itu adalah hasil kajian orang lain yang kemudian kita muat di blog kita.
Itu bukan merupakan tindakan yang terlarang, akan tetapi ketika kita mengambil hasil karya orang lain, kasih dong sumbernya, dan tentunya mesti “amit” dulu kepada yang punya karya dan tentunya itu harus mendapatkan ijin dari yang bersangkutan, kecuali memang untuk materi-materi yang telah dibebaskan untuk dikutip.
Terus berkarya Mas Yodia, kita tunggu selalu tulisan-tulisan berikutnya.
Disepanjang jalan Gatot Subroto, kita bisa menyaksikan iklan dengan wajah Gubernur kita, apakah ini bentuk dari narsisme?
wah, Mas Yodia dan blog nya (Blog Strategi + Manajemen) termasuk kategori e-narcism neeh… he2
hidup Narsis !!!
Personal branding jd makin penting. Saya ragu, misal apple kehilangan sosok steve job apa benar ia tetap sekokoh skr.
Saya sangat sepakat dengan Komentar bung Amrun,cuma terkadang sebahagian orang eksis di dunia maya itu dianggap sebagai gaya hidup yang harus diikuti meskipun dia nga ngerti cuma sekedar mengikuti trend aja sebenarnya kita juga nga bisa menyalahkan siapa2 soalnya itu akibat kemajuan teknologi dan informasi dewasa ini yang begitu cepat dan sangat dinamis apalagi tingkat pola berfikr sebahagian masyarakat indonesia cenderung selalu mengikuti “Trend” meskipun itu dia nga ngerti.
saya setuju dengan tulisan mas Yodia tentang Facebook dan pradaban Membaca dan mungkin peran blogers2 kita mampu memberikan informasi yang jelas dan berimbang tentang kemajuan2 informasi sehingga yang didapat kan bukan cuma sekedar mengikuti Trend Semata tetapi ada nilai sisi positif yang dapat kita ambil dari kemajuan teknologi informasi yang berkembang begitu pesat dewasa ini..saya ngomong gini soalnya saya takut tentang perkembangan Informasi dewasa ini yang sebahagian orang pada saat ini seperti membentuk suatu opini klau kita nga ikut katanya ketinggalan jaman.Tks.
wah, nice article!
satu hal yg saya cermati, bang Yod tampaknya berjasa besar buat Gramedia. Lah, disebut2 terus… ganti dong sekali-kali, Toga Mas githu, hehe diskonnya gedhe loh, pas buat kantong mahasiswa!
Artikel yang dibahas oleh Mas Yodh menurut saya lebih pada membahas I-Brand (dibandingkan istilah e-narcisme). Istilah I-Brand sendiri telah terlebih dahulu dipopulerkan oleh Gary C. Sain. Sebuah “narcisme sehat” di dunia maya.
Sebenarnya tiap orang ingin dikenal secara baik dengan orang lain. Ini adalah naluri alamiah seseorang. Jika sekarang ada internet maka disebutkah E-narsisme oleh Mas Yodh. Tapi apapun itu, saya kira find-find aja asal tidak merugikan orang lain.
sori..maksud saya fine-fine..
Ini juga termasuk sisi lain dari kegunaan blog….
Kelihatannya buku yang menarik dan perlu dibaca nih …
segera menuju toko buku terdekat
Toto (# 2)….hahahaha…ya gw juga suka ngakak ngeliat “Sang Ahli” nampang di setiap sudut kota Jakarta. Gila, pilkada gubernur DKI masih lama, bang Fauzi Bowo sudah siap-siap sejak sekarang. Ini namanya narsisme bin bujubuneng.
jika sebuah personal blog (katakan blog for hobby) berubah menjadi monetize blog gimana nih pendapatnya mas Yod:)..apakah ke narcis-an yang punya blog hilang..
Ini emang jaman narsis…tv narsis…bloging narsis…dll
Piter (14), saya kira ndak juga; banyak blogger diluar negeri yang mengkomersialkan blognya, dan kadang tetap memberi nuansa narsis meski dibalut dengan gaya yang elegan. Contoh : blognya John Chow, Darren Rowse, Zen Habbit, dll.
Mas Yodhia, terima kasih buku saya diulas di sini.. Mudah-mudahan semakin banyak yg beli. Ada lombanya juga sebentar lagi. Saya masih menunggu konfirmasi hadiah dari sponsor.
Semua orang itu pada hakikatnya ingin eksis. Dari masa ia kecil hingga kuliah, setiap orang ingin terlihat mencolok dan populer. Dari prestasinya, dari pergaulannya, dari aktivitasnya. Gak berbeda dengan di internet. Semua tentu ingin unjuk diri. Mas Yodhia sendiri kini terlihat mencolok di antara blog-blog manajemen lainnya. Caranya dengan membuat hal2 yg berbeda dgn blog lainnya, dari sisi konten, materi, sampai jualan presentasi :))
Saya yakin kalau semua blogger bisa menemukan keunikan penyajian kontennya, ia akan terlihat menyolok di antara lainnya. Tentunya, itu semua gak akan terjadi kalau tidak dilengkapi dengan bekal kompetensi dan pengetahuan. Dengan ia menyolok, ia akan semakin dikenal dengan seorang yg ‘pakar’ di bahasan blog itu.
Hehe, bisa jadi, sebenarnya banyak blogger lain yg (mungkin) secara kompetensi punya pengetahuan dan pengalaman lebih dari unggul drpd Mas Yodhia, tapi ia kurang bisa membuat dirinya menyolok, sehingga tak ada yg tahu. Ini artinya ia kurang e-narcism daripada Mas Yodhia :))
oh ya, di buku ini secara implisit memang membahas Personal Branding di dunia online, meski saya sengaja nggak menyebutkan frase itu. Hihi, alasannya biar terdengar lebih catchy dan populer, dan saya berusaha menghindarkan buku ini masuk kategori buku yg terlalu berat dan serius.
Sebelumnya salam kenal Mas Yodia, saya baru terjun ke dunia blogging nih.
mo urun komentar mengenai digital narcissism dan personal branding.
saya setuju dengan Mas Yodia. Personal branding sendiri merupakan salah satu tool utk ‘menjual’ (apapun yang dijual). Terlepas dari niat utk menjadi narsis, ada satu niat yang sangat mulia yang harusnya lebih ditonjolkan yaitu ‘berbagi’. Niat inilah yang nantinya akan menentukan kuat atau tidaknya nilai dari personal branding itu sendiri.
karena di era yang serba komersil ini, masyarakat sangat lah haus akan sesuatu yang ‘gratis’ apalagi jika sesuatu tersebut nilainya sangat berbobot (seperti tulisan Mas Yodia ini)
*Salut utk teman teman penulis blog yang sudah mau berbagi*
Salam Berbagi
postingan paid review?
🙂
Jadi teringat pelajaran Bahasa Indonesia 20 tahun lalu.
Narsis awalnya terkesan negatif. Sekarang (termasuk akibat tulisan diatas) maknanya menjadi lebih positif.
Ini gaya bahasa apa ya (atau gejala bahasa?)? Ada yang bisa bantu?
Robin
saya setuju kalo blog ini adalah blog yang bagus…
thx utk referensinya.. segera di cari
saya pernah liat buku itu juga d referensikan oleh salah satu blog tapi nama blog nay saya lupa (soalnya hanya sekilas)..
nampaknya buku itu memang menarik perhatian ya?
ternyata narsis dibutuhkan oleh semua orang ya?
wah postingan yang ok dan menarik mas makasih banget atas informasinya tentang bukunya dan salam kenal mas dari orang yang lagi nyari nyari dan belajar
wah bener tuh, harus dibaca nich
saya sudah baca bukunya, karena baca bukunya saya jadi tau blog keren ini, hhe..
Numpang tanya Mas,
Tulisan Anda tentang 5 Buku Terbaik sepanjang masa kok ada juga di https://www.budiprasetyo.com/5-buku-strategi-terbaik-sepanjang-masa.html, tetapi dengan penulis yang berbeda?
Insa….ya, tulisan saya di blog ini banyak “dibajak” oleh orang lain; tanpa ijin, juga tanpa mencantumkan link.
keren banget bukunya
bos saya sempat mengeluarkan komentar “Aku suka capek sendiri klo lagi buka facebook. Kenapa sih orang-orang suka nulis hal-hal gak penting ttg dirinya di status profil mreka??”
saya cuma bisa ketawa kecil sambil bilang “Iya pak.. sekarang ini memang jamannya orang-orang narsis. Mreka itu ingin diakui eksistensi ato keberadaanya di dunia ini”
ternyata banyak orang yg masih merasa ‘terganggu’ dengan ke-narsisan kita
But anyway, media-media seperti FB ataupun blog menurut saya merupakan salah satu wadah bagi ide-ide yg tidak tersalurkan yg mungkin saja brilian
wah ikutan contest ja Om.. 🙂
aku lagi ngumpulin bahan bahan point nya nih.. btw mengingat endurance itu sendiri, saya ngerasa posting saya yang kurang teratur ngebuatnya ngak punya identitas yang fullpower.. trus mau nanya nih om.
kalau tema Online marketing strategy, Social Media dan politik ( berdasarkan sudut pandang social media ) .. masih cukup kah kalo ditampung dalam 1 Blog ? tolong dijawab yah
Mas…. tadinya saya kira ikutan kontes lho.. ternyata enggak 🙂 … oia kalo soal 3 materi dalam 1 blog, misalnya Social Media , online marketing strategy dan politik gmn menurut mas yodhia ?
Terimakasih untuk reviewnya, Mas. Yap, dan saya sangat salut dengan konsistensi Mas Yodh mem-branding via blog, facebook dan media lain.
*Mas, tragedi ‘dejavu’ di blog saya kemarin dah clear lho ya..
**Tersindir karena 2 bulan dat-nyeng update blog, hehe…
@ Arham (32); kalau social media dan online marketing strategy oke digabung; politik sebaiknya di-delete saja.
benar2 renyah, sesuai keterangan di profil. met kenal aja, karena memang baru kali ini saya masuk ke blog ini.
ditunggu posting-posting selanjutnya.
narsisme is branding image… seperti tukul arwana gitulah.
kalau menghasilkan, why not?
Salam kenal Mas Yodhia.
Saya termasuk yang “rajin” n’ “doyan” buka blog ini. Menurut saya dari beberapa tulisan yang dimuat tuh isinya emang beda. Selain menambah wawasan dan sangat bermanfaat juga terkesan isinya tuh ringan banget, maturnuon Mas dah berbagi ilmu.
Panteslah kalau blog ini masuk dalam kategori blog2 bagus dlm ref buku tsb (walau saya belum baca isi buku tsb).
Sukses selalu ya Mas Yod ! …
bagus mas, jadi penasaran nich pingin baca bukunya ……
btw, mas Yodhia.. tulisan ini dicopas tanpa kredit oleh https://sempurnaselalu.blogspot.com/2009/06/digital-narcissism-dan-personal.html
Pitra, thanks for the info.
Pingback: E-Narcism : Bani