Merajut Etos Spiritualitas dalam Dunia Kerja

Hari-hari ini, serpihan peristiwa demi peristiwa yang melukai azas spiritualitas dan kemuliaan hidup terus bertebaran disana-sini. Padahal dunia kerja di negeri ini – tempat dimana setiap hari jutaan orang merengkuh sejumput nafkah – niscaya akan menjelma arena yang indah kala ruh spiritiualitas bisa memancar di setiap sudutnya.

Dunia kerja di negeri ini mungkin bisa terus melenting menuju kemuliaan kalau saja setiap pelakunya bisa merajut etos spiritualitas dalam sekujur raganya. Dunia kerja di negeri ini mungkin bisa terus mendaki menuju puncak keagungan kalau saja setiap pelakunya basah kuyup dengan siraman ruh spiritualitas yang terus mengalir.

Jadi ketika telah ada niatan untuk membangun dunia kerja yang penuh kemuliaan, lalu apa yang bisa disumbangkan oleh etos spiritualisme? Disini kita mencatat dua jenis kontribusi penting yang bisa disumbangkan bagi kemajuan dunia kerja dan praktek manajemen.

Yang pertama, dimensi spiritualitas memberikan pondasi yang kuat untuk membangun integritas moral yang kokoh bagi para pelaku dunai kerja (karyawan, pegawai negeri, pengusaha, kaum profesional). Itulah profil integritas yang dinaungi oleh misalnya, sikap kejujuran, kesederhanaan, dan sikap yang mengacu pada etika kebenaran serta niatan mulia untuk memanggul amanah (jujur dan dan tidak mau menyelewengkan posisi dan jabatan demi segenggam berlian).

Dimensi yang pertama ini demikian menghujam, sebab tanpa sikap moral yang amanah, bersih dan jujur, bagaimana mungkin kita bisa merajut dunia kerja yang penuh kemuliaan? Tanpa etika moralitas yang kuat, dunia kerja kita niscaya akan selalu terpelanting dalam kenistaan. Tanpa sikap amanah yang sarat dengan keikhlasan, dunia kerja kita akan senantiasa tenggelam dalam duka yang memilukan.

Kontribusi yang kedua berkaitan dengan pengembangan etos kerja yang berorientasi pada kemajuan dan keunggulan kinerja (excellent performance). Dimensi spiritualitas semestinya mampu dijadikan driving force yang kuat untuk menancapkan motivasi dan etos kerja yang selalu mengacu pada prestasi terbaik. Dalam konteks ini mestinya ada kesadaran kuat untuk menjalankan ”teologi kerja (job theology)” : atau sebuah niatan suci untuk selalu menganggap pekerjaan kita sebagai sebuah ibadah dan bentuk pengabdian kita pada Yang Maha Agung.

Ketika kita bekerja dikantor dengan asal-asalan dan menghasilkan kualitas brekele, atau ketika ketika kita mencederai amanah yang telah diberikan, maka mestinya kita menganggap ini semua sebagai sebuah ”dosa” dan kita mesti merasa malu dihadapan Yang Maha Tahu.

Sebaliknya, ketika kita selalu bisa mempersembahkan kinerja yang mulia, atau ketika kita mampu mengagas dan melaksanakan ide-ide kreatif untuk memajukan organisasi, maka mestinya ini semua tidak melulu didasari oleh keinginan untuk pamrih, melainkan pertama-tama mesti dilatari oleh niatan suci untuk beribadah. Sebuah niatan yang didorong oleh kehendak untuk mengabdi dan memuliakan Yang Diatas. Dalam konteks inilah, dimensi spiritualitas dapat menjelma sebagai sebuah inner force yang kokoh dan mampu memotivasi kita untuk terus bekerja keras memberikan yang terbaik.

Perjalanan membangun dunia kerja yang profesional dan sarat dengan nilai-nilai kemuliaan adalah sebuah marathon, bukan sprint. Disana dibutuhkan ketekunan, kegigihan dan sikap istiqomah untuk terus menggedor nurani diri kita dengan kesadaran bahwa “hidup ini hanyalah merupakan pengabdian tanpa henti pada Yang Menciptakan Hidup”. Dibutuhkan sejenis ketegaran yang terus melengking : menyuarakan kesadaran untuk terus menancapkan etos spiritualitas dalam dunia kerja kita sehari-hari.

Dua dimensi spiritualitas yang telah kita bahas diatas selayaknya bisa terus mengendap dalam ruang batin kita. Sebab dengan itulah kita bisa bersama-sama merangkai sebuah bangunan dunia kerja yang indah dan mendapat limpahan berkah tanpa henti.

Sebab dengan itu pula, kelak ketika kita diwawanacarai oleh malaikat di ujung pintu surga, kita bisa menceritakan segenap pengalaman kerja kita dengan penuh senyum dan kebahagiaan.

Selamat bekerja, teman. Semoga hari ini pekerjaan Anda mendapat limpahan barokah yang terus mengalir……

NOTE : Jika ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus tentang kecerdasan emosional dan personal development, silakan KLIK DISINI.

Photo credit by : alicepopkorn @ flickr.com

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

31 thoughts on “Merajut Etos Spiritualitas dalam Dunia Kerja”

  1. Terima kasih Mas Yodhia untuk tausyiah nya dipagi yang cerah ini, etika profesi seharusnya digala kan, sehingga bisa jadi kebiasaan dan pada saatnya menjadi sikap hidup para profesional, semoga amin.

  2. Sebuah tulisan yang cukup kontradiktif dari tulisan sebelumnya yang menyinggung masalah Gayus…he he

  3. Sepanjang yang saya ketahui BA adalah alumni sebuah lokakarya mengenai spritualisme yang dipimpin oleh AG.

  4. Thank you mas Yodhia… cukup membuat saya bersemangat kembali setelah dua hari ini saya merasa bosan dengan rutinitas.

    GBU .. ‘n Sukses dengan tulisan – tulisan yang sangat inspiratif…

  5. Karena blog ini diupdate sepekan sekali mungkin doa yang lebih cocok adalah : “Selamat bekerja, teman. Semoga pekan ini pekerjaan Anda mendapat limpahan barokah yang terus mengalir……”

  6. Yuk…mari kita kerja dengan sepenuh hati dan dengan penyertaan TUHAN menuju masa depan yang penuh harapan.

  7. keren mas Yodh.. kayaknya jadi tulisan ‘pemutih’ tulisan sebelumnya… sy yakin, mas Yodh ingin menegaskan sikap (pribadi) sesungguhnya… bhw kekuatan spiritualitas (akhlak agama) adalah dasar utama hidup kita…:) bravo mas Yodh..!

  8. Ketika Bekerja itu Ibadah….maka nuansa spritual akan memberikan semangat kita untuk taat kepada tugas-tugas mulia, tetapi melihat pimpinan unit kerja (PUK) bernuansa maksiat maka kita dapat luntur motivasi kita

  9. Subhanallah….., itulah pemahaman mendasar yang bermuara pada hakekat penciptaan manusia, khususnya dalam hal ini pada dunia kerja. Terima kasih pak.., karena saya merasa, pada masa sekarang ini jarang ada penyadaran sampai dengan dimensi spiritualitas. Ini bisa menjadi pengingatan untuk kita semua, khususnya untuk diri saya pribadi….

  10. Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan amal ibadahnya, namanya akan hidup terus, sehingga hidupnya lebih panjang dari umurnya.

  11. kelak para sufi tidak hanya di tempat tempat peribadatan ataupun di tempat pemujaan .. melainkan di balik meja CEO dan pemimpin korporasi multinasional

  12. Terimakasih atas pencerahannya. Kalo semua pekerja dan abdi negara bekerja ikhlas, dengan niat suci sebagai amanah agar manfaat bagi yang lain, semua problem yang ada dinegara ini pasti terselesaikan. saat ini dalam otak kita hanya ada pamrih jabatan dan finansial ( gaji ) yang didapat.
    Mudahan kita bisa menjaga amanah.

  13. Terimakasih atas tulisannya. Seseorang perlu diingatkan kembali mengapa dia bekerja, semoga dengan membaca tulisan ini seseorang akan lebih memahami untuk apa dia bekerja.

  14. Amin…. so apa yang harus dilakukan karena hidup ini tidak hanya yang dipikirkan tapi ACTION tiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun….jadi kuncinya hati, ucapan dan perilaku harus utuh dengan spiritual yang baik…

    salam
    rasikun
    trainer mulia
    081315769972

  15. Good PAK YODYA. SANGKAN PARANING DUMADI ( istilah jawa ). MENGETAHUI BETUL APA MAKNA KEHIDUPAN INI. SAYA YAKIN AKAN LEBIH BAIK LAGI KINERJA SAYA DG PONDASI YANG KUAT INI. THANKS . .

  16. Good inspiring!……semoga melalui tulisan anda menjadi inspirasi bagi semua untuk senantiasa berupaya menjadikan hidup lebih baik dan lebih berarti.

Comments are closed.