Mengapa Korupsi TIDAK Seburuk yang Dibayangkan Banyak Orang

Anak muda yang wajahnya mirip-mirip Tukul itu kembali menghempaskan negeri ini dalam tragedi korupsi yang teramat memilukan. Virus korupsi dan suap mungkin telah bersetubuh dan merasuk ke dalam sekujur tubuh republik ini.

Namun yang membuat saya acap terkesima adalah ini : jika nyanyian korupsi terus menderu dan mengharu biru segenap tanah bumi pertiwi, mengapa negeri ini tak jua kunjung bangkrut? Mengapa ditengah tarian suap yang terus meliuk-liuk, pertumbuhan ekonomi negeri ini (pada tahun 2009) tertinggi nomer tiga di dunia, sebuah prestasi ekonomi yang sungguh spektakuler?

Jawabannya mungkin agak mengejutkan : jangan-jangan korupsi itu memang tidak seburuk yang diduga banyak orang? Jangan-jangan korupsi justru membawa berkah terselubung bagi pertumbuhan bisnis dan ekonomi di negeri ini?

Make no mistake, my friends. Tulisan ringkas ini tidak sedang mempromosikan agar kita merayakan tindakan korupsi sambil bersulang segelas anggur. Kegiatan korupsi dan suap menyuap adalah salah satu worst evil yang sangat mencederai moralitas dan merobek-robek jalinan keadilan.

Dan dengan spirit itu, kita mau mencoba menjawab pertanyaan ini : mengapa korupsi merajalela, namun pertumbuhan ekonomi negeri ini terus berkibar-kibar?

Jawabannya mungkin sederhana : sepanjang uang jarahan hasil korupsi dan suap itu tidak disimpan di bank Singapore atau Swiss, namun tetap ditabung dan dibelanjakan di dalam negeri, maka ekonomi negeri ini akan terus tumbuh.

Dan mungkin persis seperti itulah yang terjadi : ribuan koruptor yang berjejer dari Sabang sampai Merauke, yang tiap bulan menilep uang trilyunan rupiah, segera membelanjakan dan menginjeksikan uang itu untuk menggerakkan ekonomi domestik.

Lihatlah mal-mal yang terus berdiri di setiap kota besar tanah air, proyek properti yang bertebaran dimana-mana, sementara angka penjualan mobil terus meningkat. Dan saya cukup yakin, konsumen beragam bisnis ini sebagian besar adalah para koruptor yang ingin membelanjakan uang suapnya. Dan “keajaiban” itu terjadi disini : uang hasil korupsi itu tiba-tiba menjelma menjadi pelumas yang menggerakkan roda beragam sektor ekonomi.

Jadi ketika mas Gayus yang sungguh gayus itu membeli rumah mewahnya di Kepala Gading seharga miliaran, sejatinya ia juga telah “membantu” menggerakkan sektor properti negeri ini : ia telah membantu menyediakan pekerjaan bagi ribuan tukang batu asal Kota Wonogiri, membuat industri semen terus bergerak, dan mendorong kehidupan bagi para perajin genteng Jatiwangi.

Dan persis seperti itulah yang dilakukan mas Gayus dan ribuan koruptor lain seperti dirinya : secara kolektif mereka menginjekasikan dan membelanjakan uang upetinya untuk mendorong begitu banyak kegiatan sektor ekonomi di negeri ini.

Argumen yang mau dibagi disini adalah : sekali lagi, sepanjang mayoritas uang jarahan korupsi itu dibelanjakan di dalam negeri, maka mungkin diam-diam para koruptor itu telah memberikan impak positif bagi pertumbuhan ekonomi tanah air. Sepanjang uang suap itu dikembalikan (melalui aneka konsumsi para penjarahnya) ke dalam sirkulasi ekonomi dalam negeri, maka itulah yang menjelaskan mengapa ekonomi negeri ini terus melejit.

Kita tahu, pertumbuhan ekonomi sebuah bangsa ditopang oleh dua sektor utama, sektor investasi dan sektor konsumsi. Dan untuk kasus Indonesia, sektor konsumsi memegang peran amat dominan dalam menggerakkan ekonomi negeri. Disini, banyak pengamat bisnis tertegun dan berterima kasih dengan ketangguhan sektor konsumsi di Indonesia.

Dan seperti yang kita lihat, ketangguhan itu barangkali sebagian besar ditopang oleh daya beli para koruptor bumi pertiwi. Dan dalam konteks inilah, dengan penuh nada getir kita bisa berbisik : para koruptor itu mungkin diam-diam telah menjadi pahlawan ekonomi bangsa.

Bravo mas Gayus. Bravo Koruptor Indonesia !!
.

photo credit by : la caitlin @ flickr.com

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

74 thoughts on “Mengapa Korupsi TIDAK Seburuk yang Dibayangkan Banyak Orang”

  1. Tindak kejahatan punya sisi positif juga ya….
    Asal tidak menjadi pembenaran saja pak bagi pelaku korup…coz, meskipun mengalirnya di dlm negeri…toh yang menikmati bukan yg berhak. Mestinya uang itu bukan jadi bangunan rumah megah di kelapa gading, mobil mewah, dll, tp jadi bangunan jalan, sarana umum, layanan kesehatan dan pendidikan murah bagi rakyat,dll…

    Jadi…berantas terus korupsi.

  2. analisa ‘aneh’ yg bs jadi bener juga ..:) mudah2n bukan krn mas Yodh frustasi melihat kondisi bangsa yg dililit korupsi dr sang sampe marauke…
    menurut sy, kondisi ini akn terus bertahan lama dn lama… krn para junior-nya kini tengah menanti utk memimpin negri ini… mereka adlah para pelajar yg baru saja UN tapi sdh sangat terbiasa MENYONTEK. katanya adalh hubungan yg kuat antara menyontek dn korupsi… jd klo para guru dn kepala sekolah membiarkan bahkan membantu murid2 menyontek (di UN) bersiap2lah memperpanjang generasi koruptor di negri ini…

  3. sangat setuju dengan analisis mas yodya
    mengapa begitu banyak koruptor tapui pertumbuhan kita tetap bagus???

    ada satu pertanyaan lagi sebaiknya kita memilih full employment atau pertumbuhan ekonomi yang bagus??? bukankah pertumbuhan ekonomi dan full employment harusnya berbanding lurus??? kok di Indonesia berbanding terbalik ya…

  4. Analisa ‘nyleneh’ yang mungkin ada benarnya, dengan berputarnya triyunan rupiah yang beredar di dalam negri mungkin saja membawa dampak mengepulnya dapur para tukang batu atau para pembuat genteng itu..
    tapi ingat juga, bahwa tabiat para koruptor itu akan sangat ‘konsumtif’. mereka dengan ‘enteng’ (baca: gak pake nawar) membelanjakan uangnya terutama untuk property dan tanah demi modus pencucian uang..artinya bukankah mereka juga yang mendorong harga tanah dan rumah menjadi selangit, dari rumah RSS sampai perumahan super mewah akan di sikat habis tanpa menyisakan sedikitpun untuk orang2 yang seharusnya lebih berhak ( rss dan rusun bersubsidi misalnya)
    artinya kita gak akan mampu ‘menyaingi’ mereka dalam hal daya beli itu. dan jangan -jangan juga merekalah yang menjadi biang inflasi di negeri ini.
    jadi, nggak seharusnya para koruptor hadir di negeri ini..

  5. Kalau dikorup aja indonesia bisa kaya, apalagi kalau uang itu digunakan secara semestinya, mungkin kita telah melampaui China

  6. Coba kalau yang di Belanjakan UANG “HALAL”, pasti menjadi No 1 pertumbuhan ekonomi, dan tentunya Barokah..artinya bencana tidak akan datang. Bagaimana dengan pendapat sahabat semua.?

  7. Saya jadi ingat ketika belajar ekonomi di Pascasarjana UI tentang teori ekpenditur. sptnya harus lihat teori makronya dulu deh pak, krn ada yg ganjil dari penjelasan pak yodhia

  8. Ha…ha….ha…. Teknik Reframing yang bagus.

    Daripada stress mikirin orang korupsi disanasini, while we can’t do anything about it, mending kita frame ulang aja ya Bung Yodh.

  9. wah, sudut pandang yang unik…, dan ngga kepikiran bagi kebanyakan orang… Lumayan, bisa bikin nyengir ditengah gemasnya hati karena kelakuan para oknum2 tersebut… Ada benarnya juga analisa ini…

  10. hehehe, setubuh, eh setujuh 😀
    tapi yang namanya pertumbuhan ekonomi kan angka rata-rata? kalo pemerataanya? itu si benernya yang perlu diperjelas lagi. jadi kalo dibandingin pertumbuhan ekonomi para koruptor dengan pertumbuhan ekonomi pengrajin genteng jatiwangi gimana?
    tapi salut deh. bisa melihat sesuatu yang jelas-jelas negatif dari sisi positif. salut Pak Yod 🙂

  11. wuaaaa….dari awal dah ketar-ketir bacanya. ternyata memang bikin ketar-ketir hatiku :'(

  12. satu sudut pandang yang “aneh” dan “nyeleneh”
    prinsipnya biar buntung masih tetep untung
    di sisi lain, kemakmuran dan dan pertumbuhan ekonomi hanya dirasakan oleh segelintir orang di negeri indon yang tercinta ini.
    yang kuli bangunan dan yang bikin genteng mah tetep aja kerja kuli, ngga terus nikmat tidur di gedung mewah.
    C’est la vie

  13. HAHAHAAHAHAHAH.., nyeleneh niihh tp membaca artikel ini tidak membuat sy mengrenyikan dahi tp membuat pagi saya cerah

    tp alangkah baiknya jika bangsa ini besar karena sektor investasinya dan juga tingkat korupsi yang kecil (hingga nol)

  14. Beruntung yang korupsi para pejabat negara jadi masih ada rasa “nasionalisme” sehingga mereka komsumsi produk buatan Indonesia
    coba klo pihak asing…??? he..2x
    Tapi emang sebaiknya korupsi diberantas dari bumi pertiwi ini.biar ada pemerataan perekonomian.

  15. Sebuah pendekatan terbalik yg menarik mas yodh 🙂
    awal-awal baca judulnya sih rada curiga
    setuju banget sama comment mas ricky & mas wiwit, mungkin kalau indonesia tidak banyak terjadi korupsi, akan lebih maju lagi,
    bisa-bisa tahun 2012 udah masuk BRIC + Indonesia

  16. jelas yang lebih baik adalah : tidak ada korupsi, tapi uang tersebut disalurkan ke pihak2 yang membutuhkan untuk menggerakkan ekonomi.
    aha.. cara membahas seperti ini mungkin tidak menarik ya..
    tapi … bung yodhia membahasnya melalui sisi yang lain, ‘di balik kejahatan, ternyata masih ada sisi baiknya”.

  17. Seharusnya kita tidak mengkompromikan nilai-nilai moral dengan hal-hal yang bersifat ekonomis. Harga yang terlalu mahal. Cara pikir seperti ini kemungkinan besar telah digunakan oleh rezim2 korup di seluruh dunia sebagai pembenaran atas korupsi dan pembiaran korupsi yang mereka lakukan. Anehnya di bibir mereka selalu mengutuk korupsi sementara dengan gembira mereka melakukan korupsi secara bersama-sama.

    Kata korupsi sendiri berarti ‘mati’ atau ‘membusuk’. Janganlah kita membusukkan pikiran kita dengan manfaat semu yang bersifat hanya sementara dan mewariskan mental bobrok bagi generasi selanjutnya.

    Masih banyak contoh keberhasilan ekonomi yang diraih melalui kejujuran dan kerja keras. Kita pilih yang mana?

  18. Hahaha…saya suka dengan artikel ini, meski agak lain dari biasanya, namun ada pembelajaran yang diperoleh… Yang pasti pembelajarannya bukanlah mari korupsi bareng-bareng…hehehe.

  19. Hahaha…iya mas, mungkin harus dibuat peraturan, “bagi yang korupsi harap menghabiskan uang korupsinya di dalam negri”

    terima kasih atas infonya, melihat korupsi dari sudut pandang yang berbeda

  20. whatever corroption is the enemy of all religion, and get paid so badly by god at the end of the day..but salut buat tulisan melalui sudut pandang yg lain ..daripada uang korupsi buat pabrik di China..

  21. hmm..tetapi kemajuan atau apapun “dampak positif korupsi” yang ditimbulkannya,tidak ber efek ke sisi keberkahan.Nah ini yang sering kita lupa.seringkali kita ingin kaya namun tidak ingin dipenuhi keberkahan.
    Nice posting Pak,salam kenal dari orang purbalingga.

  22. Mas Yodhia, bayangkan kalo yang menjadi pelumas tersebut adalah benar2 uang yang tepat sasaran tanpa nyasar ke koruptor2,bakal benar2 hebat negeri ini…?

  23. lha gimana mas kalo kita amandemen saja UUD’45 bahwa korupsi adaah hak segala rakyat dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

  24. Mas Yodha, tulisan yang menarik. Menurut saya segala sesuatu di dunia ini selalu mengandung 2 sisi yaitu sisi positif dan negatif tergantung dari sudut mana memandangnya. Sholat adalah hal positif tp mungkin dari kajian pengusaha/pedagang bisa dianggap negatif krn tidak menghasilkan materi. Kisah pencuri yang memberikan uang curiannya ke orang miskin dianggap positif “baik”, tapi mencurinya tetap perbuatan yang tidak baik seperti halnya korupsi…nilai kemudharatannya lebih banyak dari nilai kemanfaatannya….salam-Fauzi Arif

  25. Kalau uang yg diinjeksikan dan dibelanjakan oleh Negara tidak sempat “disedot” oleh para koruptor, saya yakin bukan ribuan tapi jutaan tukang batu asal Kota Wonogiri, perajin genteng Jatiwangi dan dari daerah lain akan mendapatkan manfaat yg sama atau jauh lebih besar bagi mereka (maaf..rakyat kecil).
    Infrastruktur jalan, gedung. mall akan jauh berkualitas (selain kuantitasnya yg sdh disebutkan).
    Bagaimana bila dibandingkan seperti ini (tidak ada koruptor)?

    Semoga berkenan

  26. Korupsi yang tetap saja “maling”, jangan dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi segala mas … jadi sebel!

  27. Bagai mata uang, Mas Yodhia. Yang dibahas uang juga dan bagaimana cara pemakaiannya. Tulisan yang menarik.

  28. Salah tapi bener secara logika, dengan korupsi kita bisa menjadi urutan no 3 dengan pertumbuhan ekonomi didunia, bagaimana kl ngk ada korupsi? mungkin bisa urutan no.1. .salahnya para koruptor pake uangnya buat kekayaan pribadi, mungkin rakyat hanya dapet pajaknya aja, tapi untuk kasus sekarang pajak aja di korupsi..rakyat dapat apanya..?ini sungguh terlalu pajaknya aja ngk mau berbagi…keterlaluan..

  29. Setuju dengan pak Ricky dan Pak Wiwit…seharusnya Indonesia bisa lebih kaya dari sekarang kalo enggak dikorup..karena memang dasarnya Indonesia tanah airku ini, sumber daya Alam maupun manusianya subhanallah…sangat kaya raya.., juga bener menurut Pak Sunawan mesti liat ekonomi makronya..

    Keliatannya apa yg dipikirin mas yodhia ini juga dipikirin oleh para koruptor sehingga mereka enggak merasa berdosa melakukan perbuatan dzolim yg merugikan semua elemen bangsa ini…koruptor berjamaah…

  30. baru kali ini saya liat uraian mas Yod yg agak nyeleneh, ga sprti biasanya saya sangat apresiasi. hmmm…apa harus korupsi dulu sehingga berEFEK seperti uraian di atas? emank kalo duit negara digunakan dengan TUJUAN bijak dan benar, apa ga bisa menunjang pertumbuhan ekonomi? apa emank koruptor aja yg harus menikmati surga dunia (dalam kutip, surga akhirat ga kebagian lho krn keadilan Tuhan di atas segalanya)?, kita harus membedakan mana EFEK, dan mana TUJUAN. Yg haram adalah haram, baik dari sifat/zat, sumber atau cara mendapatkan, dan penggunaan atau tujuan. Tentunya kalau semuanya sudah benar, PASTI berefek baik dan LEBIH BESAR drpd efek yg disampaikan… astaghfirullah

  31. jadi inget cerita dosen ekonomi makro dulu…jadi sepanjang uang itu beredar di indonesia, uang kita yang dicopet dll..membantu perputaran roda perekonomian…

  32. Gayus hanya sebuah sumbu untuk meledakkan sesuatu yang lebih dahsyat lagi. Namanya orang Indonesia, tidak mengenal kata rugi. Selalu untung terus apa pun keadaannya. Sesuatu yang kelihatannya negatif, pasti ada sisi positifnya. Tergantung kepada kemampuan mata kita untuk melihatnya.

  33. Ada 3 hal :

    1. Benar kata Ephoy (36) : sepanjang uang itu beredar di Indonesia…..that’s just fine. Ini prinsip dasar ekonomi makro.

    2. Well, tulisan diatas mungkin juga bisa dianggap sebagai “hiburan positif” ditengah proses pemberantasan korupsi yang jalan ditempat.

    3. Ya mungkin benar, kalau korupsi bisa terus ditekan, Indonesia bisa menyalip China.

  34. HUKUM MATI KORUPTOR. (titik)
    Jika koruptor dihukum mati, niscaya ekonomi Indonesia akan tumbuh jauh lebih baik dari China.
    Indonesia tidak akan rugi jika penduduknya berkurang 1 – 2 juta orang. Yang berniat hidup baik dengan cara yg baik masih banyak kok… 🙂

  35. Bung Yodh,

    Saya memahami betapa gemas dan geramnya Bung Yodh melihat korupsi yang mewabah dan berjamaah ini. Saya juga begitu.

    Ibarat nyamuk, saya sering berangan-angan agar para koruptor ini di “fogging” saja tapi bukan pake asap melainkan gas beracun atau peluru sekalian. Sayang sekali saya tidak punya alat dan kemampuan untuk melakukannya.

    Well, marilah berbuat dalam lingkar pengaruh kita untuk memberantas korupsi. Bung Yodh sudah melakukannya dengan baik melalui forum ini. Saya yakin teman-teman yang mengikuti blog ini juga sudah berikhtiar untuk melakukannya.

    Salam
    Robin

  36. logika bengkok yang bagus :),

    Hasil jarahan saja bisa menghasilkan impak bagus, apalagi jika sejatinya uang tersebut benar2 dikembalikan kepada kepentingan rakyat.

    Logika transaksinya. Gayus membeli properti dengan uang korup, hasilnya asset gayus bertambah ada perputaran uang melalui bisnis properti.
    Tetapi jika uang tersebut tidak di kemplang gayus, dan pemanfaatannya masih u/ properti, rumusnya. Negara membeli properti u/ kantor pelayanan “A” misalnya. Bisnis properti berkembang, ASSET NEGARA BERTAMBAH !

    Mengapa kita tidak bangkrut-bangkrut, karena sumber daya alam kita sangat berlimpah, tunggu saja sampe kerusakan alam atau habisnya Sumber daya alam kita. (contoh, AS saja sampe berfikir siapa musuh mereka 300 tahun lagi, harusnya kita yang disuruh mikir sesudah mati pertanggungjawaban kita kepada Tuhan, bisa mikir 500 tahun lagi anak2 kita makan apa dong :p)

    Mungkin ini komen agak pedas, tapi semoga -sebagai rujak- akan menyegarkan kita 🙂

  37. atau mungkin logika nya di balik, berarti pertumbuhan dan ketahanan ekonomi kita , selama ini ternyata sebagian besar di lumasi oleh hasil kejahatan korupsi…..

  38. hahahaha gue yakin ini analisis skeptis seorang Yodhia … Well Yodh, analisis yang (kelihatannya menarik) tetapi kalau dikaji lagi dari ekonomi makro kayaknya ada yang nggak pas deh Yodh … analisis di atas terlalu pragmatis dan terlalu menyederhanakan masalah … contoh kecil aja … dengan korupsi maka terjadi opportunity loss untuk membangun sekolah yang memadai sehingga pengembangan human capital akan tersendat … analisis di atas hanya melihat dari skema peredaran uang semata … tetapi tidak melihat aspek lain, misalnya multiplier effect jika seandainya tidak ada korupsi dan sebagainya … hehehehe …

  39. Hal ini pernah diungkapkan oleh Drs. Murdiono (Mensesneg era Orde Baru) yang terheran-heran oleh sinyalemen bahwa Indonesia sebagai negara terkorup nomor dua di dunia, karena pertumbuhan ekonomi yang pesat, sehingga di gelari macan Asia. Dan kita lihat tidak lama kemudian Indonesia kolap, karena ternyata yang tumbuh hanya gelebung ekonomi. Para koruptor jelas meningkatkan sisi konsumsi yang justru menguras devisa kita (umumnya mereka adalah pembeli potensial untuk barang-barang mewah yang harus diimport termasuk mobil), disamping mereka melarikan uang hasil korupsi dalam simpanan diluar negeri. Masihkan kita percaya bahwa korupsi memiliki segi positif bagi perekonomian? Mungkin pertanyaannya harus dibalik, seandainya negeri ini sepi dari korupsi, berapa besar pertumbuhan bisa dicapai?

  40. Masuk akal juga..tapi tetap aja korupsi harus diberantas. Karena hanya segelintir orang aja yang menikmati pertumbuhan ekonomi yang katanya melejit itu. Coba aja dipikir seandainya uang itu tidak dikorupsi maka akan lebih banyak menyediakan lapangan pekerjaan……..

  41. Miris juga saya membaca artikel mas Yodhia di atas..
    logikanya benar, tapi nggak ‘pas’, semoga aja mas Yodhia lain kali nggak buat tulisan ‘perang, bagus untuk menekan pertumbuhan penduduk’ misalnya..
    Tapi mas Yodhia berhasil koq menghangatkan senin pagi dengan tulisannya ini..jadi rame khan…hehe
    salam..

  42. He..he.. mas, tapi yang menikmati khan cuma si koruptor itu dan sebagian kecil orang, SI KECIL sebenarnya tetap saja menikmati jalanan yang berlubang, rumah gubuk dll yang sifatnya tidak nikmat. coba kalau uang yang seharusnya untuk pembangunan Fasum itu dimanfaatkan sebenar2nya, pekerjaan untuk sikecil tetap ada, dan yang menikmati hasil pekerjaan itu lebih banyak lagi. mudah2an pertumbuhan ekonomi kita next lebih di topang dengan sektor investasi yang sehat. Cape…lihat TV isinya dagelan….

  43. ya tidak seperti itu logika berpikirnya…. stabilnya ekonomi dijadikan pembenaran atas tindakan korupsi… Asal tau aja, bisa jadi proses pengukuran ekonomi kita yang salah karena hanya menghitung daya beli dari keseluruhan, bukan daya beli tiap individu. Karena bagaimana mungkin jika dibilang perekonomian oke, masih banyak rakyat yang miskin. Banyak bayi yang mengalami kurang gizi. Andai negeri ini bebas dari koruptor, tentu negeri ini bisa jauh lebih hebat dari amerika. Dan itulah yang ditakutkan oleh negara superpower itu, kekuatan Indonesia, karena Indonesia memiliki semua yang tidak dimiliki oleh negara lain. Baik jumlah penduduk, sumber daya alam. Karena itu negara superpower seperti amerika tidak ingin indonesia bangkit. Ga ingin rakyat indonesia pinter. Karena itu, mereka iming-imingi orang tertentu, pejabat, dengan kehidupan yang mewah sehingga mereka menjadi seorang koruptor. Bayangkan, jika koruptor tidak ada di negeri ini, kita bisa sekolah gratis, berobat gratis. Maka banyak rakyat negeri ini yang menjadi pintar dan sehat. Dan itu akan menjadikan negeri Ini mega power (bukan lagi superpower). Dalam kondisi yang memprihatinkan seperti ini saja, sudah banyak anak bangsa yang tercatat namanya di dunia internasional. Yang kerja di perusahaan2 besar di luar negeri. Apalagi jika negeri ini bebas koruptor… Amerika takut itu terjadi pada Indonesia.

    Bangkitlah bangsaku….

  44. ya tidak ada benarnya…logika begitu kok dibenarkan…itu logikanya seperti kisah robinhood mencuri untuk dibagi-bagikan. atau ketika sunan kalijogo masih menjadi begal/rampok sebelum disadarkan oleh sunan bonang akhirnya sadar kemudian berubah menjadi sunan…kalu logika itu betul tentu sunan kalijogo tidak akan berhenti jadi begal…dan bangsa indonesia semua akan jadi begal semua..sehingga tidak ada yang akan dikorupsi, katrena tidak ada nilai tambah (produksi) yang dibuat semua orang untuk mendapatkan penghasilan….tapi justeru menggerogoti ekonomi…maka korupsi itu disebut kebocoran ekonomi (economic leakage)

  45. Saya suka tulisan bang Yodhia emang kadang kita melihat dari beberapa sudut pandang, tapi kalau korupsi tetap “dosa” yg harus dibasmi.Karena hanya membuat Indonesia masuk negara yg terkorup no 3 juga di dunia,semoga orang 2 pintar yg ada di Indonesia bisa menghapus/menghilangkan koruptor dan memberikan solusi yg terbaik. Sehingga kita tetap masuk ke pertumbuhan ekonomi no 1 tapi bukan karena korupsinya. Bravo bung Yodhia….

  46. Sedikit meneruskan komentar Mas Wiwit Prayitno. Mungkin analoginya seperti pisang goreng. Pisang goreng yang didapat dari mencuri dengan pisang goreng yang dibeli dengan uang halal secara fisik bisa dibilang tidak ada bedanya. Namun kalau bicara barokah perbedaannya seperti bumi dan langit.

    Kalau kita hanya membaca angka bakalan takjub dengan prestasi yang telah ditorehkan. Namun apakah angka itu juga menyentuh mereka yang berada di bawah itu persoalan yang lain.

    Selain itu saya tidak memandang korupsi sebagai pencurian namun pengkhianatan atas amanat yang telah dibebankan.

  47. Sorry Mas,
    saya ndk setuju buanget deh.
    Korupsi tetap buruk abis.
    Justru mnrt saya dgn bnyk koruptor negara ini pertumbuhan ekonominya bisa nomer tiga, coba kalo tanpa koruptor di negara ini, yakin deh pertumbuhan ekonomi bisa jadi nomer satu.
    Berarti justru adaya korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi, dan merugikan banyak orang.
    ha3…walaupun kondisi “zero corruptor” bakal sulit deh dicapai.

    tapi, lucu juga deh ide sampeyan….hi3x

  48. Pertumbuhan ekonomi kita mungkin bisa tinggi dengan lumasan uang hasil korupsi, karena pertumbuhan ekonomi hanya di ukur dengan GDP ataupun GNP. Tapi pembangunan ekonomi yang diharapkan oleh jutaan rakyat akan terus merosot karena maraknya korupsi, Pembangunan ekonomi yang juga memperhatikan barbagai aspek misalnya pemerataan, kesempatan kerja, pemberantasan kemiskinan dan lain lain.

    “STOP PERTUMBUHAN EKONOMI”

  49. Saya tidak paham soal ekonomi, tapi pertumbuhan ekonomi yang hanya berdasarkan indikator konsumsi nampaknya hanya bersifat ” Bubbles “. Saya hanya berharap pemerintah berani mengeluarkan ” Hukuman Gantung ” bagi koruptor, nah baru kita bisa berharap Indonesia lebih maju. Khusus kasus korupsi , gak perlu takut HAM.Kalau cuma dihukum 6 tahun, itu menimbulkan korupsi baru, karena akan ada markus untuk mengurangi masa tahanan. Dan Patrialis Akbar tidak perlu khawatir Lapas kepenuhan tahanan.

  50. Kasus2 pajak yg terungkap saat ini, adalah merupakan bukti KeAmburadul-an Negeri tercinta Indonesia. 65Th MERDEKA namun tetap tidak mampu mengelola SDA dan SDM nya dengan baik. MARKUS pajak dan Hukum sudah lama bergentayangan di negeri ini tanpa dapat di perbaiki! Zaman berganti; ORLA, ORBA, dan Repormasi tetap akan existing, bila Peminpinnya TIDAK Amanah, PNS dibiarkan bergaji kecil tetapi juga dibiarkan KORUPSI…..terjadi disetiap level Institusi Pemerintah.
    Nah, anehnya Bangga dengan Negara TERKORUP di DUNIA…..
    Quo Vadis INDONESIA

  51. Korupsi dinegara kita bersifat kultural. Jadi memberantasnya perlu waktu lama dan harus merubah struktur & kultur masyarakat kita sendiri. Repot kan ? Kalau sungguh mau di usut tuntas, Polisi, Jaksa, Hakim tidak akan punya kapasitas dan bahkan kita harus membangun penjara lebih banyak lagi untuk menampung pelaku korupsi. Berapa biaya akan akan keluar dan hasilnya ? Masih tanda tanya. Jadi memang benar bhw sebaiknya korupsi biarkan lah seperti ini – agar ekonomi domestik berjalan lancar. Bertahap robah lah kuktur dan cegahlah praktek korupsi. Tetapi tidak perlu digebrak seperti sekarang ini. Saat ini kita tidak tahu apakah Otoritas betul memberantas korupsi, atau bisa saja menjadikannya sebagai ajang balas dendam politik dan motivasi lain nya. Belum tentu murni kan ?

  52. Tapi kita angkat topi lho, dengan kreatifitasnya dan keberaniannya…..kok enggak gemetar ya punya uang banyak dari merampok hhehe

  53. Pertumbuhan ekonomi naik, mungkin karena korupsi, suap dapat mempercepat birokrasi dan memuluskan perijinan, sehingga investasi jadi lancar. Pengamat ekonomi bilang pertumbuhan ekonomi naik, salah satunya karena tingkat konsumsi yang tinggi, mungkin yang dibelajakan para koruptor itu. Konsumsi yg terlalu tinggi gak baik pondasi perekonomian ke depan, harus lebih banyak buat barang (produsen), sehingga sektor riil kita naik terus.

  54. Cukup menarik.

    Saya setuju dengan pendapat sebelumnya yang mengatakan analisis in terlalu menyederhanakan perkara.

    Di satu sisi, ya, uang korupsi digunakan untuk konsumsi. Tetapi konsumsi hanyalah satu mesin dari rangkaian mesin-mesin penggerak pertumbuhan. Bagaimana dengan mesin-mesin lain: investasi, belanja pemerintah & ekspor-impor?

    Menurut banyak pihak, ekonomi kita selama ini memang hanya mengandalkan konsumsi, dan kontribusi dari mesin-mesin yang lain masih rendah. Itulah mungkin penyebab banyaknya ketimpangan di negara kita. Jalan-jalanlah ke mal-mal di kawasan utama Jakarta, katakan Grand Indonesia. Lihatlah keluar jendela Blitz Megaplex, ke arah kawasan Kebon Kacang, dan lihat sendiri bagaimana ketimpangan antara dua tempat yang hanya terpaut setengah kilometer.

    Memang paparan saya juga terkait masalah kebijakan politik, tetapi di sini saya batasi hanya pada aspek ekonomi saja. Contoh lain lagi adalah bagaimana di kala indikator-indikator ekonomi negara kita membaik, ternyata di tingkat rakyat perubahan-perubahan itu tidak terasa. Kalangan pengusaha pun, terkecuali yang memperdagangkan barang konsumsi luks, mengeluhkan lesunya perdagangan. Penjualan starbucks mungkin menaik, tetapi perdagangan kopi di tataran komoditas atau gerai-gerai bawah dan menengah mungkin tidak menikmati hal yang serupa.

    Singkat cerita, mungkin memang di jangka pendek korupsi masih bisa memberikan imbas yang “baik”, tetapi di jangka mengengah dan panjang hampir bisa dipastikan tidak ada kebaikan sama sekali! Kesempatan untuk pemerataan dan memenuhi rasa keadilan, dua hal pokok, menjadi hilang.

  55. Kalo gitu, tanpa dikorupsi pun daya beli masyarakat Indonesia dalam skala satu negara akan tetap besar. Karena jumlah uang beredar di dalam negeri kan tetap sama. Hanya, jika tidak dikorup, jumlah uang tersebut akan terbagi secara lebih merata. Mungkin memang jumlah warga yg mampu membeli rumah di kelapa gading jadi lebih sedikit. Tapi itu akan diimbangi dengan konsumsi barang murah.
    Dan jangan dilupakan, kalau pemerintah punya dana cukup dari pajak (tanpa dikorup), tentunya pemerintah akan lebih mampu membangun infrastruktur untuk mendukung investasi (ini teori doang sih..hehe…).

  56. wah.. menarik sekali ini bung..

    tapi walaupun begitu uang tersebut tetaplah hasil dari pajak, yang seharusnya digunakan untuk mengembangkan infrastruktur di indonesia, dengan begitu harapannya dapat meningkatkan perekonomian bangsa

  57. Tapi sayang ya mas….pertumbuhan ekonomi yang spektakuler itu hanya dinikmati oleh segelintir pengusaha dan sedikit sekali yang dinikmati masyarakat bawah.

  58. Mungkin analisa ini benar, bahwa selama uang jarahan korupsi di pakai dan dibelanjakan di dalam negeri masih memberikan impact terhadap pertumbuhan ekonomi. Maka menurut saya pertumbuhan ekonomi akan lebih dahsyat lagi jika korupsi di basmi sampai habis dan kemudian dana yang tersedia di gunakan untuk menggerakan sektor ekonomi maka pertumbuhan yang fantastis akan lebih terasa.

  59. Salut bung yodh, anda memainkan “role play game” ….dan cukup banyak yang terpancing….kita harus bersyukur…100% comment disini pada hakekatnya “ANTI KORUPSI” …salut.
    Sy hanya nambahin aja….salah satu kesulitan pengusaha utk berkembang karena banyaknya “meja” yg harus dilalui..sekedar lewat sih gpp…
    Repotnya kalau sdh muncul jurus “Kalau bisa dipersulit knp dipermudah?”
    Ujung2xnya uang pelicin , setoran, angpau, dana operasional atau apalah istilahnya.
    Gak usah level company…level toko2x kecil atau lapak aja begitu keliatan rame…sdh pasti “didatangi” dan harus ada upeti bulanan. Gerakan anti preman digalang, tapi sebetulnya preman “berseragam” tidak kalah ganasnya.

  60. pendapat yang menarik…
    namun inti dari pendapat tersebut adalah perputaran uang yang terjadi. jika saja semua uang yang ada dan beredar di Indonesia benar-benar digunakan di dalam negeri Indonesia,untuk membelanjakan barang dan jasa buatan Indonesia… maka pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak hanya dinikmati oleh sebagian orang, tapi seluruh rakyat Indonesia.

    jadi kalo yang punya uang banyak… investasilah di Indonesia… menabunglah di Indonesia, jika mau bikin pabrik, bikin pabrik di luar negeri boleh, tapi keuntunganya dibawa ke Indonesia…

  61. indikator pertumbuhan ekonomi dominan dari tingkat konsumsi??
    tinggi nya konsumsi sebagian kecil orang yang harus nya bisa dinikmati rakyat secara umum….

  62. Saya terhenyak ketika tukang pijat tunanetra sambil memijat punggung saya lalu berkata :
    Saya berharap agar kegiatan korupsi digalakkan lagi, kata si tunanetra
    Lho … polisis, jkasa dan KPK ditugaskan membrantas kok situ malah dukung … ?. Tanya saya.
    Dahulu saya selalu dapat tambahan dari para koruptor itu setiap kali mijat seharusnya bayaran Rp, 30.000,00 tetapi selalu dilebihkan hingga Rp. 50.000,00. sekarang mereka itu tidak lagi membayar lebih dan sudah mulai jarang berkunjung ke sini.
    Saya menjadi mafhum bahwa sebenarnya korupsi itu baik nya juga ya …

  63. Naudzubillahimindzalik.
    Jangan sampai yang sudah jelas salah menjadi benar hanya karena iming-imingan “sisi positif” atau “positive thinking”. Mengapanya salah sudah banyak yang menjelaskan di atas.

Comments are closed.