Hidup barangkali kini terasa makin nyaman, dan untuk itu kita layak memberikan kecupan hangat pada para inovator yang telah mempersembahkan aneka produk inovatif dihadapan kita.
Dulu kita mungkin tak pernah membayangkan betapa kita bisa melayangkan sederet kalimat romantis pada kekasih kita melalui medium SMS. Atau, juga melakukan chatting dengan kawan diseberang samudera melalui fasilitas internet. Karena itu, siapa tahu dua puluh lima tahun lagi kita bisa menikmati mobil terbang, melayang diatas jalanan kota Jakarta sambil menikmati pendaran emas menara Monas?
Ya kini tiap hari rasanya kita senantiasa disuguhi aneka produk yang menawarkan sejumput inovasi demi sebuah kenikmatan hidup. Mulai dari produk kamera digital, mobile banking, media televisi diatas screen telpon genggam, hingga produk celana-dalam-sekali-pakai-kemudian-dibuang.
Kisah inovasi yang ditorehkan dengan tinta emas mungkin akan dinikmati oleh mereka yang memang senantiasa dapat meracik beragam produk baru yang inovatif. Namun bagi sebagian yang lain, perang inovasi ibarat padang kurusetra : tempat dimana mereka terpanah penuh luka, dan akhirnya gugur di medan laga.
Dunia tak kekurangan dengan korban-korban yang terpelanting dalam laga inovasi yang brutal itu. Kita disini mau mencatat tiga contoh diantaranya.
Yang pertama misalnya adalah dalam arena kamera digital. Dulu sebelum kamera digital menjadi sesuatu yang lumrah, kita mengenal produk bernama Kodak sebagai sang dewa. Setiap kali Anda pergi liburan bersama teman atau kerabat, pasti kotak film bermerk Kodak itu nyangkut di tas Anda.
Namun perkembangan teknologi kamera digital telah menghempaskan mereka dalam puing sejarah yang usang. Kodak tidak cepat merespon perubahan yang mematikan ini, dan kini mereka tinggal menunggu peti mati untuk beranjak tidur selamanya.
Contoh kedua adalah telpon rumah. Dulu bisnis ini menjadi sumber mesin uang bagi Telkom, sang penguasanya. Namun kini ketika handphone telah ada dimana-mana, frekuensi penggunaan telpon menurun drastis (di rumah pun banyak orang yang kini lebih memilih memakai handphone daripada telpon rumah yang jadul itu).
Dan itulah yang terjadi : penurunan pendapatan Telkom dari bisnis telpon rumah lebih cepat daripada yang mereka prediksi. Bisnis telpon rumah kemudian menjelma menjadi bisnis yang stagnan, dan bagian dari sejarah masa silam.
Contoh yang lainnya adalah perang inovasi di bisnis sepeda motor. Dulu, produsen motor Suzuki selalu menempel ketat sang penguasa pasar, Honda, bersama rival terdekatnya yakni Yamaha. Namun ketika Yamaha menggebrak dengan produk inovatif bernama skutik Mio, sponsor Valentino Rossi ini terbang melesat bersama Honda – yang terus terengah-engah menahan nafas agar tak tersalip.
Yang kemudian tertinggal dalam sembilu kepedihan adalah Suzuki. Gebrakan inovasi Yamaha, yang segera kemudian disusul oleh Honda, telah membuat Suzuki terpelanting dan terkaing-kaing. Kita sekarang menyaksikan banyak dealer motor Suzuki yang tutup, dan pangsa pasar mereka terus menurun. Kita tidak tahu sampai kapan Suzuki akan terus mengalami penderitaan yang menyakitkan ini.
Tiga kasus diatas telah menyodorkan eksemplar yang begitu jelas : tanpa spirit inovasi, sebuah produsen bisa tergolek kehilangan raga. Proses ini mungkin menjadi kian dramatis dalam bisnis yang melibatkan teknologi yang bergerak dengan cepat (seperti tiga kasus diatas).
Ketajaman mengendus tren pasar, tim pengembangan produk (product development) yang unggul serta budaya inovasi yang mengakar, adalah sejumlah elemen dasar yang perlu dibentangkan jika sebuah organisasi ingin terus bisa bertahan dalam laga inovasi yang terus berjalan tanpa henti.
Tanpa bekal itu semua, sebuah organisasi bisa terjebak dan sekarat. Bagi mereka, perang inovasi bisa menjelma menjadi drama yang menyakitkan, dan membuat mereka terkubur lenyap dalam kesunyian.
NOTE : Jika ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus tentang strategi bisnis, personal development dan leadership, silakan KLIK DISINI.
Photo credit by : thePres6 @flickr.com
Dan saat ini, perang inovasi ada di era baru, yang lebih menarik. Era keterbukaan (openness).
Don Tappscot, dalam bukunya Wikinomics mengatakan bahwa saat ini adalah era dimana ekonomi dikendalikan bukan oleh uang, tapi dipimpin oleh komunitas yang saling percaya, saling berkontribusi, dan membuat berbagai produksi kreatif yang didistrubusikan dengan sangat murah atau bahkan gratis. Ini memang menjadi bagian dari sifat manusia. Manusia adalah makhluk sosial. Mereka senang bekerja dalam tim. Dan mereka juga ingin berinovasi dan berkreatifitas.
Jadi, bisa aja perang justru dimenangkan oleh user atau individu yang bisa membentuk tribes sendiri, bukan perusahaan..
Dengan segala susah payah dan keringat juga, para jawara inovasi dari Korea, sekarang sudah mulai melesat meninggalkan para pesaingnya dari Jepang. Dengan penetrasi produk yang demikian membahana, mereka membanjiri pasar dengan segala jenis produk innovatif, dalam jumlah yang besar.
Ketersediaan barang dipasar inilah yang membuat mereka dikenal dan mulai merajai mind set pelanggan tentang barang-barang elektronika. Kemenangan dalam berbagai Design Competition, menghantarkan mereka pada tampuk jawara dalam hal inovasi, sedikit demi sedikit, dan bertahan dalam Innovation War, untuk terus bisa menjadi Solution Provider. Demikianlah perang inovasi itu dimulai dari raksasa elektronika, Samsung dan LG dari Korea Selatan.
inovasi memang keharusan, apalagi bagi new comer…
Dalam Industri Asuransi pun Demikian. Dengan Unit Linknya Prudential mampu meninggal kan pesaingnya. Kemudian para kompetitor ikut ikutan buat unit link. Dan Prudential membuat gebrakan dengan Proteksi Income yang merupakan satu satunya Proteksi yang ada di Indonesia. Dengan Pendapatan Premi 7,5 Trilyu di Tahun 2009 semakin meninggalkan pesaingnya.
Jumlah Klaim yg dibayarkan di 2009 sebesar 411.3 Milyar , sebanyak 79.771 Kasus Klaim, yang artinya setiap 90 detik Prudential membayar 1 klaim.
RBC nya pun melesat menjadi 420% (Ketentuan Dep Keu sebesar 120%).
Inovasi sesuatu yang tidak dapat dibendung seiring terjadinya globalisasi dalam semua urusan.
Yang mejadi pertanyaan, begitu banyak anak bangsa ini yang mendapatkan bebagai penghargaan dari luar negerinya sendiri, tetapi mengapa sangat sedikit yang dapat di implementasikan.
Apakah sudah puas menjadi medan pertempuran para distributor asing yang penuh dengan innovasi ???
i thing must be inovation, but the market is come to do……
saya setuju. inovasi itu perlu supaya tidak terkubur. tapi, inovasi itu sangat mahal harganya.. semahal harga untuk menyewa orang yang inovatif, serta membeli ide2 yang inovatif pula
Yang terlihat di depan mata kita sekarang di Indonesia adalah..KFC semakin jauh meninggalkan McDonald….pemegang lisensi KFC sangat inovatif dengan memperbaharui penampilan gerainya yang terlihat trendy dan sangat anak muda, terutama dgn bisnis musiknya…lain dengan gerai MacDonald yang gerainya terlihat begitu saja…..Bisnis makan sekarang bukan sekedar memanjakan lidah, tapi juga memanjakan mata para pengunjungnya…
Sangat inspiratif…
Dalam contoh di atas, konsumen menjadi dewa pencabut nyawa bagi perusahaan-perusahaan yang terlena dan puas dengan kemapanan…..dan mengabaikan inovasi.
yup betul…
bisnis wartel di rumah pun akhirnya mengharuskan gulung tikar… karena sudah tidak ada lagi yang menggunakan jasa ini….
sementara, untuk pemasangan baru di perumahan baru, terkadang membutuhkan waktu yang lama… lebih mudah membeli cdma sebagai telpon rumah
Jika masih berada di RMI pun, daripada bertengkar siapa yang bayar telepon rumah, akhirnya fasilitas cdma yang dipakai oleh masing2 anggota keluarganya…
pengiritan biaya telpon pun berlaku… tidak memakai pstn, mengurangi biaya abonemen….
inovasi selalu ada…. itu yang dibutuhkan orang untuk lebih kreatif lagi dan selalu melihat kondisi saat ini..
bagaimana cara mengajari hal-hal tersebut kepada anak2 supaya nantinya mereka survive?
sangat setuju dengan mas yodya, tak hanya dengan perusahaan besar. bahkan untuk pengusaha kecil dan menegah (contohnya pengusaha warnet, rental komputer, rental CD dan DVD, dsb) kalau tidak merespon perubahan seperti ini mereka akan langsung gulung tikar. bravo inovasi anak muda Indonesia.
pas banget dengan bahasan manajemen kantorku hari ini, ngebahas tentang change….dan change itu identik memang dengan strategi inovasi…:)
makasih bang yodh….
Thanks mas Yodya. Tulisan penjenengan menyentak dan menggugah. Dampak perkembangan iptek saya rasa juga akan melanda bidang pendidikan. Di masa depan orang tidak lagi butuh gelar dan perguruan tinggi. Istilah bangku kuliah, hanya akan menjadi sebuah kenangan, saat inipun orang belajar tidak lagi di bangku kuliah, tapi di depan internet, bukankah demikian ?
Namun sayang, dalam pusaran inovasi saat ini kita hanya dapat menceritakan kehebatan orang/perusahaan/bangsa lain, tidak terkecuali saya, yang bisa begini dan begitu. Tapi kita tetap ditempat sebagai penonton….
Tidak bisa dipungkiri bahwa INOVASI hukumnya adalah wajib bagi usaha yang ingin survive, kita tidak bisa berhenti pada satu titik kebanggaan dan kemapanan, selalu terus berpikir.. NEXT, ..NEXT,..and.. NEXT…
well, kata-kata sakti yang sering kita dengar gaungnya namun tidak semua perusahaan mampu mengadaptasikannya: INOVASI
INOVASI IS A MUST. Tidak hanya Inovasi Produk yang HARUS, tapi inovasi juga HARUS dilakukan dalam DISTRIBUSI DAN PEMASARAN. Kita lihat bagaimana TOKO yg dikelola oleh ibu2 RT juga PASAR TRADISIONAL sekarang juga kepukul telak oleh PASAR SWALAYAN MODERN YG MASUK KAMPUNG spt Indomart, Alfa. Bahkan, sekarang jualan MOTOR harus merubah dealer show room menjadi dealer berjalan di atas MOBIL masuk kampung2??? ARTINYA, biar gak mati atau pingsan harus segera bangun dan berinovasi dalam setiap BISNIS CHAIN. TQ
nice share!
tapi inovasi itu sukar, dan gak ada jaminan akan berhasil. Butuh keberanian yang tinggi untuk bisa berinovasi
setuju boz,,,,,inovasi bikin hidup lebih hidup
nah.. agar mampu menghadapi segala perubahan dan tuntutan costumer, serta semakin kreatif dan inovatif.. maka SWOT-lah secara reguler.. sehingga dapat diketahui strategi-strategi terpilih bagi perusahaan dalam menatap masa depan yang lebih cerah dan membahagiakan.. 🙂
selamat dan sukses dari rahmatbonus
Innovation or DIE!
Ironisnya , Suzuki motor yang berslogan Inovasi Tiada Henti ,dipaksa harus berhenti oleh Yamaha & Honda. Masih adakah peluang bagi Suzuki menyalip di tikungan lap berikutnya ?? Ataukah mereka sudah kehabisan peluru Inovasi nya ??
Great writing Rik,
Memang betul di tengah lingkungan bisnis yang SUPERHYPERCompetitive saat ini, inovasi bukan lagi pilihan, tapi sudah keharusan. Celakanya killer app itu ada di mana-mana dan inovasi tak cukup di level produk, kata Hamel-Prahalad harus di level industri. Buktinya Telkom yang gonjang-ganjing menghadapi inflection point industri; tiba-tiba musuhnya Google, Apple, atau BCA. Nggak jelas juntrungannya pokoknya.
Anyway… your blog becomes very kereeeeeeeeen…
Ayo kapan ngupi-ngupi… udah janjian belum jadi-jadi nih 🙂
Setuju buat Mas Yodhia.
Aku suka dengan tulisannya. Kayaknnya aku sendiri sudah harus berinovasi juga biar gak ketinggalan jaman.
Inovasi muncul untk memenuhi kebutuhan manusia yang meningkat sedangkan kita susah untuk memenuhinya dengan SDM yang tersedia jadi kita harus berinovasi untuk mencapainya
Inovasi atau Mati
hmmm..
ngomong2 tentang inovasi dari suzuki, kayaknya mereka udah mulai bangkit, mereka udah mulai merubah mindset konsumen dgn membuat produk2 baru (yg berbeda nama dgn produk sebelumnya, misalnya shogun->axelo, smash->titan), mereka juga udah mulai berubah dgn menyasar pasar2 baru (diferensiasi produk) dgn peluncuran produk yg tidak mengekor kompetitor….
inovasi dan rejuvenasi sebuah produk,layanan memang harus,itu memang yg sudah dilkakukan NOKIA,GUDANGGARAM,YAMAHA,HONDA,EXTRAJOSS
merek nokia comunikator kelas atas diserbu oleh blackbery,apple,samsung. yg pegang nokia comunikator serasa jadul jadinya yg di pasar dan sekarang anda lihatperkembanganya yg bergabung dg microsof dg windows 7nya dgn merek nokia lumiadll,kalo gudanggaram terlena dg kedigdayaannya menjadi pemimpin pasar dg tdk adanya inovasi sementara sampoerna sibuk dg mengedukasi pasar dg sampoerna mildnya,dalam 8 thn saja sampoerna mampu menyalip gudanggaram dalam omsetnya tiap tahun,perbandingannya dulu omset sampoerna dulu cuma sepertiganya dari gudanggaram,kalo sekarang kebalikanya sampoerna 2 banding gudanggaram1,memang terlambat tapi sekarangsudah mulai ada hasilnya,dalam inovasi gudanggarampun mengganti org sudah tua diganti dg yg lebih muda,cara distribusinya berubah dg mengakuisisi saham diluar gudanggaram.kadang inovasiperubahan bisnis itu menyakitkan,buat karyawansiap2ja di phk.
Pengikut setia blog mas yod yang jarang komen, just think:) tertarik akan tulisan kemarin,,,if you dont like your job,,,Quit.
Well i already do that,,,hanya saja pertanyaan saya yang belum terjawab adalah bagaimana jika kita sebetulnya menyukai pekerjaan kita, tapi begitu banyak faktor rintangan yang menghadang, betapapun kerasnya qta menyelesaikan/ mencari solusi yaaaa mentog2 juga,,,apakah harus quit?nrimo?or just Ask to Him?
soal inovasi beda lagi,,,saya sangat setuju bahwa tanpa inovasi manusia-manusia akan tergilas oleh waktu, apa yang harus qta lakukan jika qta bekerja di lautan stagnan, merasa sudah comfort dengan apa yang ada, sangat sulit melakukan perubahan apalagi inovasi
alamat dijungkirbalikan; adakah sisi positif dan cara menghadapi hal seperti ini??? atau harus Quit juga?? mohon pencerahan dari rekan-rekan
Saya setuju, jika ingin bertahan ya lakukan yang terbaik dan jadilah inovator jika tidak ya jadikan pengikut yang baik dan terus lakukan penyesuaian diri agar tetap bisa survice
inovasi adalah harus itu saja sudah cukup bagi saya, terimaksih Pak Yodhia
artikel nya menjadi inspirasi design saya. https://yukdesign.blogspot.com/2013/01/perang-inovasi-ibarat-padang-kurusetra.html
Inovasi adalah mengurangi yang tidak perlu…
Lebih mengerikan daripada perang sungguhan 😀
betul sekali mas analsisinya, saya suka…