Twitter, YouTube dan Viral Marketing

Judul lagu berirama dangdut disko itu agak aneh : Keong Racun. Namun lagu aneh yang dinyanyikan dua wanita muda dari kota Bandung ini sudah seminggu terakhir mengharu biru jagat twitter global. Video klip-nya yang amatiran di YouTube sudah ditonton oleh lebih dari 1,5 juta kali (lagunya sendiri asyik; waktu mendengarnya di Youtube, saya cuman bisa senyam-senyum sendirian).

Mendadak sosok dua perempuan muda yang culun itu melambung. Hanya melalui medium twitter dan youtube, dua anak muda yang tadinya bukan siapa-siapa sekejap menjadi “special people”. Para ahli komunikasi menyebut fenomena ini sebagai “social media effect”. Orang pemasaran menyebutnya “viral marketing”.

Viral marketing mungkin dapat diartikan sebagai proses pemasaran yang menjalar dalam waktu sekejap. Dan proses ini menjadi sangat mungkin terjadi lantaran merebaknya beragam social media site, semacam Youtube, Twitter, Facebook ataupun Kaskus.

Jika diracik dengan jeli, proses viral marketing ini bisa menjadi alat pemasaran yang ampuh, dan ini dia, biayanya praktis mendekati zero. Sebab yang aktif menjadi pelaku adalah para “netizen (atau twitterian, facebooker, kaskuser, atau youtuber”) yang dengan sukarela mempromosikan sebuah produk yang sedang digodok – persis seperti kisah melejitnya lagu Keong Racun itu.

Berangkat dari kisah semacam itu, kita membayangkan mestinya para netizen (khususnya para twitterian) bisa membangun viral marketing yang membawa nama brand Indonesia di jagat internasional.

Seperti yang kita ketahui, dalam Twitter terdapat menu trending topic (atau kata kunci yang lagi hot) dan selalu dipasang di halaman pertama mereka; sehingga pasti dibaca ratusan juta pengguna Twitter di seluruh jagat. Prestasi para twitterian dari Indonesia sungguh ndak main-main. Berkali-kali mereka bisa mengusung kata kunci khas Indonesia dalam trending topics di Twitter. Terakhir ya itu tadi, kata kunci : Keong Racun. Kata kunci aneh ini nangkring di trending topic nomer satu (!) di Twitter selama tiga hari; jadi semua orang di seluruh dunia bengong : what the hell Keong Racun is ?

Keberhasilan para twitterian dari Indonesia mengusung kata menjadi trending topic disebabkan alasan yang simpel : jumlah pengguna twitter dari tanah air sekitar 6 juta — termasuk tertinggi di dunia. Dan satu lagi, twitterian tanah air rajin berceloteh, heboh, dan memiliki solidaritas yang kental. Maksudnya, jika ada satu orang bicara mengenai lagu Keong Racun, maka ribuan pengguna lainnya segera nimbrung dan membicarakan hal yang sama. Inilah yang menjelaskan mengapa kata kunci aneh itu mendadak melambung menghiasi halaman muka Twitter.

Klik gambar untuk akses free KPI software.

Cuman sialnya, kata-kata yang terangkat menjadi trending topic sering kata yang ndak bermutu (kata Keong Racun bermutu ndak ya?). Sebelumnya lebih konyol, yakni kata : Ariel Peterporn. Ndak tanggung-tanggung, kata kunci aneh itu nampang nomer satu selama empat hari di Twitter (inilah yang membuat Paris Hilton dan Lady Gaga ngebet ingin berkenalan dengan Ariel ).

Nah bayangkan, betapa harumnya nama Indonesia, jika kata yang diangkat menjadi trending topic adalah kata magis seperti : VisitBorobudurTemple atau WearBatikIndonesia atau sejenisnya. Dan setiap tweet yang muncul selalu disertai dengan link ke YouTube yang menampilkan video tentang keindahan Candi Borobudur atau kehebatan para perajin batik dari tanah air.

Saya percaya, dengan spirit solidaritas yang kental dan kehebohan para twitterian dari tanah air, kata kunci magis seperti itu bisa dengan mudah nangkring di peringkat pertama trending topic Twitter; dan nampang berhari-hari di halaman muka situs ini. Jika itu terjadi, dalam sekejap jutaan pengguna twitter dan youtube di seluruh dunia bisa segera mengenal dan tertarik datang ke Indonesia. Sungguh sebuah promosi yang ampuh, dan murah meriah.

Bagaimana caranya itu terjadi? Relatif mudah saya kira. Cukup dengan mengumpulkan para twitterian tanah air yang punya banyak followers (seperti Sherina, Dewi Lestari, Adri Subono, Wimar Witoelar, dan lainnya) dalam sebuah event. Lalu tampilkan kampanyenya di media seperti Detik.com dan Kompas.com atau Kaskus. Ambil momen tertentu sebagai targetnya, misal : pada tanggal 17 Agustus, semua twitterian tanah air beramai-ramai nge-tweet dengan disertai #WeAreProudToBeIndonesian. Akan lebih mak nyus, jika tweet-tweet ini disertai dengan link ke Youtube yang menampilkan video tentang panorama negeri Indonesia yang elok dengan pohon kelapa yang nyiur melambai.

Jika itu terjadi, maka pada tanggal 17 Agustus 2010 (atau entah tahun kapan), kata kunci #WeareProudtoBeIndonesian akan muncul menjadi top trending topic. Dan itu artinya ratusan juta pengguna Twitter di seluruh dunia akan tahu bahwa kita bangga menjadi orang Indonesia.

Selamat bulan Agustus teman. Semoga kita semua tetap bangga dengan negri tercinta Indonesia.

NOTE : Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi yang sangat memikat tentang marketing, leadership skills dan business strategy, silakan KLIK DISINI.

Klik gambar untuk akses free KPI software !!

41 comments on “Twitter, YouTube dan Viral Marketing
  1. Jadi syaratnya Viral Marketing apa bung? Kok semacam berita Keong Racun aja bisa mewabah spt itu, sementara blog yg baik semacam blog ini tdk seperti Keong Racun?

  2. @ Bang Rudi, syarat utamanya adalah cakupan / luasan networking-nya. Viral Marketing dengan twitter menjadi efektif jika yang bikin topik punya banyak follower… dalam artian, punya cakupan network yang luas….

  3. Halo mas apa kabar ?
    Ide yang luarbiasa tapi untuk mengharapkan itu dilakukan oleh orang2 yg punya tugas utuk itu, rasanya hanya sebatas harap. Kenapa nggak dimulai saja dari sampeyan. Nanti temen2 pembaca blog ini yang akan meneruskannya ke lewat twit ke temen2 yang lain. Semoga juga bisa jadi heboh.

  4. Sangat menginspirasi nih Mas Yodhia… Hal yg kecil jika dilakukan secara massive oleh banyak orang pasti akan menghasilkan sesuatu yg besar. The power of “Faktor Kali” kalo kata pak TDW.

    Saya sangat mendukung ide ini. Pilihannya: Kita bisa membaca posting ini berulang kali lalu kemudian melupakan bagai melempar sampah ke keranjangnya atau kita mulai saja dari diri kita… dan mulai dari sekarang! Take Action!

    #WeAreProudToBeIndonesian

    SUKSES!
    http://www.lintahindonesia.co.cc

  5. Wa… itu ide asik. tapi masyarakat twitter indonesia lebih suka gosip deh kayaknya 🙂

    Viral marketing utk Indonesia saya pun termasuk orang yg setuju banget. ide simple namun cemerlang

  6. Apa saja namanya. Marketing akan heboh bila dilakukan oleh semua orang. Dimulai dari orang yang paling penting sampai dengan orang sembarangan. Dari pejabat negara sampai dengan rakyat jelata. Masing – masing mempunyai kontribusi. Kontribusi yang berbeda tapi mempunyai dampak yang sangat luar biasa. Tapi di indonesia terbiasa budaya latah. Model ikut – ikutan. Apalagi trend topictnya berbau yang aneh – aneh.

    Tidak perlu susah – susah apalagi dengan biaya gede. Tapi untuk urusan yang baik – baik kok kelihatannya susah ya. Apa yang terjadi dengan indonesia. Apa budaya latah sudah mendarah daging di indonesia. Ini mungkin menjadi benang merahnya yang harus diputihkan dan diluruskan. Hal ini bisa dimulai ( terutama ) dari orang – orang yang mempunyai tingkat folower (pengikut) yang besar seperti pak Yodia Antariksa, dkk.

    Kalau kita – kita yang sudah matang secara keuangan dan mental selayaknya dan seharusnya mempunyai tingkat kepedulian yang tinggi terhadap kebaikan dan kemaslahatan bangsa indonesia yang kita cintai ini. Inilah salah satu tipe bangsa indonesia yang selalu menuntuut seorang leader harus selalu sempurna di mata mereka. Oke apapun yang ada tetap cinta indonesia. salam hormat pada orang – orang masih peduli terhadap kemajuan bangsa indoensia.

    Salam TO BE ” WE ARE PROUD TO BE INDONESIA”

  7. Rudi (3) : pertanyaan yang menarik. Syarat pertama : produk/gagasan yang mau disebarkan memang sudah memiliki keunikan. Racun Keong unik dan “lain daripada yang lain”. Jadi membuat seseorang tertarik untuk memberitahu produk/gagasan itu kepada orang lain.

    Kedua, penyebar gagasan/produk itu memiliki pengikut yang banyak (influencer) dan heboh. Ini ciri kebanyakan twitterian kita : heboh dan suka menyebarkan “sesuatu” yang unik.

    Setelah itu, ya kemudian terjadi “tipping point” : serentak dan berbondong-bondong twitterian membincangkan produk/gagasan itu. Menjalar dengan cepat.

    Perilaku twitterian kita mungkin juga mirip-mirip “herding behavior”, maksudnya suka ikut-ikutan nimbrung pada kerumunan yang lagi rame. Begitu ada “keramaian sedikit”, langsung pada ikut nimbrung….dan tentu ini membuat ledakan viral menjadi cepat dan efektif.

  8. Pingback: Twitter Trackbacks for Twitter, YouTube dan Viral Marketing | blog strategi + manajemen [strategimanajemen.net] on Topsy.com

  9. Ide keren Pak Yodhia!
    Ayo tanggal 17 Agustus 2010 nanti, jadikan “We are proud to be Indonesian” trending topic di twitter mudah2an jadi virus yang menyebarkan kebanggaan menjadi orang Indonesia. Hey..kita punya banyak prestasi kelas dunia yang bisa dibanggakan lho!

  10. hemm.. menyinggung weproudtobeindonesian berhubungan dengan kebudayaan dan kekayaan Indonesia

    mungkin kemaren harusnya dedi corbuzier menggantung kotak prediksi juara Worldcup di atas Candi Borobudur ya..jadi obrolan juga akan menyangkut adanya warisan Indonesia aka Candi Borobudur yang mengagumkan.
    🙂

  11. Satu hal yang sedikit menggelitik saya. Kalau kita bangga dengan Indonesia kenapa harus menyampaikannya dengan bahasa asing ? Kalau frasa Keong Racun bisa bertengger di tangga pertama mengapa kita tidak bisa membuat “Indonesia” mencapai prestasi yang sama ?

    Bagaimana dengan frasa “Kami Bangsa Indonesia” ? Kalau alasannya adalah karena untuk konsumsi internasional atau karena bahasa Inggris lebih singkat sedikit banyak saya bisa menerima. Tapi mungkin lebih lengkap lagi kalau kita juga menunjukkan sebagai bangsa Indonesia kita bangga berbahasa Indonesia.

  12. setuju dengan Bang Dje. Kalau kita memang bangga menjadi bangsa Indonesia, ya segala hal tentang Indonesia harus kita populerkan. termasuk penggunaan bahasa indonesia yang bai dan benar.

    cuma kadang saya sendiri bingung menjadi orang indonesia. alami indonesia yang indah, serta kebudayaannya yang beraneka ragam tidak didukung oleh sikap sebagian besar warga negara indonesia. sekarang begitu banyak berita tentang tawuran antarwarga (seperti belum lama ini kericuhan yang terjadi antara dua ormas yang membawa nama satu etnis di daerah rempoa), kasus kriminalitas yang tidak pernah terlihat selesai dituntaskan (kasus pertama belum selesai muncul kasus lain yang menenggelamkan kasus pertama, dst), pemilukada yang lebih banyak ributnya, prestasi olahraga yang semakin hari semakin tenggelam di antara bangsa-bangsa se-Asia Tenggara, banyak anak yang putus sekolah, dan banyak perkara lain yang kalau diuraikan akan menghabiskan banyak halaman.

    menurut saya gerakan untuk bangga menjadi bangsa Indonesia harus dimulai dengan memperbaiki individu yang kemudian akan memperbaiki keluarga. dengan berkumpulnya keluarga-keluarga yang baik akan tercipta masyarakat yang baik pula. Indonesia akan menjadi baik bila masyarakatnya juga baik. ini tentu perlu proses dan waktu yang relatif lama. harus kita mulai dari sekarang. jangan sampai kebanggaan kita yang tinggal sedikit ini semakin terkikis oleh ulah tingkah sebagian orang jahat di sekitar kita.

  13. Bang Dje (21) : tag menggunakan bahasa Inggris karena alasan yang sangat sederhana : audiens yang mau dituju oleh kampanye itulah adalah komunitas internasional.

    Orang Spanyol, Chili, Brazil, China, Jepang, USA, Jerman, Perancis, dll mungkin akan lebih paham jika tag itu menggunakan bahasa internasional.

  14. Pak Yodhia, sewaktu Ariel Peterporn jadi TT, Pandji sudah menginisiasi hastag #RemarkableIndonesia sebagai tandingan positif terhadap TT Ariel. Ia coba mengajak followernya untuk ngetweet hal-hal positif berkaitan dengan Indonesia. Cuma sayangnya hastag tersebut kurang laku di kalangan tweeps Indonesia.

    Dari sini terlihat bahwa tweeps Indonesia cenderung menyukai hal2 yang unik dan (mungkin) kontroversial untuk mereka kicaukan di jejaring sosial. Dan saya pikir hastag yg diajukan Pak Yodhia kurang catchy dan sedikit kepanjangan…:)

    Nice article Pak, mari kita sama2 promosikan Indonesia melalui kicauan positif di jejaring sosial…:thumbup:

  15. Bang Dje, komentnya boleh juga. hal tersebut mengingat saya kepada India atau Jepang. India yg memperkenalkan dunia lewat Bollywood-nya dan Jepang dengan samurai dan J-rock nya.

    Kalo Jepang masih ada campuran bahasa inggris. Tapi yg membuat saya kagum adalah India. Mempopulerkan budayanya tanpa campur tangan dari luar.

    Saya tak tau banyak tentang India. Tapi yg jelas, ketika kita menonton film dan mendengarkan musik dari india pasti kita menebak apa saja yg ada di film tersebut, seperti tarian dan lapangan hijau utk lari-lari.

    Bisakah Indonesia memperkuat budaya terlebih dahulu ? saya rasa masih sedikit yg mempopulerkan budaya saat ini. 🙂

    salam

  16. Mas Yodh ini semakin lama semakin mudah ditebak ya…saya yakin bahwa topik kali ini pasti akan menyinggung keong racu…eh kok bener ya…

  17. Pingback: Twitter, YouTube dan Viral Marketing

  18. Tulisan yang bagus, Pak Yodhia.

    Memang fenomena Keong Racun ini menunjukkan bahwa kekuatan social network sangat menentukan. Kalau dulu orang bergantung pada media cetak dan media televisi untuk promosinya yang tentunya membutuhkan biaya yang besar. Sekarang orang atau brand tertentu bisa ngetop tanpa biaya sama sekali. Modalnya cuma bikin sesuatu yang heboh dan menarik minat orang untuk ngerumpi..

    Salam kenal dan sukses selalu.

    :: Iwan

  19. Ide ini sangat bermanfaat untuk diterapkan dalam melakukan bisnis online, produk yg unik, dengan penyampaian yg nyeleneh ditambah jaringan yg luas akan membuat viral marketing bekerja lebih ampuh ketimbang iklan menggunakan billboard.

    Saluuut buat Mas Yodh..! gimana kalo metode ini kita gunakan juga untuk kampanye anti korupsi…..???

  20. Setuju ma Lisman Yu!
    Bisa kita gunakan untuk kampanye anti-korupsi dengan catatan tag yang kita gunakan harus se-cathy mungkin, ga standar.
    Apa yah?

  21. idenya sangat simple mudah dilaksanakan namun bagaimana efek setelah para wisatawan datang ke Indonesia…
    Jika wisatawan :
    1. dari bandara menuju hotel melihat banyaknya pengendara motor melebihi garis polisi (jakarta & bandung),
    2. ketika wisatawan belanja eeehhh yang punya toko nggak bisa bahasa inggris,
    3. orang2 banyak menyebrang di sembarang tempat (padahal ada zebra cross di deketnya-salah satunya depan BIP/Bandung Indah Plaza)
    4. tempat kurang menarik karena banyak PKL tak beraturan
    5. ketika mau keliling kota yang disuguhkan mall2 bukannya pemandangan keunikan bangunan2 jaman dulu (yang notabene bagi mereka tidak asing lagi dan bahkan banyak mall yg lebih bagus di daerah asalnya)
    6. Bali?emang ngga ada lagih yah tempat selain bali di Indonesia (udah ga aneh klee visiting to Bali

    saya setuju dengan inti maksud dari mas agung (22)…jika kita berbondong-bondong mentweet come to Indonesia dengan ketidakinginan kita untuk merubah perilaku dan cara pandang maka para wisatawan tidak akan datang untuk kedua kalinya, bahkan lebih parah lagi ketika kita promosi kembali mereka tidak akan memperdulikannya.

    saya setuju dengan statement designer batik ternama di Indonesia (lupa namanya-maaf) “di Indonesia sejarah hanya dianggap sebagai masa lalu yang tak dianggap penting”…padahal sejarahlah senjata kita menarik wisatawan karena sejarah masing2 negara bersifat unik.

    setiap kita datang ke negara asing, yang akan kita dokumentasikan adalah berfoto ria di gedung2 ato lokasi yang unik yang tidak ada di daerah asal namun sarat dengan sejarah

    Bandung?…pemerintah lebih peduli menciptakan mall dibandingkan merawat sejarah bangunan ala jaman Belanda…mudahnya tengok saja jalan riau yang penuh sesak dengan FO atau mall

    #BUT AFTER ALL —- I’M PROUD TO BE AN INDONESIA

  22. semoga microblogging bisa di manfaatkan lebih baik lagi, seperti yg mas yodhia tulis di artikel ini..

  23. traditional marketing tapi dengan packaging tekno … cool ya ya ya getuk tular modern dengan jejaring sosial.

    terima kasih buat artikelnya pak Yodhia

Comments are closed.