Lady Gaga, Anak Muda Jakarta dan Talent Story

Dalam dunia musik kontemporer, nama Lady Gaga mungkin telah menjelma menjadi semacam ikon yang mendunia. Tampilannya yang sensasional telah membikin ia menyeruak dalam panggung pop mondial : jutaan anak muda sejagat, mulai dari kota Paris hingga Manila, dari Madrid hingga Alabama selalu menunggu lagunya dengan pekik gembira.

Lalu, di sebuah sudut rumah yang sempit di daerah Pluit, Jakarta Utara, ada anak muda drop out SMA yang hobi membikin dan merancang busana. Beragam desain busananya yang jos markojos telah banyak membuat pemerhati fashion terpesona. Dan puncaknya mungkin selalu akan ia kenang. Lady Gaga memutuskan menggunakan salah satu rancangannya : membuat desain anak muda Jakarta itu sejajar dengan busana rancangan Versace dan Giorgio Armani.

Kisah anak muda jebolan SMA dari Pluit itu mendedahkan sebuah kisah penting tentang talenta. Tentang talent development. Dan kita akan mengunyah ceritanya pagi ini dengan penuh sukacita.

Nama anak muda dari Pluit itu adalah Saverio, asli Jakarta. Usianya masih 27 tahun. Dulu ia sempat sekolah di SMA 1 BPK Penabur, salah satu sekolah top di Jakarta. Minatnya yang mendalam dengan dunia fashion membuat ia nekad keluar dari SMA meski orang tuanya keberatan.

Namun Rio, demikian panggilannya, sudah dengan bulat dengan keputusannya. Ia hanya melihat masa depannya di dunia fashion, dunia yang ia cintai dengan segenap kegairahan. “Kalau ini bukan jalan saya, kenapa Tuhan memberi saya talenta seperti ini,” begitu ia pernah berkata. Lalu sambungnya : “Saya yakin dan paham betul akan maksud dari semua yang Tuhan berikan. Dan buat saya, mendalami bidang ini adalah satu satu bentuk rasa syukur atas pemberian Tuhan”. Puih. Elok nian komentar mas Rio ini.

Begitulah, ia lalu sekolah desain di Bunka School of Fasion di Jakarta. Dan selanjutnya, beragam penghargaan desain ia peroleh. Sebelum kemudian Lady Gaga kepincut dengan salah satu rancangannya.

Kisah tentang mas Rio ini tak pelak merupakan sebuah cerita tentang bagaimana talenta dimekarkan, dan memperoleh ruang untuk tumbuh dengan indah.

Ada dua pelajaran penting yang bisa kita rajut dari talent story diatas. Yang pertama, sebelum melakukan eksplorasi yang gemilang atas talenta yang kita miliki, tentu saja pada awalnya kita harus mengenali dulu apa talenta kita. Nah ini soalnya. Banyak dari kita yang sama sekali ndak paham apa talenta yang menempel dalam diri kita.

Cara yang mudah sebenarnya adalah dengan menelisik apa hobi kita. Banyak ahli yang bilang hobi merupakan salah satu sumber yang menentukan isi talenta kita. Misal, saya punya teman yang sejak sekolah TK suka banget dengan acara deklamasi dan pidato pada acara 17-an. Kelak ia dikenal sebagai salah satu public speaker hebat di negeri ini.

Ada juga orang yang hobi memelihara burung Perkutut. Ia merasa talenta dan passion-nya adalah : memelihara burung perkutut (wah keren juga ya talentanya). Namun jangan salah : sekarang ia dikenal sebagai jutawan peternak burung perkutut.

Intinya adalah ini : hobi yang sekarang Anda tekuni mungkin merupakan salah satu pertanda bahwa talenta Anda terletak dalam bidang itu.

Cara lain untuk mengenali talenta adalah dengan menggunakan semacam profil kepribadian. Orang yang ekstrovert atau suka bergaul tentu saja lebih cocok menjadi marketing manager dibanding misalnya sebagai akuntan. Sebaliknya, orang yang suka berpikir imajinatif tentu akan amburadul kalau ditempatkan di bagian produksi yang menuntut alur bepikir yang runtut dan logis. (Uraian mendalam mengenai tes kepribadian sudah pernah saya bahas DISINI ).

Setelah mengenali apa talenta kita, maka tahapan berikutnya yang akan menentukan adalah ini : apakah kita punya ruang yang seluas-luasnya untuk mengaplikasikan talenta kita itu. Disini ada satu soal yang serius : bagi yang bekerja dalam lingkungan kantor/perusahaan, ada begitu banyak batasan yang acapkali menghambat tumbuhnya talenta kita secara optimal. Disana kita mungkin menemui padang tandus dimana talenta kita pelan-pelan lenyap ditelan fatamorgana.

Itulah kenapa sejumlah individu kemudian memilih untuk berkiprah di luar “batasan organisasi”, agar talentanya bisa tumbuh mekar dengan seluas-luasnya (seperti yang dilakukan anak muda dari Pluit itu).

Mengenali talenta Anda dengan akurat, dan lalu memiliki ruang untuk mengaplikasikan talenta dengan leluasa adalah kunci bagi kesuksesan.

Jadi pesan saya sungguh sederhana : find your talent now. And then, express/exploit your talent maximally. Goodluck and wish you all the BEST.

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

16 thoughts on “Lady Gaga, Anak Muda Jakarta dan Talent Story”

  1. Sy seneng jualan lewat internet, barangkali talent sy disini…soalnya tidak ada beban dan sangat enjoy dalam melakukannya..berarti selanjutnya memaksimalkan ya…??

  2. hobi saya banyak sekali, dan talenta saya pun juga banyak.
    Tapi sekarang yang menafkahi saya justru bukan salah satu hobi/ talenta saya.

  3. Menurut saya talenta tidak dapat tumbuh maksimal dalam pribadi seseorang karena grand design pola pendidikan kita yang sangat keliru secara mendasar.

    Sejak SD, SMP dan SMA anak-anak yang mendapat ranking di kelas adalah yang memiliki nilai akumulatif tertinggi, bukan berdasarkan bidang studi yang dikuasainya. Anak yang menonjol dalam suatu bidang studi tertentu kurang/tidak mendapat penghargaan.

    Semestinya yang terbaik adalah memberi penghargaan kepada setiap anak didik berdasarkan prestasi dibidangnya, sehingga bakat dan potensi yang ada dalam diri anak didik dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal, bahkan menerobos adigum pemikiran yang normatif untuk bisa mewujudkan visi yang imajinatif.

    Sudah saatnya pemerhati pendidikan mengubah pola usang yang diterapkan saat ini. Semoga.

  4. wah sip… artikelnya….

    mengingatkan saya dulu waktu kuliah… tiap hari, tiap malam mendekam di kamar kost hanya untuk otak-atik komputer… dan akhirnya…

    Sekarang berprofesi sebagai Web Programmer. Ya mungkin itu talenta yang diberikan Allah…

  5. Bagus pak artikelnya, membuka wacana untuk berani keluar dari zona nyaman sebagai pegawai. Namun memang butuh pertimbangan yang masak untuk memutuskannya, Misalnya setelah diyakini ‘jalan sudah terbuka’ bukan sekedar keberanian. Salam

  6. hobby saya adalah traveling dan saya selalu mempunyai gairah dalam berdagang…namun pekerjaan saya sekarang adalah HRD di suatu perusahaan, apakah talent saya di HRD ataukah sebenarnya di bidang yang lain..??
    Wallahua’lam…

  7. Artikel yang sangat menarik Pak Yodh, he2…kalau pinjem bahasanya Dr. Covey, “Find Your Inner Voice”

  8. Waw Keren.. Bakat atau talenta dimiliki setiap orang, tetapi semua belum tentu langsung kelihatan, kita diharuskan mencari bakat itu. Bayi pertama lahir bukan seperti kertas putih yg kosong tetapi buku yg tertuliskan talenta2 yang dia miliki kelak

  9. terkadang memg sulit mnntukn talent diri..mesti mngenal diri lebih jauh terlebih dahulu..dan tentuny mesti mncoba berbgai hal.. thanks pak yodh.. 🙂

  10. Agree. Bekerja sungguh menyenangkan bila ada kepuasan batin selain memperoleh uang. Talent dan passion membuat kita tanpa disuruh enjoy melakukannya. Thank’s for sharing.

  11. Apakah pendidikan di negeri ini mampu menumbuhkembangkan dan mengeksplorasi talent yang dimili anak bangsa?

  12. This is the penalize Lady Gaga, Anak Muda Jakarta dan Talent Story | blog strategi + manajemen diary for anyone who wants to seek out out most this issue. You observe so more its nearly wearing to fence with you (not that I truly would want…HaHa). You definitely put a new twist on a issue thats been engrossed almost for period. Nice squeeze, but majuscule!

Comments are closed.