Karl Marx tak pelak merupakan salah satu tokoh intelektual penting yang pernah muncul dalam panggung sejarah pemikiran modern. Setiap karyawan di dunia mestinya harus berterima kasih pada gagasannya. Gairah pembelaanya untuk membangun martabat karyawan dan pekerja terus bergema hingga hari ini.
Kini, ketika dunia makin riuh rendah dengan dinamika bisnis global, pemikiran Karl Marx terasa justru makin relevan.
Di Senin pagi yang cerah ini, saya mau menyajikan hidangan lezat berupa pembelaan Karl Marx terhadap kaum karyawan perusahaan. Di-racik dengan penuh kerenyahan, Anda pasti akan segera merasakan : betapa mak-nyus nya gagasan tokoh sosialisme dunia itu. Apalagi kalau Anda menikmati sajian ini dengan ditemani secangkir Frappucino Caramel. Hmm.
Pemikiran Karl Marx sejatinya cukup rumit di-hidangkan. Bukunya yang amat terkenal, Das Kapital, dikenal sebagai buku paling sulit untuk dipahami. Namun esensi pemikiran Marx (acap dikenal sebagai aliran Marxisme) sebenarnya sangat menggairahkan (dulu, ketika kuliah saya suka sekali dengan pemikiran mereka. Bagi saya, membaca buku-buku kaum Marxis selalu merupakan sebuah petualangan yang bisa menghadirkan “intellectual orgasm nan memukau”).
Gagasan sentral Marx sejatinya bersifat amat mendasar : setiap karyawan (atau pekerja) di seluruh dunia selalu hanya akan menjadi sekrup dari mesin kapitalisme yang terus menderu dan menggilas.
Selamanya, para karyawan dan pekerja hanya akan menjadi alat produksi dari sebuah sistem besar bernama akumulasi modal yang dilakukan oleh para kaum juragan (business owner).
Alat produksi. Just that. Dalam konteks itu, maka tema heroik yang acap kita dengar bahwa : Our Most Important Asset is Our Employee, bagi Karl Marx hanyalah sebuah dagelan pahit. Sebuah ilusi. Para karyawan dan pekerja bukan aset penting, melainkan sekedar alat produksi yang tak ada bedanya dengan baut, obeng Inggris, atau sekop.
Pelan-pelan yang terjadi kemudian adalah proses dehumanisasi : para karyawan dan pekerja itu lalu direduksi maknanya hanya sebatas angka dan nomer (berapa no induk pegawai-mu lebih penting dibanding siapa namamu).
Para karyawan yang telah menjadi deretan angka-angka, lalu di-eksploitasi secara masif demi akumulasi modal para pemilik bisnis. Disini kemudian diperkenalkan gerakan indah semacam “productivity improvement” dan “motivation training”. Ayo bekerja lebih keras. Ayo bekerja lebih semangat. Padahal semua ini muaranya satu : bagaimana agar setiap tetesan keringat karyawan bisa mendatangkan laba yang makin besar bagi pemilik bisnis.
Logika kapitalisme dan dunia bisnis lalu terpelanting kelu dalam bayangan kelam : setiap pemilik bisnis, setiap juragan pemilik modal, setiap entrepreneur yang dengan gagah menceritakan kisah suksesnya, memang selalu ingin agar akselerasi modal dan labanya terus terakumulasi dengan capat.
Sementara pada saat bersamaan, karyawan mereka, para pegawai dan kaum kuli berdasi itu, yang telah bekerja dengan letih, selalu berjalan tersendat dalam lorong gelap ketidakberdayaan.
Lalu apa yang harus dilakukan jika ada diantara Anda yang terperangkap dalam bayangan sendu semacam itu? Ada tiga opsi tindakan yang bisa dilakoni.
OPSI 1 : Revolusi. Percikkan pertentangan kelas antara kaum proletar (kaum pekerja) dengan kaum borjuis (kaum pemilik bisnis). Lalu rebakkan gelombang revolusi kaum buruh : rebut semua aset milik juragan bisnis yang serakah, dan lalu bagikan secara rata kapada kaum proletar/pekerja. “Kaum pekerja sedunia, bersatulah !!”, begitu pekik Karl Marx suatu ketika.
Revolusi? Sebuah impian yang tidak layak disepelekan, terutama ketika ketimpangan kian menganga. Bagi kaum pekerja yang selalu di-eksploitasi, kisah manis pertumbuhan ekonomi dan kebangkitan kelas menengah baru, hanyalah sebuah ilusi yang selalu di-celotehkan oleh kaum borjuis yang pongah.
OPSI 2 : Sabar dan Tawakal. Yah habis mau gimana lagi, wong ini memang sudah nasib saya. Bakat saya ya memang cumanya bisa jadi pegawai alias kuli. Kelas rendahan lagi. Sikap yang mungin lebih elegan adalah ini : hadapi semua kenyataan dengan penuh rasa syukur, sabar dan tawakal.
Jalani kehidupan sebagai pegawai dengan penuh ketekunan sambil berdoa : suatu saat mudah-mudahan nasib menjadi lebih baik (sebuah doa yang mungkin membuat Karl Marx tersenyum. Sebab, sambil menunggu doa itu dikabulkan, yang entah kapan Anda pun tak tahu, Anda bisa terus menjadi “korban” dari sistem kapitalisme yang brutal itu, yang selalu menjadikan Anda sekedar sebagai alat produksi. Sekedar sebagai sekrup).
OPSI 3 : Menjahit IMPIAN. Rajutlah impian untuk menjadi pemilik bisnis yang HUMANIS. Bahasa kerennya : menjadi KAUM KAPITALIS yang TERCERAHKAN.
Bangunlah sebuah bisnis yang hebat, sambil bertekad untuk membagikan 50 % setiap rupiah profit kepada seluruh karyawan (sebab setiap buruh, setiap pegawai punya HAK untuk ikut menikmati laba perusahaan).
Bangunlah impian, suatu saat Anda bisa menjadi Juragan Bisnis yang Sosialis : bermimpilah suatu saat Anda bisa mencarter satu pesawat, dan kemudian membawa seluruh karyawan Anda dan keluarganya berangkat naik haji. Aih, aih, betapa eloknya mimpi ini.
Namun mimpi itu hanya akan menjadi ilusi gombal kalau Anda tetap membiarkan diri Anda terus menjadi sekrup.
Itulah tiga opsi yang bisa Anda pilih. Sambil menimbang mana yang paling pas, mari kita seduh kembali Frappucino Caramel kita.
selama lulusan Perguruan Tinggi masih suka mengejar-ngejar kursi PNS dan takut untuk berdiri di atas kaki sendiri, selama itu juga Indonesia akan makin lama dapat angka kurang 2% dari total persyaratan minimal jumlah entrepreneur yang ada di suatu negara agar perekonomian tumbuh ideal.
betul tidak pak Yod ?
saya rasa inti utamanya adalah kutipan di atas, benar-benar menggentarkan 🙂
https://outletdinar.com
sungguh menggetarkan ….
*minum teh manis
Setiap manusia mempunyai titik pandang sendiri-sendiri terhadap manusia lainnya. orang yang beragama yang benar-benar memahami agamanya akan memandang semua dari sudut positif dan pasti memahami juga pendekatan negatif sehingga bisa mengambil hikmah dari sudut negatifnya.
Begitu juga dengan karya Karl Marx. Karya ini kemudian dimanesfestasikan oleh lenin secara membabi buta sehingga hak-hak individu akan hilang.
Saya rasa 3 opsi diatas semuanya bisa disatukan
Menjahit Mimpi, untuk bisa menciptakan lapangan pekejaan baru (menjadi pemilik bisnis yang Humanis, karena kita merasakan bagaimana tidak enak nya menjadi karyawan yang hanya menjadi sekrup dari mesin kapitalisme yang terus menderu dan menggilas)
Revolusi diri untuk mewujudkan apa yang menjadi mimpi kita diatas
Sabar dan tawakal, dalam meraih mimpi dan menjalani revolusi diri kita (bukan hanya diam dan menerima apa adanya keadaan diri kita saat ini)
inspiratif…luar biasa! kalopun tidak revolusi, kita lakukan evolusi bang, tapi evolusi yang dipercepat (he..he…revolusi..revolusi juga yaaa)
Impian No 3 keren. Sewa Air bus A380 punya SQ lalu ibadah haji + jalan jalan di semenanjung arab.
wow.. luar biasa pak. saya menjadi semakin tercerahkan sambil terus melaju menjadi pemilik bisnis.
*tidak ada frappucino atau teh manis.. (sedang shaum)
selain retorika “karyawan adalah aset perusahaan yang paling berharga” terkadang sebagian perusahaan menggunakan dalil” yang mengatas-namakan ibadah. tapi kenyataannya perusahaan ‘memaksa’ secara tidak langsung untuk karyawan berlaku tidak ikhlas dalam ibadahnya…
Luar Biasaaaa…Mak nYuuussss……
dapet Perkerjaan karyawan aja syukur mas..
ga papa ja deh kerja ama kaum borjuis. yg penting halal
Sory : Mental Karyawan nih aq. he he….
gile bnerrr tulisan pk yod ini..
Opsi yg ke 3 membuat bulu kuduk berdiri & mengeluarkan air mata harapan.
sangat mengugah hati sekali pk yod.. terima kasih banyak ^_^
“9 dari 10 pintu rezeki di dapat dari Berdagang(wirausaha/enterpreneur)[al hadits]”
Luarr…biasa!!
Mimpi yang ketiga indah sekali, tapi apakah kalo sudah jadi business owner, mimpi indah menjadi pemilik bisnis yang humanis masih akan menjadi visi, sedangkan di depan mata, sebuah iming-iming mendapatkan laba-laba sebanyak-banyaknya begitu menggoda?
Betul teman. Semua tergantung values yg dipejuangkan. Tinggal kita mengawasi pelaksanaanya.
Antara kelompok borjuis dan kaum pekerja. Diatur teknisnya. jangan sampai terjadi ketidakadilan. Menyalahi hukum. Menyalahi syariah.
Yang paling panting ada keharmonisan & keseimbangan. Awasi prakteknya. Awasi hasilnya. Control, control, control dan control . .
jangan takut mempunyai mimpi yg besar
walaupun org lain menertawakanmu dan menganggapmu gila,tulislah ide gilamu dikertas niscaya kegilaanmu akan berkurang seiring jalannya waktu dan tercapainya impian.
GOOD LUCK.
Tulisan nya terlalu berapi2 dan bisa berefek negatif buat kemajuan semua.
Baik yg ingin jadi karyawan baik maupun jadi pengusaha yg baik jadi takut.
Sekarang saya mencoba jadi pengusaha, menghidupi 3 karyawan saja ngos-ngosan..
Kayaknya di negeri ini, lebih enak menabung uang di deposito,
Daripada merajut mimpi, tanpa bantuan pemerintah.
Dan buruh selalu mengganggap orang yang tertindas..
Awal awal saya baru bergabung di sebuah perusahaan, saya menyadari betapa rendahnya gaji buruh.
Saat ada kesempatan makan di restaurant, saya selalu berpikir, buruh kita harus kerja berapa hari supaya bisa mencicipi makanan ini. Waktu saya ada kesempatan nginap di hotel mewah, saya selalu pikir bagaimana caranya supaya buruh kita bisa juga menginap di hotel ini.
Saat mengunjungi rumah buruh yang apa adanya, saya berpikir, bagaimana supaya buruh kita bisa punya rumah beton sendiri.
Setelah hampir 20tahun kemudian saya menyadari bahwa angan-angan saya ini cuman mimpi.
Angan-angan ini memjadi mimpi bukan karena kesalahan pengusaha, tetapi kesalahan buruh sendiri.
Selama 20thn saya menyadari bahwa banyak buruh merasa rugi kalau kerja keras, karena yang untung perusahaan. Sifat2 seperti itu la yang membuat perusahaan sulit maju dan angan-angan saya juga menjadi mimpi belaka.
Fairness is the name of the game. Dimana pengusaha ada kesadaran di situ letak human characternya. Berusaha untuk memberi lebih dari,, adalah karakter yang terpuji. Terima kasih atas tulisannya pk.yod.
mari kita coba membentuk hubungan relasional horisontal pada karyawan saya dengan sistem bagi hasil per kinerja, jadi apabila profit kita makin tinggi karyawan pun makin sejahtera
Karyawan hanya sebuah angka yang artinya “berapa cost perusahaan?”..oh sedihnya…
mmmmh….klo sy mending pilih OPSI 3 : Menjahit IMPIAN
dengan cara begitu ketimpangan antara kaum proletar (kaum pekerja) dengan kaum borjuis (kaum pemilik bisnis) tidak terlalu jauh, tidak seperti yg sering kita lihat di negara kita, yang kaya semakin kaya yg miskin semakin miskin…
alangkah baiknya yg kaya memberikan peluang kepada yg miskin (yg kurang mampu) utk lebih berkembang..
salah satu contoh bisa dengan cara memberikan bantuan pinjaman lunak untuk usaha dan membina/memberikan pendidikan dalam wirausaha, sehingga mereka bisa lebih mandiri…
selamat pagi semua…
Kalo mentalnya masih kuli…commentnya sebatas harapan aza…bermimpilah setinggi langit wujudkan impianmu segera…..
Bayarlah upah pegawaimu sebelum kering keringatnya!
Sebuah statement yang tidak saja menunjukan kecepatan akan pemenuhan kewajiban pengusaha akan tetapi kepantasan dan penghargaan terhadap pegawai.
Jika sekarang kita belum menjadi pengusaha. InsyaALLAh diberikan kemudahan apabila memperlakukan & memperhatikan anak buah dengan baik serta membayar supplier tepat waktu.
Oh ya, article ini baru saya terima. Biasanya Senin pagi sudah saya sruupuuut.
Terimakasih Pak Yodh.
Pikiran om Karl Marx membuka pencerahan buat kita , terima kasih om…….
Untuk yang sudah tercerahkan silahkan berkarya dan laksanakan semaksimalnya sampai mendapat hasil yang maksimal…………..
Kita yang ditakdirkan jadi manusia ini ,setiap diri sudah ada jalan hidupnya masing-masing , pembagian rejekinya masing-masing….tidak mungkin diciptakan semua jadi juragan / kaum borjuis…dan tidak mungkin semua diciptakan jadi karyawan …/ pekerja…..sudah pasti ada yang jadi juragan dan ada yang jadi pekerja….coba amati koloni lebah…koloni semut….ada ratu ..ada pekerja…….ada boss..ada majikan.. yang penting bisa jadi hamba yang bersyukur dan jalani dengan budi pekerti yang baik….bagaimana pendapat anda..?
Jalani hidup dengan penuh rasa syukur dan bersabar dalam menjemput rizki untuk menjadi manfaat buat sesama.
Tawakal itu bukan pasrah
https://masjidalkhoir.wordpress.com/2008/01/15/tawakal-bukan-pasrah/
Dampak dari revolusi lebih besar daripada manfaat yang ingin diperoleh ( Jika dilaksanakan dengan cara yg tidak humanis ). Idealnya dalam masalah ini adalah Win-Win Solution antara Pengusaha dan Karyawan dalam melaksanakan pekerjaan dan mendapatkan hak-haknya.
Regulasi yang adil dalan pengaturan masalah tenaga kerja harus dibuat dan dijalankan oleh Pemerintah, dan lakukan Punismant bagi pihak yang melanggarnya.
Tidak ada yang lebih indah di dunia ini jika dalam suatu hubungan Kita saling asih-asah dan asuh, hehehehe, Ayok puasa Senin dan Kamis, agar dapat menfaatnya di Dunia dan Akherat.
Impian no. 3.. membagi 50% profit kepada karyawan. Pertanyaannya, bagaimana kalau bisnisnya sedang merugi? apa karyawan jg mau ikut menanggung 50% dari kerugian? sepertinya itu sebuah mimpi juga 🙂
Mantabb sekali Pak Yodh pencerahannya, sudah saatnya memang kita semua menjadi sebenar-benarnya kapitalis, kapitalis sejati,bukan kapitalis setengah-setengah yang hanya pandai memutar modal untuk kebahagiaan dunia semata
namun kapitalis sejati yang menargetkan kebahagiaan sejati yang lebih kekal…kebahagiaan akhirat. 🙂
poin ketiga yang menegaskan mimpi saya.
btw, lebih menarik membaca artikel marxis tuh sambil nyeruput teh tubruk bandulan bukan frapucino hehehe…
Untuk menjadi apa kita itu adlh pilihan…
Saya kira cara pandang ketiga sudah smestinya menjadi pilihan para karyawan…
Krn dunia kerja pasti ada owner, ada buruh.
Dan ada cara kita untuk menjadi owner, dg terlebih dahulu menjadi karyawan itu adlh pilihan..
tapi ada jg dr awal ia punya mental bisnis, punya modal lantas dia buat usaha itu jg pilihan…
jadi banyak cara jalan ke roma untuk menjadi bisnis owner…
tergantung kita ingin memulai dari mana
jadi kita memandang positif dalam kondisi apa kita saat ini…
yang terbaik bg seorang buruh jika ia tidak puas dg kondisi pekerjaannya
maka keluarlah dan cari pekerjaan baru atau buatlah usaha baru…
itu lebih baik saya kira..
Kalau saya pilih Option 2 dengan penambahan pengertian Option 3. Karena seperti itulah Rasulullah Saw merubah Jazirah Arab sehingga menghasilkan Revolusi tercepat sepanjang Sejarah Manusia…
sepertinya opsi 1 harus dilakukan untuk mewujudkan opsi 3
Dapet artikel ini di email, langsung bikin melek.. 😀
Benae-benar Pencerahan
Ada sebuah cerita ” jika semua harta kekayaan bos2 ini di bagi rata kesemua buruh dan karyawan, kemudian masing2 memulai lagi dari NOL, kira2 dalam 2-5 tahun kedepan siapa yg bisa kembali memimpin ?? ”
Koreksi kepada masing2 pihak ini perlu di cermati dan di evaluasi lg,…
Saiful (30)….hahaha…I love your word : KAPITALIS SEJATI, bukan kapitalis setengah-setengah……BRAVO CAPITALISM !!
Arief (31) : sampeyan benar, membaca Marx mestinya ditemani teh tubruk bandulan dan sego kucing….bukan frappucino caramel….hahahaha….karena frap caramel adalah simbol kapitalisme…. :):)
Henry (37) : you’re correct….komentarmu bikin saya tersenyum pahit…..hahahaha…..keren-keren…..
Dulu pas kuliah dan mendalami marxist, kami bisa semalam suntuk mendalami jabawaban pertanyaan itu. Jawabannya atas pertanyaan itu tak se-sederhana yang diduga…..
Butuh lima buku filsafat, ekonomi dan antropologi budaya untuk membahasanya…..hahahaha tapi itu dulu jaman kuliah.
semoga tidak salah dalam menterjemahkan pesan moral dalam buku atau tulisan diatas.
bagi saya, mau jadi pengusaha atau karyawan, keduanya adalah ultimate gift yg mesti dijalankan dengan penuh amanah.bagaimanapun perusahaan tetaplah harus mencetak profit yg terus bertumbuh (growth). k
omponen perusahaan yg utama ya pengusaha dan karyawan itu sendiri. semoga ada sinergi antara keduanya dan bukan malah mempertentangkan satu lbh baik drpd yang lainnya.
salam,
wahyudi
http://www.gmunews.com
Opsi no. 3 kok kaya’ temen ku ya pak ? … https://lonlide.wordpress.com/2012/01/30/menjadi-usahawan/
setahu saya ide karl max (sosialismenya) tidak sejalan dengan konsep Islam, jikapun ada persinggungan, tidak berarti ide ini benar.
Tapi dengan pemaparan bpk ini, sy jadi ingin belajar lagi ttg ide sosialisme… kalau bertentangan dengan agama Saya, dimana letaknya…
btw, kenapa bapak gk sekalian aja memberikan wacana dari sudut pandang Islam….
bapak orang Islam kan, walau bukan ahli agama, tp untuk konsep begini2an sy fikir bpk tidak perlu jadi ustaz bukan…
thanks berat tulsiannya, menginspirasi sy untuk belajar
WOWW!! VERY Inspiring! 🙂
Luar biasa.
“Kata kuncinya adalah kalau mau jadi orang kaya, janganlah jadi pegawai, tetapi jadilah sebagai pengusaha yang beradab” mulailah dari sekarang?
Tiga tahun yang lalu saya nekad keluar jadi pegawai. Allhamdullillah hasilnya luar biasa, mohon doa teman teman semua
amin x1000.
Hanya 1 poin yang “hampir bertentangan” dengan apa yang Pa’ Yodi paparkan, Ialah tentang revolusi. Islam sebagai agama global bervisi menjaga keharmonisan semua unsur alam telah mampu membuka mata batin bagi siapa saja yang telah mau mengenalnya.
Tidak ada satu penganut pun dari Islam dalam 20 tahun masa kejayaannya yang menginvansi penduduk lain atau negara lain untuk mengalahkan musuh2 Allah dengan merusak tumbuhan, merusak bangunan, dan menyakiti para wanita dan orang2 lemah.
Menjaga keseimbangan semua unsur tadi, Islam mengajarkan untuk tidak semena-mena melakukan tindakan yang provokatif untuk mengandeng semua kekuatan masa. Tapi Islam akan mempertimbangkan dampak yang diakibatkan dari apa yang akan mereka perbuat. Seandainya tidakan itu berdampak buruk dan keuntungan yang didapat sangatlah sedikit, maka Islam tidak pernah menganjurkan untuk penganutnya mengambil keputusan yang demikian.
Kita suka dengan poin ke-2 Pa’ Yodi. Islam tidak mengajarkan untuk berdiam diri terhadap penindasan HAM yang terjadi, tapi Islam lebih fokus menjaga kestabilan jamaah dan peralatan perang.
Kemudian musyawarah dan nasehat para ulama serta cendikiawan Islam lebih paten dan berkesinambungan dalam mengalahkan kaum2 seperti kaum kapitalis contohnya.
Agar mudah dipahami. Semua tindakan haruslah bersinergi yang menghasilkan keharmonisan terhadap apa yang ada di dalam ini. Revolusi itu sah2 saja, tapi perlu kesiapan yang akan membawa kepada hasil jangka panjang. Tidak seperti revolusi mesir sekarang ini.
Maka, setiap individu harus membekali dirinya dengan bagaimana mereka harus menyatukan hati2 mereka di atas semua perbedaan. Karena ini bukan permasalahan umat beragama Islam dan agama lainnya, tapi khusus umat Islam seharusnya lebih cerdas dalam mensikapi permasalahan2 seperti ini.
Karena kita ketahui, Islam-lah agama yang juga fokus kepada masalah2 ekonomi, politik dan perdagangan. Sebagai penganut agama ini, tidak ada salahnya kita refleksikan juga pemikiran2 Islam di dalam semua hal.
Selamat menikmati hidangan kopi anda pagi ini 😀
Dengan tekad yang bulat, saya memilih opsi ke tiga, yaitu menjahit impian.
Trima kasih pak Yodhia, artikelnya simple tapi mengena.
Saya masih menjadi sekrup, tapi hampir menjadi mesin yang tentu, tidak suka menggilas…
Terimakasih Pak, blog ini selalu menjadi spirit yang sipppb.
Mas Yodh,
Terimakasih atas sharingnya, bolehkah saya posting artikel mas yodh untuk majalah info di perusahaan saya tentunya akan saya berikan keterangan sumber dari blog ini??
Terimakasih,
Salam Pembelajar
Adhit (47) : ya silakan saja.
Opsi 3 itu keren Pak Yod. Terimakasih atas tulisannya.
Yup inspiratif mas, semoga kita menjadi pengusaha yang dengan sepenuh hati memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan karyawan kita sendiri, lanjout… 🙂
susah mas, la wong rakyat indonesia itu banyak yang kere, kalo mau rakyat yang kere dan buruh bersatu tuk menumpas orang asing yang hanya ingin mengeruk kekayaan indonesia saja, sesuai sama prinsip president pertama kita yaitu Bpk. Suekarno “Anti Asing”.
jadi mau gak mau rakyat indonesia harus berjuang lagi untuk mewujudkan impian president pertama kita itu, agar rakyat indonesia tidak ada perbedaan lagi.
istilahnya
– yang satu makan tempe yang lainya ikut makan tempe
– yang satu naik pesawat yang lainya ikut juga naik pesawat
agar terwujud “manusia dimata Allah SWT itu sama”
benar-benar renyah dan mencerahkan… andai semua orang mendengar nuraninya saya yakin opsi ketiga bukan sekedar rajutan mimpi, tapi kenyataan yang pasti sangat indah…thanks artikelnya..
Surprising Pak Yodh menaruh tulisan Marx dalam blog Bapak….
secara kontras…tulisan ini membawa saya ke tulisan yg saya buat di-blog beberapa tahun lalu…
https://yudistiro.wordpress.com/2008/02/06/trend-ilmu-hr-semakin-nge-wong-ke/
akankah ini menjadi penguatan bahwa transformasi ilmu HR yang semakin me-manusia-kan hanya sebuah ilusi (meminjam kata2 satir Marx)….
gmn tuh Pak Yodh…?
Hidup memberikan banyak sekali pilihan..mau jadi karyawan ato pengusaha, yang penting kerja kita punya kualitas kerja yang “ibadah”. Insya Alloh balasannya dari Sang Pencipta. La wong rejeki kita sudah ada yang mengatur..
very inspiring.thanks pak yod.
saya suka opsi ke 3, kini sya mulai merajut impian saya dari NOL.
udah ada 4 karyawan.
INSYAALLah, from ZERO to HERO, dan menjadi kapitalis sejati.
wah.. cerita yang mengiinspirasi 🙂
izin share tugas kuliah ya
https://blog.unsri.ac.id/yunitaekal/tugas-kuliah/pemanfaatan-sistem-informasi-dalam-manajemen-dan-bisnis/mrdetail/51918/
*terimakasih. silahkan berkunjung 🙂
mungkin bahas kasarnya ala kita adalah menjadi Budak..??, inspiratif pak, jazakallah.
Dear Pak Yodhia,
Sosialisme sekarang malah jadi masalah bagi Industrialisasi dan iklim bisnis umumnya di Indonesia. Kebangkitan paham ini mulai terasa setelah reformasi bergulir.
Perjuangan kaum proletar yang umumnya menguasai psikologi massa, banyak melakukan demo, bukan sekedar demo, tetapi demo yang anarkis dan penuh kekerasan.
Hanya ada satu obat untuk mengatasi paham kiri ini, yakni ketika mereka sadar bahwa jalan yang mereka tempuh adalah jalan buntu. Buktinya, setelah 70 tahun tegap berdiri, sosialisme/komunisme USSR terjerembab sendiri, penanda paham ini tidak survive dengan tantangan dasar bisnis sebagai inti kehidupan manusia.
Thanks anyway.
Salam,
Sem Ricardo Siregar
Human Resources Business Partner
PT. Vale Indonesia
Thanks Pak Yodhia…
Bagi individu yang ingin terus berkembang dan berusaha untuk merubah nasib/kondisi hidupnya , tulisan bapak menarik dalam hal memotivasi diri untuk merubah hidup dan nasibnya , mulai dari menjahit impian sampailah ke suatu kondisi diri walau hanya sebagai seorang juragan jengkol.
Namun bagi individu yang sudah terlanjur sakau dan telah terbuai dengan ilusi kapitalis serta telah menobatkan diri menjadi budak industri, tulisan bapak terasa menyentuh dan mengancam kelangsungan profesinya sebagai kuli sejati sampai di atas umur pensiunnya haha.
Hidup adalah pilihan, kendali ada di tangan kita masing masing, dibohongi atau membohongi, ditindas atau menindas juga tentu adalah sebuah pilihan juga. Kalau memang harus jadi kuli dulu..jadilah kuli yang “cerdas” maksudnya jangan terlalu gampang dibohongi tapi punya kemampuan membohongi juragan juga,jangan terlalu gampang ditindas tapi punya kemampuan menindas juragan juga hehe, kemudian berusahalah terus untuk menjadi business owner walau hanya sekelas pengecer dan bisnis serabutan.
mari kita nikmati hidup.
Salam dan terimakasih
Dear All.
Bersediakah kita jika kita menjadi business owner memiliki karyawan yang sakau dengan ajaran Marx?
Jika ingin berdikari itu lebih baik, tetapi tidak dengan mengganggu bisnis orang dimana notabene kita bekerja di dalamnya.
Karena jika kita tidak menginginkan karyawan yang seperti itu, ada baiknya kita tidak berlaku seperti itu jika masih ingin jadi karyawan.
Jika tidak ingin jadi karyawan, jalan terbaik adalah menjadi bisnis owner.
Thanks anyway.
Jika jadi bisnis owner, kita harus berusaha untuk mengkondisikan karyawan kita agar tidak seperti teori marx, lakukan simbiosis mutualisme, saling menghargai, transparan dll sehingga karyawan sama sama menyadari pentingnya usaha untuk hidup sekarang ini.
Jangan lakukan penindasan lahir maunpun bathin kepada buruh anda.
posisi apapun dalam perusahaan, jelas itu adalah buruh karena masih mengharapkan gaji dll dari pemilik bisnisnya.
kondisi yang menarik adalah buruh menindas buruh, padahal mereka sama sama buruh.
Terima kasih tulisannya mencerahkan, dan membuat saya bangkit. Saya akan memikirkan strategi terbaik untuk bekerja sebelum memulai usaha…
terima kasih, dengan membaca tulisan ini saya mendapat pencerahan baru.. yang tentunya akan sangat bermanfaat untuk menyusun perencanaan ke depan
Sebuah pelajaran yang penting dari Karl Marx, Jadilah owner bisnis yang bijak kepada karyawannya
https://www.jualubicilembu.com/