Blackberry 10 : Mencoba Bangkit dari Bayang-bayang Kehancuran

Tanggal 30 Januari 2013 lalu mungkin akan dikenang sebagai salah satu babakan sejarah penting dalam perjalanan Blackberry. Tanggal itu, seri produk paling baru mereka resmi dirilis : Blackberry 10, dengan dua tipe Q10 dan Z10.

Setelah terluka parah lantaran digempur iPhone dan Samsung Android dalam perang smartphone global yang teramat keras, peluncuran BB10 adalah sebuah pertaruhan paling menentukan. Blackberry belum mau menyerah kalah. Blackberry masih ingin terus bertempur, terus bertahan meski dengan nafas inovasi yang kian tersengal.

Di pagi yang sejuk ini, saya mau menghidangkan dilema inovasi yang dihadapi oleh Blackberry : sebuah ikon legendaris yang telanjur dicintai oleh jutaan penduduk Indonesia. Mungkin juga oleh Anda.

Secara global, Blackberry memang babak belur. Penjualan mereka merosot lebih dari 50%. Jleb. Di pasar USA, pasar paling penting bagi produk smartphone, produk mereka jadi renik masa lalu ketika berhadapan dengan iPhone dan Samsung Android.

Tak heran jika harga saham Blackberry hancur bekeping-keping : turun lebih dari 90% (!) dalam 5 tahun terakhir (sebentar lagi mungkin kertas saham mereka jadi “junk paper”). Oh malang nian nasib engkau.

Dilatari oleh sembilu kepedihan itulah, maka peluncuran Blackberry 10 menjadi amat krusial. Disini ada dua tipe produk mereka yang dirilis (seperti terlihat dalam gambar diatas) : Z10 dengan full and touch screen; serta tipe Q10 yang tetap mengandalkan keyboard fisik, andalan lama BB.

Melalui dua tipe itulah, BB berharap bisa bangkit kembali ditengah serangan yang terus datang dari iPhone Apple dan Samsung Android. (Dua tipe ini diperkirakan akan hadir di Indonesia bulan depan, dengan kisaran harga 5 – 7 jutaan. Mahal? Yah…nunggu second-nya saja kalo begituh…).

Ada satu cacatan penting yang layak disimak disini. Sebuah note yang mungkin bisa di-ringkus menjadi bahan pemikiran tentang business inovation: yakni tentang desain. Sebuah keyakinan bahwa PRODUCT DESIGN is everthing in business.

Banyak ahli yang menyebut salah satu penyebab kejatuhan BB adalah keterlambatan mereka mengadopsi desain full screen phone.

Revolusi desain full screen smartphone dilakukan iPhone di tahun 2007 dan seketika menghentak dunia (apalagi disertai dengan fitur AppStore yang begitu memukau). Desain full screen juga segera diikuti oleh Samsung dengan seri Galaxy-nya. Dan kemudian juga oleh Nokia Lumia Series. Publik dunia dan terutama Amerika langsung jatuh hati dengan desain full screen ini.

Disinilah, Blackberry menemui sindrom Innovator Dilemma : apakah desainnya harus segera dirombak secara radikal menjadi full creen; atau tetap bertahan dengan keyboard fisik yang selama ini menjadi andalannya?

Dilema apakah melakukan re-desain secara radikal, namun takut meninggalkan konsumen tradisionalnya. Atau apakah tetap bertahap dengan desain lama namun punya risiko makin ketinggalan zaman.

Rilis dua produk baru ini dengan jelas mencoba mengambil jalan tengah dari dilema itu : memperkenalkan produk full screen, namun juga tetap mengenalkan produk standar (dengan keyboard fisik) untuk memenuhi pelanggan loyalnya. Sebuah pilihan yang bijak.

Namun melihat dua desain baru ini, hampir pasti Blackberry hanya bisa menyapa para pelanggan loyalnya – yang pelan-pelan juga pergi satu per satu (lantaran tertarik dengan layanan Line dan WhatsApp yang menggantikan peran BBM).

Dengan desain dua seri ini, mungkin terasa berat bagi BB untuk menarik hati para pemakai Samsung Android dan iPhone. Sebab nyaris tidak ada elemen wow disitu. Tampilan layarnya juga terlalu kaku – khas Blackberry. Tampilan layar Nokia Lumia lebih cantik rasanya.

Apalagi jika menengok kekuatan App Store-nya : layanan AppStore iPhone dan Google Android Market terlalu kuat untuk dilawan oleh BlackBerry Store.

Mungkin rilis seri BB10 ini akan jadi AKHIR dari perjalanan mereka, sebelum dicaplok oleh perusahaan lain. Sebuah akhir yang sungguh terasa pahit dan getir.

Untuk menghormati akhir perjalanan mereka, berikut saya tampilkan foto-foto rilis resmi BB10 di New York akhir Januari lalu.

Selamat datang BB10. Selamat Menempuh Perjalanan Terakhirmu.

Photo credit : Offical Blackberry Images at Flickr.com

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

33 thoughts on “Blackberry 10 : Mencoba Bangkit dari Bayang-bayang Kehancuran”

  1. ya ampun sedih pak bacanya…
    ini beri saya pelajaran banget bahwa dunia bisnis itu keras. Kemampuan pengambilan keputusan menjadi sangat penting di sini 🙁

  2. Kalau sampai BB10 ini tidak bisa bersaing juga…..habis sudah BB.
    Pengguna BB akan ramai ramai berpindah…… cepet kali Product Life Cyclenya.

  3. Sebagai pelanggan setia BlackBerry, saya terus menantikan inovasi terbaru dari perusahaan Canada ini.

    Setelah melihat BlackBerry 10 demo live di YouTube saYa berdecak kagum dengan teknologi dan inovasi di dalmnya jika dibanding dgn iphone 5 apalagi Samsung Android.

    Penantian is over, Guys! Saya yakin BB10 dapat menggrebak pasar dunia, BlackBerry telah kembali! BlackBerry berjaya lagi!

    Belum menjual saja dengan kemunculan produk baru mereka saham RIM mulai merangkak naik!

    Apps store merekapun renew dan lebih fresh, ada banyak aplikasi baru yang keren di dalamnya. Lebih dari 70 ribu Aplikasi BB10 siap dijual di BlackBerry World.

    Jangankan Whatsapps dan Line, ada banyak Instant messenger yg lebih bagus dari itu, tetapi orang Indonesia lebih memilih BBM sebagai pencetus pertama layanan pesan yg bisa melakukan group chat dengan sending picture/data just one click, bisa berbisnis menghasilkan uang pula di BBM! Itu hebatnya!!!!

    Saya akan tetap mensupport BlackBerry dan tak sabar menantikan Z10 ada di Indonesia! Bravo BlackBerry!

  4. Ya.betul begitu pilu untaian kata dalam artikel di pagi ini.terasa sekali.tapi ngga apa2 saya nunggu aja perkembangannya.

  5. meski saya bukan pengguna BB, tapi saya punya pendapat kalau setiap produk (HP atau smartphone) selalu punya kekurangan dan kelebihan. tak ada yang sempurna di dunia. setahu saya, BB lebih cocok untuk kalangan pebisnis, ini pendapat dari teman dan saudara2 saya. bukankah begitu Pak Yodhia?

  6. pagi yang miris walau tidak gerimis, jangan pesimis,tetap optimis. karna memang tidak ada yang abadi, kalaupun ada itu adalah perubahan.

    dan perubahan tersebut, sebagai langkah maju untuk memberi kecepatan informasi atas perubahan yang terjadi di sekitar kita.

    semahal apapun produk yang ditawarkan di masyarakat indonesia, tetap akan dibeli, apalagi produk tersebut menjadi nilai tambah pergaulan dan komunitas dunia.

    Jadi menurut saya kita tunggu saja kedatangan produk BB terbaru tersebut di indonesia dan lihat adakah antusias konsumtif masyarakat kita akan sama besarnya, saat BB pertama kali dikenalkan di indonesia.
    thanks

  7. Saya gak belain siapa2, buat saya semua bagus, jika disesuaikan penggunaanya. Tapi kalau liat BB/RIM gak bisa cuma di Indonesia aja.

    Mereka pemain global, jadi juga harus dilihat performancenya dari perspektif itu. Kalau dilihat dari Indonesia aja sih BB/RIM adalah merek terkuat di dunia 🙂

    Inovasi terkait dengan dua hal: 1.waktu, 2.jujur

    1. better late than never hanya berlaku di dunia sosial saja. Dalam bisnis, telat ya telat dan (bisa) berarti mati.

    Sangat setuju bahwa tidak ada efek wow dari BB10. Semua yang disebut fitur unggulan di BB10 sudah ada di smartphone lain sejak lama.

    2. inovasi harus luar dalam. Kalau luar aja namanya facelift, itu yang selama ini dilakukan BB/RIM. Sedikit perubahan penampilan OS, dibungkus dengan kemasan yang wah, give ’em a name rather than number… tadaaa… New product (as they call)… lama2 ya orang akan merasakan, klaim vs value semakin gak sebanding.

    Gak heran kalo udah banyak yang rela ninggalin kenyamanan BBM untuk pindah ke Whatsapp atau Line.

  8. pendapat saya pribadi, mungkin di dunia bisa rontok BB.
    tapi khusus pasar indonesia masih ada nafas 2-3 tahun lagi,
    karena BB masih menjadi adiksi di negara ini, dimana banyak yang gemar socmed, instant messaging tapi masih dari kalangan early adopter yang ga suka ngoprek.
    BB merupakan pilihan termudah dan termurah karena bisa dibeli mulai harga 800an rb, kondisi baru (Aries 8530) atau 500rb di pasaran second…
    begitu beli, aktifkan paket BB, voila… langsung ngeksis…

    android? ga semudah BB
    i phone? ga semurah BB

  9. Begitu hebat persaingan produk Hp ataupun Iphone/Smartphone..sampai Desain Fisik sangat menentukan tingkat penjualan produk..

    Hampir mirip dengan persaingan tokoh politik di Indonesia

    Bedanya.. kalau Produk Hp gak perlu banting-bantingan karena bisa pecah tuh HP..

    tapi kalau Tokoh Politik di Indonesia sepertinya kalau tidak disertai dengan banting-membanting atau Smackdown jadi gak seru n meminjam Slogan Bang Yod “HEROIK”..

  10. Terlalu subjektif mas tulisannya kali ini. Dan saya rasa terlalu cepat menghakimi BlackBerry untuk saat ini.. Kita lihat nantilah, satu bulan setelah diluncurkan di Indonesia.. Hehe.. Piss..

  11. Menurut saya penilaian penulis tidak sepenuhnya tepat, berkaitan dengan design, sangat relatif, ada yang lebih suka simple minimalist design, ada yang suka yang rame dsbnya.

    bahwa Blackberry tidak akan pernah bisa menandingi iPhone + Android, setuju sekali, tapi bahwa Blackberry akan mati, kita masih harus lihat perkembangan selanjutnya

    kunci utamanya adalah apakah Blackberry bisa belajar dari iPhone dan android atau memilih menutup mata.

    Anyway, we havent see and feel anything yet about BB10 right?so let’s not make any judgment until then.

    BTW, banyak kok hal baru di BB10 yang blm pernah ada di platform lain.

    Saya sih bukan pengguna fanatik BB (i’m one of Apple fanboy 😉 ) peace!!

  12. Kalau pemakaian android lebih susah daripada BB, itu sebenarnya hanya “kelihatannya”, hanya asumsi orang2 yang takut mencoba.

    Sebenarnya, baik samsung android maupun iphone, meskipun fiturnya sangat banyak, sangat simpel digunakan. Sangat user friendly.

    Saya hanya butuh setengah jam utk addicted main2 samsung android adek saya ketika dia baru saja membeli dan alangkah terkejutnya saya menyadari bahwa memakainya tidak sesusah “kelihatannya”.

    Saya bahkan tidak perlu bertanya apa2 pada adek saya kl saya mau sms,chat,main,foto,bluetooth,wifi,pengaturan dll. Semuanya tersedia sangaaaattt user friendly. Sehingga saya akhirnya juga ikutan beli krn terlanjur addicted.

    Berbeda dg BB. Meski sudah sering minjem dan utak atik ttp aja asing ditangan. Entah mungkin ini kutukan touchscreen? LOL, setelah ketemu touchscreen, jari2 saya selanjutnya merasa awkward sama keypad. wkwkwwk.

    Selain itu, BB gampang hang kalau kita membuka banyak menu secara bersamaan.

    Akan sangat annoying bagi saya yg suka multitasking, kepo,cerewet di media sosial dan ga sabaran. Di andro, sambil donlot n instal aplikasi, saya msih bisa watsapan, twitteran, browsingan, smsan, save2 foto n streaming scr bersamaan tanpa kuatir akan hang.

    Tapi, tetap, gimanapun canggihnya watsapp n line, orang indo masih main BBM. Yang udah nyaman di BBM juga biasanya males pindah, krn udah nyaman disana. Inilah keuntungan BB dibanding HP yg lain.

    Bagi konsumen BB, mereka masih akan make BB selama mereka merasa nggak butuh banyak aplikasi dan HANYA butuh BBM.

    Meski jumlahnya saya rasa makin sesikit krn tuntutan jaman n efisiensi, kita lama2 maugamau butuh juga aplikasi2 yg ada di android maupun iphone.

    Saya juga masih mikir keras, apakah saya perlu beli BB atau nggak. BB terasa nggak bersahabat di jari2 saya, baik menunya yg ribet maupun keypadnya.

    Tapi, kenyataannya adalah sebagian komunitas masih betah makai BBM. Tapi, saya merasa sayang kl mrk lama2 move to andro/iphone jg. wkwk

  13. ya kita lihat saja nanti apakah Happy Ending atau tidak. Yang jelas kapan nih Indonesia berinovasi bukan hanya penggila sebagai pengguna tapi penggila sebagai pembuat.

  14. tulisannya cukup tendensius menurut saya, haha..

    saya jadi ingin tahu kira-kira apa yang akan dilakukan Pak Yodhia ketika berada di posisi Pak Thorsten Heins saat ini 🙂

    salam,

  15. Guru Zein berkata:….setiap keadaan berasal dari ketidakpunyaan…maka pada akhirnya akan hilang dengan ketidakpunyaan jua….

  16. Wow ngeri juga gan tulisanya asi bgt, memenag sebuah inovasi menentukan produk yg akan di jual, sy kr BB harus memiliki sesuatu yg wow seperti yg ms yodha sampaikan, ap bila tdk ad maka kina sgera menantikan kehancuran BB

  17. memang sangat rame memperdebatkan antara kehebatan 3 raksaksa smartphone ini antara blackberry vs Iphone vs samsung android

    yaa skrng sih line udh bisa masuk ke smuanya, meskipun 3 itu sangat menarik dan sangat fenomenal

    tapi itu smua produk luar negeri, mana produk indo nya nih, yaa smoga ntar ada produk smartphone buatan anak2 indonesia dengan inisial DI, kata Pa Dahlan sih “Demi Indonesia” semoga Indonesia bisa maju dalam bidang komunikasi dan lain2nya

  18. Saya make semuanya… T.T BB cuman kepake BBM buat dagang doank. Nah paketnya mahal banget. Beda dengan iphone / android yang harga kompetitif udah full service ^^

  19. Sebuah analisa yang sangat berani untuk sampai pada kesimpulan tersebut, jika analisa Anda terbukti salah dengan berjalannya waktu, kira-kira bagaimana penjelasan Anda nantinya?

  20. Kalo cuma laku di indonesia juga percuma. Di korea dan jepang saja sudah menghentikan penjualan.

    Bayangin saja berapa penduduk di korea dan jepang tidak menggunakan BB di tambah rata2 semua penduduknya mampu membeli hp mahal.

    Di Eropa sana Appel menguasai pasar dengan 350rb software pengembang sedang kan App word cuma 65rb di tambah android yg banya freenya.

    Untung gak doyan BB. Hidup Android. Piss.

  21. Selain itu bb saja baru diinsatall 2 aplikasi saja sudah lemot. Ditambah model yg monoton jariangan terpaku sama RIM saja.

    Paket mahal. Saya pecinta kom saja langsung jatuh cinta sama android. Krn serasa menggunakan komputer saat menggunakan android.

    Bisa di overclock/root ditambah banyaknya software pendukung + buat anak saya yg masih kecil bisa menikmati android.

    Mulai dari menggambar dan software2 buat dia blajar membaca dan menulis. Jual saja sebelum toko tau terus harga anjlok sekali.

  22. BB 10 merupakan titik penentu nasib BB. Namun dengan harga yang cukup mahal (7 juta), saya rasa orang akan lebih memilih untuk langsung membeli samsung atau iphone

  23. pasar blackberry di Indonesia menurut saya masih cukup kuat. salah satu contohnya Temen saya ada yang masih setia sama bb torch nya dibanding dengan samsung S4 nya. dan di salah satu sentra penjualan ponsel di jakarta timur, counter khusus blackberry masih banyak yang buka dan masih ada pengunjungnya.
    Manurut saya, fitur BBM lah yang menyelamatkan loyalitas para pengguna BB.

Comments are closed.