Homeless Millenials. Kaum Milenial Gelandangan. Inilah mungkin sebuah julukan muram yang kelak layak ditabalkan pada anak-anak muda yang lahir antara 1982 – 1995.
Homeless millenials artinya adalah barisan anak muda (yang lahir antara 1982 – 1995) yang tak sanggup membeli rumah sendiri. Mungkin karena kondisi keuangan mereka yang termehek-mehek. Mungkin juga karena harga rumah yang makin melangit.
Bagi generasi milenial jaman NOW, memiliki rumah sendiri adalah sebuah impian yang pelan-pelan menjelma menjadi fatamorgana.
Faktanya, sebuah survei yang dilakukan oleh situs jual beli Rumah123 menyebut, lima tahun dari sekarang hanya 5% generasi milenial yang akan sanggup membeli rumah secara mandiri. Sisanya 95% entah akan tinggal dimana.
Dalam Global Property Industry, dikenal adanya istilah House Price to Annual Income Ratio. Atau rasio harga rumah dibanding penghasilan tahunan Anda.
Menurut Global Property Standard, rasio yang ideal adalah maksimal 3 kali. Artinya harga rumah maksimal hanya boleh 3 x penghasilan tahunan Anda.
Contoh : penghasilan tahunan Anda (gaji selama 12 bulan + THR + bonus jika ada) adalah Rp 200 juta. Maka maksimal harga rumah yang boleh dibeli adalah Rp 600 juta.
Kita lihat di tanah air sekarang. Harga rumah ukuran 70M2 di Sumarecon Bekasi sudah tembus Rp 1,1 milyar.
Atau kita ambil harga rumah yang lebih murah, di wilayah yang lebih pedalaman, misal di Tambun. Harga untuk rumah dengan ukuran yang sama sudah sekitar Rp 600 jutaan.
Artinya untuk meraih rasio ideal 3x annual income, kalau mau membeli rumah dengan harga Rp 600 juta, minimal penghasilan tahunan adalah Rp 200 juta (atau sekitar Rp 16 juta per bulan).
Pertanyaannya : seberapa banyak generasi milenial Indonesia yang bisa mendapatkan annual income diatas Rp 200 juta?
Menurut survei Rumah123, generasi milenial Jakarta yang penghasilan tahunannya diatas Rp 200 juta (atau gajinya diatas 16 juta per hulan) hanya 4%.
4% saja. Busyet kecil amat angkanya.
Jadi mayoritas generasi milenial di Jakarta (dan mungkin kota besar lainnya) sebenarnya tidak memiliki gaji yang mewah. Pas-pasan saja.
Namun gaya hidupnya kadang sok mau kaya, dengan smartphone paling canggih, dan traveling kemana-mana biar punya foto Instagram yang cantik. Alamakkkk.
Oke, misal generasi Milenial yang sok kaya itu sudah insyaf dan kini rajin menabung, dan lalu ingin beli rumah dengan harga Rp 600 jutaan.
Maka generasi milenial tersebut harus sediakan DP 15% sekitar Rp 90 juta. Sisanya, Rp 510 juta diangsur. Jika diangsur selama 15 tahun, maka cicilan rumah per bulan adalah sekitar Rp 6 jutaan per bulan. Banyak juga.
Dan sesuai prinsip dalam ilmu personal finance, maksimal cicilan hutang adalah 30%. Maka jika cicilan rumah adalah Rp 6 juta/bulan, gaji bulanan harus diatas Rp 18 juta.
Pertanyaannya kembali : berapa persen generasi milenial di Indonesia yang gajinya sudah diatas Rp 18 juta per bulan? Mungkin lebih sedikit lagi.
Itulah kenapa mayoritas generasi milenial Indonesia akan menjadi Homeless Millenials. Generasi Milenial Gelandangan yang tak punya rumah sendiri.
Apa yang bisa dilakukan untuk keluar dari jebakan Homeless Millenials? Ada 2 solusi.
Homeless Millenials Solution # 1 : Rich Parent Support
Beruntunglah Anda generasi milenial yang memiliki orang tua yang relatif kaya.
Jika orang tua generasi milenial itu lumayan tajir, maka mereka bisa saja membelikan rumah kepada anak-anaknya.
Konon dulu ada prinsip di kalangan orang kaya jaman lama. Prinsipnya begini : saya harus punya rumah atau tanah minimal sama jumlahnya dengan jumlah anak saya. Kalau anak saya 5, ya minimal harus punya rumah atau kavling tanah 5 biji.
Saya suka dengan prinsip itu, dan terus terang ingin menirunya. Jadi kalau kita sudah berkeluarga dan punya anak 3, maka minimal kita harus punya 3 rumah (diluar rumah utama yang kita tempati). Mantap.
Cukup banyak juga orang tua generasi milenial yang bisa melakukan hal diatas. Maka beruntung jika Anda punya ayah atau orang tua yang bisa membelikan Anda rumah senilai Rp 600 juta.
Harapannya kelak Anda bisa melakukan hal serupa bagi anak-anak Anda.
Yang tragis : ayahnya makmur dan sanggup membelikan rumah. Namun anaknya, sang generasi milenial, malah nyungsep nasibnya. Alhasil rumah warisan itu akhirnya dijual untuk tambahan biaya hidup. Suram deh.
Homeless Millenials Solution # 2 : Multiply Your Income
Solusi kedua ini adalah pilihan yang mutlak : cara terbaik agar sanggup membeli rumah seharga 600 juta atau bahkan 1M adalah ya lipat-gandakan income Anda.
Menaikkan income bukan hanya 10% per tahun. Tapi minimal harus 50% per tahun. (Sebab kenaikan harga rumah sekitar 15 s/d 20% per tahun).
Saya lebih suka konsep multiply your income. Bukan konsep menghemat uang.
Kadang sejumlah financial planner memberikan saran untuk menghemat uang dan penghasilan. Fine advice.
Namun berapa banyak yang bisa dihemat per bulan. Paling 3 jutaan. Dan untuk menghemat 2 – 3 juta per bulan ini, korbannya adalah kita bisa makin stress mengelola pengeluaran. Kekuatan otak dan kreativitas kita telanjur habis terserap untuk mikir bagaimana caranya hemat.
Dan itu bahaya : sebab willpower dan kekuatan otak kita untuk berpikir kreatif melipatgandakan uang jadi lenyap.
Riset-riset dalam neuro-science menulis : kekuatan willpower dan otak kita itu terbatas (limited) – sehingga harus digunakan untuk hal-hal yang menjadi proritas kita.
Pilih mana : 1) willpower kita diserap habis untuk mikir caranya hemat 3 juta per bulan. Atau 2) willpower kita diserap habis buat mikir bagaimana caranya income kita naik 10 juta atau bahkan 20 juta per bulan.
Saya selalu pilih yang 2, dan selama ini sudah mempraktekannya. Dan hasilnya sangat masif.
So, gunakan kekuatan otak dan willpower Anda agar tahun 2018 nanti, income Anda bisa naik 50%. Agar Anda bisa membeli rumah, bahkan dengan uang cash. Bukan lagi cicilan KPR. Top markotop.
Salah satu cara untuk meningkatkan penghasilan adalah ini : tambahkan revenue stream Anda. Jangan hanya mengandalkan income hanya dari SATU sumber saja (misal hanya dari gaji bulanan).
Agar income Anda naik minimal 50%, maka Anda perlu menambah income stream – misal dengan menjalani usaha sampingan yang profitabel.
Cara ampuh menambah penghasilan sampingan bisa dipelajari dalam buku yang pernah saya publish berjudul Financial Freedom Roadmap. Anda bisa men-download-nya dengan gratis DISINI.
Akhir kata, homeless milennials adalah sebuah fenomena yang kelam dan pelan-pelan mungkin akan terjadi di negeri ini.
Lalu, bagaimana cara agar rezeki makin melimpah, menjadi kaya secara barokah dan bisa MEMBELI RUMAH yang lumayan luas dan indah? Saya mengulas caranya secara detil dalam buku panduan yang powerful ini. Anda bisa mendapatkan buku panduannya secara GRATIS DISINI. Download Sekarang.
Silakan pelajari isi bukunya, dan praktekkan; agar kelak Anda bisa mencapai kebebasan finansial yang melimpah dan barokah.
Setuju dengan pilihan nomer 2. Be creative to multiply your income 😀
Realita yg menyesakan.. sekarang beli rumah yg di beli lokasinya. Pengin murah adanya di pinggiran laksana pedalaman..
Terlepas dr point income.. urusan papan harusnya ada peran negara yg mengatur, menjaga dan mengawasi harga properti yg sekarang bergerak liar sesuai pasar dan spekulan..
Apalagi yg tidak ingin mnggunakan KPR alias riba, poin 2 adalah keniscayaan..
Setuju banget dengan cara yang kedua, will power kita akan lebih positif untuk memikirkan bagaimana melipat gandakan income dibanding menghematnya.
https://bukumanajemen.com
2 cara klasik agar tetap survive yaitu menekan outcome atau menambah income. Keduanya dikupas dengan apik melalui tulisan yang segar yang menggugah kita pada fakta yang akan dihadapi apabila kita tidak segera mengambil langkah.
Kan ada kost2an, ada rumah kontrakan, gak bakal homeless. sementok2nya, numpang ortu, hahaha. kidding.
Kalau dibiarkan, maka tanggungjawab hanya dipinggul oleh generasi gue (lahir 92 berarti masuk ya).
Tapi kalau mau dicarikan solusinya, gampang aja, batasin pembelian rumah buat orang2 kaya, toh rumahnya gak dipake, cuma buat investasi. Walaupun saya gak pernah nyalahin, tapi ini faktor yang bikin harga rumah terus naik.
Lalu, jelas, pemerintah. Sekarang sih kelihatan lah ya banyak rumah subsidi di Bekasi dan kabupaten2 lainnya. Tapi gak tau kenapa kayaknya sepi gitu ya….
Ada dua jenis generasi millenials, satu yang acuh aja dan enjoy the moment which is NOW, ada jenis yang enjoy and at the same time prepare for the future, that includes me.
Para pembaca generasi bakal homeless, mari kita kalahkan generasi senior kita 😀
Kidding ah.. but, yeah, seriously!
Perbaiki akhlak dan perkuat ketaqwaan..
Kuatkan ikhtiar dg niat Allah..
InsyaAllah dicukupkan..
Wow data yg mengerikan, jadi merinding hehe.. Setuju suhu memang lebih Baik Fokus memperbesar menghasilkan daripada berhemat hehe..
Salam kenal
https://www.deltaprima.id
Waduh Fakta Yg suram, Ternyata anak milenial Yg suka gaya2 di Instagram calon gelandangan hehe.. Beruntunglah Yg sekarang sudah sadar Dan mulai bisnis atau sedang membuat multiple income
Salam
Jasa Backdrop
Kenaikan harga rumah tentu sangat mengiris hati generasi muda saat ini. Solusinya disamping 2 point yang disebutkan di atas adalah:
1. Pemerintah memberantas spekulasi harga rumah yg membuat rumah mjd semakin naik.
2. Batasi margin perusahaan properti. Kalau kita lihat, perusahaan properti rata2 mengambil marging lebih dari 30% per tahun. Pemerintah saat ini mampu membatasi harga semen, gas, dll. Tidak ada salahnya juga membatasi di sektor properti yang merupakan salah satu kehidupan primer masyarakat.
3. Terapkan pajak progresif kepemilikan rumah. Sama spt pajak progresif kepemilikan kendaraan.
4. Investasi saham. Sebab saham salah satu investasi yang memiliki keuntungan diatas deposito dan juga sebanding dengan kenaikan harga rumah (bahkan melebihi).
Menahan diri, upgrade lifestyle untuk mendapat kenikmatan yg lebih besar lagi nantinya, entah knp itu yg paling susah
Apapun yang terjadi terus berupaya dan berdo’a.
Moga dimudah kan memiliki rumah, syukur-syukur rumah mewah 🙂
Terima kasih
Untung sudah mempersiapkan hal tsb utk melipatgandakan income.
Thanks mas yod
tapi bisa juga nanti tumbuh subur gaya hidup minimalis seperti yang dilakukan leobabauta (zenhabits) – sehingga gak butuh ruang yang luas (kepemilikan) yang penting tetep bisa berkreasi 😀
Selalu menarik ulasannya karena based data, bukan asumsi saja, mantap suhu, kalau gini harus segera memikirkan bagaimana cara mendapatkan penghasilan lebih banyak atau membuat multiple income bukan hanya sekedar menghemat hehe
salam
Seragam Kerja
Sebagai generasi milenials saya merasa ketampar bolak balik membaca tulisan ini. semoga sudah sepenuhnya sadar.
Salah satu solusi supaya dapat memiliki rumah sendiri dengan lebih murah, yaitu beli tanah dan bangun rumah sendiri. Daripada beli rumah yang sudah jadi, membangun rumah sendiri (beli material sendiri, nyewa jasa tukang) itu lebih murah.
selain nambah income lewat berjualan toko online & supplier, ebook, gaji bulanan, dll.
tambah income juga pak lewat bisnis lain di bisnis trading otomatis lewat Teknologi Robot Bot.
maaf pak ada linknya. he he…,
https://vip.bitcoin.co.id/ref/afrid/1
dan
https://bitconnect.co/?ref=afridfransisco
cuma ngasih tahu aja moga bermanfaat buat banyak orang.
kalau ngga lewat link ini juga ngga papa.
silahkan di cek pak Yodhia Antariksa
selama ini saya rutin membaca blog ini tiap hari senin. dan banyak sekali manfaat dari blog ini buat saya.
Itu kan masih di 2020 ya, kalo misal 2025 or 2030 apa kabarnya dongs?
Dari angka 5% turun lagi apa malah naik ya? hehe
Mantap penjelasannya pak
Sy suka sekali tulisan tulisan blog ini.
Semoga kita tidak termasuk salah satu bagian generasi milenial bernasib kelam dan tragis dalam memiliki rumah kelak
Dan baca tulisan ini sy sadar…
Tetap berusaha, berusaha, dan berusaha…
Dan saya pun lebih suka menerapkan konsep multiply my income.. Kuras habis energi sampai ke ampas ampasnya biar masa tua nggak kelam dan suram.
Bukan sekedar pilihan tapi suatu keharusan. Ketimbang otak habis digerogoti virus kebanyakan mikir pengiritan.
Rak yo ngono tho..? ?
Di zaman yang penuh hingar bingar, hiruk pikuk, dan sudah “overload’ spt saat ini, Klo cuma mengandalkan cara berpikir logis analitis linear ya ga bakal sampe.
Gunakan cara berpikir yang satunya! ?
Benar2 tulisan yg sangat menggugah dan inspiratif.
Orang tua jaman dulu bisa memiliki rumah sesuai jumlah anaknya
Berarti orang jaman dulu lebih sejahtera ketimbang jaman sekarang ??.
Saya lebih suka konsep multiply your income. Bukan konsep menghemat uang. –> Setuju banget.., persepsinya yang harus dirubah..
Saya lebih menyukai konsep mengetuk pintu langit. Setiap berproses, selalu hadirkan bahwa semuanya sudah diatur sebaik mungkin & kerja kita adalah sebagai ibadah. Kerahkan kemampuan terbaik dalam bekerja & nikmati setiap hasilnya dg bersyukur. Jangan lupa diiringi doa & tawakal.
Terlalu sombong jika semuanya hanya berfokus & disesuaikan dengan kemampuan sendiri. Ketika mengalami kegagalan, tak dapat dipungkiri akan terguncang jiwa.
Yuk ubah dengan persepsi yg terbaik. Kembali dengan konsep ilahiyah. Karena sesungguhnya hidup di dunia tidaklah selamanya.
thanks. tulisan anda selalu mengajak saya untuk selalu berpikir, menghitung dan melakukan sesuatu
Saya cuman bisa berdoa sama Tuhan, sambil berkhayal
“ya Allah, berikanlah kutukan pada ummat Manusia sehingga umur mereka cuman sampai usia 45 tahun saja”
Dengan begitu orang-orang akan fokus “living life to the fullest” menikmati hidup, bukan cuman habis umur mengumpulkan harta buat pensiun.
dan akhirnya semua orang kebagian rumah/apartemen.
Hmm menarik meningkatkan income dengan bisnis sampingan untuk membeli properti yg semakin mahal. Apalagi bonus demografi indonesia sampai 2035. Saya menduga bila tidak dibuat sentra2 ekonomi baru dan tak ada instrumen pemerintah untuk mengendalikan harga properti maka harga properti di kota2 besar khususnya jabodetabek, medan, surabaya dan makassar akan naik tak terkendali.