Nasib Anda akan Stagnan Jika Tidak Tumbuh dalam 5 Area Kunci Ini

Artikel ini ditulis bersama oleh Yodhia Antariksa dan guest blogger bernama SONY WIJAYA.

Semua orang pasti menginginkan kehidupan yang berkualitas. Ada perkembangan, pertumbuhan, kemajuan dan peningkatan di segala aspek hidupnya.

Keinginan BERTUMBUH mungkin sudah menjadi kebutuhan manusia yang terus mengalami evolusi. Manusia akan galau ketika hidupnya tidak bertumbuh.

Maka agak ajaib jika ada orang yang mengaku enjoy berada dalam kondisi status quo yang melenakan. Terjebak kelam dalam zona nyaman tanpa perkembangan yang signifikan.

Itulah mungkin yang disebut sebagai the danger of comfort zone. Jebakan kenyamanan yang melenakan, dan sejatinya membuat nasib kita stuck dan termehek-mehek. Continue reading “Nasib Anda akan Stagnan Jika Tidak Tumbuh dalam 5 Area Kunci Ini”

Homeless Millenials : Masa Depan Generasi Milenial yang Kelam

Homeless Millenials. Kaum Milenial Gelandangan. Inilah mungkin sebuah julukan muram yang kelak layak ditabalkan pada anak-anak muda yang lahir antara 1982 – 1995.

Homeless millenials artinya adalah barisan anak muda (yang lahir antara 1982 – 1995) yang tak sanggup membeli rumah sendiri. Mungkin karena kondisi keuangan mereka yang termehek-mehek. Mungkin juga karena harga rumah yang makin melangit.

Bagi generasi milenial jaman NOW, memiliki rumah sendiri adalah sebuah impian yang pelan-pelan menjelma menjadi fatamorgana. Continue reading “Homeless Millenials : Masa Depan Generasi Milenial yang Kelam”

Paradoks Kelam antara Nafsu Konsumtif dan Kondisi Keuangan yang Pas-pasan

shoppingTulisan yang sangat memikat ini merupakan kontribusi dari Amelia Ayu Kinanti, guest blogger dari Shopback Blog

Ada yang bilang bahwa rejeki yang diberikan Tuhan selalu cukup untuk hidup, tapi tidak pernah cukup untuk gaya hidup. Menohok sekali, ya?

Setiap kali pemasukan meningkat, tiba-tiba saja kebutuhan kita ikut meningkat juga. Yang sebelumnya tidak pernah butuh sepatu Tom’s Shoes, tiba-tiba saja merasa butuh memiliki sepatu ini.

Yang sebelumnya tidak butuh punya speaker, tiba-tiba saja merasa butuh speaker tambahan dengan suara yang lebih nge-bass. Yang awalnya baik-baik saja tanpa mainan drone, sekarang ikut-ikutan beli drone international.

Alurnya begini, awalnya kita hanya ingin beli baju baru. Lalu berpikir, bajunya bagus, tapi masa mukanya gini-gini aja. Lalu kita mulai berlangganan perawatan di klinik kecantikan. Baju sudah oke, muka sudah terawat, masa tas dan sepatunya lusuh begini? Continue reading “Paradoks Kelam antara Nafsu Konsumtif dan Kondisi Keuangan yang Pas-pasan”