Kenapa Para Anak Muda Sekarang Gajinya Sudah Sangat Mencengangkan?

Ada sebuah paradoks yang rada kelam untuk dikenang. Di satu sisi, saya cukup sering melihat anak-anak muda yang sudah lulus S1 tapi masih jadi pengangguran. Ataupun kalau kerja, gajinya masih sangat kecil atau bahkan di bawah level UMK Jakarta.

Namun pada sisi lain, makin banyak anak muda yang meski masih belia namun gajinya sudah sangat mencengangkan; jauh berlipat dibanding rekannya yang masih stagnan.

Kenapa gap kekayaan anak-anak muda itu terjadi?

Artikel kali ini dipicu oleh sebuah thread Twitter dari akun @BigAlpha yang menarik isinya. Thread ini dimulai dengan pertanyaan : kalau Anda mau menikah, kira-kira berapa gaji yang Anda harapkan dari calon pasangan hidup Anda?

Banyak dari followers-nya yang kemudian memberikan jawaban. Dan sebagian besar di antaranya yang memberikan jawaban yang cukup mengejutkan. Maksudnya, sebagian dari mereka meski belum menikah tapi gajinya sudah sangat heroik.

Berikut dua kutipan dari respon jawaban yang masuk.

Kutipan 1 dari seorang perempuan yang muda belia.

“Sekarang gue umur 27, calon suami umur 27 juga. Gaji gue Rp 22 juta, dan gaji calon suami Rp 39 juta per bulan. Oh iya gue kerja di financial institution, laki gue di tech start up”.

Kutipan 2 juga datang dari seorang perempuan yang belum menikah.

“Kondisi saat ini : gaji gue nett 23 juta/bulan (dapetnya 16 kali setahun). Calon pasangan gue : gaji nett 52 juta/bulan (16 kali setahun).”

Jawaban lain dari para followers relatif sama dengan apa yang saya kutip di atas.

Terus terang, saya sendiri agak terkejut dengan jawaban-jawabannya. Mereka semua BELUM MENIKAH, dan usianya masih relatif muda (setidaknya dibawah 30 tahun). Namun skala gaji atau penghasilannya sudah sangat masif dan epik.

Ada tiga pelajaran kunci yang layak dipetik dari fenomena di atas. Mari kita bedah dengan kepala dingin dan jernih.

Pelajaran Human Capital #1 : Prinsip Supply & Demand

Sekitar enam tahun lalu, sebuah lembaga konsultan ternama dunia Boston Consulting Group pernah merilis laporan tentang betapa di masa mendatang, Indonesia akan mengalami kekurangan SDM muda yang kompeten dan skillful.

Sebabnya simpel : pertumbuhan bisnis di Asia dan Indonesia terjadi dengan sangat pesat; namun pasokan tenaga SDM berkualitas minim.

Dan hukum ekonomi berlaku. Saat pasokan atau supply minim, namun permintaan (demand) tinggi, maka harga SDM (dalam hal ini gaji) akan dengan mudah mengalami kenaikan pesat.

Saya menduga, itulah yang terjadi saat ini. Kutipan jawaban di atas dengan gamblang menunjukkan betapa gaji SDM yang andal dan skillful bisa dengan mudah menembus angka puluhan juta per bulan.

Dan saya kira fenomena ini sekarang makin meluas. Saya menduga, makin banyak anak muda yang usianya masih dibawah 35 tahun, namun gajinya sudah di atas Rp 40 juta/bulan. Mereka adalah barisan SDM yang “diperebutkan” oleh para pemberi kerja yang amat membutuhkan pasokan SDM andal dan kompeten.

Poinnya : kalau Anda memang punya kompetensi andal dan skillful, maka sesungguhnya relatif mudah untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji super mahal (seperti contoh di atas). Sekali lagi : asal punya kompetensi top dan skillful.

Pelajaran Human Capital #2 : Menjadi Karyawan Juga Bisa Kaya Raya

Dulu suka ada ungkapan dari entah siapa yang bilang : kalau mau jadi kaya, jangan jadi karyawan. Ini ungkapan yang tidak sepenuhnya akurat. Fakta kutipan di atas dengan jelas menunjukkan, Anda juga bisa meraih kemakmuran yang berlimpah dengan menjadi karyawan. Bayangkan : bahkan sebelum menikah, dan usianya masih dibawah 30 tahun, namun penghasilan para karyawan muda itu sudah di atas Rp 40 juta atau bahkan Rp 50 juta per bulan.

Faktanya, banyak resto dan kafe mahal tetap ramai ya karena dikunjungi para karyawan tajir atau SDM muda yang gajinya melimpah tersebut. Gerai Uniqlo dan H&M juga tetap laris manis. Para karyawan dengan gaji super mahal inilah yang selama ini ikut menopang daya beli konsumsi di tanah air dengan spending powernya yang sangat kuat.

Dan pasti, setiap tanggal pembagian bonus tiba, maka dealer mobil Honda atau Toyota juga ramai diserbu oleh para pegawai muda yang kaya raya ini.

Pelajaran Human Capital #3 : Think Positive. Be Optimistic.

Saat melihat data para karyawan muda yang belum menikah tapi gaji sudah sangat wow ini, maka akan ada potensi dampak negatif yang muncul. Sebutannya adalah “social comparison”. Saat Anda membandingkan pencapaian diri Anda dengan orang lain, dan orang lain itu rasanya jauh lebih tinggi pencapaiannya, maka Anda akan cenderung menjadi sedih dan galau.

Terus terang, pengakuan gaji yang wow dari para anak muda seperti di atas, memang cukup mudah membuat orang yang membacanya menjadi merasa : galau, minder, sedih, merasa demotivated, atau bisa juga muncul perasaan dengki yang halus (dan kemudian mencoba menyangkal fakta itu denga aneka komentar ngeles atau bahkan nyinyir. Sesungguhnya sikap “denial” semacam ini hanyalah mekanisme untuk self-defense saat dirinya merasa galau).

Respon yang mungkin lebih bijak adalah seperti ini : bumi dan alam semesta ini ternyata menyediakan rezeki yang melimpah ruah. Buktinya, ada anak-anak muda yang bisa mendapatkan penghasilannya yang halal secara melimpah. Insya Allah, jika saya terus tekun meningkatkan skills dan kompetensi-diri, maka saya juga akan bisa meraih rezeki yang melimpah dan barokah.

Dengan kata lain, saat kita membaca data atau fakta seperti di atas, maka sebaiknya kita merespon dengan sikap positif, optimis, sembari tetap yakin dengan kemampuan diri sendiri untuk terus berjuang ke arah yang lebih baik.

Kita percaya bahwa jalan rezeki setiap orang sudah ada yang mengatur. Namun keyakinan ini harus segera disertai dengan ikhtiar yang gigih, penuh daya resiliensi, konsistensi dan ketekunan. Sebab, tanpa kegigihan dan ketekunan yang konsisten, maka pencapaian dan nasib kita akan terus stagnan (sementara orang lain terus bergerak maju dan makin jauh ada di depan).

Pada akhirnya, saya percaya level penghasilan seseorang itu akan sangat ditentukan oleh tiga komponen kunci : 1) level skills yang dimilikinya; 2) level ketekunan dan daya juangnya, serta 3) level optimisme dan mindset positif yang ada dalam benaknya.

Selamat bekerja teman. Semoga rezeki Anda makin melimpah dan barokah.

13 thoughts on “Kenapa Para Anak Muda Sekarang Gajinya Sudah Sangat Mencengangkan?”

  1. Saya bangga dengan pencapaian anak-anak muda seperti di atas, dan saya berharap keberhasilan mereka akan menular ke anak-anak muda yang lain di tanah air ini, karena memang pada saat ini sangat dimungkinkan bagi siapa saja untuk mendapatkan penghasilan yang wow tersebut.

    Dan sebuah keberhasilan banyak ditentukan oleh :
    Level skills yang kita miliki
    Level ketekunan dan daya juang kita
    Kesesuaian antara skill tersebut dengan kesempatan atau kebutuhan pasar
    optimisme dan mindset positif dalam diri kita
    Doa yang tak pernah pupus

    Thanks Bang Yodhia …

  2. Selalu ada yang UNIK di setiap masa.

    Jaman old, jaman nenek moyang kite-kite,
    pencapaian sukses, dan apa yang disebut sukses pasti berbeda dengan jaman milenial jaman NOW.

    Style anak muda jaman MOJOPAHIT tentu jauuuuuhhh banget dengan style anak jaman Indonesia Raya.

    Itulah indahnya hidup 🙂

    Dan yang PASTI semua akan MATI, bagi yang percaya.

    Kalau ndak percaya ya ndak apa 🙂
    Beda pendapat dan beda-beda yang lain adalah LUMRAH dalam iklim demokrasi.

    Salam sukses penuh kedamaian serta keberkahan.

  3. MaasyaaAllaah Alhamdulillaah
    Saya sebagai yang masih muda sangat senang ternyata banyak teman-teman saya yang seumuran sudah berpenghasilan melimpah.

    Saya sendiri masih berjuang agar bisa mendapatkan rezeki yang halal dan baik, juga berkah dan berlimpah.

    Artikel ini menjadi pemicu semangat saya untuk terus memperbaiki diri dan belajar lebih tekun.

    Semoga bisa mancapai kesuksesan dunia dan akhirat. aamiin
    InsyaaAllaah sa

  4. Dan HRD terjebak ketika menemukan kandidat yang bagus, skill maupun attitude nya, semuanya cocok, dan ternyata gajinya udah keluar dari Salary Structure yang dimiliki, disitu bigboss bilang “cari lagi aja” wkwkwkwk

    #curhatHRD

  5. biasanya perusahaan multinasional. temen saya jg hampir mirip2 begitu. tiap tahun di hadiahi liburan keliling Eropa gratis. sampe bosen katanya -__-

  6. Sepertinya yang penting berkahnya sih..

    Lebih baik gaji gede tapi berkah daripada gaji kecil tapi gak berkah

    #eh..

Comments are closed.