5 Langkah Game-changer untuk Mengakhiri Pandemi yang Makin Parah

Situasi pandemi di tanah air ternyata makin menunjukkan realitas yang kian kelam. Kematian per hari sudah tembus 1500 orang, tertinggi di dunia – sebuah tragedi yang meninggalkan duka yang teramat pedih.

Pada sisi lain, kehidupan ekonomi banyak orang menjadi ambyar; jutaan kehilangan pekerjaan, dan semua anak sekolah tak pernah bertemu temannya secara fisik lebih dari setahun.

Apa yang harus dilakukan untuk mengakhir pandemi yang berkepanjangan ini?

Kalau belajar dari pengalaman India yang relatif berhasil menurunkan angka kasus secara dramatis (turun hingga 70%) hanya dalam hitungan 4 minggu, maka ada tiga langkah kunci yang mereka lakukan, yakni :

  1. PSBB total di sejumlah kota besar
  2. Tes dan tracing masif hingga 2 juta per hari; di tanah air hanya 200 ribu per hari.
  3. Vaksinasi besar-besaran sebanyak 8 juta/hari; di tanah air rata-rata hanya 500 ribu per hari.

Kalau pemerintah pusat Indonesia, Pemrov dan Pemkot bisa melakukan tiga hal di atas secara serentak, maka dijamin angka pandemi di tanah air akan bisa turun dengan signifikan.

Namun langkah pertama di atas selalu menjadi dilema. Presiden selalu tampak gamang dan dilematis jika mau melakukan PSBB total selama berminggu-minggu. Sebab dampak sosial ekonominya memang sangat berat.

Maka alhasil kebijakan pengetatan total menjadi kurang tegas, kurang durasinya, dan kurang optimal hasilnya.

Langkah kedua yakni tes and tracing memang tidak pernah mencapai target yakni 400 ribu per hari. Sesungguhnya solusinya bisa diupayakan dengan tuntas. Kalau kekurangan alat dan bahan, tinggal beli dari pemasoknya. Kalau kekurangan tenaga yang bisa tes, tinggal rekrut dan latih ribuan orang yang kompeten.

Pandemi sudah lebih dari 15 bulan, sudah amat lama, kenapa target tes dan tracing ini selalu tidak tercapai dari Maret 2020. Mungkin ritme kerja birokrasi yang serba lamban dan mbulet menjadi penyebabnya.

Langkah ketiga yakni vaksinasi adalah game-changer. Namun seminggu terakhir, target 1 juta per hari tidak tercapai. Rata-rata hanya 500 ribu per hari (jauh dari India yang bisa 8 juta per hari. Fyi, penduduk India sekitar 5 kali Indonesia).

Di tengah tantangan di atas, maka berikut langkah konkrit yang bisa dijalani untuk membantu menurunkan angka pandemi pelan-pelan.

Langkahnya hanya akan fokus pada upaya yang terakhir, yakni mempercepat laju vaksinasi.

Sekali lagi, di banyak negara, vaksinasi terbukti menjadi game-changer. Negara yang angka vaksinasinya sudah di atas 50%, maka angka kasus menurun drastis. Kalaupun ada yang terkena virus, maka 99% yang sudah vaksinasi full dua kali, hanya memiliki gejala ringan.

Data juga menunjukkan, hampir 100% pasien penghuni ICU di sejumlah negara adalah mereka yang belum vaksinasi.

Sayangnya, persentase yang sudah vaksinasi dua kali di tanah air baru 6,5% (dari total jumlah penduduk). Masih jauh dari angka target 70 – 80% populasi.

Ingat : jika target vaksinasi tidak tercapai, maka tidak akan tercapai herd immunity. Dan itu artinya : pandemi tidak akan pernah usai di negeri ini. Kita akan tetap melalui hari-hari seperti sekarang ini hingga bertahun-tahun lamanya.

Berikut 5 langkah game-changer dan konkrit untuk membuat tingkat vaksinasi Covid-19 makin tinggi di Indonesia.

Langkah #1 : Perbanyak Lokasi Vaksinasi dan Dekatkan dengan Warga

Titik lokasi vaksinasi yang makin banyak dan makin dekat dengan lokasi pemukiman warga akan membuat proses menjalani vaksinasi menjadi lebih mudah dan hemat waktu.

Upayakan agar setiap 5 RW di setiap kota di tanah air bisa memiliki satu lokasi vaksinasi yang mudah dijangkau. Kota Bekasi contohnya memiliki sekitar 1000 RW. Idealnya ada 200 titik lokasi vaksinasi di seluruh kota Bekasi. Makin banyak, makin dekat dengan warga sasaran vaksinasi.

Langkah #2 : Manfaatkan Tokoh dan Orang Berpengaruh Lokal

Di setiap kampung dan dusun akan selalu ada bapak atau ibu-ibu yang cenderung lebih memiliki influence di banding yang lainnya.  Maka tugas pak RW untuk merangkul mereka dan menjadikan mereka sebagai “local champion vaksinasi”.

Jadikan mereka sebagai duta vaksin, dan bertugas membujuk warganya agar juga mau vaksinasi segera. Berikan hadiah dan penghargaan jika para local champion ini  berhasil mencapai target vaksinasi.

Ajari pak RW cara untuk bisa membentuk para local champion ini. Lakukan di seluruh RW di tanah air.

Bali sukses melakukan vaksinasi masif di pulaunya karena keberhasilan memanfaatkan para pengurus RW (mereka menyebutnya para pengurus Banjar) dalam membujuk warganya untuk vaksinasi.

Fyi, sudah 85% penduduk Bali yang divaksinasi, termasuk kategori anak-anak.

Langkah #3 : Manfaatkan Ustadz dan Pemuka Agama

Vaksinasi ini sejatinya merupakan cerminan amar ma’ruf, atau berbuat kebaikan untuk sesama. Dan ini adalah ajaran fundamental dalam agama Islam. Sebaliknya, menolak vaksinasi adalah sama dengan melakukan kemungkaran, sebab dirinya akan selalu menjadi sumber penularan penyakit bagi orang lain.

(Sama saja dengan masker. Memakai masker itu cerminan perbuatan amar ma’ruf yang mulia. Sebab tujuannya melindungi sesama. Sebaliknya, menolak memakai masker adalah sama dengan kemungkaran, munkar, karena dirinya akan ikut menyebarkan penyakit pada orang lain.

Kalau dalam Islam, orang yang amar ma’ruf itu akan mendapat pahala, dan yang melakukan kemungkaran akan mendapatkan dosa besar).

Karena itu, agak mengherankan, Kemenag dan Kemenkes tidak aktif memanfaatkan ustadz dalam mempromosikan kebaikan vaksinasi – bahwa vaksinasi itu sejatinya merupakan amar ma’ruf yang amat mulia dan sikap kepedulian kepada sesama manusia (sebuah perbuatan yang juga amat dianjurkan  Allah SWT).

Instruksikan kepada ustadz di seluruh Indonesia agar rutin memasukkan anjuran vaksinasi dalam setiap ceramahnya, juga dalam khotbah Jumat di masjid-masjid.

Pesan utamanya adalah ini : memakai masker dan melakukan vaksinasi adalah perbuatan mulia untuk melindungi sesama, sebuah perbuatan amar maruf yang amat dicintai Allah SWT.

Sebaliknya, menolak memakai masker dan menolak vaksinasi adalah contoh perbuatan yang membahayakan orang lain, dan ini adalah sebuah kemungkaran – dan kita semua tahu, melakukan kemungkaran adalah perbuatan yang sangat dibenci Allah SWT.

Minta kepada setiap ustadz agar menyampaikan pesan utama semacam itu berulang-ulang dalam setiap ceramah di masjid dan langgar.

(Semoga pihak Kemenag benar-benar mendengar dan mau melakukan usulan ini).

Langkah #4 : Lakukan Serangan Balik yang Frontal terhadap Hoax Anti Vaksin

Orang-orang (entah saudara dan kerabat kita sendiri) yang ikut menyebarkan info hoax di grup WA sejatinya telah melakukan kebohongan dan KEMUNGKARAN – dua perbuatan dosa yang amat dibenci ALLAH SWT.

Ikut share berita palsu atau hoax sama persis dengan menyebarkan kebohongan dan  fitnah keji pada kebenaran. Dan sekali lagi ini adalah simbol kemungkaran paling hakiki.

Cara terbaik untuk melawan hoax vaksinasi adalah bukan dengan sikap pasif dan permisif. Namun lakukan serangan balik yang frontal. Caranya : untuk setiap 1 info hoax, lawan balik dengan 5 info VALID yang juga tak kalah mengerikannya.

Ada banyak info VALID dan juga mengerikan dan mudah menjadi viral. Misal : kisah orang yang sekarat di ICU, dan lalu saat nafas tersengal-sengal bilang menyesal kenapa dulu tidak ikut vaksin saat diajak. Atau gambar hasil rontgen paru-paru yang hancur terkena Covid karena dulu orangnya menolak vaksin. Atau kisah dua orang yang sama-sama terkena virus, namun yang satu gejalanya ringan karena sudah vaksin, namun yang satunya sekarat cari oksigen karena dulu tidak mau vaksinasi.

Ada banyak INFO VALID dan mudah dijadikan viral. Pihak Kominfo bisa rekrut 500 orang dengan 1 jobdes utama : tiap hari gerilya masuk ke ribuan grup WA, dan sebarkan berita VALID dan positif tentang vaksinasi.

Banjiri grup-grup WA dengan ribuan berita valid dan positif tentang vaksinasi, dan tenggelamkan info hoax. Ingat setiap 1 info hoax, dibalas dengan 5 info valid yang tak kalah frontalnya.

Langkah #5 : Terapkan Hukuman Sosial Ekonomi bagi yang Enggan Vaksin

Terapkan hukuman sosial ekonomi bagi yang enggan melakukan vaksinasi, antara lain sbb :

  • Tidak dilayani saat melakukan administrasi pengurusan surat keterangan domisili, penggantian KTP yang hilang, pembuatan akte nikah di KUA, pembuatan akte kelahiran, perpanjangan STNK Kendaraan/Mobil, hingga pembukaan rekening baru di bank. Wajib vaksin bagi yang mau melakukan pengurusan semua hal ini.
  • Tidak akan mendapatkan bantuan sosial atau BLT; serta tidak akan mendapat Kartu Jaminan Kesehatan atau bantuan BPJS Kesehatan.

Demikianlah lima langkah konkrit untuk meningkatkan laju vaksinasi Covid-19 di tanah air. Sekali lagi, vaksinasi adalah upaya terakhir yang akan amat menentukan keberhasilan melawan pandemi.

Gagal melakukan vaksinasi secara masif, maka pandemi akan terus bertahan hingga bertahun-tahun lamanya bersama kita semua. Itu artinya kita tetap tidak bebas pergi kemana-mana seperti sekarang ini.