Saham Telkom (TLKM) telah mengalami penurunan yang signifikan sepanjang tahun 2024, mencapai level terendah di 3.020 pada 26 April 2024. Penurunan ini mencolok mengingat kinerja profitabilitas perusahaan yang terus tumbuh. Meskipun perusahaan mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih, pergerakan harga sahamnya menunjukkan adanya ketidakpuasan pasar.
Ini menandakan bahwa investor mungkin mempertimbangkan faktor-faktor lain di luar kinerja keuangan, seperti proyeksi pertumbuhan masa depan dan strategi bisnis yang diterapkan oleh manajemen.
Untuk memahami penyebab stagnasi harga saham Telkom, kita perlu menganalisis berbagai faktor yang memengaruhi, mulai dari tren harga yang terlihat di pasar hingga kinerja keuangan yang terus meningkat. Aspek eksternal, seperti kondisi ekonomi makro, perubahan regulasi, dan persaingan dalam industri telekomunikasi juga memainkan peran penting dalam penentuan harga saham.
Dengan mempertimbangkan semua elemen ini, kita dapat lebih jelas melihat mengapa harga saham Telkom tidak sejalan dengan kinerja keuangan yang positif, dan apa yang perlu diperhatikan oleh investor ke depan.
Update Kinerja Harga Saham Telkom
Tren Penurunan Harga
Dalam setahun terakhir, saham Telkom menunjukkan tren penurunan yang dramatis. Dari puncaknya di sekitar 4.221 pada April 2023, harga sahamnya terjun hingga 3.020 pada April 2024, mencatat penurunan hampir 39,76%. Penurunan harga yang tajam ini menciptakan kekhawatiran di kalangan investor, mengakibatkan penurunan minat beli.
Hal ini penting untuk dicatat, karena dalam dunia investasi, psikologi pasar sering kali menjadi faktor penentu dalam pergerakan harga saham. Dengan adanya penurunan harga yang berkelanjutan, investor dapat merasa kurang percaya diri untuk berinvestasi lebih lanjut dalam saham Telkom.
Aksi Jual Investor Asing
Salah satu penyebab utama dari penurunan ini adalah aksi jual besar-besaran oleh investor asing. Dalam dua bulan terakhir, net jual dari investor asing mencapai -Rp250,75 miliar. Aksi jual ini bukan hanya menambah tekanan pada harga saham, tetapi juga menciptakan persepsi bahwa ada masalah mendasar di perusahaan.
Ketika investor asing, yang sering kali dianggap lebih berpengalaman dan memiliki informasi yang lebih baik, memutuskan untuk menjual saham mereka, investor lokal biasanya merasa terdorong untuk mengikuti langkah tersebut. Hal ini menciptakan siklus di mana penjualan semakin memperburuk penurunan harga saham, menciptakan dampak psikologis yang merugikan bagi pasar.
Review Kinerja Saham Telkom FY2023
Kinerja Keuangan yang Solid
Meski harga saham TLKM terus merosot, kinerja keuangan perusahaan di tahun fiskal 2023 menunjukkan hasil yang menggembirakan. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 18,35% year-on-year (YoY) menjadi Rp24,5 triliun.
Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa Telkom mampu mengelola operasionalnya dengan baik dan meningkatkan profitabilitas, meskipun dalam kondisi pasar yang tidak menguntungkan. Hal ini seharusnya memberi sinyal positif kepada investor, tetapi sering kali pasar tidak memberikan reaksi yang sebanding dengan kinerja fundamental.
Kerugian dari Investasi di GOTO
Namun, satu titik perhatian yang signifikan adalah investasi Telkom di GOTO. Kerugian yang ditanggung dari investasi ini turun dari Rp6,43 triliun pada FY2022 menjadi Rp748 miliar pada FY2023.
Meskipun penurunan kerugian adalah hal yang positif, namun tetap saja kerugian dari investasi di perusahaan teknologi seperti GOTO dapat menimbulkan keraguan di kalangan investor tentang strategi investasi perusahaan secara keseluruhan.
Ketidakpastian mengenai kinerja GOTO dapat merugikan persepsi investor terhadap manajemen risiko Telkom, dan pada akhirnya mempengaruhi keputusan mereka untuk membeli atau menjual saham TLKM.
Review Kinerja Saham Telkom Kuartal I-2024
Pendapatan dan Profitabilitas
Pada kuartal pertama 2024, Telkom mencatatkan pendapatan sebesar Rp37,42 triliun, yang menunjukkan peningkatan 3,68% YoY dari Rp36,09 triliun pada kuartal yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan ini menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan pada harga saham, permintaan akan layanan komunikasi dan data tetap kuat.
Namun, pertumbuhan yang relatif lambat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dapat mengindikasikan bahwa perusahaan perlu mengidentifikasi strategi baru untuk mendorong pertumbuhan yang lebih agresif.
Kenaikan Beban Operasional
Di sisi lain, beban operasional Telkom juga mengalami peningkatan, berkontribusi pada penurunan laba usaha sebesar -3,76% YoY menjadi Rp11 triliun. Kenaikan beban operasional ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan investasi dalam infrastruktur untuk memperkuat jaringan telekomunikasi, biaya pemeliharaan yang lebih tinggi, dan pengeluaran untuk pemasaran.
Jika beban ini tidak dapat dikelola dengan baik, maka akan mengakibatkan penurunan margin laba yang lebih lanjut, membuat investor khawatir tentang kemampuan perusahaan untuk menjaga profitabilitas di masa depan.
Analisis Arus Kas
Meskipun laba menunjukkan tekanan, arus kas operasi Telkom tetap positif, dengan pertumbuhan 27,97% YoY menjadi Rp15,83 triliun. Ini adalah indikator penting bagi investor, karena arus kas yang sehat menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan uang dari operasionalnya, yang esensial untuk mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis.
Arus kas yang baik juga memungkinkan Telkom untuk membayar dividen kepada pemegang saham dan berinvestasi dalam proyek-proyek baru, sehingga membantu memperbaiki kepercayaan investor di pasar.
Faktor Eksternal yang Memengaruhi Kinerja Saham Telkom
Geopolitik dan Inflasi
Faktor eksternal yang signifikan yang perlu dipertimbangkan adalah ketegangan geopolitik, seperti konflik antara Iran dan Israel, yang telah meningkatkan inflasi di seluruh dunia. Inflasi yang tinggi sering kali memicu kenaikan suku bunga acuan, yang dapat menambah beban biaya utang bagi perusahaan.
Jika Telkom terpaksa meningkatkan suku bunga untuk pinjaman yang ada, ini akan berdampak langsung pada profitabilitas mereka. Suku bunga yang lebih tinggi dapat menurunkan daya beli konsumen, yang mungkin mempengaruhi permintaan untuk layanan komunikasi Telkom.
Kinerja Perusahaan Investasi
Kinerja perusahaan-perusahaan di mana Telkom berinvestasi, seperti GOTO, juga dapat memengaruhi harga saham Telkom. Penurunan nilai saham GOTO yang signifikan berpotensi mengurangi nilai portofolio investasi Telkom.
Jika GOTO terus menghadapi tantangan di pasar, ini bisa menambah beban mental bagi investor Telkom dan memengaruhi keputusan investasi mereka. Kepercayaan investor terhadap manajemen Telkom juga dapat dipengaruhi oleh hasil investasi mereka di GOTO, yang pada gilirannya berdampak pada harga saham TLKM.
Secara keseluruhan, harga saham Telkom telah mengalami penurunan yang signifikan, dengan level terendah di 3.020 pada April 2024. Meskipun kinerja keuangan menunjukkan hasil yang solid, tantangan yang dihadapi dari sisi harga saham dan sentimen pasar telah menciptakan kondisi stagnan.
Potensi dividen Telkom yang masih menjanjikan memberikan harapan bagi investor, tetapi perlu ada langkah-langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan yang lebih konsisten. Dengan semua faktor yang memengaruhi, penting bagi investor untuk terus memantau kinerja Telkom ke depan.
Apakah harga saham Telkom akan tetap stagnan atau mulai bangkit kembali, hanya waktu yang bisa menjawabnya. Investor harus bersiap untuk menghadapi kemungkinan perubahan yang lebih besar di pasar seiring dengan dinamika ekonomi dan strategi perusahaan yang diimplementasikan.