Tiap pagi, kita menyaksikan ribuan atau mungkin jutaan orang bergegas, pergi berangkat ke kantor. Ada yang naik mobil Honda Jazz, ada yang naik sepeda motor Supra X, ada yang naik angkot butut, dan ada pula yang melenggang dengan sepeda Polygon. Di setiap saku mereka pasti sudah tersimpan handphone (ada yang pake BB ada pula yang pake Nexian murahan). Tiap pagi jutaan orang ini – dan Anda mungkin termasuk didalamnya – berangkat untuk bekerja, menggerakkan roda ekonomi bangsa.
Jutaan orang itu adalah potret middle class di Indonesia. Dan hari-hari ini, kita tengah menyaksikan kebangkitan raksasa jumlah kaum kelas menengah di tanah air. Tahun depan diprediksi jumlah kelas menengah di Indonesia akan berjumlah 100 juta orang, naik dua kali lipat dibanding sepuluh tahun silam.
Tak pelak, pertumbuhan jumlah kelas menengah yang sedemikian masif itu akan memberikan impak dramatis bagi masa depan negeri ini. Gelombang kemakmuran dalam skala raksasa mungkin tengah menunggu untuk dipentaskan. Dan kita – saya dan Anda semua – mestinya tidak hanya termangu menjadi penonton belaka.
Naiknya jumlah kaum kelas menengah secara signifikan itu (pertumbuhan kelas menengah di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di dunia) tentu tak lepas dari kenaikan Pendapatan Per Kapita Indonesia yang kini berada pada angka USD 3500 (artinya secara rata-rata, setiap penduduk Indonesia memiliki pendapatan sekitar 30 juta per tahun). Tahun 2015, diprediksi angka per kapita itu akan menembus angka USD 4000.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi negeri ini memang mencatat angka yang mengesankan. Tahun ini pertumbuhannya menembus angka 6,6%, termasuk yang tertinggi di dunia. Angka pengangguran di tanah air juga cukup impresif, berada pada angka 6,8% (jauh lebih baik dibanding Amerika yang 8,6 % atau Perancis yang 10 % dan Spanyol yang termehek-mehek di angka 22%. Spanyol punya klub kaya Barca dan Real Madrid, namun banyak penduduk mereka yang terlunta-lunta lantaran jobless).
Catatan statistik diatas (yang dengan mudah didapat melalui Google), mungkin akan menemui makna yang lebih mak nyus kalau kita melihat kenyataan sehari-hari. Tempo hari saya pergi ke pedalaman Kalimantan, dan disana banyak bertebaran dealer sepeda motor (entah merk Honda atau Yamaha). Faktanya, penjualan sepeda motor di tanah air – salah satu barometer ekonomi – selalu mencatat pertumbuhan yang mengesankan. Sepeda motor telah menjelma menjadi kendaraan rakyat.
Lalu, dimana-mana kita juga melihat Indomaret atau Alfamart. Proyek properti dan perumahan juga terus tumbuh di setiap penjuru langit. Mobil Avanza tipe terbaru yang baru dirilis tiga minggu lalu, sudah dapat inden sebesar 30 ribu !! Dan sekarang, Anda semua pasti sudah punya satu atau dua buah handphone.
Pesannya sederhana : gelombang kemakmuran tengah dan akan terus menari dalam panggung ekonomi negeri ini. Dan saran saya : kita jangan hanya jadi penonton yang pasif belaka. Sebab saya yakin, cara paling ampuh untuk memberantas kemiskinan adalah, pertama-tama dengan membuat diri kita tidak jadi orang miskin.
Bagi Anda yang bekerja menjadi karyawan perusahaan, maka selayaknya bisa bekerja di perusahaan yang punya prospek pertumbuhan gemilang dan rencana ekspansi yang melambai-lambai (dan jangan khawatir, hampir semua perusahaan di tanah air punya pertumbuhan bisnis yang jos markojos).
Dengan bekerja pada perusahaan yang terus ekspansi, maka profit perusahaan bisa terus tumbuh, dan aha, gaji serta bonus Anda bisa juga terus naik berlipat-lipat (emeng-emeng, bonus Anda tahun ini berapa kali gaji?).
Bekerja di perusahaan yang ekspansif juga akan membuat banyak posisi baru bermunculan, dan itu artinya, peluang karir Anda bisa terus bergerak naik (sebab posisi yang kosong itu perlu segera diisi toh?).
Bagi Anda yang bekerja sebagai entrepreneur, kinilah saatnya untuk terus menetapkan target penjualan yang agresif, terus teguh menghadapi setiap tantangan, dan terus memelihara mimpi-mimpi besar yang masih sanggup untuk dicengkeram.
Konsumen kelas menengah di tanah air terus tumbuh dengan pesat, ditopang dengan daya beli yang kuat. Bagi para entrepreneur, fenomena ini sungguh merupakan sajian renyah yang mesti segera dikunyah dengan penuh rasa sumringah.
The Rise of Indonesian Middle Class. The Big Wave of Prosperity. Inilah kesempatan yang mungkin harus segera kita raih. Take inspiring actions NOW, and let’s ride the wave of prosperity.
seiring dengan berjalannya waktu memang sudah seharusnya kita menjadi makin baik tiap harinya
The Rise of Indonesian Middle Class memang tengah terjadi, ayah saya dulu bahkan bekerja keras setiap hari berangkat pagi pulang malam, tetapi belum punya tabungan, sekarang meski usaha mandiri kecil ayah saya sudah, paling tdk tanpa keluar rumah bs mencukupi keluarga dan punya tabungan.
Well apalagi pada tahapan orang yang kelasnya jauh diatas ayah saya
Saya kagum pada anda Pak Yodhia yang bisa selalu menyajikan topik yg baru.. saya punya blog tetapi belum konsisten menulis, ada saran mungkin?
makasih pak yodhia.. You are Very Inspiring Person 🙂
alhamdulillah, kalo sudah begini jualan apa aja pasti laku..
ada buku bagus juga pak Yod….”Untuk Indonesia yang Kuat” karangan Ligwina Hananto….The Rise of Indonesian Middle Class.
Betul mas Yod, sama seperti halnya naik pesawat terbang-yang mungkin dahulu hanya bisa dinikmati masyarakat kelas atas.
Ahh, andai negeri tercinta ini bebas dari korupsi, emas Papua dan tambang Kalimantan dikelola 100% oleh anak bangsa, pasti negeri ini akan semakin kuat.
Tapi, apa benar mas Yod, kalo angka pengangguran kita “hanya” 6,8%??
Kemiskinan juga masih banyak melanda negeri ini (Banyak peminta-minta dan pengamen usia produktif,tetapi disisi lain saya kerap menjumpai penjual tahu kupat dengan usia sekitar 50-an tahun yang masih semangat berjualan. Pemandangan yang kontras..)
#Promo akhir tahun Nissan http://www.nissan-showroom.com #
saya melihat tidak demikian. justru saya melihat angka kemiskinan justru kian meningkat. angka2 pertumbuhan diatas mungkin hanya sebatas statistik aja. silahkan saudar-saudara lihat fakta dilapangan.
mengenai dealer motor di kalimantan (tidak hanya dikalimantan), kepemilikan hp dan barang elektronik lainnya itu sebenarnya bukanlah karena naiknya pendapatan per kapita masyarakat melainkan karena dimudahkannya akses untuk kedua jenis barang tersebut yaitu harganya yang kian murah dan adanya fasilitas kredit.
sehingga tidak jarang kita temui ada orang yang ambil kredit tapi tidak mampu untuk melunasinya.
untuk melihat makmur tidak nya masyarakat bisa dilihat dari konsumsi pangan hariannya (salah satunya). orang itu makan apa setiap harinya, apakah makanannya sudah memenuhi standar kelayakan.
memang mereka bisa membeli kendaraan dan alat elektronik lainnya dengan cara kredit tapi ingat mereka membeli itu hanya sekali dan bisa dipakai sampai beberapa tahun. saudara bisa melihat orang2 seperti ini di wilayah anda sendiri. coba lihat di sekitar lingkungan anda.
bukti lainnya adalah banyaknya orang yang setiap tahun datang ke jakarta, adanya program transmigrasi, bermunculannya bank dan lembaga kredit lainnya.
hal ini membuktikan bahwa masih banyaknnya orang yang pendapatan per kapitanya masih rendah. subsidi juga terus membengkak (BBM, listrik dll) artinya makin banyak orang miskin.
Terimakasih atas articlenya mas yod.
hidup itu dinamis dan penuh dgn tantangan
Kelas menengah punya banyak pilihan. Ia bisa menjadi kaum oportunis yang “hanya” menikmati aliran rejeki di negeri ini. Ia bisa menjadi kaum pelopor yang berkreasi dan berjejaring untuk membangun negeri.
Pilihan itu ada di tangan kita, kelas menengah itu. Mengapa kita? Ya, pengguna internet sudah bisa disebut sebagai bagian dari kelas menengah
Ayo berkarya! Ngeblog seperti Mas Yodhia ini
Ayo berjejaring!
Demi masa depan yang lebih baik
Demi Indonesia
mantap selalu nih pak Yodhia tulisannya!
info pertumbuhan middle class ini bikin sy tambah optimis dgn Indonesia, dan bisnis sy tentunya..hehe
TFS!!
Apa itu artinya minat rakyat Indonesia untuk berbelanja online juga akan naik Pak?
paling setengah kali gaji… itu aja dah syukur pak
Alhamdulillah. Teruslah Pak Yodh. Teruslah dengan Strengts-based orientation. Teruslah dengan positive thinking.
Meski saya baca di running text sebuah televisi: Pak Boediono memperingatkan bahwa tahun depan perekonomian dunia bisa lebih buruk dari tahun-tahun sebelumnya. Meski dunia esok akan kiamat.
Teruslah rapatkan barisan orang orang positive. Earn More. Spend Less. Give More. Fantashiru fil Ardh’…
wah fakta yang menyegarkan…
semoga banyak posisi kosong di mining company
just keep on track…invest invest invest ..holiday 🙂
harus segera pasang jaring sebanyak-banyaknya…menjaring para midle class..
Anda menulis: Tahun 2015, diprediksi angka per kapita itu akan menembus angka USD 4000.
Per 2011 kuartal III sudah mencapai USD 3,400/kapita sehingga tahun 2012 akan menembus USD 4,000/kapita. Lebih cepat yang anda bayangkan.
Note: nama belakang kita sama
Salam,
sajian kopi pagi yang sangat menginspirasi…. makasih.
WOOWW!!! JOSSS GANDOSSS!!! Mas Yod,.. 🙂
Yup kereeen ms, sy juga lg merintis bisnis kecil2an, terimksh artikel ms yodhia sangat bermanfaat, ditunggu tulisan2 berikutnya 🙂
Pertumbuhannya Indonesia 6,6%, termasuk yang tertinggi di dunia. Angka pengangguran di tanah air juga cukup impresif, berada pada angka 6,8% (jauh lebih baik dibanding Amerika yang 8,6 % atau Perancis yang 10 % dan Spanyol yang termehek-mehek di angka 22%.
Ini data dr mana Pak..?? Kalo emang itu benar.. Knapa Rakyat masih terus berdemo utk menurunkan pemimpin kita..? Kalo memang terbukti percepatan ekonomi kita jauh lebih baik dibanding negara maju lainnya..
Purin (19) : pan ada paman Google. Semua data ekonomi dunia bisa diakses dengan mudah.
Btw, saya sepakat dengan Canny (12) : tentu saja masih ada banyak kekurangan di negeri ini. Tapi lebih baik “menyalakan lilin daripada mengutuk keadaan”. Lebih baik think positive….strength-based orientation….Focus pada positive sides.
Daripada berkeluh kesah tentang kesulitan negeri ini layaknya para komentator di tivi itu…..lebih baik do something : bikin usaha kecil-kecilan, menciptakan lapangan kerja….terus berkreasi….and always optimis. Always positive.
Makasih Mas Yod..teruslah berbagi ilmu.
Salam Sukses….
Saya selalu suka dengan tulisan mas Yod. Makasih mas
Benar banget bung yodhia..
Saya baru dua bulan terakhir mencoba bisnis disela2 waktu istirahat kerja dengan memasarkan Logam Mulia Antam ternyata begitu antusias customer yg ingin membeli peroduk tersebut, apalagi untuk beberapa ukuran harga bisa di bawah harga jual Antam.
Ternyata pendapatan masyarakat telah memasuki taraf mampu untuk menabung.
Jika ada yg butuh boleh hub saya di http://www.naylagold.blogdetik.com
Terima kasih
Akhyar.
Wuih…. mantep tenan….
Pagi2 udah dapet sarapan kabar gembira begini…
Memang Mas Yodhia, seiring dengan semakin banyaknya anak2 Indonesia yang mengenyam pendidikan, terutama pendidikan tinggi, semakin banyak orang Indonesia yang mindestnya tercerahkan..
Mereka bisa melihat peluang karir, bisnis, dan berbagai oportunity yang ada di sekitarnya. Saya juga bagian dari midle class ini. Dulu berangkat dari kampung tanpa modal, sekarang alhamdulillah sudah bisa hidup mapan.
Saya optimis, ke depan makin banyak dan akan terus bertambah secara melimpah orang Indonesia yang segera naik kelas menjadi midle class…
Terima kasih Mas Yodhia sajian hangatnya pagi ini.. srupuuuuut…………
Apapun kenyataan di lapangan, perubahan demi perubahan terus akan terjadi, jadi tetaplah Optimis & Berpikir untuk maju & berkembang !
Selamat berjuang Indonesia…!
Makanya jangan protes melulu, baca koran isinya politiiik aja…padahal ekonomi kita sedang bagus-bagusnya. Nanti kesempata diambil oleh wong Singapore atawa Malaysia…
Ayok kerja keras, cari duit dan kehidupan yang lebih baik!
pass mantaaap pak Ayodhia
Namun yang perlu ditelusuri lebih dalam, sumber pertumbuhan tsb dari mana saja?
Bagaimana distribusi pertumbuhan antar-wilayah? Apakah pertumbuhan tersebut berkontribusi pada ekonomi riil?
Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang memerlukan kajian lebih dalam. BPS beberapa waktu lalu mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2001 ini didorong oleh sektor non-tradable, seperti keuangan dan jasa lainnya.
Sektor non-tradable ini dalam kurun waktu 10 tahun tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional.
Tahun 2010, pertumbuhan sektor non-tradable mencapai titik 8,9 persen, sementara sektor tradable hanya tumbuh 2,86 persen (jauh dibawah pertumbuhan nasional yang sebesar 6,1 persen).
Hal ini tidak terlepas dari gencarnya arus modal yang masuk ke wilayah Asia Pacific dari negara pemodal, termasuk juga negara-negara lainnya seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan negara Asia lainnya.
Sektor tradable, seperti sektor pertanian, kelautan, perikanan, industri, pertambangan, merupakan sektor strategis yang tidak banyak mengalami kemajuan jika merujuk dari pertumbuhan di sektor ini.
Kesenjangan (disparitas) pendapatan di Indonesia perlu menjadi perhatian bagi semua pengambil kebijakan nasional. Kelompok miskin dan hampir miskin di Indonesia masih sangat besar.
Mereka sangat rentan terhadap gejolak peningkatan harga kebutuhan dasar (sandang, pangan dan papan).
Selain itu juga, persoalan disparitas regional antara kawasan Barat Indonesia (Jawa dan Sumatera) dengan Timur Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT, Maluku dan Papua) juga masih tinggi. Kontribusi Jawa dan Sumatera terhadap GDP Nasional sebesar 80 persen.
wah, artikelnya tersaji dengan penuh semangat. walau riilnya belum tentu semua orang bisa mendapapatkan keuntungan dari kenaikan midle class masyarakat, namun setidaknya bagi yg baca artikel ini akan tahu potensi di depan mata sanagt menggairahkan..
Salam semangat,
wahyudi
http://www.gmumedical.com
Mak nyos, tulisan yang memberi semangat dan optimis.
Walau fakta statistik belum tentu sesuai dengan realitas di lapangan. tetapi paling tidak, kita harus tetap optimis.
Jadilah pemain, karena seorang pemainlah yang bisa mencetak Gol di lapangan bukan penonton.
Sementara penonton, sebagus apapun komentar yang diberikan, sekeras apapun teriakan yang diberikan, tetap tidak akan bisa mencetak gol.
Bangkit dan mulailah dari diri kita sendiri! Semangat Indonesia!
Berterima kasih juga ama pemerintah….yang telah menjaga stabilitas keamanan,politik relatif aman dan damai…kalau huru hara investor gak bakalan datang
Maju terus Indonesiaku… 🙂
Very good article mas!
Media massa kita terlalu banyak menjejali berita negatif, akibatnya efek yang ditimbulkan jadi negatif juga, bikin orang jadi pesimis. Kita perlu lebih banyak artikel atau berita yang positif atau menginspirasi untuk meningkatkan moral, semangat dan optimisme.
Sebenarnya banyak hal positif yang sudah kita capai, tapi berita positif tersebut kalah dengan berita negatif.
bahasanya renyah, enak di cerna..tulisanya mengalir…terus nulis pak…enak bacanya…:)
sangat bermanfaat… tq pa
Semoga saya menjadi salah satu penggerak Indonesian Middle Class tersebut…
Saya sangat setuju dengan topik yang Anda sampaikan. The Rise of Indonesian Middle Class.
Pertanyaannya sekarang adalah kita menjadi bagian dari kebangkitan itu, atau malah menjadi penonton yang selalu memandang dari sudut pandang negatif setiap ada berita positif.
Terima kasih artikelnya, sangat menginspirasi. Salam kenal sebelumnya.
http://www.rizal-story.blogspot.com
Sepakat Pak. Artikel sangat menginspirasi.
saya setuju pak. Eknomi Indonesia makin bagus, infrastuktur sedang di benah pemerintah. Apalagi dengan menyabetnya Investment Grade BBB-, investor harus mengubah pandangan terhadap Indonesia yang jauh berbeda saat beberapa tahun lalu…
Artikel yang bagus…Beberapa hari yg lalu sy baca di kompas, memang benar terjadi pertumbuhan kelas menengah di Indonesia, hanya saja berbeda dengan di China, kelas menengah Indonesia proporsinya lebih besar kelas menengah yang konsumtif bukan produktif. Saya berharap semoga pertumbuhan ini tidak sj menyangkut kuantitas, namun terlebih penting segi kualitas agar kita bisa mensejajarkan bangsa kita dengan bangsa lainnya.
Mantap. Saya semakin optimis untuk mulai membuat dan menjalankan bisnis pribadi, meski awalnya kecil-kecilan dulu 🙂
midle class yang consumtif heheheh, hanya bisa jadi target pasar bukan pembuat pasar om 😀
mak nyus mas yud
indonesia is de best!!