Hidup sejahtera lahir batin adalah sejenis angan yang mungkin ingin kita raih dengan sepenuh sukacita. Dalam konteks inilah kemudian kita dikenalkan dengan konsep klasik tentang tiga jenis kekayaan, sebuah tema yang juga pernah dengan memikat diulas dalam blog Business and Beyond.
Saya ingin kembali meng-elaborasinya disini, sebab tiga jenis kekayaan ini merupakan sebuah tema yang mungkin kudu selalu kita kenang, kita rajut, dan kemudian kita bentangkan dalam lansekap sejarah kehidupan kita yang penuh dinamika ini.
Lalu apa saja tiga jenis kekayaan ini? Dan bagaimana cara kita untuk secara cerdas mengelolanya secara paripurna. Ditengah bau sedap tanah lantaran air hujan yang terus mengguyur, kita mau membincangkan tema penting itu disini, in this amazing blog.
Tiga jenis kekakayaan ini pada dasarnya merupakan tiga kekayaan yang mestinya secara simultan kita implementasikan dalam setiap jejak langkah kita.
Kekayaan # 1 : Kekayaan Finansial. Benar, uang bukan segalanya dalam hidup ini (sebuah ungkapan yang terlalu klise, dan hanya akan punya makna kalau yang ngomong adalah orang dengan kekayaan satu milyar. Kalau yang bilang adalah orang dengan pendapatan pas-pasan, maka ada dua kemungkinan : a) orang itu sedang menghibur diri atau b) mengelak dari kenyataan bahwa dirinya pas-pasan).
Eniwei, acapkali biaya kebutuhan hidup yang terus menanjak memerlukan sokongan dana yang memadai. Biaya makan, biaya kontrak/kredit rumah, dan biaya pendidikan anak sering menyedot pendapatan kita hingga tuntas, tas, tas. Belum lagi, biaya sumbangan kerabat kanan kiri, depan belakang.
Itulah kenapa, kita selalu berikhtiar agar kita bisa memiliki kekayaan finansial yang relatif memadai. Sebab dengan bekal tabungan yang mak nyus, kita bukan saja bisa menghidupi kita dan keluarga dengan cukup oke (dengan itu pula kita mungkin bisa memberangkatkan kedua orang kita naik haji, atau membiayai pendidikan adik dan keponakan). Tanpa uang memadai, bagaimana bisa kita melakukan kemuliaan ini?
Kekayaan # 2 : Kekayaan Kontribusi dan Kebaikan. Dalam sejarah hidup Anda hingga hari ini, apa saja kebaikan dan kontribusi bermakna yang pernah Anda rajut untuk lingkungan atau komunitas Anda.
Sumbangan kebaikan tidaklah mesti bersifat heroik. Begitu banyak good small things yang mungkin bisa kita tebarkan : tersenyum manis dan tulus berterima kasih pada office boy yang telah tekun membersihkan toilet; selalu mengajak rekan kerja untuk berpikir positif; atau mungkin sekedar sekedar memberikan apresiasi tulus bagi teman yang juga berbuat kebaikan.
Tentu saja, elemen kontribusi ini akan menjadi lebih keren jika ditautkan pada pembentukan kehidupan sosial yang lebih bermartabat. Seperti misalnya : menjadi volunteer; memelopori gerakan untuk membangun spirit entrepreneurship; atau juga mungkin sekedar berbagi pengetahuan melalui blog; atau beragam good things lainnya.
Pendeknya, jenis kekayaan ini adalah sesuatu yang kelak bisa kita selalu ingat ketika kita beranjak tua. Sesuatu yang mungkin bisa kita kenang, dan simpan sebagai sebuah personal pride. Bahwa dalam suatu masa, kita pernah begitu gigih mendedikasikan energi dan pemikiran untuk kemajuan bersama.
Kekayaan # 3 : Kekayaan Spiritual. Pada akhirnya, kelak semua kita akan berbaring dalam ruang kesunyian berukuran 1 x 2 meter. Ketika wangi kemenyan dan kain kafan telah terbentang, kita selalu diingatkan dengan kalimat ini : adakah kita telah mencintaiNYA dengan sepenuh sukma?
Adakah kita dengan tekun selalu berikhtiar lima waktu datang ke mesjid (atau ke tempat ibadah lainnya) dengan penuh rasa syahdu dan sukacita? Adakah kita selalu menunggu datangnya dinihari dengan penuh rasa takjub, karena sebentar lagi akan bercakap intim denganNYA? Adakah dengan tekun kita selalu merapal doa dan dzikir dengan penuh rasa kerinduan dan rasa syukur padaNYA?
Demikianlah tiga jenis kekayaan yang mesti kita rajut dengan penuh kesungguhan.
Kekayaan finansial akan membuat kita hidup dengan layak. Kekayaan kontribusi akan membuat kita dapat dikenang sebagai insan yang berharga. Dan kekayaan spiritual yang akan membuat kita tidur selamanya dalam kedamaian.
~~
Jika Anda ingin mendapatkan materi presentasi yang bagus tentang management skills dan personal development, silakan KLIK DISINI.
pertamax… nulis comen dulu baru berkomenar nanti
kekayaan spiritual mampu melahirkan makna dari apa yang kita kerjakan, baik itu untuk mengejar finansial maupun status sosial
Mengenai kekayan akan ilmu pengetahuan masuk kategori yang mana ya Mas Yodhia? Karena Ilmu Pengetahuam atau Pendidikan di era ini erat hubungannya dengan kekuatan finansial, paradigma tidak berilmu tidak berharta seolah-olah berjalan seiring dengan paradigma tidak berharta tidak berilmu. Mohon pencerahannya. Terima kasih.
pemahaman ini agar kita tidak terjebak pada salah satu jenis kekayaan…
Dalam filosofi jawa ada istilah “urip iku urup” harfiahnya hidup itu menyala,artinyaa hidup kita harus bs memberi manfaat kepada orang lain.kita akan bs memberi manfaat orang lain jika kebutuhan kita sendiri terpenuhi.salah satunya dg kekayaan finansial diatas,tinggal ditambah kekayaan spiritual membuat hidup semakin berrmakna.
Salam,
Wahyudi
http://www.forthesakeofzion.org
Suka dengan kategori kedua, kekayaan kebaikan. Banyak hal bisa jadi lebih sederhana. Bakat dan ilmu menjadi kekayaan bila kita berbuat untuk kebaikan sesama
Hm.. Jadi ini penjabaran dari hubungan ke atas dan hubungan ke samping. 🙂
Dear,
Allah SWT dan RasulNya mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan kita..Tuhan berfirman La Nasiibaka minad dunya..jangan kau lupakan bagianmu di dunia..menunjukkan Tuhan juga menyuruh kita utk dapat kekayaan finansial..dibagian lain dikatakan lakukanlah utk duniamu seolah-olah engkau hidup selamanya dan lakukan demi akhiratmu seolah-olah engkau mati besok…sungguh menakjubkan tentang keseimbangan…Yin dan Yang..salam
Super sekali quotes nya bung Yodhia… *like this
Arya (3) : mungkin masuk ketiga ya…sebab ilmu pengetahuan hanya akan punya makna jika ia diaplikasikan demi kepentingan dan kemaslahatan bersama.
Kontribusi berbasis ilmu pengetahuan telah banyak dilakukan oleh para ilmuwan di seluruh penjuru jagat.
Menarik dan mencerahkan Mas Yod…
point #1. Kekayaan Finansial. saya sepakat dengan kalimat uang memang bukan segalanya, mungkin uang adalah terpenting kedua dalam hidup. Yang pertama adalah Oksigen, karena kalau tidak ada oksigen maka kita akan MATI, Nah yang kedua baru uang, karena kalau gak ada uang, kita jadi SETENGAH MATI…hehehe.
Kelayakan dalam 3 kekayaan
Kekayaan finansial menjadikan kita layak memiliki kekuatan untuk bersaing dalam arena yang kompetitif.
Kekayaan kontribusi menjadikan kita layak mendapat tempat yang terhormat dan mulia diatas panggung kehidupan
Kekayaan spiritual menjadikan kita layak mendapatkan ketenangan dalam damai-Nya yang abadi
Thanks Pak Yodhia….
ulasan yang luar biasa Pak Yodhia, selaras dengan kodrat manusia sebagai makhluq yang luar biasa dengan segala keterbatasannya…
This amazing. Ruarrrr biasa.
Siapa saja yg mempunyai 3 jenis kekayaan tersebut dan mengmalkan dg tulus layak dan pantas bisa hidup bahagia.
Tapi masalahnya tdk semua org mempunya 3 jenis kekayaan itu. Bersyukur, bersyukur, bersyukurlah yg telah menggenggam 3 senjata tsb. Uang, Kontribusi dan kebaikan, spiritual tiga hal yg dahsnyat. Patut dicari dan diperjuangkan terus, tapi jangan salah niat.
Kalau tiga hal sudah didapat tinggal kita bagaimana mengelola keuangan, mengelola kontribusi dan kebaikan serta mengelola spiritualitas. . .
salam dahsyat pak Yodya …………………………
mak nyus Pak…
Jozzz banget….
semakin seimbang kehidupan ini dengan mengelola semuanya…
Kekayaan Financial Memang bukan SATU-SATUNYA hal penting, tapi saya jadi Ingat Kata ayah kaya Robert T Kiyosaki di Rich Dad poor Dad, ” Uang Memang Bukanlah Segalanya, tapi segala yang penting itu Butuh Uang” kurang lebih begitu yang saya tangkap.. saya harus memperbaiki ke-3 aspek tersebut 🙂
Saya ingin menyoroti kekayaan #3: Kekayaan Spritual
Ketika Bos di kantor memanggil dengan cepat kita merespon bahkan tergopoh-gopoh datang. Akan tetapi ketika beduk bertalu dan seruan azan berkumandang kita masih asyik masyuk dengan siaran langsung pertandingan bola. Hal inilah yang memiskinkan kita.
DIA yang selalu dekat dengan kita baik dalam keadaan susah dan senang harusnya selalu menjadi prioritas utama dalam segala hal.
Kita akan belajar meraih kekayaan nomor 3 bila terjadi keadaan (salah satunya) seperti ini:
Langsung bangun ketika azan subuh terdengar. Segera mandi ketika jamaah sedang shalat fajar. Dan berlari ke mushala adu cepat dengan suara iqomat.
Nah ini berlaku bila jarak rumah dan mushala / mesjid tidak lebih dari 100 meter. Rohani sehat dan bisa jadi pesaing Ben Johnson.
Stay Positive.
Saya harap mendapatkan 3 kekayaan tersebut…. amin….
Ulasan mas Yodhia selalu menginspirasi dan “nendang”.
Salam hangat dari Jogya.
Terimakasih sharingnya mas Yod.
Banyaknya memiliki uang bukan satu-satunya ukuran bahwa kita berstatus orang kaya.
Mudah-mudahan bisa terpenuhi. Amin…
Mantaaap…. Saya akan berusaha mengejar ketiga kekayaan itu secara bersamaan…. Tapi untuk saat ini, saya hendak memberatkan atau memberikan upaya yg lebih pada (usaha) mencari kekayaan yg pertama….
Terimakasih nasihatnya semoga Bapak tetap diberikan kesehatan. 3 ( tiga) kekayaan yang harus kita perjuangkan dalam hidup ini. Semoga rakyat mau memperjuangkannya amiin.
Thanks You For All Mas Yodhia…
May We Can get It..!
Sebuah artikel yang sangat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya dengan sungguh dan menerapkan dalam kehidupannya.
Thanks Mas Yodhia. Keep inspiring us.
Hmm.. 3 kekayaaan tersebut harus dapat dikelola dengan baik, bila satu saja tak sukses dapat mempengaruhi yang lainnya
eniwai, terima kasih ulasannya nie mas, moga2 menjadi pahala yang tak terkira buat anda..
Bagus sekali pak tulisannya. InsyaAllah kita semua bisa imbang dalam mencapai ketiga kriteria tersebut… Amiin
Mantab! Ke 3 point ini benar2 memotivasi saya.
Jakarta Hotel
like blog
Kemuliaan dalam hidup itu tujuan hidup, bukan jabatan, bukan kedudukan yang tinggi.
Hidup adalah pilihan, untuk menentukan pilihan perlu ditegaskan motif hidup untuk apa, apakah untuk jabatan, untuk kekayaan atau untuk merealisasikan peran-peran kita.
Setelah hidup ini setengah abad dilalui, ternyata peran juga dibutuhkan power/jabatan untuk memberikan peran yang lebih besar.
Setelah 5 tahun menjadi pejabat dan karena sesuatu jabatan itu ternyata berakhir yang disebabkan saya lebih mengedepankan idealisme.
Kini saya baru sadar bahwa untuk membuat keputusan terbaik diperlukan pemikiran yang komprehentif dan mempertimbangkan berbagai aspek, dengan menetapkan beberapa atternatif keputusan prioritas.
Bila itu dilakukan secara konsisten dan teliti dilakukan, mungkin tidak akan terjadi penyesalan dikemudian hari, seperti yang saya alami ini.
Kini kesadaran telah kembali untuk meniti hidup ini sebagai suatu pilihan
semoga tidak mendapatkan halangan seperti yang dulu pernah saya alami, yaitu dengan mempertimbangkan beberapa aspek untuk setiap keputusan yang akan diambil, lebih komprehentif dan konsisten pelaksanaannya, semoga lebih baik.