Dalam literatur mengenai “brain healing management” ada sebuah premis yang layak kita kenang : informasi yang Anda terima dan kunyah akan sangat berdampak pada bagaimana sel-sel otak Anda tumbuh berkembang. Ke arah mana sel-sel otak itu tumbuh, akan juga sangat menentukan kekuatan mental dan fisik Anda.
Para ahli neurologi pernah menulis dengan nada muram : jangan pernah under-estimate potensi destruktif informasi yang Anda terima, terhadap kesehatan sel otak Anda.
Dan gemuruh kampanye capres yang bising ini, sayangnya, merupakan arena yang nyaris sempurna untuk menghancurkan kesehatan sel otak Anda.
Silakan diminum dulu teh hangatnya, sebelum otak Anda terguncang-guncang dengan tulisan ini.
Dalam literatur mengenai neurologi, dikenal adanya dua komponen otak yang amat menentukan kesehatan jiwa dan batin kita. Yang pertama disebut dengan zat cortisol – sebuah elemen yang bersifat negatif bagi kesehatan otak kita. Yang kedua disebut dengan zat endorphin – sebuah elemen yang bersifat positif bagi perkembangan otak kita.
Elemen cortisol yang bersifat destruktif dan mudah memicu stress bagi kesehatan jiwa kita – akan tumbuh subur manakala kita terus menerus dihadapkan pada infomasi yang negatif, sarat dengan aura kebencian, menjelek-jelekkan, dan menyebarkan pesimisme yang berlebihan terhadap pilihan pihak yang berbeda.
Saat informasi negatif terus muncul, maka benih-benih zat cortisol akan tumbuh sumbur. Dan persis di titik inilah, kesehatan sel otak kita terganggu dan mulai menyebarkan efek destruktifnya.
Sejumlah penelitian menunjukkan, tumbuhnya zat cortisol dalam sel otak kita karena serbuan informasi negatif – terbukti membuat daya tahan seseorang turun secara drastis (dan mudah terkena penyakit). Itulah kenapa orang yang stress mudah terkena serangan sakit (flu, demam, migren, dll).
Bukan hanya itu. Serbuan informasi negatif pada sel-sel otak kita terbukti membuat kesehatan batin kita terganggu dan juga membuat daya tahan mental seseorang turun.
Dalam sebuah eksperimen terlihat, responden yang terus menerus diberi informasi negatif tentang sejumlah isu, terbukti mengalamani penurunan produktivitas dan kinerja secara signifikan. Dibanding responden yang rutin diberi informasi yang positif dan penuh optimisme (Martin Seligman, Learned Optimism, 2006).
Nah celakanya, dalam masa kampanye yang bising ini, hampir tiap hari kita diserbu dengan informasi negatif yang sarat kebencian dan penuh dengan nada menjelekkan.
(Heran juga kenapa melulu menjelekkan pihak lawan. Itu hanya menunjukkan rasa percaya diri yang rendah. Namun yang mungkin justru lebih fatal : penyebaran informasi negatif secara masif justru mengundang antipati dari para undecided voters yang berpikir rasional – seperti saya. )
Tapi bukan itu poin-nya. Poin utama tulisan ini : tanpa sadar, serbuan informasi negatif itu – dari manapun datangnya – amat berpengaruh terhadap kesehatan otak dan batin kita (seperti yang telah saya uraikan diatas).
Lalu apa yang harus kita lakukan, di saat informasi negatif itu terus menyerbu – terutama di era social media seperti sekarang ini? Ada beberapa langkah praktis yang mungkin bisa dilakoni.
Langkah # 1 : Skip Negative Information. Saya hampir selalu skip informasi negatif yang sarat dengan aura hatred (kebencian) yang muncul di kanal media sosial saya. Buat apa dibaca?
Namun sayangnya, bahkan masih banyak yang justru share informasi negatif itu kepada rekan-rekannya. Tanpa sadar, perilaku seperti ini justru kian menyuburkan elemen cortisol – elemen yang menumpulkan sel otak pelakunya, dan pelan-pelan akan membuat daya tahan batin dan inner-happiness-nya rusak.
Berbagai riset ilmiah tentang kebahagiaan hidup menunjukkan dengan jelas : orang yang suka menyebar informasi negatif dan menjelek-jelekkan orang lain terbukti sulit mendapatkan kebahagiaan batin yang hakiki (Sonja, How of Happiness, 2007). Saya sangat percaya dengan temuan ini.
Langkah # 2 : Leaving Unproductive Group Chat. Sejak lama saya tidak suka bergabung dengan group chat, baik di BBM, Line ataupun WA. Saya kurang begitu suka dengan distraksi yang muncul dari grup-grup seperti ini (apalagi di tengah era overload information seperti sekarang).
Nah yang pahit, di era kampanye capres ini, banyak yang justru menggunakan group chat untuk menyebarkan informasi negatif kandidat yang bukan pilihannya. Group chat dengan seketika menjadi arena yang akan membuat sel otak semua anggotanya menjadi makin tumpul. Dan mungkin juga makin bodoh.
Maka, segera tinggalkan grup chat yang hanya menyebarkan informasi negatif dan kejelekan. Jangan biarkan kesehatan otak-mu rusak karena group chat yang tidak produktif.
Langkah #3 : Perbanyak Informasi Positif dan Penuh Respek. Di atas tadi saya menyebut elemen otak yang disebut zat endorphin : sebuah elemen yang amat positif bagi kesehatan otak dan jiwa kita.
Dalam sejumlah riset, zat endorphin akan tumbuh subur jika kita lebih banyak menyerap informasi yang positif, sarat dengan respek dan menebarkan semangat optimisme. Kesehatan sel otak kita akan mekar manakala kita sering menerima informasi yang penuh dengan apresiasi dan menebarkan harapan positif.
Jutaan sel otak penduduk negeri ini ini akan tumbuh sehat, jika kampanye diisi dengan apresiasi pada kekuatan positif sang jagoan, SAMBIL memberikan respek dan penghargaan kepada pilihan yang lain.
Sikap seperti itu yang coba saya hadirkan saat mengulas kekuatan positif dari masing-masing calon (bisa dibaca ditulisan ini). Fokus pada elemen positif, bukan menjelekkan. Focus on bright spots; bukan black spots.
Sebab saya percaya, kebahagiaan batin yang paling hakiki hanya bisa direngkuh manakala kita bisa memberikan respek pada kekuatan positif masing-masing kandidat. Saat kita bisa memberikan respek pada pilihan yang berbeda, dan BUKAN terus menerus menyebar informasi negatif yang menjelek-jelekkan.
Sekali lagi, kesehatan sel otak kita akan bergantung pada asupan informasi yang kita terima dan cerna. Hindari informasi dan energi negatif yang hanya akan merusak kesehatan sel otak kita. Fokuslah pada energi positif dan penuh optimisme, yang akan membuat sel otak kita makin sehat dan cerdas.
Sebab kita semua tahu, kejayaan negeri ini akan sangat tergantung pada kesehatan otak jutaan penduduknya.
Energize your brain. Energize your life.
Photo credit by : Cornerstone
sama dengan pola pikir saya, mas. saya juga unfollow orang2 yang menyebarkan kebencian ddi twitter. sayangnya, karena banyak temen2 di grup WA, saya ga keluar dari grup, cuma saya silent selama seminggu -dan perdebatan mereka pun ga saya baca haha.
memang, seharusnya kita fokus ke visi-misi aja. itu cukup 🙂
#informasi yg sgt bermanfaat, mungkin akan jauh lebih besar dampak manfaatnya nya klo diawal kampanye munculnya. but never late than never ya mas,semoga dibaca juga oleh para haters. hehehe. Many thanks, keep spirit!#
Informasi yang negatif seringnya memang lebih menarik..
Skip info yang tidak penting, harus jadi kebiasaan..
sebaiknya setiap orang mempunyai kemampuan untuk memilah mana informasi berguna yg menjadikan hidup lebih bermakna
Kadang, dari informasi negatif itulah seseorang bisa beradu mulut sampai berlanjut pada perkelahian fisik. Miris pak.
benar mas… setelah baca ini saya langsung buat pengumuman di wall FB untuk meremove mereka 🙂
makasih pengingatnya…
Bukti telah ternjadinya destruktif pada otak saat perhelatan pilpres ini pak, banyak orang mendadak politik, lalu mudah tersinggung dan mudah mencemooh temannya sendiri karena berbeda pilihan.
Tingkat emosi yang mendadak tinggi itulah yang sekiranya menjadikan diri kita mengalami destruktif otak.
Well, seems like I have no choice than sharing this AMAZING article around 🙂
BENER BANGET PAK! SAYA SEPAKAT!!
Apa gunanya juga menjelek-jelekkan pihak lawan. Kalau bagi saya, justru malah makin kepo sama pihak yang dijelek-jelekkan, dan akhirnya malah berusaha mencari sisi positifnya…
Saya sedih banget dengan pemilu saat ini. Jarang banget yang mengupas tentang sisi positif masing-masing calon, semua orang sibuk menjelek-jelekkan calon kubu lawan.
Padahal, *kalau menurut saya*, itu nggak mempan. Saya nggak terlalu peduli sama kelemahan orang lain selama kelemahan tersebut bisa ditutupi sama kelebihannya.
Toh, nggak ada manusia yang sempurna. Kita nggak bisa berharap kalau presiden kita itu manusia DEWA yang murni dari dosa dan salah.
Yang penting, niat baik, komitmen dan kerja keras untuk serius dan sungguh-sungguh memajukan Indonesia. Masa lalu biarlah jadi masa lalu. Nggak usah dipungkiri atau disesali, terima apa adanya dan jadikan batu loncatan untuk maju.
Saya setuju banget tentang kortisol dan endorfin. Sedikit curhat, saya dulu juga korban kortisol karena suka banyak membaca tentang informasi-informasi negatif LOL.
Dan efeknya memang jelek banget. Saya jadi penakut, kikuk, parno, pesimis, butthurt, sensitif pokoknya yang jelek-jelek.
Tak lama kemudian, *karena saya suka membaca buku juga*, saya berubah sedikit demi sedikit membaca dan menonton banyak hal yang positif-positif *saya suka banget fim, drama, dan TV series yang menceritakan tentang perjuangan mencapai cita2,idealisme, passion, hidup, dll* dan saya mendapatkan energi positif yang luar biasa.
Lebih optimis, berani, bahagia dan percaya diri.
Memang perlu banget untuk pinter2 milih ‘nutrisi informasi’ untuk kesehatan otak, khususnya di jaman digital penuhi informasi meluap ini.
Tapi, tetap saya nggak sepenuhnya tutup mata sama hal2 yang berbau destruktif.
Kadang2 kita perlu tahu juga dengan hal-hal yang ‘merusak'(?) supaya tahu kualitas informasi yang bagus itu kayak gimana dan menambah pegangan atau persiapan dalam menghadapi resiko. Kan harus kritis dan logis juga xD.
Yang penting, seimbangkan dengan informasi positifnya.
Jangan melulu menelan informasi negatif -biar otaknya ga dapat pegaruh jelek-, jangan melulu telan informasi yang bagus-bagus juga -biar otaknya nggak manja dan mau keluar dari zona nyaman- xD
sudah 3 bulan ini puasa liat Tipi, Situs Berita, Media Sosial, dan debat gak mutu di Group Chat.
dan situs ini jadi favorit buat mengawali kerja.
artikel yg bikin positif thinking….dimasa pemilu ini…mantap
Alhamdulillah saya bisa ga nonton tv dan ga pengen, ga buka2 website media berita online kecuali kesasar, dan ga buka social media. aplikasi chat ga ada yang aktif.
Kayaknya yang sering berkunjung ke blog ini dan sejenisnya punya pemikiran yang mirip yakni ga mau nyerap energi negatif.
Mungkin baiknya artikel macam ini lebih sering lagi dishare di forum2, kompasiana, dan social media.
Kangen artikel motivasi bisnis btw 🙁
setuju mas, saya sudah jengah dengan kampanye-kampanye dari TIM Sukses capres yang ternyata banyak melakukan kebohongan publik, menyerang pihak lawan secara membabi buta. Masa Aa Gym di masukan kedalam golongan berandal. Masa Allah….itu sudah kerlaluan banget. Mengklaim bahwa golongannya/dirinya paling pengalaman mengurus rakyat dsb. Padahal ternyata itu hanya siasat untuk memuluskan jalannya. Mudahan-mudahan Negeri tercinta ini tidak di pimpim oleh para “PENDUSTA”
Setuju sekali dengan artikel ini. Lebih baik skip informasi yang memburukkan capres, lebih baik lagi mencari kebaikan capres. 🙂
apa yang bang yod tulis memang mantap, ane mendukung sikap bang yod bahwa tidak melulu untuk mengambil hati masyarakat dengan blackcampin.
orang – orang yang melakukan itu di indikasikan pengecut dan tidak punya stratgi yang bagus. paling – paling yang diandalkan bagi – bagi duitnya aja.
harusnya adu gagasan, visi misi yang membangun dan menjadikan Indonesia berkembang pesat. hidup indonesia
setuju dengan artikel yang ini karena apa yang kita lihat dan kita dengar itu akan menjadi pandangan kita. seperti kata rockefeller yang bilang informasi itu adalah untuk menguasai dunia. jadi perlu sangat hati-hati
setuju
Setuju saya pak dengan artikel ini. selama pilpres ini saya terpaksa mem- block rekan, bahkan keluarga yg melakukan kampanye Agresif & negatif di soc.media. beberapa rekan memprotes tindakan saya. hahahaha …