Konflik Pilihan Orang Tua vs Anak dalam Memilih Masa Depan Karir

Silhouette, group of happy children playing on meadow, sunset, sAda dua keputusan krusial yang membentuk masa depan nasibmu : 1) profesi apa yang Anda tekuni dan 2) dengan siapa Anda menikah.

Dan harus diakui, dalam dua keputusan krusial itu, sejumlah orang tua acap melakukan intervensi untuk menentukan apa yang harus dipilih.

Yang kemudian menjadi problem adalah saat pilihan orang tua dengan sang anak berbeda : baik profesi apa yang akan dipilih sang anak, dan jodoh yang ingin dinikahi. Dilema datang menghadang. Continue reading

3 Cara Ampuh Agar Tidak Menjadi Pengangguran Intelektual

jobless re Angka pengangguran di kalangan lulusan S1, atau pengangguran intelektual , cukup tinggi di negri ini; yakni sebanyak 400 ribu orang (pastikan Anda bukan salah satunya).

Tidak ada yang lebih pedih selain setelah susah-susah kuliah, malah jadi sarjana pengangguran. *Sakitnya tuh disini*

Jika Anda punya anak, adik, keponakan/sodara yang masih atau akan kuliah; dan tidak ingin mereka kelak jadi pengangguran terdidik, tulisan ini layak Anda simak.

Sebab sebentar lagi, akan disajikan kiat ampuh agar mereka jadi orang sukses. Dan bukan jadi jobless generation. Continue reading

Brain Drain : Saat Para Manajer Terbaik Indonesia Eksodus Ke Luar Negeri

global managers reEmpat minggu lalu saya menulis tentang ancaman serbuan manajer asing dari Asean yang menyerbu ke Indonesia, merebut peluang karir dan pekerjaanmu. Tren ini akan terjadi tahun depan, saat kebijakan pasar tenaga kerja bebas Asean mulai berlaku. Skilled labor free flow, begitu nama kerennya.

Namun yang juga bisa terjadi adalah sebaliknya, dan mungkin memberikan dampak yang tak kalah mengerikan : saat ribuan manajer dan putra terbaik sang bumi pertiwi berbondong-bondong pergi ke negeri seberang demi mendapatkan salary yang lebih mak nyus.

Apa yang terjadi jika brain drain itu terjadi? Saat ribuan anak bangsa terbaik pindah ke negeri seberang karena memanfaatkan kebijakan pasar tenaga kerja bebas ASEAN? Continue reading

Awas, Tahun Depan Pekerjaanmu Bisa Direbut oleh Rekan Kerja dari Negara Asean

managers reTahun depan atau 2015, kebijakan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan resmi berlaku. Kebijakan ini membuat perusahaan di sesama negara Asean BEBAS berbisnis di semua negara Asean. Bebas tanpa hambatan. Free competition.

Salah satu item dalam kebijakan itu adalah “Skilled Labor Free Flow” – artinya karyawan dari semua negara ASEAN bebas menyerbu bursa kerja di tanah air, dan sebaliknya.

Ada potensi, beragam high paid and high skills jobs di tanah air sukses direbut oleh rekan-rekan manajer dari negeri tetangga. Bahkan bisa membuat Anda kehilangan posisi – atau cukup kerja di posisi anak buah/staf hingga pensiun. Yang jadi bos, rekan-rekan manajer dari Singapore, Malaysia dan Thailand. Sedap. Continue reading

Bagaimana Cara Membuat Gaji Naik Double dalam Waktu Singkat?

Kemarin melalui twitter, ada follower yang bertanya : mas bagaimana cara supaya karir saya naik pesat dan gaji bisa melesat? Bukan hanya untuk yang sudah level manajer, namun lebih-lebih untuk yang masih level officer atau staf?

Pertanyaan yang masuk akal. Sebab buat apa berangkat pagi sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam, tiap hari selama bertahun-tahun, jika gaji dan karir berjalan padat merayap (dan kadang hampir nyungsep ke got)?

Okelah kalau begitu. Sambil menyeduh teh dan kopi hangat di pagi yang cerah ini, mari kita telisik bersama jawabannya. Continue reading

Kenapa Gaji Manajer Sekarang Bisa dengan Mudah Tembus Rp 45 juta per bulan?

Ya, kenapa sekarang gaji manajer relatif dengan mudah bisa tembus Rp 45 juta per bulan? Sebuah angka yang amat mengesankan.

Tempo hari saya bertemu dengan seorang kawan. Usianya masih relatif muda, sekitar 36 tahun, dan menjadi manajer senior di sebuah perusahaan bonafid. Ia bilang gajinya saat ini mencapai Rp 46 juta per bulan. Sebuah angka yang renyah terutama mengingat ia masih berusia relatif muda.

Ada tiga jawaban fundamental kenapa gaji manajer kini bisa makin melambung. Di pagi ini kita mau menguliknya satu demi satu. Continue reading

Mengapa Hidup Saya Susah dan Pas-pasan?

Mengapa hidup saya susah dan pas-pasan?” Kalimat ini saya temukan dalam daftar kata kunci yang sering ditanyakan ke Google. Saya menemukannya dari data statistik blog saya ini.

Terus terang saya agak terkejut dan geli dengan temuan itu. Kalau hidupnya susah, ngapain harus nanya ke Google. Rupa-rupanya kini Google telah menjadi tempat curhat.

Atau mungkin orang itu memang benar-benar ingin mendapat jawaban; dan akhirnya mencurahkan isi hatinya ke Google. Siapa tahu Google – yang serba tahu itu – bisa menyodorkan sekeping jawaban yang cespleng.

Maka untuk membantu orang yang bertanya itu, saya menulis artikel ini. Ya, kenapa hidup kita bisa susah, serba kekurangan, dan pas-pasan? Continue reading