Apa itu Growth Mindset dan Bagaimana Cara Menumbuhkannya?

Salah satu strategi kunci penting untuk bisa membangun kekuatan grit (kegigihan) serta daya resiliensi yang tangguh adalah dengan cara menumbuhkan growth mindset.

Dalam karyanya yang fenomenal bertajuk berjudul Mindset : The New Psychology of Success (2007), pakar human performance dari Stanford University, Profesor Carol Dweck menemukan orang-orang dengan growth mindset cenderung akan lebih resilien saat berproses mengejar impiannya.

Growth mindset merujuk pada mentalitas yang selalu melihat setiap tantangan adalah justru kesempatan untuk menumbuhkan kemampuan diri.

Growth mindset adalah pola pikir yang fokus pada proses self growth atau kecakapan diri yang terus bertumbuh. Saat dihadapkan pada problem, ia akan melihat problem ini bukan sebagai sebuah sesuatu yang permanen dan sulit untuk diatasi. Sebaliknya, ia akan melihatnya sebagai sebuah kesempatan untuk menemukan solusi kreatif.

Continue reading

Cara Mudah untuk Membangun GRIT dan Daya Resiliensi dalam Hidup Kita

Dalam karya masterpiece-nya yang pernah menjadi best seller berjudul Grit : The Power of Passion and Perseverance (2016), Profesor Angela Duckworth (pakar psikologi terapan dari University of Pennsylvania)  mendefenisikan grit sebagai “perserverance and passion for long-term goals”.  Atau kegigihan dan gairah yang mendalam untuk berjuang meraih tujuan jangka panjang yang menjadi impiannya.

Sementara resiliency atau daya resiliensi adalah keuletan dan ketangguhan mental untuk mengatasi beragam tantangan dan problem kehidupan, sehingga pada akhirnya ia bisa wujudkan harapan yang menjadi impiannya.

Grit dan daya resiliensi merujuk pada kecakapan yang identik. Yakni keuletan, daya juang, kegigihan dan ketangguhan mental kita untuk mengejar tujuan jangka panjang yang kita impikan.

Lalu, jika memang grit dan daya resiliensi merupakan hal yang amat krusial untuk sukses, lalu bagaimana cara praktikal untuk bisa menumbuhkannya dalam diri kita? Langkah-langkah aplikatif apa yang layak dilakoni demi mekarnya kekuatan grit dan daya resiliensi dalam jiwa kita?

Continue reading

Bagaimana Cara Memenangkan Pertarungan Gaya Hidup Minimalis vs Gaya Hidup Hedonis?

Dalam artikel sebelumnya, kita telah membahas salah satu kiat ampuh melawan jebakan hedonic treadmill. Yakni sebuah langkah untuk fokus melakukan pembelian yang produktif, alih-alih menghabiskan dana untuk membeli aneka barang konsumtif.

Kiat berikut yang juga ampuh untuk melawan godaan hedonic treadmill adalah dengan menerapkan apa yang acap disebut sebagai “gaya hidup minimalis”.

Gaya hidup minimalis adalah sebuah pola hidup yang belakangan makin naik daun di berbagai negara di dunia. Inti dari gaya hidup minimalis ini adalah menerapkan pola hidup dengan kebutuhan yang secukupnya saja. Tidak perlu terlalu banyak memiliki aneka benda materi yang malah bikin hidup ribet.

Continue reading

Lebih Baik Beli Toyota Fortuner atau Aset Produktif yang Menghasilkan?

Dalam artikel minggu lalu kita sudah membahas tentang dampak kelam hedonic treadmill. Yakni saat dana kita habis hanya untuk memenuhi aneka dorongan nafsu demi menguasai aneka benda materi. Sayangnya nafsu ini tak pernah bisa terpuaskan, sebab keinginan kita untuk pamer dan memiliki aneka materi memang tak pernah ada ujung akhirnya.

Dari perspektif keuangan, gaya hidup yang boros dan pola pengeluaran yang konsumtif semacam itu tidak akan memberikan manfaat finansial dalam jangka panjang.  Sebab aneka pengeluaran yang konsumtif semacam itu seringkali lebih didorong oleh nafsu untuk memuaskan keinginan (want), dan bukan kebutuhan sejati yang memang nyata (needs).

Dari sudut ilmu tentang kekayaan (the science of wealth) pembelian aneka barang yang konsumtif itu acapkali malah menimbulkan “kerugian finansial”. Kenapa? Sebab benda-benda (entah berupa gadget, mobil, motor, atau tas) yang kita beli demi memuaskan nafsu  itu dalam jangka panjang malah akan mengalami depresiasi (atau nilainya makin menurun).

Continue reading

Strategi Jitu untuk Melawan Godaan Hedonic Treadmill agar Kita Tak Jatuh Miskin

Dalam sajian artikel beberapa waktu lalu, kita telah membahas tentang fenomena hedonic treadmill. Atau sebuah fenomena saat level kepuasan hidup kita tidak akan pernah naik-naik meski level penghasilan sudah naik berlipat. Kenapa begitu? Karena ekspektasi dan gaya hidup kita pasti ikut naik, sejalan dengan kenaikan penghasilan yang terjadi.

Lalu harus bagaimana? Apa yang kudu dilakoni agar kita bisa terhindar dari jebakan hedonic treadmill yang diam-diam akan selalu menggerogoti penghasilan kita ini? Berikut terdapat satu langkah praktikal yang layak dijalani demi masa depan finansial yang lebih sehat.

Continue reading

Doni Salmanan, Indra Kenz dan Masa Depan Investasi Kita 

Beberapa waktu lalu, dua affiliator trading berbasis binary option yakni Doni King Salmanan dan Indra Kenz ditangkap polisi, karena kegiatan investasi ilegal yang mereka lakukan. Dalam prosesnya, mereka sukses meraup ratusan milyar uang dari para korban investor bodong yang mereka promosikan.

Dengan uang ratusan milyar inilah, kemudian dua orang itu menjadi kaya mendadak, dan sering memamerkan kekayaannya demi menjerat para korban baru.

Doni Salmanan dan Indra Kenz mungkin amat paham, alat pemasaran yang paling ampuh untuk menjerat calon pelanggannya adalah dengan memamerkan harta dan koleksi mobilnya yang mewah dan melimpah.

Terbukti metode pemasaran tersebut sangat efektif untuk menjerat ribuan korban, dan menyedot ratusan milyar dari mereka. Uang ratusan miliar ini mungkin merupakan tabungan atau dana dari hasil jual rumah para korbannya, yang kini hanya bisa menangis meratapi kerugiannya.

Continue reading

GOTO Gojek x Tokopedia Rugi Rp 68 Triliun tapi Kenapa Mau Go Public?

Akhirnya, resmi GOTO atau kombinasi Gojek x Tokopedia akan melakukan IPO atau go public pada tanggal 4 April nanti.

Saham yang akan dijual hanya sekitar 4,3% (bukan 20%, 50% atau bahkan 100%). Dari penjualan 4,3% saham ini, target dana yang akan diraup adalah sekitar Rp 15 triliun.

Namun selama 4 tahun terakhir, kombinasi Gojek x Tokopedia sejatinya telah mengalami kerugian dalam jumlah yang amat masif, yakni Rp 68 triliun.

Kenapa rugi hingga Rp 68 riliun, tapi mau go public?

Continue reading