Spirituality Management

Ketika kita mencoba membincangkan spirituality management, setidaknya terdapat tiga jenis kontribusi yang bisa disumbangkan bagi kemajuan praktek bisnis dan manajemen. Yang pertama, dimensi spiritualitas memberikan pondasi yang kuat untuk membangun integritas moral yang kokoh bagi para pelaku bisnis (karyawan, pengusaha, kaum profesional). Itulah profil integritas yang dinaungi oleh misalnya, sikap kejujuran, kesederhanaan, dan sikap yang mengacu pada etika kebenaran. Kini misalnya, kita melihat begitu banyak perusahaan yang mencantumkan aspek integritas dalam ’core competency’ yang mereka susun. Tentu saja, aspek integritas ini akan mampu diwujudkan – dan bukan jadi sekedar kata-kata hiasan – jika semua karyawan di perusahaan tersebut memiliki kadar sprititualitas yang tidak rapuh.

Kontribusi yang kedua berkaitan dengan pengembangan etos kerja yang berorientasi pada kemajuan dan keunggulan kinerja (excellent performance). Dimensi spiritualitas semestinya mampu dijadikan driving force yang kuat untuk menancapkan motivasi dan etos kerja yang selalu mengacu pada prestasi terbaik. Dalam konteks ini mestinya ada kesadaran kuat untuk menjalankan ”teologi kerja (job theology)” : atau sebuah niatan suci untuk selalu menganggap pekerjaan kita sebagai sebuah ibadah dan bentuk pengabdian kita pada Yang Maha Agung. Ketika kita bekerja dikantor dengan asal-asalan dan menghasilkan kualitas brekele, atau ketika ketika kita hanya mempu menciptakan pelayanan yang amburadul dan membikin para pelanggan patah arang, maka mestinya kita menanggap ini semua sebagai sebuah ”dosa” dan kita mesti merasa malu dihadapan Yang Maha Tahu.

Sebaliknya, ketika kita selalu bisa mempersembahkan kinerja yang istimewa, atau ketika kita mampu mengagas dan melaksanakan ide-ide kreatif untuk memajukan perusahaan, maka mestinya ini semua tidak melulu didasari oleh keinginan untuk naik pangkat, atau mendapat bonus yang besar, melainkan pertama-tama mesti dilatari oleh niatan suci untuk beribadah. Sebuah niatan yang didorong oleh kehendak untuk mengabdi dan memuliakan Yang Diatas. Dalam konteks inilah, dimensi spiritualitas dapat menjelma sebagai sebuah inner force yang kokoh dan mampu memotivasi kita untuk terus bekerja keras memberikan yang terbaik.

Kontribusi ketiga yang layak disebut adalah potensi sumbangan dimensi spiritualitas dalam membangun apa yang kini sering disebut sebagai learning organization. Tak pelak, hampir semua agama didunia selalu mendorong para umatnya untuk terus belajar dan menuntut ilmu. Dalam Islam misalnya, ayat pertama yang diturunkan berbunyi iqra’ (artinya, bacalah !) : sebuah simbolisasi yang menekankan betapa pentingnya proses belajar dan menuntut ilmu bagi kemajuan peradaban manusia. Dengan demikian, upaya untuk membangun ’learning culture’, upaya mendorong para karyawan untuk terus merengkuh ilmu, atau upaya untuk menumbuhkan ”knowledge management system”, merupakan serangkaian proses yang senantiasa perlu digerakkan. Sebab, semua ini sesungguhnya merupakan perwujudan dari dimensi spiritualitas kita dan juga bentuk ibadah kita kepada Yang Maha Mengetahui.

Note : Jika Anda ingin mendapatkan file powerpoint presentation mengenai management skills, strategy, marketing dan HR management, silakan datang KESINI.

Klik gambar untuk akses free KPI software !!

15 comments on “Spirituality Management
  1. Anything derived from religious teaching is always good and beautiful.. theoretically =p. In reality, people, even in religious country like indonesia, do not really follow whatever teaching they’ve received formally for at least 12 years (i’m refering to ‘pelajaran agama’ from elementary school to high school). So does it mean spirituality management is a dream in indonesia?

  2. Well, I am also a bit sceptical about the practice of spirituality mangement here. See, many thousands people have attended ESQ training (and they cry a lot confessing their great sins during those four days of “unforgettable seminar event”) ….and yet, we still witness massive moral disintegrity here and there.

    Some people also cynically say, “haji dan umroh berkali-kali, korupsi tak kunjung henti…..”

  3. ahh ESQ training.. unfortunately i dont really have deep knowledge on that. Maybe u should write about it =p. Religious teaching vs business practice, is it commercialization of religion or religious-based business?

    But I have to admit the strategy used by ESQ is unique and proven to be successful, at least in this part of the world where people still respect religious teaching. What about the fact that they make money by ‘repackage’ and ‘selling’ religion-based teaching? I dont mind if it’s what it takes to wipe out corruption in Indonesia =p.

  4. From “marketing/business standpoint”, what ESQ has been doing is truly amazing. Like what u said, their strategy is unique and therefore, marketable. Big applaud for their ability to “sell and commercialize” religious principals. Yet, from “effectiveness standpoint”, we doubt it.

    Study after study prove that without intensive follow up and long, systematic monitoring, any kinds of training — esq included — will be just ‘one shot event’. And after three months….gone with the wind.

    So, speaking of spirituality management, I believe the management practice of “Jama’ah Tabligh” is much more powerful than ESQ. They truly apply ‘spirituality management’ into their daily life. Yeah, hopefully many managers/CEOs here can someday join with Jamaah Tabligh – spending three days or three months walking around the world to do “dakwah Islamiyah”. Wow, this will be wonderful for our corporate life.

  5. I would tend to think that training only meets the needs of brains/mind, be it religious seminar / workshop / routine worship activities. What is more important is the HEART.

    The brain absorbs knowledge but it is the heart that prompts someone to act on what s/he believes. And if we can combine both Heart and Mind, then we will get the best of both sides.

    Someone who is stupid enough but has a fearful heart towards his God and HIS commandments will live in proper obedient and avoid sinful acts.

    On the other hand, someone who is clever enough but has not fearful heart towards his God and HIS commandments will justify all his sinful acts as the right things to do.

  6. Pingback: strategi + manajemen » Blog Archive » Blog Strategi + Manajemen : Best Posts in 2007

  7. implementasinya yang pernah saya coba adalah dengan mengadakan ‘mentoring wajib bagi karyawan’ sehingga aspek kesetaraan, dialog sharing ilmu, problem solving dan evalusi diri satu sama lain dapat terus terjaga. Mentoring jangan kurang dari seminggu sekali dan sebagai fasilitatornya sekaligus sebagai guru dan pembimbing spiritualnya diupayakan atasan atau minimal seniornya. Sehingga berlaku prinsip ‘kalau mau berbagi’ harus punya dulu sesuatu untuk ‘dibagi’
    Wallahu’alam

  8. Pingback: 3 Life Skills dari Laskar Pelangi | Robert-id.com

  9. Ass.w.w
    Saya setuju dengan artikel diatas dan saya sedang mencoba manajemen yang dilakukan Nabi Muhammad.S.A.W.untuk itu saya mengharapkan yang competent dalam hal itu mau sharing ilmu nya .wass

  10. Subhanallah
    Jika banyak pribadi bangsa indonesia yang meyakini konsep yang ada dalam artikel Sdr.Yodhia di atas, Insya Allah korupsi akan dapat berujung/minimal berkurang…jadi jgn hanya melihat Umrah dan Haji sbg tolok ukur besaran korupsi atau tindakan baik buruk pribadi seseorang tapi niat “pengabdian” dan pe”mualia”an akan Dzat yang Maha Tau itulah sebagai kunci pembentuk “Excellent Performance”.

    Wallahu’alam

  11. Subhanalloh, saya senang sekali dengan artikel ini karena selama ini saya mencoba menerapkan apa yang tertulis di artikel di atas, hal ini lebih memudahkan saya bekerja. karena tidak ada persangkaan -persangkaan buruk dari kita . Semoga Indonesia bisa berkembang dengan pondasi spiritual yang lebih kuat.Terimakasih pak Yodia… ternyata spiritual manjemen itu sebenarnya ada ya……

  12. Good. Sy mulai belajar mengelola spiritual. Kata yg mempunya makna luas dan sangat dalam. Tidak hanya dipahami tapi juga dikelola apalagi harus dipraktekkan. thanks.

  13. Setiap pemilik bisnis sangat mengharapkan karyawan yang memiliki spritual yang bagus. Dengan menerapkan berbagai strategi manajemen yang tepat kinerja semakin meningkat.

Comments are closed.