Judu Buku : Strategy Maps – Converting Intangible Assets into Tangible Outcomes. Penulis : Robert Kaplan dan David Norton
(Jika kantor Anda memiliki rencana mengembangkan KPI Karyawan, dapatkan informasi detilnya DISINI).
Buku bertajuk Strategy Maps ini merupakan ekspansi dan eksplorasi secara lebih mendalam dari karya fenomenal Kaplan dan Norton sebelumnya yang berjudul Balanced Scorecard. Seperti telah diketahui, konsep balanced scorecard telah menjelma menjadi salah satu alat manajemen yang paling populer dalam sepuluh tahun terakhir ini. Yang membuat konsep ini sangat populer barangkali adalah “kekuatan kesederhanaan dan eleganitas” yang terkandung didalamnya. Ide mengenai pengukuran kinerja melalui key performance indicators sendiri sesungguhnya telah ada sejak tahun 50-an. Yang membuat balanced scorecard menjadi powerful adalah ketika ia kemudian memetakan kinerja perusahaan dalam empat perspektif yang solid, dan kemudian melukiskannya dalam bentuk strategy maps yang koheren. That’s the beauty of balanced scorecard.
Meski demikian, mesti harus segera dikatakan bahwa balanced scorecard bukanlah lampu aladin yang mendadak akan membuat perusahaan menjadi sakti. Balanced scorecard pada dasarnya hanya sebuah cermin dengan mana kita bisa mematut diri secara utuh – apakah kita telah berpenampilan elok atau belum, dan jika belum, kita bisa tahu apa yang mesti diperbaiki. Karena itu jika setelah kita menerapkan balanced scorecard, kinerja perusahaan tak juga kunjung membaik, ya jangan seperti pepatah : buruk rupa cermin dibelah. Dengan kata lain, pemetaan strategi serta perumusan KPI dan target kinerja berdasar balanced scorecard memang sangat penting. Namun proses eksekusi untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan dalam peta strategi itu barangkali jauh lebih penting.
Seperti disebutkan diatas, Strategy Maps mencoba bergerak lebih dalam dari buku Kaplan dan Norton sebelumnya. Secara spesifik buku ini mengeksplorasi dua perspektif yang merupakan aspek pendorong (leading perspectives), yakni perspekftif proses bisnis internal dan perspektif learning and growth.
Dalam perspektif proses binis internal, buku ini membaginya dalam empat tema utama, yakni tema mengenai proses manajemen operasional, proses manajemen pengelolaan pelanggan, proses inovasi dan tema tentang proses sosial/regulasi. Keempat tema utamalah inilah yang seyogyanya mengisi sasaran-sasaran strategi dalam perspektif proses bisnis internal. Proses manajemen pelanggan dimasukkan juga dalam perspektif proses bisnis karena ia merupakan sebuah proses internal yang harus dikelola dengan baik guna memberikan best customer value proposition. Melalui proses pengelolaan pelanggan yang optimal ini maka diharapkan akan memberi dampak positif bagi pencapaian sasaran dalam perspektif pelanggan. Pembahasan semua tema dalam perspektif proses bisnis internal ini dilakukan secara menyeluruh, dan juga diberikan contoh-contoh KPI dalam setiap tema yang dibahas.
Sedangkan dalam perspektif learning and growth, Kaplan dan Norton menyebutkan adanya tiga tema utama yang layak dijadikan sasaran strategis, yakni tema pengembangan SDM, tema pengembangan organisasi (organization development) serta tema pengembangan sistem informasi korporat. Ketiga tema ini kemudian juga dibahas secara ekstensif, serta diberikan contoh KPI untuk masing-masing tema yang diulas.
Buku Strategy Maps ini juga dilengkapi dengan contoh-contoh riil strategy maps yang telah disusun oleh puluhan organisasi – baik organisasi bisnis, publik ataupun organisasi nirlaba. Dari contoh-contoh strategy maps ini kita juga bisa memperoleh pelajaran yang berharga mengenai bagaimana contoh nyata aplikasi dari konsep balanced scorecard. Melalui pembahasan yang jernih dan disertai dengan beragam kasus yang riil, buku ini akan sangat membantu dalam proses perumusan strategy maps yang jitu, dan sekaligus identifikasi KPI yang tepat. Ini tentu saja bisa menjadi bekal yang berharga dalam proses implementasi balanced scorecard di lapangan.
Note : Jika Anda ingin mendapatkan file powerpoint slides mengenai balanced scorecard, silakan datang KESINI.
Bagus sekali ulasannya. Kapan berpartisipasi di pembelajar.com nih?
salam bestseller
~ez
Thanks Edy…ya kapan-kapan saya juga akan mencoba mengirimkan tulisan untuk pembelajar.com. Ditunggu saja….:):)
Bang Yod,
Kenapa 2 quadran itu yg dieksplorasi, apa alasannya sehingga disebut sebagai leading perspectives? Kalau menekankan kepada 2 quadran, nantinya BSC tidak balance lagi donk?
Salam,
Horas Zal….sebenarnya dalam buku itu, semua aspek dibahas, hanya saja dalam edisi ini terdapat eksplorasi yang lebih ekspansif dalam dua dimensi terakhir yakni business process dan learning. Dua dimensi ini disebut sebagai leading indicators….karena dalam dua elemen inilah sesungguhnya proses pemekaran kinerja yang unggul dimulai dan mesti digarap dengan sistematis. Sementara dua perspektif lainnya — yakni financial dan customer — disebut juga sebagai lagging indicators. Artinya : hasil dalam dua aspek ini hanyalah resultante atau pencerminan dari apa-apa yang telah dikelola pada perspektif proses dan learning. Kalau lelakon dalam dua aspek ini tidak dimainkan dengan elok, maka niscaya hasil pada aspek financial dan customer juga akan jeblok.
Bang Yod..udah di gramedia dalam bahasa indonesia kah?
Ndra, ada di Gramedia, tapi masih edisi Inggris. Belum ada edisi Indonesianya.
mohon maaf mas yodhia, mungkin kedengerannya konyol pertanyaan saya. saya sangat sering dengar soal balance scored. generally yang saya pahami, salah satu strong point BC adalah sebagai alat untuk mengukur kinerja/KPI. mas yodhia bisa bantu dalam deskripsi singkat, seperti apakah BC itu?
thank sebelumnya 🙂
Benar, ide dasar BSC adalah mengukur kinerja dengan indikator2 kinerja yang terukur (KPI atau key performance indicators). Hanya kemudian, BSC ini membagi proses pengukurannya ke dalam empat perspektif, yakni aspek keuangan, aspek pelanggan, aspek proses, dan aspek people development. Dalam tiap aspek ini kemudian kita mesti menyusun KPI yang relevan dan terpat.
Salam Mas Yod
kita sudah bangun BSC, tetapi kok dalam implementasinya terasa berat ya, punya kiat-kiat enggak mas ?
Dalam satu proses cascading KPI dari Unit ke Individu, saya menemukan pola yang agak beda dengan pola pengajaran mas Yod. Yang beda dan agak rumit adalah ada penetapan karakter target ; maximize, minimize, dan stabilize, ini maksudnya apa, dan kegunaannya apa ?, gemana menentukan ukuran, minimal, maksimal dan stabil ?
Kalo dari pembelajaran Mas Yod, agak mudah implementasinya, perspektif, SS, bobot (ss), KPI, Target, Realisasi sub skor dan skor total. Jadi tidak ada karakter target.
Enggak ikut bicara dalam HR ekspo 2007 tgl 11-12 Des di shangri-La mas?
Salam
Tipe target maximize itu maknanya jika realisasi (achievement) lebih tinggi dari target, berarti makin bagus. Contoh : sales…..kalau realisasi lebih tinggi dibanding target ya bagus. Sementara target minimize itu, artinya realisasi makin kecil/rendah dari target, makin bagus. Misal : jumlah product defect. Kalau target 10 defects/10,000 unit maka jika realisasinya hanya 2 defects, ya berarti makin bagus.
Kalau masih menemui kesulitan dalam implementasi….ya undang saja saya untuk kasih konsultasi…:):)
Kayaknya memang perlu ngundang pakar, seperti Mas Yod ini..
Saya harus “jualan” dulu dengan manajemen nih…
salam
Yodhia,
please see this :
https://www.swa.co.id/swamajalah/praktik/details.php?cid=1&id=6824&pageNum=4
Thank you …
yod, ada salah satu perusahaan yang sudah implement BSC di Indonesia, kok tidak bisa mencapai sukses ya dari segi financial nya ya…padahal udah nerapin konsep tersebut selama hampir 2 tahun , malahan kalau saya lihat jadi unbalanced antara leading indicator ama lagging indicatornya ? khususnya di KPI Financial Perspectivenya.
thx
riza
Seperti saya tulis diatas, balanced scorecard sejatinya bukanlah lampu aladin yang mendadak akan membuat perusahaan menjadi sakti. Balanced scorecard pada dasarnya hanya sebuah cermin dengan mana kita bisa mematut diri secara utuh – apakah kita telah berpenampilan elok atau belum, dan jika belum, kita bisa tahu apa yang mesti diperbaiki. Tentu, harapannya dengan demikian, perusahaan tersebut bisa dengan responsif melakukan proses perbaikan secara jitu dan ujung-ujungnya, bisa menaikkan kinerja bisnis.
Mas Yodhia, need your advice nih. Aku lagi nyusun program yang berhubungan dengan salah satu kompetensi yang lazim ada di perusahaan-perusahaan, yaitu Organizational Commitment Competency. Saya mencoba menelaah lebih jauh mengenai hubungan antara 3 dimensi utama komitmen organisasi model Allen & Mayer (Affective, Continuance & Normative Commitment). Saya membutuhkan semacam assessment atau quizioner sederhana untuk menilai tingkat komitmen karyawan terhadap organisasi dengan pendekatan model tersebut. Ada link gak yang Mas Yodhia bisa rekomendasikan? Thanks before Mas. Have a Nice day.
Joo, mungkin Anda bisa berkunjung ke : https://www.decwise.com/employee-surveys.html
mas, apakah ada standar baku untuk menentukan bobot setiapperspektif dalam melakukan penilaian kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan BSC?
# Kyubi, sejauh ini tidak ada standard baku….namun kriteria penentuan bobot setidaknya bisa ditentukan oleh a) tingkat kesulitan untuk mencapai target KPI dalam setiap sasaran strategis – makin sulit, sebaiknya bobot kian tinggi dan b) derajat kepentingan sasaran strategis dan KPI yang ada terhadap masa depan perusahaan — kian penting dan strategis, sebaiknya bobot makin tinggi.
Mas saya sedang menyusun tesis tentang Analisa Kinerja BSC di RS, kalau BSC untuk Rumah Sakit Pemerintah, Indikatornya apa saja ya, saya bingung juga nih karena belum ada indikator yang pasti, dari yang saya baca dalam buku Vincent Gasperz, penilaian kinerja BSC pada organisasi Pemerintah intinya menilai Visi, misi dan Tujuan Strategis Perusahaan, apakah itu saja yang akan saya bahas, thank atas bantuannya, akan sangat senang jika diteruskan ke email saya
mas tolong kasih contoh, contoh aplikasi model strategis,taktikal dan oprasinonal….
klau bisa kirim ke email saya ( zzadith601@gmail.com)
@ Zadith, sorry saya kebetulan ndak punya apa yang Anda inginkan.
Assalamu alaikum wr wb.
mas saya sedang nyusun skripsi tentang BSC dalam mengukur kinerja di PKM, tapi terkadang masih bingung tentang indikator yang baku dalam ke4 perspektif, mas bisa bantu, sekaligus merekomendasikan buku apa aja yang bisa menjadi pegangan, terimah kasih atas bantuannya, mas kalo dijawab ke email aja y.
mas yodhie, how come mengatasi tidak sampainya sistem strategi management ke level bawah,
Pak Yodia,
Saya Taufik, Mr. Provokator dari Deli Serdang, Pelindo I. Ingatkan.. Saya tidk bicara soal BSC. Cuma mau nanya menurut pak yodia apa hambatan program let’s change di Pelindo I. Soalnya tidak kedengaran lagi tindaklanjutnya…bukan memprovokasi ya pak Yod…
Halo Pak Taufik…masih ingat dong.
Saya kira ini karena komitmen dan keteguhan dari top manajemen yang relatif kurang solid. Solusinya, saya kira pak dirut harus lebih teguh; dan yang penting, support/dorongan dari bapak plus teman-teman harus selalu kencang. Bukannya dulu akan dibentuk Task Force Change Process? Mestinya tugas task force ini yang kemudian menjabarkan agenda perubahan secara detil, lengkap dengan action plan yang kongkrit.
Bravo Pak. Salam SUKSES.
Pingback: 5 Buku Strategi Terbaik Sepanjang Masa | blog strategi + manajemen
Mas Yodia, ada link yang mengulas tentang proses cascading KPI? terutama untuk instansi pemerintah. Terima kasih Mas…
Dino, ada, kamu bisa datang ke link ini : https://strategimanajemen.net/our-training-services/formulating-the-right-kpis-for-employees/
hai @ all
gini gw mau nanya apa ada yang punya link buat bahasa indonesianya
Judu Buku : Strategy Maps – . Penulis : Robert Kaplan dan David Norton Buku bertajuk Strategy Maps
gw butuh baget buat tugas tp gw ga byk ngerti bhs inggris ….
minta bantuannya yah all..
thx b4 you…..
ada yang tau link pdf buku ini yah?
Judu Buku : Strategy Maps – Converting Intangible Assets into Tangible Outcomes. Penulis : Robert Kaplan dan David Norton Buku bertajuk Strategy Maps
Bang Yodhia boleh minta petunjuk gak?
apa aja sich point2 atau strategi untuk memaintain crew atau karyawan dalam kerja operational.
Thanks before