Ya, kenapa banyak orang lain jauh lebih sukses dibanding kita? Atau, kenapa sebagian orang bisa merengkuh sejumput kesuksesan, sementara sebagian yang lain tergelincir dalam stagnasi – getting nowhere in their entire life. Lalu, apa sebenarnya rahasia untuk meraih kesuksesan hidup?
Itulah serangkaian pertanyaan yang coba dijawab dalam sebuah buku yang amat indah, bertajuk : Outliers : The Story of Succes karangan Malcolm Gladwell. Gladwell telah membius publik dunia melalui dua buku sebelumnya, berjudul Tipping Point (yang merubah cara kita memahami dunia) dan Blink (yang telah merubah the way we think about thinking). Dua buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sama seperti dua buku sebelumnya, dalam bukunya yang ketiga ini Gladwell menyuguhkan kejeniusannya dalam merangkai cerita : setiap paragraf dalam bukunya selalu dirajut dengan penuh keindahan, menghanyutkan, dan semuanya dibalut dalam kerenyahan yang menggiurkan. Bagi saya, membaca buku-buku Gladwell selalu merupakan sebuah wisata intelektual yang menggetarkan, dan rasanya sungguh mak nyus.
Jadi, apa rahasia sebenarnya untuk meraih kesuksesan? Dalam banyak buku populer, kesuksesan acap dipahami sebagai sebuah produk dari kejeniusan seseorang, mentalitas atau mindset yang positif, motivasi kerja yang kuat, dan serangkaian karakter positif lainnya. Demikianlah, kita lalu menempatkan kisah sukses Bill Gates misalnya, dalam konteks semacam itu. Kita memandangnya sebagai tokoh visioner yang jenius dan brilian, dan melalui kerja keras serta talentanya ia bisa membangun kesuksesan yang luar biasa. Dengan kata lain, kesuksesan acap dibaca sebagai hasil dari kehebatan yang bersifat individual.
Gladwell menjelaskan narasi kesuksesan semacam itu hanyalah ilusi. Benar, elemen-elemen tentang kerja keras dan talenta memegang peran, namun kesuksesan sesorang ternyata jauh lebih banyak ditentukan oleh serangkaian keberuntungan, lingkungan dimana kita bekerja, dari mana kita berasal, dan juga kultur hidup yang membesarkan kita. ”Success….is grounded in a web of advantages and inheritances, some deserved, some not, some earned, some just plain lucky,” demikian Gladwell menuliskan salah satu kesimpulannya.
Kisah kesuksesan semacam itu mungkin secara dramatis bisa kita baca dari kisah berikut ini. Alkisah, terdapat dua sarjana yang sama-sama brilian dan lulus dari sebuah perguruan tinggi ternama di tanah air. Keduanya merupakan sahabat, dan keduanya memiliki prestasi yang mengagumkan, baik dalam aspek akademis ataupun aspek ekstra kurikuler (keduanya aktif dalam organisasi kampus dan dua-duanya dikenal memiliki talenta kepemimpinan yang sangat baik).
Ketika lulus, satu orang diterima bekerja di sebuah perusahaan yang relatif baru, dinamis, dan berada dalam industri yang tengah berkembang pesat. Satunya lagi memilih bekerja di sebuah perusahaan yang amat besar dengan usaha yang mendekati monopoli, kultur kerja yang birokratis, dan penuh kemapanan. Begitulah, sepuluh tahun kemudian mereka bertemu kembali, dan betapa bedanya nasib mereka. Kawan kita yang bekerja di perusahaan dinamis itu telah tumbuh menjadi top eksekutif yang sukses dan diburu para headhunter; sementara kawan kita satunya lagi stuck on the middle of nowhere.
Apakah kesuksesan itu karena kawan kita yang satu lebih hebat, lebih positif mindsetnya, lebih termotivasi dibanding satunya lagi? Tidak. Kawan kita yang satu berhasil karena ia bekerja pada lingkungan yang benar; dan kantornya telah memberikan serangkaian “kesempatan” dan “keberuntungan” (misal perusahaannya beruntung di-akuisisi oleh perusahaan asing sehingga ia berkesempatan melakukan banyak penugasan kerja di luar negeri; juga ia beruntung karena industri dimana perusahaannya berkiprah tumbuh pesat sehingga dengan cepat tersedia banyak posisi kosong ; dan ia beruntung perusahaan itu masih muda, sehingga ia bisa cepat melesat naik posisinya).
Klik gambar untuk akses free KPI software.
Sementara kawan kita satunya lagi “stuck” lantaran ia berada pada habitat yang salah. Kantor tempatnya bekerja penuh dengan politicking, tidak peduli dengan pengembangan SDM, dan penuh dengan birokrasi yang mematikan. Talentanya layu sebelum sempat tumbuh; dan kesuksesan karir tak pernah bisa ia raih.
Esensi dari kisah diatas sama dengan apa yang dinarasikan dalam buku Gladwell ini. Sukses ternyata memang lebih banyak ditentukan oleh dinamika lingkungan dimana kita berkiprah dan berkarya.
Pertanyaanya sekarang adalah : apakah habitat atau lingkungan tempat Anda berkarya saat ini merupakan lingkungan yang tepat? Sebuah lingkungan yang bisa menyodorkan “keajaiban”, “luck”, dan serangkaian “berkah terselubung” dalam perjalanan hidup Anda? Atau sebaliknya, sebuah tempat dimana kesuksesan senantiasa merupakan sebuah impian kosong; bak buih fatamorgana yang selalu lenyap setiap kali kita hendak mendekatinya?
Note : Jika Anda ingin mendapatkan file powerpoint presentation mengenai management skills, strategy, marketing dan HR management, silakan datang KESINI.
Saya tetap condong bahwa kunci sukses tetap di personal. Memilih ini atau itu, take it or leave it, adalah opsi personal untuk menggapai advantages2-nya. Selalu ada yg sukses di lingkungan yg tdk sukses. Multiple disadvantages yg menerpa sejak kecilpun tidak memberikan arti besar jika secara personal ia punya kualitas untuk menggapai & memilih hal – hal positif untuk bisa sukses. Lebih tepat jika dikatakan bahwa kemampuan individu dalam mengakumulasi advantages dari setiap hal sepanjang hidupnyalah yg bisa sukses.
Analisa terhadap serangkaian aktivitas dalam sebuah proses yang berulang merupakan cara terbaik untuk menarik kesimpulan. Agar secara kuantitatif hasilnya tidak berbeda signifikan maka sebisa mungkin seluruh variabel yang terlibat mesti terkendali. Itulah kiat yang lazim diajarkan untuk meraih kesuksesan.
Namun dengan cara tersebut kesuksesan sifatnya menjadi kuantitatif dan tidak lebih dari sebuah formula matematik yang membuka peluang untuk direkayasa.
Bagaimana dengan rasa yang notabene adalah pencerminan dari kebahagiaan atau kesuksesan kualitatif ? Apakah sukses lahiriah juga selalu diikuti dengan sukses batiniah ? Nanti dulu, kalau sudah menyangkut rasa nampaknya mustahil untuk direkayasa. Dengan pola pikir tersebut saya lebih meyakini bahwa sukses adalah perjalanan bukan tujuan sehingga tidak selalu tepat kalau dijadikan sebagai ukuran atau perbandingan apalagi acuan.
saya fikir sukses adalah akhir sebuah long and winding road setelah melanglang buana, sebuah ending image dari memoriam. sepanjang masih eksis yang dilakoni adalah aliran proses quality of life mungkin sekali-sekali seperti roda berputar atau kurva-S. Jadi ukuran sukses belum menjadi perhentian dalam story of life karena berikutnya who will knows.
dalam korporat kondisi untuk mem-build up system for excellence performance adalah tugas semua manajemen sehingga setiap personal memberi output sukses korporat melebihi bisnis sejenisnya pada perioda berjalan
Terima kasih, resensi yang menarik mengenai perjalanan sukses, inilah indahnya hidup bisa dipandang dari sisi manapun, seperti berlian dari sudut manapun dipandang pasti memancarkan kilauannya – demikian pula sukses. saya berpikir kalau sebuah sukses dapat dihadapkan pada tiga hal berikut ini akan membahagiakan maka inilah sukses sejati
1 apakah pencapaian itu membuat saya gembira
2. apakah pencapaian itu saya peroleh dengan jujur
3. apalah pencapaian itu membahagiakan orang lain
namun apapun, terima kasih untuk maksud baik Anda
Ibarat benih yang ditabur oleh petani…
Ada yang jatuh di tanah gembur ada pula yang jatuh di bebatuan. Walaupun sama-sama benih unggul pada akhirnya benih yang jatuh di tempat yang tepatlah yang akan berbuah.
Nah, disinilah letak kekuatan “doa”. Percaya???
Salam
Robin
Luar biasa untuk sebuah inspirasi….
Saya melihat sukses dari sisi yang berbeda, jika salah satu ukurannya adalah karir, jabatan dan tentu saja uang, maka kawan kita yang satunya yang sdh jadi CEO, COO atau top eksekutif lainnya pasti disebut sukses….tapi ada ukuran2 lain yang juga tidak bisa kita abaikan, termasuk sahring dari temen2 tadi, apakah bahagia dan bermanfaat untuk orang banyak bisa di jadikan ukuran sukses…atau berbagi seperti Mas Yodhia….bagi saya sukses luar biasa kalau bisa berbagi….
Salam
Bicara tentang ke-sukses-an selalu menjadi wacana perdebatan yang menarik dalam setiap pergumulan hidup umat manusia. Sukses lebih merupakan simbol yang bermakna filosofis dari serangkaian proses hidup manusia di dunia. Karena parameter kesuksesan sangatlah lebar dan dalam, sebagaimana sebuah pertanyaan mendasar dari para filosof, tentang makna hidup dan tugas manusia hidup di dunia. Apalagi kalau sudah dihubungkan dengan perspektif agama, tentunya kesuksesan harus mencakup di dunia dan akherat. Kecuali kita hanya membatasi pada sukses secara materiil, tentu paramaternya lebih sederhana, so monggo dilanjut………
Terima kasih sharingnya.
Menurut saya segala sesuatu di dunia ini mengikuti hukum yang dibuat oleh Penciptanya merupakan rangkaian sebab akibat. Jadi tidak ada yg bisa dibilang keberuntungan. Tapi yang terjadi adalah karena ada sebab baik yg dilakukan oleh person yg bersangkutan maupun lingkungannya. Analoginya seseorang yg berkendara di jalan raya sudah hati2, mematuhi rambu2 lalu lintas, dsb tapi mengalami kecelakaan. Sedangkan orang lain yg ngebut2an malah tidak kecelakaan. Apakah kita bisa bilang bahwa yg satu sdg sial dan yg satunya sedang beruntung?
Menurut saya kok nggak bisa begitu. Orang pertama kecelakaan karena sebab –misalnya– ada orang lain yg tidak hati2. Orang kedua tidak kecelakaan krn pada saat yg sama orang2 lain pada hati2.
Apa yg terjadi itu merupakan rangkaian sebab akibat yang bisa jadi tidak sesederhana yg terlihat. Tapi perlu diingat juga bawah rangkaian sebab-akibat itu sendiri ada yg bersifat materi (usaha2 kita) ada juga yang non-materi (doa, perbuatan2 baik, dll).
Demikian menurut saya. Thanks atas tulisa2nya yg menarik.
Saya baca dari cerita itu,
Sebenarnya tidak semuanya bersifat lucky …. Hidup adalah pilihan….
Kebanyakan dari kita sejak awal udah milih enaknya duluan. Dari sekolah, cari sekolah yang serba banyak kemudahan, milih dapat nilainya mudah, fasilitas lengkap. Tinggal belajar doang. Pas mulai masuk dunia kerja ..ya..cari lagi perusahaan mapan. Kalau belum dapat, mending ngganggur….
Jadinya gak ada challenge yang membuat kita terbiasa menyelesaikan masalah, terbiasa membuat inovasi ..dan akhirnya beku dalam pilihan yang ingin serba instant dan mapan.
Saya yakin, semua adalah pilihan kita, walau sebagian mungkin tidak kita sadari
hmm seperti postingan saya juga yg menyoroti lingkungan sebagai salah satu pendorong kita untuk lebih kreatif menuju kesuksesan.
Terkadang justru kita sering menyalahkan diri sendiri sebelum melihat sekeliling. Padahal belum tentu kita yang salah. Bisa jadi memang lingkungan kita yag “tidak tepat” untuk bisa mengakomodir potensi yang kita miliki 🙂
wah topiknya lebih menjurus gimana cari alasan menjadi kutu loncat yang baik nih 🙂 mas yodh…
Intinya lingkungan baru akan mendapatkan pengalaman baru dan sukses yang baru… Sebab sukses itu bertingkat, sangat luas dan beragam, bisa dilihat dari sisi pribadi ataupun kolektif.
So siapa yang mo dapat suksesnya bertambah atau tidak? Yah tergantung kita langsung take action or just stait…
Thank’s alot for share-nya…
yup tulisan ini sangat baik sekali kata pepatah cina “burung yang baik hanya bersarang di pohon yang baik”, namun kalo yang dikejar sumbangsih di perusahaan yang monopoli tersebut lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang dinamis karena untuk kemashlahatan umat gimana yah?
Makin renyah nih……sukses karena banyak melakukan serangkaian perjalanan, sukses karena banyak mengambil peran, sukses karena penyikapan yang berbeda setelahnya tetaplah berkreatifitas. Thank’s mas Yhod
Sistem suatu perusahaan memang berpengaruh sangat besar disamping kemampuan individunya…dan kurang tepat menurut saya jika disebut keberuntungan, karena keberuntungan adalah sesuatu yang tidak terduga yang kita harapkan, saya setuju dengan komentar pak umar….terkadang ada perusahaan dengan sistem yang bagus seperti yang diungkapkan mas yodhia tapi ditengah jalan muncul kebijakan baru yang tidak kita harapkan misalkan perusahaan itu merger, namun kebijakan merger itu malah membawa kemerosotan yang akhirnya kebangkrutan seperti kasus citibank
semua itu sebab akibat dan terkadang kita tidak dapat memilih perusahaan mana kita bekerja karena faktor perut dan keluarga yang mengharuskan kita untuk tidak memilih pekerjaan….
maaf koreksi sedikit citibank merosot bukan karena merger tapi pergantian pucuk kepemimpinan..
terima kasih…
Mas Kardjono disini pernah berujar katanya :”Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Dilengkapi Nya makhluk Nya itu dengan perangkat super…..super……super…canggih yang jauuuuuuuh lebih canggih dari komputer buatan manusia yang paling canggih sekalipun. Pikiran adalah perangkat super canggih karunia Tuhan yang tiada taranya. Dengan memahami kemudian memanfaatkan kekuatan pikiran dalam dirinya, manusia dapat menjadi apa yang diinginkannya”. Sementara opung kita Albert Einstein berujar pula ” Jika persamaan A = x + y + Z kita ibaratkan sebagai formula “sukses”, maka x ; adalah kerja keras, y ; waktu untuk bersantai dan z ; adalah jangan banyak bicara”, cantik kali formula opung kita itu, tapi opung juga mengingatkan kita semua katanya ” Cobalah jangan berpikir menjadi orang sukses tetapi berpikirlah menjadi orang bernilai”, terbayang wajah opung, begitu tegar,tegas dan tajam tatap pandangnya saat beliau berujar tadi. Lain lagi dengan uncle Rick Devos beliau bilang “Sukses adalah keberhasilan yang kita capai di dalam menggunakan talenta-talenta yang telah Tuhan berikan kepada kita” daaaan untuk kita ketahui bahwa “Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang, suatu kaum, dan suatu bangsa jika orang, kaum, atau bangsa itu tidak berusaha mengubah nasibnya sendiri”. Rasanya tulisan Mas Yodhia juga komentar – komentar diatas udah mengajak seperti apa kata Mas Kardjono, Opung Albert Einstein juga Uncle Rick Devos, so, aku harus berusaha keras, cerdas dan ikhlas jika aku ingin sukses, makasih ya untuk semua pencerahannya.
kalau menurut saya sukses itu gabungan dari kesempatan dan takdir dari Tuhan (dimana ditakdirkan untuk tumbuh di lingkungan yang baik), sehingga menjadi suatu hasil yang menakjubkan.
Sajiannya yang memang renyah!!
Pada kisah diatas saya yakin kedua sarjana itu punya cita yang sama-sama tinggi dan setelah sekian lama dalam perjuangannya kita bisa bilang takdir mereka seperti itu.
Saya sependapat dengan esensi kisah yang disampaikan Mas Yod dan saya yakin kita akan tau, apa jawaban dari pertanyaan Mas Yod itu. (tapi cape’ mas, mikirin lingkungan sekarang mah, banyak paduka-nya!!!)
Kalo kita ingat pesan Rasul kita Muhammad SAW: “Hendaknya kalian melakukan perniagaan, karena didalamnya terdapat 9 dari 10 pintu rizki”.
Saya berpendapat bahwa lingkungan perniagaan adalah lingkungan yang dinamis untuk kita berkiprah dan berkarya, yang ternyata dipahami mempunyai lebih banyak unsur penentu suatu kesuksesan. (tul ga mas, tolong koreksi, ya’)
Ma’kasih, Mas Yod! Saya berharap ini dapat menumbuhkan semangat dan keberanian kita semua untuk memilih dan beraksi secara tangguh guna merubah nasib kita kedepan. SMANGAT!!!
Itulah fungsinya kita berprasangka baik kepada Allah. Saya membayangkan saat lulusan yang bekerja di perusahaan kecil akan berpikir iri kepada temannya yang bekerja di big company. Tapi kita tidak tahu ternyata Allah mempunyai rencana lain. Perusahaan kecil ternyata bisa menjadi tempat yang pas buat kita.
Sukses menurut saya bila seseorang mulai merasakan ingin berbagi, Bill Gates itu sukses habis habisssan, sudah kaya raya kemudian fund foundation juga hebat mempunyai empathy yang hebat terhadap mereka yang kekurangan dan hidup dengan tampilan kesederhanaannya. Mas Yodhia sendiri sudah masuk kreteria sukses, karena anda mempunyai kegemaran untuk berbagi ilmu yang didapat melalui blog ini, bravo.
Pak, mungkin perlu disamakan dulu persepsi atas definisi kesuksesannya yah…
Kalo sudah sama kan kita enak ngukur seseorang dianggap sukses dan yang lain belum!
Pepatah “jadul” ini mungkin masih relevan untuk mendiskripsikan sebuah ke-sukses-an secara sederhana dan tulus; Gajah mati meninggalkan gading, macan mati meninggalkan taring dan manusia mati meninggalkan nama atau jasa. Poin kesuksesan di sini menitik beratkan bukan pada materiil tetapi lebih pada hal yang lebih substansial……..indikatornya mudah saja kalau ide, gagasan, atau perilaku kita itu setelah sekian lama kita meninggal masih terus diperbincangkan orang maka kita telah sukses hidup di dunia ini, dan dalam perspektif agama kita meninggalkan amal jariyah, nilai-nilai kebaikan yang berfanfaat bagi umat manusia. Orang-orang besar dikenang bukan karena kekayaannya tetapi karena ide-ide dan gagasan besarnya………itulah yang abadi dikenang orang. So monggo dilanjut…….
sukses tidak melulu soal uang tetapi kepuasan terhadap hidup yang kita jalani. saya sepakat bahwa semua itu tidak terlepas dari peran uang tetapi abagaimanapun parameter uang hanyalah parameter fisik karena toh banyak orang yang bejibun uangnya tetapi “tidak” sukses karena terus menderita justru karena kabanyakan uang
saya sepakat keberuntungan sebagai variabel prediktor yang memicu kesuksesan, karena apa? karena kita hanyalah manusia yang tidak bisa mengontrol aktivitas kita dari A-Z. dan karena [beruntung] adalah istilah yang sering diulang-ulang dalam kitab suci. ini menunjukkan pentingnya istilah keberuntungan untuk diminta. bukan diusahakan.
salut banget yang komentar para kesenengan.
terima kasih telah menyajikan tulisan yg segar. Menurut saya sukses adalah pilihan. Seperti kita memilih bergerak atau diam. Gerakan menghasilkan dan menuju sedangkan diam hanyalah diam tanpa ada hasil yang kita dapat apalagi tujuan! Sangat tidak mungkin kita yang diam mampu berhasil. Jadi kita harus bergerak “Jangan Hanya Diam”.
Wah buku yang saya tunggu2 juga, dapet rekomendasi dari business week plus dibahas disini… (sudah ada versi translatenya kah?)
Mengenai cerita diatas itu memang sering terjadi, dan saya pikir ada faktor “kelalaian” yang di buat oleh mereka sendiri yang kurang sukses. Apakah itu? jika anda sudah membaca buku The Dip – Seth Godin pasti tahu jawabnya.
Ketika mereka tahu bahwa di suatu keadaan mereka tidak akan tumbuh dan berkembang menjadi yang terbaik, mereka seharusnya berhenti dan mencoba hal lain. Don’t waste things especially with your time, time is irreplaceable.
Thanks for sharing Mas.
saya setuju dan tidak setuju. setuju karena memang ada benarnya, tapi tidak setuju karena sukses juga merupakan sebuah pilihan. Tidak berarti bila lingkungan kita yang paling buruk di dunia, maka kita tidak bisa sukses. Sulit memang iya, tapi bukan berarti tidak bisa bila diusahakan.
kudu sabar kayaknya ya mas biar dapat cetakan bahasa indonesianya.gladwell bisa dibuka di situsnya gladwell dot com
Beberapa waktu yang lalu saya sempat mendapat gambaran buku ini dari Pak Tanadi Santoso, jadi semakin ga sabar untuk terima bukunya dari amazon …
Kami melihat kesuksesan sebagai sebuah target yang dinamis, bergerak sesuai dengan level pencapaian kita.
Kesuksesan besar didahului kesuksesan kecil, kesuksesan kecil adalah kumpulan akibat dari sebab positif.
Kendalikan tantangan karir dengan berdiri di atas ombak tantangan bukan di bawahnya; memudahkan pengendalian 🙂
salam,
kiki4hire
Tulisan ini menambah pengetahuan baru bagi Saya. Beberapa buku yang pernah saya baca, baik penulis luar maupun dalam negeri, mengenai self improvement sepakat bahwa kesuksesan dimulai dari mindset dan heart feeling.
Terkait dengan tulisan diatas, bila tempat kerja kita memiliki environment yang buruk, misalnya karena bidang pekerjaan yang tidak sesuai keinginan hati, gaji kecil atau boss galak, maka secara otomatis akan membangun mindset yang buruk dan akan menghasilkan result buruk sesuai mindset yang dimilikinya.
Tetapi bila orang tersebut berada di environment yang baik, gaji tinggi – bidang pekerjaan sesuai, maka mindset orang tersebut tentunya juga akan berbeda dengan orang pertama diatas. Keinginan baik tentunya tidak sulit untuk diraih oleh orang dengan mindset baik seperti ini.
Solusinya memang tidak ada lain, orang yang terlanjur tercebur ke environment buruk tersebut harus segera mencari tempat kerja baru agar mindsetnya bisa segera berubah menjadi baik.
“Kesalahan” pemilihan tempat kerja, yang menghasilkan mindset buruk, hanya salah satu penyebab gangguan terhadap mindset baik. Banyak contoh lain kejadian sehari-hari yang bisa menggangu mindset baik. Environment yang baik harus dibangun dari dalam diri sendiri agar tercipta dan tercapai hasil apapun yang diinginkan.
Salam kenal.
Ya,..itu tidak sepenuhnya benar, tapi tidak sepenuhnya juga salah,… Sebenarnya yang harus dilakukan oleh sarjana yang stuck tadi, ada 2 ;
1. Telpon Temennya yang bekerja di kantor yang bagus tadi apa masih ada lowongan trus pindah,…
2. Dia keluar dengan terobosan – terobosan lainnya seperti membuka lapangan kerja, atau sebagai entrepreneur.
http://www.robyirawan.blogspot.com
http://www.e-publsihingmedia.co.cc
Saya termasuk yang percaya dengan ‘kesuksesan (mendapatkan sesuatu sesuai keinginan) sangat tergantung dari NIAT / ALAM BAWAH SADAR’. Dikenal di konsep barat dengan berpikir dan berjiwa besar.Atau sekarang yang lebih baru ‘the secret’.
Seperti ilustrasi tentang dua orang yang memiliki kualitas pribadi yang sama namun ternyata hasil yang dicapainya berbeda. Menurut saya bukan karena yang bekerja di perusahaan beriklim dinamis yang lebih sukses, tapi (mungkin) karena orang yang bekerja di perusahaan besar, mulai patah semangat dan “mensabotase” pikiran/niat/alam bawah sadarnya sendiri, karena (biasanya) di perusahaan besar banyak orang yang juga berkualitas ternyata sulit untuk berhasil.
Tapi saya sangat setuju dengan prinsip “practises make perfect”
S
Terima kasih atas semua komentar rekan-rekan….
mengapa orang lain lebih sukses dari kita karena mereka bekerja lebih dari kita. lebih keras, lebih rajin, lebih motivasi dll. sedang kita perlu intropeksi diri lagi kenapa kita belum berhasil.
lingkungan ya?
lingkungan yang tepat..
Saya termasuk yang percaya dengan rumus fisika tentang usaha di SMP dulu.
W = F.s
Usaha (W) sama dengan besarnya Gaya (F) yang dikeluarkan dikalikan dengan seberapa jauh jarak (s) benda itu bergerak.
Dengan rumus ini, besaran usaha kita ditentukan dari efek atau hasil dari usaha itu, bukan semata-mata seberapa besar gaya yang udah kita keluarin (terlebih kalo kita memang hanya gaya-gayaan usahanya)
Artinya sepanjang belum berhasil mencapai target yang kita inginkan, itu berarti usaha kita memang belum maksimal.
Bagusnya itu membuat saya selalu positive thinking dan terus menerus berusaha memperbaiki diri. Namun kemudian dalam perjalanan memperbaiki diri itu saya berjumpa dengan segelintir dari mereka – yang boleh dikata at the top – tapi kok rasanya biasa-biasa saja??? their success I am afraid to say was purely because of LUCK!
Terus terang ini membuat saya sedikit patah hati
Bung Yod mungkin punya komen untuk mencerahkan?
Thanks sebelumnya
mas Yodhia…saya setuju dengan “kesuksesan sesorang ternyata jauh lebih banyak ditentukan oleh serangkaian keberuntungan, lingkungan dimana kita bekerja, dari mana kita berasal, dan juga kultur hidup yang membesarkan kita.”
cerita 2teman tsb, teman yang sukses di perusahaan dinamis mungkin saja “kelihatan” lebih sukses karena fasilitas,lingkungan yang lebih berperan…namun teman yang “kurang” sukses bukan berarti harus merasa rendah diri…karena dia mendapatkan apa yang tidak dimiliki teman sukses…yaitu tempaan mental di saat-saat sulit…
orang yang hebat berada dimanapun akan selalu hebat,rasanya cuman masalah waktu…
Totally BS. So according to this book, your life and success depends on your luck (i.e.: fate?). Yes someone can choose whatever they want, but then it depends on their luck to get sucess?? how BS is that?! fate/luck is in your own hands! you can change your fate if you REALLY want it and have FAITH in it! This is why Indonesia cannot raise up and fight! because they just wait and see! they believe it’s their fate and give it to God without doing NOTHING!! come on guys, have faith in yourself, success is not measured by how much you earn, it is how much you GIVE! give something to your country, give something to community, to your family, then you’ll see that it will all back to yourself.
success is personal. dimanapun dia bisa sukses asal mau mengembangkan dirinya.. entar jgn2 tempat kerja kita adalah kambing hitam atas stuck kita disana?? SAYA SUKSES KALO SAYA BAHAGIA WHEREVER WE ARE!!!
Dari review nya Pak Yod, sepertinya yang saya alami memang demikian… lebih dari 8th sudah melanglang di dunia kerja, dengan 5 tempat kerja yg berbeda (kutu loncat juga nih =), membuat saya sedikit menganalisis, bahwa memang faktor lingkungan cukup berperan besar dalam meraih apa yg diinginkan. Ya itu tadi, apakah lingkungan kerja (termasuk jenis pekerjaan) yang kita masuki sudah terjiwai? dapat dijalani dengan senang hati? sesuai dengan bakat dan kelebihan kita? sesuai dengan ‘value’ atau nilai hidup yang kita anut? sehingga sesuaikah dengan hati nurani saat kita menjalani sistem di tempat kita bekerja? Walaupun sudah kerja keras dan jungkir balik, tapi tidak dijiwai dan BÖSS tidak memihak kita, yahhh…getting nowhere deh..
hmmm…kena banget nih sharing nya…thanks ya Pak….buku versi bahasa sdh ada…? biar bisa lebih cepat dicerna…hehehe
sukses itu adalah seseorang yang bisa mengatur hidupnya yang menjadi akan lebih baik dan menikmati hidup dengan tenang.
mantap..
Begitulah ihwal. sehingga kami mendirikan sebuah usaha mandiri pemuda tan gguh! PMRELOAD Semangat!
Ijin untuk share buat kawan2 ya pak
Hm… Itu kenapa penting ya Pak untuk bisa belajar dan tinggal di kota besar (yang tepat, ex: ITB, Bandung) 😀
kalau dalam teori pencapaian visi..mungkin itu yg disebut, pilihlah lingkunganmu…
lingkungan yg mendukung akan membantu kita lebih mudah mencapai apa yg kita inginkan….
Pepatah mengatakan kepala boleh sama, tetapi isi berbeda, disini banyak orang yang menyatakan perbedaan definsi dari kesuksesan itu sendiri..
Dari point – point di atas, saya menyimpulkan kesuksesan merupakan suatu hal yang telah tercapai yang di inginkan individu tersebut.. ex: harta, kebahagiaan, akhirat, dll.
Lalu bagaimanakah menurut saudara orang yang gagal itu ?
orang lain belum tentu sesukses TS..syukuri yang ada dan tetaplah berusaha..smangad