Malcolm Baldrige National Quality Award adalah sejenis penghargaan tahunan yang diberikan oleh pemerintah Amerika Serikat (melalui Department of Commerce) kepada setiap organisasi di negara USA – baik profit dan non profit – yang dianggap mencapai kinerja yang unggul nan ekselen.
Nama Malcolm Baldrige sendiri diambil dari nama mantan Menteri Perdagangan AS yang menginisiasi kegiatan penghargaan ini. Sejak diperkenalkan pada tahun 1988, penghargaan tahunan ini telah memberikan kontiribusi yang signifikan bagi peningkatan mutu dan kinerja bisnis beragam perusahaan disana.
Seiring dengan hal itu, banyak negara di berbagai belahan dunia yang mengadopsi pendekatan dan kriteria yang digunakan oleh Komite Malcolm Baldrige untuk mengukur keunggulan kinerja. Kriteria yang mereka gunakan dikenal juga sebagai 7 Pilar Malcolm Baldrige. Dan jika diamati, tujuh kriteria ini memang sangat berperan dalam menentukan maju mundurnya sebuah organisasi (baik organisasi bisnis maupun organisasi publik).
Dalam tulisan ringkas kali ini, kita akan membincangkan 7 pilar atau kriteria Malcolm Baldrige tersebut.
Pilar yang pertama adalah Leadership. Kriteria ini ingin melihat bagaimana para leader di organisasi Anda menampilkan kapasitasnya : bagaimana mereka menetapkan visi dan tujuan organisasi; dan kemudian mengkomunikasikannya kepada setiap anggota. Juga apakah leaders di organisasi Anda memiliki kecakapan untuk mengelola dan menginspirasi anak buahnya untuk mencapai keunggulan kinerja. Coba sekarang pikirkan sejenak : kira-kira bagaimana mutu leadership para atasan atau bos di kantor Anda? Sudah oke dan berkelas dunia, atau yah…..boss saya kok begini sih……
Pilar kedua : Strategic Planning. Kriteria ini mau melihat bagaimana proses perumusan strategi ditetapkan dilingkungan kantor Anda. Dan yang tak kalah penting : apakah konten strategi itu secara tepat merespon dinamika perubahan lingkungan bisnis? Jadi kira-kira apa strategi yang telah ditetapkan oleh kantor Anda sekarang? Jangan-jangan Anda sendiri ndak pernah “ngeh” dengan peta strategi di kantor Anda. Doh.
Pilar ketiga : Customer Focus. Apakah produk dan layanan yang disediakan oleh organisasi Anda sudah mak nyuss? Atau hanya bermutu ala kadarnya? Apakah produk atau layanan yang dibentangkan oleh kantor Anda selalu segar nan inovatif; dan membuat para pelanggan bisa tersenyum riang? Atau sebaliknya : selalu menebarkan ketidak-andalan dan kualitas yang pas-pasan?
Klik gambar untuk akses free KPI software.
Pilar keempat : Performance Measurement. Apakah setiap leaders di tempat Anda sudah memiliki key performance indicators (KPI) yang jelas dan terukur? Dan apakah key indicators itu selalu direview secara periodik untuk melihat progress dan mengambil corrective action (jika targetnya meleset)? Pengelolaan kinerja dengan indikator yang jelas merupakan salah satu tanda munculnya performance-based culture yang kuat di sebuah organisasi.
Pilar kelima : People Focus. Seberapa jauh perhatian dan komitmen manajemen organisasi Anda terhadap pengembangan mutu SDM-nya? Elemen ini juga mau melihat apakah organisasi telah memberikan skema reward yang fair dan atraktif kepada segenap anggotanya. Kontribusi angggota yang melejit hanya akan merebak jika sebuah organisasi punya kebjiakan people focus yang solid dan konsisten.
Pilar keenam : Process Management. Kriteria ini mau mengukur bagaimana kantor Anda mendesain dan mengelola proses kerja kunci? Apakah setiap alur proses sudah didesain dengan ramping dan efisien? Atau masih banyak proses kerja yang terlalu birokratis, tidak saling terkoordinasi dengan baik, dan justru menimbulkan banyak silang sengketa diantara berbagai bagian/departemen?
Pilar yang ketuju atau yang terakhir : Result. Pilar yang ketuju ini mau melihat bagaimana hasil akhir kinerja organisasi : apakah makin kompetitif, makin efektif, dan makin mengkilap kinerja seluruh aspek organisasinya?
Melalui 7 pilar diatas kita bisa menakar dimana level kinerja organisasi Anda. 7 Pilar ini juga sangat membantu jika sebuah organisasi hendak melakukan proses transformasi menuju ke arah yang lebih menjulang. Artinya, 7 kriteria diatas dapat digunakan sebagai peta, sebagai roadmap, jika organisasi Anda hendak merumuskan action plan-nya.
Karena itu segeralah bertindak : diskusikan 7 pilar diatas dengan segenap jajaran manajemen di kantor Anda. Segera susun action plan, dan buat rencana implementasinya.
Dan oh ya, jika kantor Anda membutuhkan sparring partner untuk penerapan action plan tersebut, jangan segan-segan mengundang saya sebagai narasumber…..:):)
NOTE : Jika ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus tentang strategi bisnis, personal development dan leadership, silakan KLIK DISINI.
Photo credit by : DanielKHC @Flickr.com
Sajian pagi yg renyah mas yodia , saat ini sdh banyak BUMN yg telah mengikuti M,Baldrige seperti Telkom dan Indonesia Power dengan kategori Early Improvement scor diatas 350 an ,dan mudah2 an lebih banyak lagi…Tetapi pertanyaan utk USA sebagai pelopor ini kenapa bisa Colaps perekonomiannya ..apakah krn Moral Hazard Executivenya yg sulit dinilai walaupun sistem telah dibentengi dgn baik lewat 7 pilar tersebut..
Butuh pilar apa lagi utk tetap kokoh dan tumbuh maju suatu perusahaan?
Kapan ya Indonesia punya sistem manajemen yang produk sendiri, jadi tidak selamanya mengekor gaya manajemen di Barat yang belum tentu “fit” diterapkan di Indonesia, sudah waktunya pakar2 manajemen Indonesia untuk unjuk gigi menerapkan gaya manajemen ala Indonesia sendiri berdasarkan lokal wisdom budaya kita, seperti halnya yang pernah diajarkan oleh Ki Hajar Dewantoro dengan Ing Ngarso Sung Tulodho(seorang pimpinan harus bisa menjadi role model/keteladanan, Ing Madyo Mangun Karso seorang pemimpin harus bisa membesarkan hati (encourage) bawahan sehingga selalu termotivasi dan Tut Wuri Handayani yaitu seorang pemimpin harus berani meng-empower bawahan dengan mendelegasikan setiap pekerjaan selain itu juga ajaran 3N yang terkenal itu (Niteni, Nirokno, Nambahi. Sebenarnya banyak sekali pakar manajemen di negeri kita tercinta ini yang hebat-hebat namun kenapa kita selalu menganggap manajemen ala barat yang terbaik……Salam buat bang yodya yang tidak henti-hentinya memberi pencerahan dengan sajian renyahnya ini….
Mas Yodhia, sy baca artikel ini lg di jakarta, tepatnya di station gambir sambil nuggu kereta jam 17.00 ke cirebon (argojati), posting ini sungguh banyak sekali membawa manfaat pd saya, terutama untuk di terapkan di kerjaan sehari. Akhirul kalam…terima kasih Mas Yodhia yang sll memberikan ilmu yg bermanfaat. Semoga Allah sll melindungi kita semua. Amiiinn…
Eko (1) kolasnya ekonomi mereka sebenarnya lebih disebabkan oleh industri finansial (Wall Street dll) yang salah dan melegalkan “perjudian finansial global”.
Kalau dari sisi perusahaan non finansial, mungkin pondasinya masih kokoh juga…seperti Apple, Intel, Boeing, dan sejenisnya.
Sepakat bahwa industri finansial mereka harus diregulasi secara ketat. Dan sekarang tengah digodok oleh kongres.
Aris (2) : sebuah gagasan yang menarik. Dulu Prof. Andreas Dananjaya pernah melakukannya, dengan menggali konteks khas Indonesia….bukunya berjudul : Sistem Nilai Manajer Indonesia. Buku lama, sekitar tahun 1990, namun isinya bagus.
aslm… sajian yang bergizi pada senin pagi. saya sebagai seorang pns yang sejatinya pengabdi dan pengayom masyarakat, jadi kecanduan membaca dan menyimak ulasan ulasan nan inspiratif dari mas yodia. saya setuju dengan pendapat mas aris, bahwa indonesia tidak kekurangan pakar2 dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, pendidikan dsb. itu yang saya selalu tekankan pada murid2 saya, local wisdom= kearifan lokal, yang berlaku dalam seluruh dimensi kehidupan orang indonesia. jayalah terus indonesia….
HEllo Sir,
I tried to read your blog but its not in English. I dont mind you writing in Indonesian language but to suggest you , could you keep the option of English for the people who doesn’t know Indonesian language. If you do so then the reading ratio of your blog will also increase.
Kindly think over on the suggestion.
thanks
Bhumika
India
mas yodhia keren, dah ada pembaca tetap dari luar negeri dan meminta saran agar ada opsi untuk bacaan bahasa Inggris…
kalau di Indnesia namanya apa ya???
Banyak bagusnya mengikuti Malcolm Baldrige, karena kita “dipaksa” untuk menjalankan manajemen secara on the track dan terukur. Jangan sampai terlena, merasa sudah meraup laba besar, ternyata setelah diukur scorenya hanya 400, karena didalamnya leadernya asal2an, atau peoplenya tidak diopeni, atau resultnya hanya ‘ketiban rejeki’.
Sukses selalu buat mas Yodhia yg sudah ‘go international’
Apakah Baldrige dapat diterapkan di lingkungan Pemda , apa prasyaratyang diperlukan agar sistem tersebut dpat diterapkan di suatu organisasi? Trim
Malcolm Baldrige Award ini sgt bagus memacu kinerja dan semangat perusahaan dan organisasi. sejenis sudah ada di dept perdagangan seperti Export Award, yg diberikan kepada eksportir setiap tahun. Namun memang masih terasa kurang penghargaan kpd dunia usaha/organisasi baik yg profit or non profit di Indonesia, bila dibanding dgn negara tetangga Malaysia.
Saya merasa ter inspirasi setiap menghadiri Nasional Awards yg diselenggarakan oleh Negara Malaysia kepada stakehorders nya dalam memacu
kinerja dan perusahaan nasionalnya yg unggul dan excelent.
Sebenarnya bentuk penghargaan malcolm bridge awards itu intinya sama dengan model BSC atau yang lainnya, alat-alat itu sebenarnya satu sisi bisa jadi baik tapi disisi lain sebenarnya hanya tambal sulam, mana yang baik tergantung sudut pandangnnya. Tapi pada intinya kita jangan jadi korban dari kebijakan atau aturan negara2 maju yg ujung2nya dia yang jadi konsultan dan lain2. Jadi coba difikirkan baik2, apakah model2 ini harus diterapkan dengan mengorbankan sumberdana dan lain2.
Makasih mas infonya menjadikan kita tambah wawasan top markotop artikel nya mas
Mas Aris & Mas Listio yang terhormat
mencintai produk dalam negeri memang harus kalau ingin sejahtera, untuk saat ini mungkin produk2 inovatif belum bisa muncul dari anak2 bangsa
karena saat ini lebih sibuk dengan politik yang ujung2nya adalah untuk kepentingan kelompok atau pribadi,bukan untuk kepentingan negeri tercinta ini, simak saja kenapa mahasiswa kita di Australia waktu kunjungan study banding anggota DPR tidak sungkan2 menununjukan kepada dunia tentang keterbelakangan anggota DPR kita.
menurut BJ Habibie untuk jalan pintas maju kita harus “belajar dari akhir dan berakhir diawal” konkritnya kalau mau buat pesawat terbang tidak perlu mulai dari awal dengan mempelajari Aerodynamic, Fluid Mechanic, Machine Element dll lebih dulu tapi contoh saja langsung barangnya.
Demikian juga untuk yang lain misalnya Malcolm Baldrige , karena pada dasarnya kinerja apapun secara prinsip bisa diukur dengan MB Criteria jang bersifat universal. Negara ini bisa maju kalau pemimpinnya cerdas dan jujur. Mari kita introspeksi
Saya salut dengan mas Yodia yang mengelola Blog ini, apalagi yang dibahas adalah Malcolm Baldrige Criteria, bidang yang menjadi spesialisasi saya.
Sebagai seorang Asesor MBCfPE saya senang masyarakat Indonesia mulai mengenal tools ini sebagai alat pengendalian kinerja.
Menurut pengamatan saya sampai saat ini belum ada “tools” pengendalian kinerja yang lebih baik dari Malcolm Baldrige Criteria karena tools ini sangat komprehensif tetapi juga sangat fleksibel, bisa diterapkan pada semua organisasi, dalam situasi apapun, dan tidak akan konflik dengan sistem-sistem yang sudah ada di perusahaan kita.
MBCfPE hanyalah sebuat “jurus” sedangkan tingkat keampuhan jurus tersebut tergantung kepada yang menggunakannya.
Pengalaman saya mengassess beberapa BUMN menunjukkan kesalahan mereka terlalu fokus mengejar sekor padahal yang diinginkan Baldrige adalah continuous improvement didalam organisasi tersebut.
Rekan-rekan yang ingin sharing dengan saya tentang tools silahkan email atau kontak: 0852 5371 8164 Salam Ekselen!
Ide M. Baldgride ini tercipta ketika era tahun 80an, yakni era manufaktur ( kondisinya pertumbuhan manufaktur AS jauh tertinggal dibanding china dan jepang).
Namun diera sekrang perlu 1 pilar lagi agar bisa survive, yakni “inovation”. M Baldgride tidak memasukkan inovation karena pada jamanya cenderung perusahaan mendikte pasar. Inovation selain melahirkan produk baru, menjadikan produk lebih bernilai (contoh apple, dll).
Maka lihatlah saat ini justru perusahaan amerika yang pakai M Baldgride seperti GE, dkk ambruk dan kalah bersaing dengan produk cina, india, jepang. Penyebanya kurang inovatif.
Mas Yodhia,
Dalam referensi lain yang saya baca adalah :
Kriteria 4 : Measurement analysis dan konwledge management
Kriteria 5 : Workforce focus
Kriteria 7 : Operation focus
Pertanyaannya apa bedanya dengan kriteria 4, 5 dan 6 yang mas yodhia sampaikan ? Tks atas responnya
M. Firdaus
Firdaus (16) : Sebenarnya sama saja….hanya penamaannya saya ubah sedikit. Kalau malcolm baldrige ya memang ada 7 kriteria seperti saya uraikan diatas.