Pelajaran Strategi Bisnis dari Michael Porter

Strategic management atau manajemen strategi merupakan salah satu ranah disiplin ilmu yang populer dalam jagat manajemen. Setiap peserta program master of business strategy di segenap penjuru dunia pasti dengan tekun harus menjelajahi jurus-jurus yang ditampilkan dalam ilmu manajemen strategi.

Nah, dalam arena ilmu strategic management itulah, muncul sosok seorang guru yang amat berpengaruh. Namanya Om Michael Porter, yang mengajar di sekolah bisnis paling legendaris di dunia, Harvard Business School. Bukunya yang bertajuk Competitive Analysis telah menjelma menjadi semacam primbon yang kudu ditelisik oleh Chief of Strategist pada beragam organisasi.

Pada pagi ini, kita akan mencoba berkelana dan menjelajah practical tool yang ditawarkan oleh Michael Porter melalui ilmu strategic management-nya.

Salah satu elemen utama yang muncul dalam buku Competitive Analysis, adalah apa yang kelak dikenal dengan Porter Five Forces Analysis – sebuah tool yang diayunkan untuk menelisik seberapa atraktif sebuah bisnis – dan apakah kita layak menekuni bisnis itu atau tidak.

Saya akan menggunakan pendekatan five forces itu untuk membedah sebuah kasus bisnis yang konkrit yakni bisnis/industri kreatif pembuatan busana muslim perempuan (sebuah jenis bisnis yang kini tengah meledak ditengah “bangkitnya kesadaran mode kaum kelas menengah muslimah Indonesia”).

Elemen five forces pertama adalah : rivalries within industry. Elemen ini menelisik sejauh mana level kompetisi antara key players dalam industri itu.

Kalau kita mengambil kasus industri busana muslimah, maka kita bisa segera bilang bahwa inilah salah satu bisnis yang sangat crowded dengan ratusan kompetitor. Ragam-nya merentang mulai dari busana kelas murahan a la Tanah Abang hingga high end product layaknya merk Shafira yang di-besut perancang beken Fenny Mustafa (tempo hari saya diundang oleh Shafira untuk menjadi konsultannya, dan wow, betapa besar pabrik yang mereka miliki).

Pendeknya, rivalitas antar pemain dalam industri ini amatlah keras dan relatif brutal. Tanpa kekuatan diferensiasi produk yang menjulang, bisnis di bidang ini bisa segera membuat Anda terjungkal di kolong arena.

Elemen kedua : entry barrier. Elemen ini mau melihat sejauh mana tingkat kesulitan untuk masuk dalam industri tertentu.

Again, industri busana muslimah kelihatannya mudah dimasuki, namun sejatinya rumit. Yang paling utama, ini adalah jenis industri kreatif – dan saya harus mengatakan menjalani industri kreatif itu teramat melelahkan. Kreativitas kelihatannya sebuah kosa kata yang indah dan mengundang gairah. Namun menjalaninya dengan tekun sungguh amat menguras energi.

Semakin sulit industri Anda dimasuki orang lain, maka semakin bagus. Artinya bisnis Anda tidak mudah diganggu oleh para pesaing baru.

Elemen ketiga : buyer power. Sejauh mana para pembeli atau konsumen memiliki kekuatan untuk menekan produsen.

Dalam kasus bisnis busana muslimah, kita melihat pembeli tidak memiliki kekuatan yang begitu kuat untuk mendesakkan kepentingannya. Segmen pembeli dalam industri itu juga terentang luas : mulai dari yang ingin beli sebuah blouse dengan harga 70-an ribu hingga mereka yang dengan enteng mengeluarkan 1 juta per potong.

Elemen keempat adalah : supplier power. Industri ini sangat tergantung pada supplier bahan baku yang dikendalikan oleh beberapa big players. Tak banyak yang bisa dilakukan oleh produsen busana muslim jika harga bahan baku mengalami kenaikan. Apalagi jika produsen itu telah memiliki standar mutu bahan baku yang tinggi dan hanya bisa di-penuhi oleh sedikit supplier.

Elemen terakhir adalah : threat of subtitutes. Atau sejauh mana ancaman datang dari produk pengganti (subtitusi). Segmen pengguna busana muslimah adalah unik, dan mereka tidak bisa pindah dengan mudah ke jenis busana lain (misal busana blazer yang seksi, atau apalagi dengan rok mini yang ketat).

Pendekataan five forces ini bisa Anda gunakan juga sebagai semacam alat analisa jika kelak Anda ingin membuka bisnis baru (atau membangun bisnis sendiri). Setidaknya dari lima elemen diatas, Anda bisa memetakan apa saja yang kudu disiapkan. Dengan itu, maka strategi bisnis yang akurat bisa diracik dengan mantap.

~~
Jika Anda ingin mendapatkan materi presentasi yang bagus tentang strategic management, silakan KLIK DISINI.

Photo credit by : Lucie Debelkova @flickr.com

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

24 thoughts on “Pelajaran Strategi Bisnis dari Michael Porter”

  1. Kalau dibandingkan dengan tools lain seperti BCG,ADL, atau MC KINSEY matrix apakah kelebihan dan kekurangannya ya?

  2. Alhamdulillah tambah wawasan. Penambah nyali untuk buka usaha sendiri. Terimakasih, Pak Yodh!

  3. Join sharing…

    Memang dalam memulai/menjalankan suatu bisnis perlu yang namanya RISET, berapa banyak saingan, berapa banyak pencari, ada tidaknya supplyer itu perlu kita ketahui. Benar yang Pak Yodhia sampaikan.

    Bagaimana cara melakukan riset itu semua? Kita bisa memanfaatkan layanan google untuk melakukan riset itu semua, (untuk dipromosikan/dijual lewat media internet).

    1. Google Insights
    Untuk mengetahui grafik peningkatan/penurunan produk/keyword tertentu selama beberapa tahun/waktu ke belakang.

    2. Google Trends
    Untuk mengetahui populer tidaknya produk/keyword tertentu disuatu negara/kota.

    3. Google Keyword Tools External
    Untuk mengetahui berapa banyak pencarian dan saingan produk/keyword tertentu. Dan kita juga bisa menentukan negara dan kota mana yang akan kita target.

    Sebenarnya ada luar biasa banyak tools/informasi di internet yang bisa kita pakai untuk melakukuan riset tersebut.

    Yang penting kita harus mau action dan melek segala informasi, di blog ini ada banyak artikel yang akan sangat membantu kita.

    Semoga bermanfaat.

    salam,
    Didin A

  4. Menarik sekali, bisnis fashion dalam hal ini busana terkait dengan industri tekstil sbg bahan bakunya. Tekstil adalah industri padat karya yg rentan thd fluktuasi harga, bbm misalnya dan rawan thd kompetitor bahan impor. Semoga industri busana kita di tanah air bisa semakin berkibar.

    Salam,
    Wahyudi
    http://www.AvailableArticle.com

  5. Asyiiikk… nambah ilmu lagi.
    Kelebihan bisnis busana muslim yang dilakukan secara online adalah, ongkos kirim tergolong murah karena baju tidaklah berat, palng2 hanya beberapa gram 🙂

  6. Trimakasih mas Yodhia,

    sebagai masukan, untuk point kedua yaitu entry barrier, berkaitan dengan industri kreatif yg menurut mas Yodhia amat melelahkan.

    Tapi memang begitulah industri kreatif, jika orang-orang-nya memang memiliki talent ke sana, saya kira tidak akan melelahkan, bahkan menyenangkan dan menantang.

    Mungkin itu bisa dikembalikan kepada internal sdm dan visi-nya ya mas.

    Apakah begitu mas Yodhia?
    Thx.

  7. Irmawan (19) : memang kalau sudah passion-nya, akan asyik juga….namun tetap saja membutuhkan energi yang besar.

    Energi kreatif itu membutuhkan mood bagus, stamina yang tangguh, lingkungan kondusif, dan juga kerjasama yang solid. Semua ini acapkali tidak mudah dikelola dengan mulus.

    Apple mampu melakukannya dengan baik saat jaman Steve Jobs….secara periodik mampu mengeluarkan produk baru yang wow dan penuh inovasi…itu karena mereka punya Jobs. Setelah Jobs pergi, mungkin akan lbh sulit.

  8. wah ternyata semua saling berkaitan y ms, wah berarti skil & pengetahuan juga sy harus terus di tingkatkan, thanks ms tulisanya di tunggu tulisan berikutnya lanjout.. ^^

Comments are closed.