Value chain analysis adalah semacam pisau analisa yang bisa kita gunakan untuk membedah sebuah proses bisnis. Dengan value chain, kita bisa melakukan identifikasi mengenai proses kunci apa yang penting, dan proses mana yang sekedar pendukung.
Dengan value chain analysis, kemudian kita bisa melakukan semacam business reengineering : sebuah lelakon yang dijalani untuk membuat sebuah operasi bisnis menjadi lebih mak nyus, efisien dan mampu memberikan value added yang optimal.
Apa saja tahapan untuk melakukan value chain analysis, dan apa implikasinya bagi human capital strategy, akan kita bedah dalam sajian kali ini.
Value chain analysis sejatinya merupakan sebuah analisa untuk mengidentifikasi rantai proses apa yang paling memberikan value dalam seluruh proses organisasi.
Dalam contoh yang simpel, kita bisa mengatakan bahwa dalam bisnis rumah makan, maka rantai proses yang paling memberikan value adalah : proses pembelian bahan baku dan proses pemasakan oleh para koki. Sementara dalam industri kreatif clothing, maka key value chain ada dalam proses desain dan proses penjahitan/pembuatan busana.
Sementara dalam bisnis perbankan, maka value chain yang amat penting adalah pada sisi penggalangan dana dan penyaluran kredit. Dalam industri manufakturing, tentu saja yang paling penting adalah pada mata rantai proses procurement bahan baku, proses produksi dan quality assurance.
Dalam organisasi yang Anda tekuni sekarang, proses value chain analysis itu perlu dijalankan agar diketahui pada area apa saja terdapat proses yang paling memberikan valued added bagi kinerja organisasi.
Tahapan selanjutnya tentu jelas : dalam area yang teridentifikasi sebagai high value added areas, maka segala sumber daya untuk menopang proses itu mesti di-kerek tinggi-tinggi : mulai dari sumber daya peralatannya, teknologi, sistem operasi, hingga SDM yang menjalaninya.
Dengan kata lain, area yang memberikan high value added harus dilengkapi dengan sumber daya yang paling optimal.
Demikianlah, sebuah bisnis rumah makan misalnya, mesti memiliki sistem pembelian bahan baku yang sistematis dan teruji, serta mutu koki kelas dunia. Demikian juga sebuah bank, sangat membutuhkan tenaga pengelola dan pengatur kredit kelas jempolan.
Sayangnya, banyak organisasi yang luput melakukan hal yang sangat elementer (namun fundamental) tersebut. Banyak perusahaan dan organisasi yang gagal melacak key value chain dalam dirinya, dan kemudian gagal juga dalam mengalokasikan sumber daya secara cerdas.
Ambil misalnya, dalam soal pengelolaan human capital. Banyak perusahaan yang menganggap seluruh SDM dalam organisasinya bersifat sama, tanpa memandang apakah sebagian diantara mereka masuk dalam key value chain atau tidak.
Akibatnya, treatment pengembangan kepada semua SDM itu dilakukan sama dan seragam. Ini bukan saja melelahkan (karena Anda harus mengurus SEMUA karyawan), namun juga merupakan pemborosan.
Kenapa kita tidak fokus saja pada SDM yang berada pada high value added areas – lalu kita habis-habisan menggodok talenta-talenta kelas dunia dalam bidang itu.
Itulah yang dilakukan oleh Google, Microsoft, Apple dan juga Unilever. Mereka tahu siapa saja key people mereka (programmer untuk Google dan Micorosoft; desainer produk untuk Apple; dan marketing serta distribution people untuk Unilever).
Lalu kemudian mereka “menganak-emaskan” (bahas halusnya : memprioritaskan) human capital dalam area-area kunci itu (gaji tinggi, fasilitas keren, serta memberikan program pendidikan dan pengembangan nomer wahid). Sementara pegawai yang tidak masuk key value chain, ya cukup diberikan fasilitas yang standar-standar saja.
Bagi Anda yang berkecimpung dalam departemen SDM, saya tahu resource dan energi Anda acapkali terbatas. Karena itu, daripada berniat menjadi “praktisi sosialisme” (yang menganggap semua karyawan perlu mendapatkan treatment yang sama), maka lakukanlah value chain analysis segera.
Identifikasi key value chain dalam proses bisnis Anda, dan siapa saja yang ada didalamnya. Fokuskan energi dan resource Anda yang terbatas itu : untuk meracik, menggodok dan menghidangkan program pengembangan kelas dunia untuk orang-orang tersebut.
Sebab orang-orang dari key value chain inilah – dan bukan orang lain – yang akan menentukan apakah bisnis perusahaan Anda bisa terus melenggang, atau mati terkapar di tengah jalan.
oh gitu toh.., baru tahu aku
Dalam bahasa kerennya talent manajemen.
namun demikian saat sebuah system sdh terbangun dengan baik, apakah model talent manajemen msh berlaku absolut? jika kita amati,misalnya astra,setiap periodik menyelenggarakan managament devv.program.karena system sdh bagus,saat ini mereka tdk akan khawatir sdm nya dibajak.
dan yahoo sendiri jg jatuh performance jg bkn krn sdm nya dibajak google.
menurut sayaa sdm sbg key point berlaku untuk company yg sdh bertumbuh,jik company sdh mapan, maka system yg dibuat oleh manajamen yg menentukan.
Salam,
Wahyudi
http://www.AvailableArticle.com
Akhirnya, bisa baca artikel pak Yodhia yang paling seger.
Setuju Pak bahwa sebuah perusahaan harus mempunyai perhatian prioritas terhadap SDM yang merupakan inti Value Chain, karena memang terbatasnya sumber daya.
Meskipun stategi mudah dipahami bagi seseorang yang berkecimpung di sebuah perusahaan. Tetapi, ilmunya juga mantap kalau dipraktikkan pada usaha kecil dan menengah.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang distribusi Tas, kami juga mempunyai kunci prioritas untuk menjalankan roda bisnis. Salah satunya yaitu jalur distribusi.
Setiap proses bisnis harus benar-benar dianalisa dan diteliti secara mendalam dan sistematis. Dan salah satunya seperti yang di artikel ini..
Alhamdulillah… Smart n Focus idenya Pak. Moga bisa saya terapkan di Bisnis Saya yang sedang Merangkak lagi setelah sempat Oleng (Dibaca Goyah)…Kalau Sempat kunjungi blog saya dab kasih saran n masukan juga Pak. Jazakumullah…
Mas. Yodia. Saya sudah rancang hal ini untuk Direktorat Jenderal Pajak dan judulnya adalah reengineering proses bisnis DJP. Dengan proses bisnis baru ini saya yakin tax ratio Indonesia akan menjadi 19% dari yg samula “hanya” 12 – 13 % saja.
btw aku no HP Mas Yodia hilang (maklum sudah soak hp lama) mohon dikirim japri aja ya>>>>
wah betul skali pak…,sangat-sangat setuju…,wasting time menurut sy klo seseorang yg berada di posisi atas (misalkan Manager) turun langsung (turut campur)dalam urusan di level bawah (pelaksana).monitoring dan pengarahan cukup di dilakukan diposisi kepala bagian/kepala unit saja(secaraa struktural) klo menurut saya…,seorang Top Management lebih baik fokus ke pengembangan perusahaan dalam hal ini menemukan “Value Chain Analysis” perusahaannya…
mungkin ada yang bisa menambahkan?
Great pak Yodhia. Betul-betul bisa menjadikan Senin hari ini semakin renyah dan semangat bagi saya.
Value chain analysis harus menjadi bagian kompetensi seorang HR manager dan juga line manager, sehingga bisa dijadikan fokus analisis manajemen.
Btw, kalau saya kaitkan dengan konsep dan tahapan dalam men-develop KPI, value chain spertinya menyerupai penentuan Key Result Area. Have excellent monday.
Terima kasih pak Yodhia atas tulisan2nya yang segar dan bermanfaat. Banyak portal dan blog Manajemen yang saya baca tapi blog ini selalu saya tunggu updatenya setiap hari Senin …. Good Luck!
Thanks !OK tok.
Nice topik mas, tapi blm bisa diterapkan di bisnis saya, karena semuanya masih saya yang melakukannya..hehhe..dari hunting barang jadoel, foto barangnya, posting ke web, melayani pelanggan, dan menggaji diri sendiri..hehhehe..salam
good article… sangat nampar!! buat para pelaku bisnis yang terkadang salah mengedepankan SDM mereka. Seperti contoh pada perusahaan yang saya tempati. Perusahaan kami bergerak di bidang propherty akan tetapi karyawan dept.Tekniknya lebih sedikit dari IT. Saya rasa pemborosan yang sia-sia, karena produknya adalah propherty (rumah), bukan hosting..he 🙂
Satu lagi hidangan ‘penghematan’ dari Pak Yodh. Terimakasih banyak.
informasi ini sangat berguna bagi saya,thanks banget untuk wawasannya,cara menjadi oramg sukses dasar-dasarnya seperti apa
Bung Samon (6) : kalau Anda bisa execute rencana itu, pasti dahsyat impaknya bagi kesejahteraan negeri Indonesia.
Sebagai salah satu petinggi di Dir. Pajak, Anda punya banyak ruang untuk memberikan kontribusi yang nendang…..dan sekaligus memastikan bahwa pegawai macam gayus dan dhana tak akan pernah muncul lagi.
Kalau DJP (Direktorat Jendral Pajak) jadi melakukan value chain analysis, jangan segan-segan dong undang saya sebagai konsultannya.
Dimas (12) : fenomena yang Anda ceritakan itu banyak terjadi….di perusahaan BUMN agak common, apalagi di lembaga pemerintahan.
Saya kira kalau value chain analysis dilakukan benar-benar, banyak perusahaan yang bisa menghemat jumlah pegawainya hingga 20 – 25 %.
saya sekarang jadi tahu, apa yang menjadi value chain bagi bisnis saya.. oke!!!
dengan kata lain kalo ada ‘perlawanan’ dari serikat kerja harus siapin alasan yang tepat buat ngeles pak ya… 😉
Bila baca artikel ini tiap hari Senin…just like flower give a water. Terimakasih Pak Yodh!
Disiniblog mencoba update tiap hari kerja.
Inspiratif bgt mas Yod. Btw, kalo lagi membuat usaha baru, gimana caranya memakai cara ini? tengkyu 🙂
saya kira perlu juga berhati-hati dalam implmentasi value chain dengan prinsip menganak-eamaskan beberapa orang yang dianggap posisi penting.
Jangan sampai menimbulkan gap yang terlalu jauh dan akhirnya akan ada reaksi dari karyawan yang merasa “dianak-tirikan sehingga pembagian kue organisasi tidak dirasakan bersama.
Saya kira bisa aja diterapkan sepanjang masih dalam lingkup yang wajar.
Dan saya kira ini jauh dari ajaran suci dari Tuhan yang mengajarkan kebersamaan dan tidak menganggap “enteng” posisi lain padahal sebetulnya semua punya peran dalam membesarkan organisasi.
Terima kasih analisisnya…
mantab, nilai tambah perlu untuk di tingkatkan, saya juga masih belajar untuk lebih meningkatkan nilai tambah apa yang dapat sy berikan smoga dapat bermanfaat bagi orang lain, di tunggu tulisan berikutnya ^^ lanjout..
Makasih Banyak Pak Inspirasi Sorenya 🙂
terimakaih atas info nya min 😀