Kisah tentang Anak Supir Angkot yang Jadi Direktur di New York

Pagi ini, di tengah awan mendung yang terus menggelayut, di sela tetesan hujan yang membasahi daun-daun pepohonan, saya ingin mengajak Anda semua untuk berkelana : menengok sepotong kisah perjalanan anak supir angkot yang kemudian menjadi direktur sebuah perusahaan global di New York.

Inilah sebuah pengembaraan anak muda miskin dari sebuah desa kecil di tanah air, yang kemudian meretas karir sebagi top executive di jantung kota dunia, dalam keriuhan kota Manhattan yang berbinar-binar.

Inilah sebuah kisah tentang kegigihan, tentang impian yang tak sempat terucap, dan juga tentang makna ketekunan merajut nasib hidup.

Baiklah, silakan diseruput dulu kopi hangatnya. Gerimis yang merintis, secangkir kopi hangat, dan sajian dari blog yang renyah ini, adalah kombinasi indah untuk memulai Senin pagi.

Kisah ini berawal dari anak muda bernama Iwan Setyawan. Ia lahir di tahun 1974 dari desa udik di pinggiran kota Malang. Ayahnya hanya sopir angkot, dengan penghasilan yang amat pas-pasan. Ibunya hanya ibu rumah tangga biasa, yang tak kenal letih membesarkan dan mendidik anak-anaknya dengan penuh kesederhanaan.

Iwan menghabiskan masa kecil dan remajanya dalam hidup yang serba muram : lantai rumahnya hanyalah tanah tanpa tembok, ia harus berjualan makanan saat remaja demi menyambung biaya sekolahnya; dan ibu-nya berkali-kali menggadaikan apa yang ia punya hingga tandas. Semua demi menyambung hidup, demi membiayai pendidikan anak-anaknya.

Ia lalu menebus lelakon hidup yang muram itu dengan ketekunan belajar yang luar biasa : tak kenal letih ia belajar ditemani lampu petromaks yang kian redup. Ia meretas prestasi yang mengesankan saat SMA, hingga ia mendapat PMDK untuk kuliah di jurusan Statistik, IPB Bogor. Dari sinilah, pelan-pelan tirai hidup yang lebih terang disibak.

Selulus dari IPB, ia diterima bekerja di Nielsen Company, Jakarta : sebuah perusahaan riset pemasaran global yang ternama. Lantaran prestasi kerjanya yang mencorong, ia kemudian di-tugaskan untuk bekerja di kantor pusat Nielsen di New York. Selama 10 tahun ia berkelana di Manhattan, hingga mendudukup posisi Director, Client Management Nielsen Global Co.

Ada tiga serpihan pelajaran yang bisa di-ringkus dari kisah anak muda ini (yang kemudian ia tuliskan dalam novel realisme yang memukau berjudul 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke the Big Apple).

Lesson # 1 : Education is the best investment in your life. Kisah mas Iwan menghadirkan semangat ini dengan nyaris sempurna. Ia tak akan mungkin mendapatkan PMDK ke IPB kalau prestasi belajar SMA-nya abal-abal. Dan ia juga bisa diterima di Nielsen lantaran bekal sarjana statistik dari kampus IPB.

Yang mengesankan adalah ketika ia bertekad menebus kemiskinannya itu dengan spirit belajar yang luar biasa : sejak ia sekolah SD hingga tamat kuliah, ia tak kenal lelah membaca buku-buku pelajaran/kuliah yang ia tekuni.

Lesson # 3 : Your Mother is Your Source of Success. Dari kisah yang dinarasikan dengan indah oleh mas Iwan, kita bisa melihat betapa besar peran ibu dia dalam mendidik anak-anaknya (Iwan adalah anak ketiga dari lima bersaudara; dan semua kakak adiknya relatif sukses).

Meski ibunya hanya menempuh pendidikan SD, namun ia menunjukkan talenta kecerdasaran ibu yang luar biasa : mengajarkan begitu banyak tentang ketegaran hidup, tentang etos ketekunan, dan juga tentang keikhlasan merajut nasib.

Kelak ketika sudah menjadi eksekutif di kota New York, Iwan suka mengenang masa-masa kecilnya yang serba kekuarangan, mengenang ibunya yang harus menjual piring demi sesuap nasi dan biaya sekolah anak-anaknya.

Sambil memandang butiran salju dari jendela apartemennya di Manhattan, air mata anak muda itu sering luruh : ia selalu terkenang dengan kegigihan ibunya yang tak kenal lelah.

(Sebelum melanjutkan membaca, silakan diminum lagi kopi hangatnya…..sambil mengenang betapa besar perjuangan Ibu Anda dalam mendidik anak-anaknya, termasuk Anda).

Lesson # 3 : Alumni Connection is Important Too. Iwan adalah lulusan IPB, dan jaringan alumni mereka yang tersebar dimana-mana itu (termasuk di Nielsen Co) sedikit banyak berperan dalam karir yang ia rajut.

Begitulah : kita mengenal adanya UI Connection, ITB Connection, IPB ataupun UGM Connection. Kuliah di kampus terkemuka memang bukan hanya dapat mutu; namun yang mungkin lebih penting adalah ini : jaringan alumni mereka yang tersebar dimana-mana (dan setiap saat mau membantu adik alumninya yang baru lulus).

Jadi omong-omong, Anda lulusan dari mana? Dari ITB, UI atau Universitas Mpu Sendok?

Demikianlah, tiga serpihan pelajaran yang bisa kita petik dari perjalanan hidup mas Iwan Setyawan. Novelnya yang inspiratif ini menjadi best seller, dan sebentar lagi akan di-film-kan.

Kalau kelak Anda ingin menonton film 9 Summers 10 Autumns ini, silakan hubungi saya. Sebab, sudah lama saya ingin mentraktir Anda semua (pembaca setia blog ini) nonton film bagus di bioskop.

Setelah itu, pulangnya kita rame-rame ngopi di Kopitiam sambil menikmati pisang bakar coklat keju —-> Sesuatu banget.

Happy MONDAY !!

Photo credit by : Javier Gutierrez Acedo @flickr.com

Dapatkan secara gratis 4 ebook tentang karir, bisnis dan personal motivation DISINI.

Author: Yodhia Antariksa

Yodhia Antariksa

92 thoughts on “Kisah tentang Anak Supir Angkot yang Jadi Direktur di New York”

  1. ..Luar biasa.

    Sama dengan kisah chairul tanjung yg bisa sebesar sekarang karena perjuangan seorang ibu.

    disini kita bisa memetik pelajaran bukan materi yg menhantarkan sukses/perilaku seorang anak tetapi kegigihan dalam membesarkan dia, perjuangan ibunya, hingga menbentuk mental, pandangan seorang anak dalam menyikapin kehidupan..

    bnyak kasus justru dengan dimanja dan tlalu komsumtif menjadikan seorang anak menjadi mental instand dan malas meperjuangkan hidupnya sendiri

  2. Saya membaca novel ini tahun lalu, memang sangat menginspirasi.

    Novel ini merupakan bukti lain bahwa pendidikan merupakan social elevator yang sangat luar biasa.

    Cerita-cerita tentang dahsyatnya pendiidkan mampu memperbaiki kualitas sosial ekonomi dan masyarakat (terutama di negara berkembang) memang sudah banyak. Serupa dengan cerita pak Chairul Tanjung, Ahmad Fuadi (penulis novel Negeri 5 Menara), dll merupakan bukti nyata kekuatan pendidikan.

    Seperti yang pernah dikatakan pak Anis Baswedan, “dalam negara berkembang, universitas (pendidikan) menciptakan kalangan menengah baru”.

    Saya juga tersadarkan oleh pernyataan salah satu kawan, “invest first in education, because the really thing you have is your mind”.

    Selain itu, kisah-kisah inspiratif ini menyadarkan saya tentang perbedaan semangat berjuang antara anak-anak yang hidup di desa dan anak-anak yang hidup di kota (di Indonesia).

    Meskipun ini pandangan yang sangat subjektif, tentu saja 🙂

  3. Pagi yang cerah diawali dengan informasi yang menggugah sendi-sendi cipta, rasa dan karsa.

    Semoga Mas Yodhia senantiasa mampu menghadirkan khazanah yang memperkaya relung-relung hati dan pikiran; untuk senantiaasa mempertahankan spirit perjuangan dalam menggapai kehidupan/nilai-nilai positif yang semakin tergerus alur-alur kehidupan yang cenderung berperilaku serba instant dan mengagungkan konsumerisme.

    Semoga.

  4. Menarik untuk diikuti, seperti halnya membaca kisah inspiratif dari Handry Satriago, Merry Riana, Chairul Tanjung, atau yang lainnya..

    Eniwei, mas Iwan ini apakah punya blog yang renyah seperti halnya milik mas Yodh?

  5. Wah pagi-pagi gini udah disuguhi bacaan yang renyah dan menginspirasi sekaligus menggugah motivasi. Peran Mother dan Almamater (sama2 dalam artian Ibu 🙂 memang sangat besar dalam perjalanan karir dan studi kita.

    Wah sy belum miliki bukunya 🙂

    Makasih Mas Yodha untuk tulisan-tulisan yang renyah ini, hanya Allah yang bisa membalas jasa baik Mas Yodha unutk sharing-sharing tulisan renyahnya 🙂

    Salam
    Taufik Nur di ITS Surabaya

  6. Thanks sharingnya mas Yodh, senang bila setiap senin bisa membaca kisah2 menggugah seperti ini 🙂

    sekalipun saya punya novel 9 summers 10 autumns tapi pengulasan mas Yodh menarik, berharap akan muncul novel lain dari mas Iwan..

  7. very good mas,memang jaringan alumni banyak membantu

    saya berkecimpung di dunia emas hitam yang hanya segelintir orang…peran alumni cukup membantu…

    dan terutama doa ibu, kasian dech lakilaki>>>

    aniwe…excellent mas…..

  8. Sangat inspiratif..

    tokoh2 seperti ini juga harus dikenal oleh generasi muda yg dicekoki oleh hal2 konsumtif dan berlimpah fasilitas orang tua sehingga kadang mereka lupa bahwa mereka kelak harus berdiri di atas kaki sendiri..

    Ayo guru2 Indonesia..tlg murid2nya ditugaskan buat resensi buku2 seperti ini.

    Dewi – Dosen

  9. Amazing Pak Yodhia.

    Begitu mencurahkan dan stunning banget. I learnt lots of your story. Ya, saya tunggu traktirannya nonton dan kopitiamnya ya 😀

    Pengalaman orang lain adalah guru terbaik sepanjang masa,

    Salam, Chris.

  10. Mas Yodh, sbg seorang ibu dan pendidik paud, kisah inspiratif pagi ini menambah smangat baru utk mbangun generasi yg tangguh spt mas Iwan.

    Thanx 4 share..

  11. Luar biasa…very inspiring…
    Selain talenta dan ketekunan yang luar biasa, diperlukan wadah (tempat kerja) yang mendukung inovasi dan menghargai intelektual.

    Thanks Mas Yod.
    Mas Yod, boleh nih pembaca blog – kapan2 bisa ngopi bareng dan bahas tentang film ini.

  12. Belajar dari yang terbaik, setidaknya belajar dari pengalaman orang lain… hidup adalah pilihan perjalanan, bukan tujuan.

  13. Luar biasa…!!! hati tergugah kembali sekian lama terbuai dengan keadaan yang menghimpit dada..

    thanks bang yodhia.boleh saya mo ikut gabung nobar film-nya.

  14. Pagi Pak Yodh, sangat inspiratif sekali

    Pengalaman mas iwan waktu kecil mirip sama dengan saya, namun saya masih sangat jauh belum mentas

    mudah-mudah next time bisa minimum menjadi direktur buat diri sendiri dan keluarga

    Sekali lagi thank.

  15. Ini lirik “lagu ” dari Iwan yang lain:

    Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
    Lewati rintang untuk aku anakmu
    Ibuku sayang masih terus berjalan
    Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah

    Seperti udara kasih yang engkau berikan
    Tak mampu ku membalas, ibu… ibu…

    Ingin ku dekat dan menangis di pangkuanmu
    Sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu
    Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
    Dengan apa membalas, ibu… ibu…

    Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
    Lewati rintang untuk aku anakmu
    Ibuku sayang masih terus berjalan
    Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah

    Seperti udara kasih yang engkau berikan
    Tak mampu ku membalas, ibu… ibu…

    ——————————————-
    “Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.

    Artinya :

    “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.

    Terimakasih Pak Yodh, artikelnya mengingatkan pada Ibu saya yang berada di alam kubur……

  16. Terima kasih, Pak Yodh.
    Sangat memberi motivasi kepada kita semua.

    Kapan-kapan nonton bareng ya…9 Summers 10 Autumn.

  17. Pencerahan yg Indh di pagi yang cerah..

    Disamping usaha yang luarbiasa, untaian doa dari Ibu juga tak kalah luar biasanya..

    Mari kita bekerja luar biasa sambil berbakti sekuat tenaga untuk ke dua orang tua kita..

    Amin..

  18. Alhamdulillah sudah punya buku nya, karena saya juga pernah kuliah di malang. So pengen baca kisah anak Batu yg sangat berdekatan dengan Malang.

    Mas Iwan ternyata memilih meninggalkan kemewahan di NY dan lebih memilih mendedikasikan di INdonesia. Walaupun Gaji yg didapat sangat jauh berbeda, but rezeki rasa cukup semuanya dari Alloh – keberkahan yg dikejar.

    @rizalarable
    owner Blog Sing Biasane

  19. Trims ya Pagi-pagi udah dapat sesuatu yang wah…

    Aku sempat melihat Mas Iwan ini di salah satu TV swasta sewaktu beliau diwawancara. Walau hanya lewat layar kaca terlihat jelas sangat “humble and down to earth”.

    Dengan prestasi yang BESAR….

    Semoga menginspirasi semua generasi muda di negeri ini dan “aku” semoga bisa setangguh ibunya.

  20. Wah boleh juga nih mas yodh nonton bareng skaligus kmpul bareng penggemar bsm, maju terus jaya blog strategi + manajemen!

    GBU all
    Rudy

  21. Memang salah satu cara memperbaiki taraf hidup, bagi saudara kita yg kurang mampu, adalah mengandalkan harta dari Tuhan, yaitu otak. Belajarl yang rajin, raih prestasi, masuk UN, lulus gemilang —-peluang memasuki korporasi besar terbuka lebar. Very Inspiring

  22. ide yang bagus pak Yod, gathering member strategimanajemen sambil nonton perjuangannya mas Iwan. saya antusias banget pak, moga pas di jakarta

  23. Mulianya derajat sang ibu bgimana Allah menyandingkan namanya dg nams ibu dibanyak ayat alquran .Jadi baktii kpdya harga mati untuk kebahagiaan dunia akhirat

  24. Canny (16) : syair lagu IWAN FALS itu sangat menyentuh; dan lagu itu memang sudah jadi legenda.

    MAri kita tundukkan kepala sejenak, dan menghaturkan sepotong doa yang khusyu’ untuk Ibu kita semua….

  25. waw….ditraktir sambil dapat ilmu dan networking, SESUATU yang cetar sekali 🙂
    Saya mau pak, kapan dan dimana?
    Thanks

  26. Kesimpulan dalam kehidupan ini :

    Seseorang yang dilahirkan dari keluarga yang memiliki ekonomi lemah, cenderung menjadi pribadi yang tegar dalam menghadapi realitas hidup.
    Banyak orang sukses berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja.

    Cerita ini seharusnya bisa memberikan inspirasi orang-orang yang dilahirkan dari keluarga “kaya” untuk lebih maju dengan didukung segala fasilitas yang ada, bukannya menjadi “manja” dengan mengandalkan kekayaan orang tuanya.

  27. Terimakasih Mas Yod atas nasehatnya…

    Seblmnya memang Mas Iwan juga pernah diwawancarai di Kick Andy…

    Nah Kalo di filmkan pengen nonton juga nih… apalagi ada yang traktir..

  28. JANGAN SALAHKAN SIAPA2 JIKA ANDA TERLAHIR MISKIN, NAMUN JIKA ANDA MATI MISKIN ITU ADALAH SALAH ANDA.. The poin is SEMANGAT PANTANG MUNDUR !!

  29. Bukunya sudah saya baca setahun lalu dan saya cukup terkesan, meskipun tokoh anak kecil imajinatifnya kurang saya sukai dan sepertinya tak perlu ada di novel tsb (ini menurut saya lho)

    Ditunggu traktiran mas, meskipun agak sulit karena saat ini saya ditugaskan di ujung barat Indonesia.

    salam.

  30. Mangstab gan!!
    emg Rejeki dr Allah SWT gak bakal ketuker dah…apalg dg doa Ibunda…
    btw, Aku Ambil deh “TANTANGAN” Nobar Film ini yaaaaaaa 🙂

  31. saya seorang “Pendidik” di sebuah sekolah di Kota Kecil…sekian lama berkecimpung di dunia pendidikan, banyak sekali orang tua murid yang “menyerahkan seluruh” proses pendidikan anaknya ke “sekolah”.

    Suatu hal yang wajar, namun peran orang tua dalam mendidik, membimbing anak tidak bisa di singkirkan.

    Kesuksesan anak belajar di sekolah, tidak akan terlepas dari kesuksesan “orang tua” dalam mendidik anaknya di rumah. Hal ini berlaku bagi semua bentuk sekolah (full day ataupun boarding).

  32. Mas yod…..janjinya bnyk yg nagih tuch sy juga ikutan

    ya..sungguh bnyk mnfaat yg mas tebar leawt blog iini semoga jadi ilmu yg brmnfaat dunia akhirat

    jgn lupa nobar dan ngobarnya. what you give you get back.
    He..he

  33. Agak telat baca ni pak yod, tapi hikmah bacaanya g’ bakal telat sampai kapan pun

    kita seringkali disuguhi cerita menakjubkan seperti di atas, akan tetapi permasalahn yang sering muncul ketika ingin seperti mas iwan, justru kita sering berbenturan dengan kondisi yang runyam, dan parahnya lagi, kita sering K.O sebelum bermain.

  34. berasa banget pak, saya juga kuliah di salah satu univ negeri ternama, baik dari dosen muda maupun koneksi kuliah keluar negeri lagi melanjutkan S2 sangat banyak sekali, kesempatannya begitu banyak

    mungkin itulah mengapa belajar tidak hanya kualitasnya saja, tapi juga kemapanan alumninya menjaring koneksi yang baik.

  35. sedikit berbeda ‘corak’ dari tulisan pak Yodh sebelum2nya.
    kalo di tulisan2 pak Yodh yg dulu kental sekali dengan anjran untuk berbisnis/berwirausaha, maka yg ini menyuguhkan cerita sukses dari seorang pegawai.

    Nah, kalo gitu kita enaknya jadi Pengusaha dulu atau fokus jadi Karyawan (yg berprestasi) aja nih pak Yodh ? 🙂

  36. kang … sangat menyentuh, ternyata saya sudah terjebak rutinitas hidup sehingga sudah lama tidak merenung dan mengenang peran bunda tercinta, … ijin copy yaaaa …

  37. This article is not for me 🙁

    Saya dulu sangat suka mengejar prestasi akademik, namun sejak SMA kelas 2, sejak saya mengenal dunia blogging (yang menghasilkan uang), minat saya untuk mengjar prestasi bener2 hilang. Well, nilai semester dan ipk saya ga jelek, tapi saya sudah tidak pernah lagi mengejar prestasi akademik.

    Yang saya lakukan adalah meningkatkan skill dalam dunia online (website dan segala macamnya).

    well, kesimpulan nomor 2 saja yang saya ambil 🙂

  38. Kegigihan, inspiratif sangat menyentuh. Teryata dengan kegigihan keinginan kita bisa kita raih dan jangan meratapi nasib.

    Kita nonton bareng Mas, gak perlu di traktir, kebersamaan lebih penting.

  39. sebenarnya saya skeptis dengan kisah kisah inpirasi semacam ini. karna seperti tidak banyak ngefek.
    namun 3 point yang anda sebutkan diatas, saya setuju banget.

    -terus belajar
    -motivasi membahagiakan keluarga
    -alumni connnection (meskipun saya hanya lulusan SMU tapi yang ini juga banyak membantu. saya membeli laptop pertama dari teman smu. dengan harga teman juga tentunya)

    kira-kira seperti itu.

  40. sebtulnya ceritanya tidak jauh dari keadaan saya masa lampau, meskipun endingnya sampai sekarang blm spt mas iwan tp saya sangat bersyukur saat ini saya sdh lbh dari cukup dan saya yakin suatu saat mimpi2 besar yg slama ini belum terwujud suatu saat pasti bisa kugapai,,

    mhn doanya mas yodhia, karena saya jg lulusan Universitas Islam Indonesia dan saya berjanji akan menjadi generasi mas iwan selanjutnya,,

    keep inspiring,,
    keep istiqomah,,
    <>

  41. wow sangat menginspirasi, kekuatan dan motivasi untuk mengubah hidup dengan belajar perlu di contoh oleh generasi muda,. maju terus indonesia 🙂

  42. Penuh isnpirasi, enak bacanya, adakah cerita tentang seorang yg jatuh bangun sampai habis habisan berbisnis, yang akhirnya sukses….maju terus

  43. Yah di Indonesia Ada Anak Singkong, di Luar ada Anak Supir Angkot, Anak Presiden jadi Anak Singkong / jadi Supir Angkot ada gak yah hehehe … ( maaf cuman bercanda )

  44. singkat, padat, kriuk nih tulisannya..
    benar, kita mempunyai “bekal” yg sama yang diberi Allah SWT pada kita semua, yaitu tubuh & akal kita, namun kita ada yg berhasil mengoptimalkannya, ada yg sekedarnya.
    makasih pencerahannya pak

  45. amazing..
    mantap mas iwan,, anda adalah orang yg luar biasa dan mnjdi inspirasi anak bangsa indonesia..
    good luck

  46. Makasih atas review-nya, Pak Yodh.

    Tapi..buku2 sukses inspiratif di Indonesia rata2 masih menjual cerita anak dari keluarga miskin yg punya orang tua gigih dan si anak pun berotak pintar dan punya prestasi akademik bagus ya.

    Saya sangat berharap ke depan ada kisah sukses dari anak yg orang tuanya membuang atau gak ngurusin dia waktu kecil tapi dia tetap maju dan berhasil mencapai kebahagiaan dan berkontribusi ke masyarakat (ga hrs terkait dgn materi atau jabatan tinggi).

    Juga mgkin kisah sukses inspiratif anak yg tidak berbakat di bidang akademik tapi dia tetap bisa berhasil tanpa latar belakang akademik yg cemerlang.

    Tujuannya supaya sbg pendidik saya bisa memotivasi anak2 dgn latar belakang dan kemampuan berbeda.

    Kalau ada pembaca yg tau buku inspiratif yg agak beda tema-nya mohon dikasih tau 🙂

  47. mengesankan sekali. setidaknya review-nya agan tidak semua orang dapat terfikir tentang alumni.

    next time post review tentang pribadi yang pemalu dengan segala kekurangan yang dimiliki namun dapat bangkit dan fight sehingga menjadi sukses..

    karna benar apa yang dikata saudari rianti bahwa kemampuan setiap orang itu berbeda. thanks a lot gan 🙂

  48. Baru pertama kali lihat blog kayak gini. Selain artikel2nya asik, Bloggernya jga asik bgt nyampeinnya.

    Makasih Mas, sajiannya sangat “mbungahi” cara orang Jawa bilang. Kalo blh kenalan, add atau mnta FB nya ya mas
    Matur nuwun 🙂

  49. ceritanya hebat, menarik,bermanfaat,berguna, dan penuh motivasi. iniakan ceritak di pedalaman kalimantan untuk anak@ di sana. supaya mereka termotivasi dan mau maju walaupun mereka orang gak berkecukupan terima kasih atas ceritanya.

  50. setuju, peran kluarga saat menentukan kesuksesan anaknya, bukan hanya ibu tetapi ayah juga berperan penting,seperti aq dan kakakq sangat bangga sama ortu, walau beliau ayah petani dia mampu mendidik dan menyekolahkan kami sampai tingkat perkuliahan.

  51. mudah2an aku seberuntung mas iwan,,, karna nasibku waktu sekolah sekarng hampir sama dengan beliau, aku juga anak ke 3 dari 5 bersaudara

  52. Saya setelah baca ini saya jadi pengen ketemu dengan mas iwan deh..
    pengen minta ilmu..
    hahah
    saya sekarang juga bekerja di Nielsen

  53. Inspiratif pak Yodh…….

    Semoga kedepannya ada banyak lagi kisah-kisah seperti mas Iwan, Merry Riana, dll yang meng-encourage setiap orang, bahwa dengan ketekunan, kegigihan dan kesungguhan akan menghasilkan keberhasilan dan kesuksesan…..

    Ditunggu kisah-kisah inspiratif selanjutnya……

    Terima kasih…..

  54. Ini sngt bgus dn mngispirsi trmasuk sya gnersi mda,sya sdh membca bkunya dan itu sngt mngispirsi smua org

  55. pembelajaran yang luar biasa..subhanalloh jika Alloh berkehendak atas ijinya ..

    kun wayakun ..maka semuanya bisa terjadi…

    dan keberhasilan anak tak lepas dari orang tua …ibu..ibu..ibu..dan bapak..

  56. sangat bagus, membuka mata kami ternyata kuliah di perguruan ternama juga, mempermudah karier dalam hidup, trutama jaringan alumni sangat mendukung,(Alumni Connection is Important)

  57. Doa ibu sepanjang jalan hidup kita, doa anak hanya sejengkal jari ibu…… sungguh inspiratif… terima kasih Pak Yod….

  58. keren semoga semua muda mudi indonesia menjadi lebih semangat belajar ketimbang hura-hura

    dan pesan untuk orang tua jangan selalu memberi tapi ajarkan para anak berproses juga untuk meraih hidup yang lebih baik kelak

Comments are closed.